Skripsi 2
Skripsi 2
id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh:
Heru Saputro
X 2506015
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh :
Heru Saputro
X 25 06 015
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan menurut sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali
mengacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Heru Saputro
X 25 06 015
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Heru Saputro. PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DENGAN
PENGELASAN SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING)
TERHADAP KETANGGUHAN IMPAK BAJA KEYLOS 50. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui sifat fisis dan mekanis
Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal, (2)
Mengetahui variasi suhu preheat yang memberikan perbedaan pengaruh terbesar
terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Las Inlastek Pajang Surakarta
sebagai tempat pengelasan benda uji. Uji komposisi kimia dalam penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Polman Ceper. Dan sebagai tempat pengujian impak
dilakukan di Laboratorium Material Fakultas Teknik Mesin UNS Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi yang dipakai adalah
Baja Keylos 50. Sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling, dengan 15
spesimen uji dan pengujian impak dilakukan tiga sampel untuk setiap variasi
spesimen. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah Uji Rerata (Uji Z).
Hasil uji komposisi kimia menunjukkan bahwa ada perbedaan pada
spesimen logam induk setelah mengalami preheat dengan prosentase sebesar
0,504 % karbon, sedangkan pada spesimen logam las menunjukan prosentase
sebesar 0,115 % karbon. Hasil uji rerata ( uji Z) menunjukan bahwa ada
peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf signifikansi 1 % yaitu
pada variasi temperatur preheat 2700C. Dapat dilihat pada hasil uji analisis data
yang menyatakan bahwa Zobs = 57,4015 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> Zt). Peningkatan ketangguhan impak yaitu sebesar 0,51%.
Hasil uji rerata (uji Z) adalah ada peningkatan ketangguhan bahan yang
signifikan pada variasi perbedaan temperatur preheat dibandingkan nonpreheat.
Dari hasil uji komposisi dan hasil uji ketangguhan impak yang telah dilakukan,
terlihat terjadi perbedaan kadar kadar karbon (C) sebesar 0,504 % karbon pada
Baja Keylos 50 setelah dilakukan preheat dan peningkatan ketangguhan impak
spesimen benda uji setelah dilakukan preheat.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Heru Saputro. BEGINNING HOT GIFT INFLUENCE WITH WELDING
SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) TOWARDS STEEL
IMPACT STRENGTH KEYLOS 50. Thesis, Faculty of Teacher Training and
Education. Sebelas Maret University, July 2011.
This watchfulness aim detects: (1) Detect character fisis and mechanical
Steel Keylos 50 with beginning hot gift and without beginning hot gift, (2) Detect
temperature variation preheat that give biggest influence difference towards
character fisis and mechanical Steel Keylos 50 after done welding.
This watchfulness is done at Laboratory welds Inlastek Pajang, Surakarta
as place welding test thing. Chemical composition test in this watchfulness is
done at Laboratory Polman Ceper. Dnd as impact testing place is done at Engine
Faculty of Technique Materials Laboratory UNS Surakarta. This watchfulness
uses experiment method. population that worn Steel Keylos 50. Sample is taken
with technique purposive sampling, with 15 spesimen test and impact testing is
done three samples to every variation specimen. data analysis technique in this
watchfulness average test (test Z).
Chemical composition test result shows that there is difference in
spesimen raw material after experience preheat with prosentase as big as 0,504 %
carbon, while in spesimen metal welds to demo prosentase as big as 0,115 %
carbon. Average test result (test Z) demoes that there is ingredient strength
enhanced significant in standard signifikansi 1 % that is in temperature variation
preheat 2700 C. Visible in data analysis test result that declare that Zobs = 57,4015
bigger than Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt). impact strength enhanced that is as big as
0,51%.
Average test result (Test Z) there ingredient strength enhanced significant
in different temperature variation preheat compared nonpreheat. From
composition test result and impact strength test result that done, seen to happen
carbon degree degree difference (C) as big as 0,504 % carbon in Steel Keylos 50
after done preheat and impact strength enhanced spesimen test thing after done
preheat.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kalau semua yang kita ingini harus kita miliki darimana kita belajar keikhlasan.
Kalau semua yang kita mau harus terpenuhi darimana kita belajar kesabaran.
Kalau doa kita dikabulkan dengan cepat darimana kita memaksimalkan
kemampuan yang diberikan pada kita. Kalau kehidupan kita selalu bahagia dari
mana kita mengenal Allah lebih dekat. (Arief Ramadhan)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah serta Innayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Penulisan laporan ini untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun atas bantuan dari berbagai pihak penulis dapat mengatasi setiap
kesulitan dan hambatan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bentuk bantuannya kepada yang terhormat :
1. Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan PTK FKIP UNS yang telah memberikan ijin penyusunan
skripsi ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin JPTK FKIP UNS, yang
telah memberikan persetujuan atas penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Subagsono, M.T selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.
5. Bapak Suharno.S.T,M.T selaku dosen pembimbing II, yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusu skripsi.
6. Teman - teman mahasiswa Program Teknik Mesin angkatan tahun 2006.
7. Ibu, Bapak dan Keluargaku tercinta yang telah memberikan semangat,
dorongan dan sumbangan baik moril maupun materil.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di masa sekarang dan yang akan datang.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................
ii
iii
iv
vi
viii
ix
xii
xiv
xv
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
C. Pembatasan Masalah...............................................................
5. Elektroda ...........................................................................
10
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Kampuh V.........................................................................
11
11
12
16
16
17
18
19
20
20
21
23
27
31
36
42
44
B. Implikasi .....................................................................................
45
C. Saran ............................................................................................
46
47
LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda .................................... 8
Tabel 2. Suhu Pemanasan Mula pada Baja Karbon Sedang dan Tinggi .......... 12
Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50 ........................... 31
Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50. ......................... 32
Tabel 5. Hasil Pengujian Ketangguhan Impak ................................................. 37
Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy .............................. 38
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas dengan Metode Liliefors .................................. 41
Tabel 8. Hasil Ringkasan Hasil Uji Z .............................................................. 42
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Las Busur dengan Elektroda Terbungkus .............................
11
11
13
14
16
23
25
39
40
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
xv
71
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
74
75
76
77
90
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang disertai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan
keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga
sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya
dalam setiap kehidupan. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari
pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam
rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir tidak mungkin pembangunan suatu
pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan.
Pada area industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak
dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi
bangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya penggunaan teknologi ini
disebabkan
karena
bangunan
dan
mesin
yang
dibuat
dengan
teknik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi
panas. Pada penelitian ini pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal
ini sangat erat hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak
yang pada umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari
konstruksi yang dilas.
Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga
kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian. Pengelasan cair
adalah suatu cara pengelasan dimana benda yang akan disambung dipanaskan
sampai mencair dengan sumber energi panas. Cara pengelasan yang paling banyak
digunakan adalah pengelasan cair dengan busur (las busur listrik) dan gas. Jenis
dari las busur listrik ada 4 yaitu las busur dengan elektroda terbungkus, las busur
gas (TIG, MIG, las busur CO2), las busur tanpa gas, las busur rendam. Jenis dari
las busur elektroda terbungkus salah satunya adalah las SMAW (Shielding Metal
Arc Welding).
Baja adalah logam paduan antara unsur Besi (Fe) dengan Karbon (C)
dengan kadar karbon mencapai 2%. Disamping kedua unsur dalam baja terdapat
pula unsur-unsur dalam jumlah kecil, seperti Mangan (Mn), Silicon (Si), Fosfor
(P), Belerang (S). Dapat juga dipadu dengan unsur-unsur paduan seperti
Chromium (Cr), Nikel (Ni), Wolfram (W), Molibden (Mo) dan sebagainya, dan
dapat divariasi menurut kebutuhan. Baja dapat dibentuk melalui pengecoran,
pencanaian atau penempaan.
Dalam industri dikenal berbagai macam jenis baja. Jenis-jenis baja dapat
dibedakan berdasarkan komposisi kimianya, proses pembuatan, penggunaannya
atau berdasarkan salah satu sifat yang paling menonjol. Berdasarkan komposisi
baja dapat dibagi, baja karbon dan baja paduan. Jenis baja paduan dibedakan
menurut unsur paduannya. Baja mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, antara
40200 kg/mm.
Disamping itu baja juga mempunyai sifat keras dan ulet. Dengan
kombinasi sifat tersebut baja mempunyai kekuatan yang cukup tinggi. Sifat-sifat
baja dapat diatur dengan cara pengaturan komposisi kimianya, terutama kadar
user baja, semakin tinggi kekuatannya
Karbonnya. Semakin tinggi kadarcommit
karbon to
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dapat diidentifikasikan berbagai permasalahan yang
timbul berkaitan dengan latar belakang yang telah disebutkan, antara lain:
1. Karakteristik sifat fisis mencakup sifat bahan dan komposisi kimia.
2. Karakteristik sifat mekanik yaitu ketangguhan impak.
3. Semakin banyak variasi suhu (preheat) dalam pengelasan terhadap Baja
Keylos 50 semakin baik hasil yang didapatkan.
4. Untuk memperbaiki sifat mekanik baja khususnya Baja Keylos 50 dengan
cara perlakuan panas berupa preheat.
5. Pemberian panas awal dengan suhu pemanasan 2700C, 3000C, 3300C
kemudian dilas dengan pengelasan SMAW terhadap ketangguhan impak
Baja Keylos 50.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketangguhan impak dari sebuah
struktur meliputi pengujian temperatur rendah, pembebanan lebih, dan laju
regangan tinggi terhadap angin atau impak (benturan) dan efek dari
konsentrasi tegangan seperti takikan dan retakan.
C. Pembatasan Masalah
Agar Penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti,
maka akan dibatasi permasalahanya pada:
1. Dilakukan pemberian panas awal (preheat) dengan suhu pemanasan 2700
C, 3000 C, 3300 C, kemudian dilanjutkan dengan pengelasan jenis SMAW.
2. Sifat fisis yang dibatasi pada pengamatan visual komposisi kimia dibagi
menjadi 2 lokasi pengelasan yaitu pada weld metal (logam las) dan logam
induk.
3. Sifat mekanik yang dibatasi pada ketangguhan impak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
D. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sifat mekanis Baja Keylos 50 dengan pemberian panas awal
dan tanpa pemberian panas awal?
2. Pada suhu preheat berapakah yang memberikan pengaruh terbesar
terhadap sifat mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan pengelasan?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk :
1. Mengetahui sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 dengan pemberian
panas awal dan tanpa pemberian panas awal.
2. Mengetahui variasi suhu preheat yang memberikan perbedaan pengaruh
terbesar terhadap sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50 setelah dilakukan
pengelasan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah Pengetahuan tentang kemajuan teknlogi di bidang metallurgi.
b. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta
khususnya di program Pendidikan Tehnik Mesin.
c. Sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat mengetahui secara langsung perbedaan ketangguhan impak antara
pengelasan dengan pemberian panas awal dan tanpa pemberian panas awal
pada Baja Keylos 50.
b. Mengetahui karakteristik sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50.
c. Menumbuhkan motivasi bagi para peneliti metallurgy khususnya dalam
pengelasan untuk mengoptimalkan penelitian-penelitian dibidang yang
sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Las
Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi
konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dan lain-lain. Disamping untuk
konstruksi las juga dapat untuk mengelas cacat logam pada hasil pengecoran
logam, mempertebal yang aus. Secara sederhana dapat diartikan bahwa
pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik
rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan
menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Pengertian
pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie
Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan
pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di
buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur
nyala listrik (gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan
bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan (Arifin, 1997). Paling tidak
saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut
hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan
menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las
karbit (Oxy acetylene welding/OAW).
2.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
pencairan bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian
kampuh las. Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda
mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi.
Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar. Pola
pemindahan logam cair sangat mempengaruhi sifat mampu las dari logam. Logam
mempunyai sifat mampu las yang tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran
yang halus. Pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus dan
komposisi dari bahan fluks yang digunakan. Bahan fluks yang digunakan untuk
membungkus elektroda selama pengelasan mencair dan membentuk terak yang
menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan bekerja sebagai
penghalang oksidasi.
Dalam pengelasan SMAW proses pengoperasian terdiri dari busur
elektroda terbungkus dan logam induk. Busur ini ditimbulkan oleh adanya
sentuhan singkat elektroda pada logam dan panas yang ditimbulkan oleh busur
akan meleleh pada permukaan logam induk untuk membentuk logam lelehan,
kemudian akan membeku bersama.
3.
Las busur listrik adalah proses penyambungan logam dengan pemanfaatan tenaga
listrik sebagai sumber panasnya. Las busur listrik merupakan salah satu jenis las
listrik dimana sumber pemanasan atau pelumeran bahan yang disambung atau di
las berasal dari busur nyala listrik (Arifin, 1997). Las busur listrik dengan metode
elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yamg banyak di gunakan pada masa
ini, cara pengelasan ini menggunakan elektroda logam yang di bungkus dengan
fluks. Las busur listrik terbentuk antara logam induk dan ujung elektroda, karena
panas dari busur, maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan
kemudian membeku bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Arus Pengelasan
Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari
mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada
mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda
yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang terlalu kecil akan
mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang
terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan
deformasi dalam pengelasan
Tabel 1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
5.
Elektroda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Baja karbon sedang dan baja karbon tinggi mengandung banyak karbon
dan unsur lain dapat memperkeras baja, karena itu daerah pengaruh panas atau
HAZ pada baja ini mudah menjadi keras bila dibandingkan baja karbon rendah.
Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hydrogen difusi
menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Disamping itu pengelasan
dengan menggunakan elektroda yang sama kuat dengan logam lasnya dengan
pemanasan mula dan suhu pemanasan tergantung dari kadar karbon.
7.
Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan
pengelasan daerah yang pertama yaitu logam las adalah daerah dimana terjadi
pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. Daerah yang kedua yaitu
daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur atau susunan dari logam
akibat panas dari tindakan pengelasan. Daerah yang kedua ini sering disebut
dengan Heat Affected Zone (HAZ). Daerah yang ke tiga adalah daerah logam itu
sendiri yang tidak mengalami perubahan struktur. Daerah HAZ merupakan daerah
paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah strukturnya juga terjadi
perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas
efektif di pengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk itu
sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Kampuh V
Gambar 4. Kampuh V
9.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Tabel 2. Suhu pemanasan mula pada baja karbon sedang dan tinggi
10.
Ketangguhan Impak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
dengan metode charpy dan izod. Perbedaan charpy dengan izod adalah peletakan
spesimen. Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod,
pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur
bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya. Metode yang sering
digunakan adalah metode Charpy dengan menggunakan benda uji standar. Pada
pengujian pukul takik (impact test) digunakan batang uji yang bertakik (notch).
Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung-ujungnya ditahan
kearah mendatar oleh penahan yang berjarak 40 mm. Bandul akan berayun
memukul batang uji tepat dibelakang takikan. Untuk pengujian ini akan
digunakan sebuah mesin dimana sebuah batang dapat berayun dengan bebas. Pada
ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang uji diletakkan di
bagian bawah mesin dan takikan tepat pada bidang lintasan pemukul.
= massa ( 9,5 kg )
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
keterangan :
A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t
a = tinggi dibawah takikan (mm)
t = lebar specimen (mm)
Eserap = Energi serap (Joule)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
hal. Yaitu:
a. Temperatur
Pada temperatur yang sangat rendah, spesimen dapat bersifat getas.
Hal tersebut disebabkan butiran-butiran atom spesimen berotasi lebih cepat dan
bervibrasi sehingga lebih leluasa untuk melakukan slip sistem.
b. Jenis material
Jenis material yang atom-atomnya membentuk struktur FCC cenderung
lebih ulet dibandingkan yang membentuk struktur BCC. Hal tersebut terjadi karena
atom-atom pada struktur FCC lebih banyak melakukan slip sistem sehingga banyak
menyerap energi ketika dilakukan uji impak.
mempunyai pengaruh harga impak yang berbeda pada kecepatan yang berbeda.
e. Tegangan triaxial
Tegangan triaxial adalah tegangan tiga arah yang hanya terjadi di
takikan(notch). Tegangan pada specimen akan berpusat pada takikan tersebut
sehingga bentuk takikan akan mempengaruhi nilai harga impak yang didapat.
Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara
lain: berserat, permukaanya kasar, gelap, dan terlihat sempat terjadi deformasi
palstis. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kekuatan butir yang lebih kuat dari
kekuatan batas butir sehingga jalur patahan terletak pada batas butir. Patah
getas disebabkan oleh tegangan normal dengan ciri-ciri antara lain: tidak
berserat, permukaannya halus, mengkilap, dan tidak terlihat adanya deformasi plastis.
Hal tersebut disebakan oleh kekuatan batas butir yang lebih kuat dari kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
11.
Baja Keylos 50
Baja Keylos 50 ini dapat dikatakan setara dengan baja EMS 45. Baja
Keylos 50 merupakan baja paduan dengan komponen-komponen paduan terdiri
dari kadar Karbon (C) 0,40%; Silicon (Si) 0,15%; Mangan (Mn) 0,50% (Catalog).
Baja ini mengaju pada standar Deutche Industrie Normen (DIN) 50049/EN
10204/2.3. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon oleh karena itu
baja karbon di kelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja dengan kadar
karbon kurang dari 0,3% disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon
0,3%-0,7% disebut dengan baja karbon sedang dan baja dengan kadar karon
0,7%-1,5% disebut dengan baja karbon tinggi.
12.
Termokopel
Gambar 7. Termokopel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
a. Penggunaan Termokopel
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800 Kelvin. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0--100 C dengan keakuratan 0.1 C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
1. Industri besi dan baja
2. Pengaman pada alat-alat pemanas
3. Untuk termopile sensor radiasi
4. Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
B. Kerangka Pemikiran
Pengelasan merupakan upaya penyambungan dua buah logam dengan
jalan mencairkannya dengan pemansan. Untuk pemanasannya dibutuhkan dengan
suhu tinggi untuk mencairkan logam, oleh karena itu dalam proses pengelasan
terjadi pemanasan setempat yang mengakibatkan deformasi atau perubahan
bentuk diikuti dengan tegangan dan regangan termal pada logam yang dikenai las.
Tegangan-tegangan termal yang bersifat menetap biasannya disebut dengan
tegangan sisa yang berpengaruh jelek terhadap ketangguhan hasil lasan.
Kekuatan logam tergantung pada dimensi butiran yang menyusunnya,
semakin besar dan kasar maka semakin rapuh logam tersebut, begitu pula
sebaliknya semakin kecil dan halus maka semakin tangguh logam tersebut.
kualitas butiran ini sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu, hal ini berkaitan erat
dengan pengerjaan las yang merupakan proses penyambungan dengan
memanfaatkan energi panas sebagai sumbernya.
Penyambungan logam dengan teknik pengelasan akan menghasilkan 3
daerah struktur yaitu daerah logam induk yang tidak mengalami perubahan
struktur, daerah bahan tambah dan daerah pengaruh panas (HAZ) yaitu logam
induk yang mengalami perubahan struktur. Daerah yang rawan mengalami
kerusakan adalah daerah pengaruh panas (HAZ) karena pada daerah ini terjadi
commit to user
perubahan struktur logam karena pengaruh panas dari loganm cair serta elektroda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan lokasi dimana informasi diperoleh untuk
menyatakan kebenaran penelitian. Kegiatan eksperimen dilakukan dibulan
September 2010 tempat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Pemotongan spesimen untuk pengelasan dilakukan di Lab. Teknik Mesin
D3 UGM Yogyakarta.
b. Pengujian komposisi kimia di Politeknik Manufaktur Polman Ceper.
c. Proses pengelasan dilakukan di Lab Inlastek Pajang.
d.
b. Pembuatan proposal
c. Seminar proposal
: 20 Oktober 2010
d. Revisi Proposal
e. Perijinan
: 1 5 November 2010
f. Penelitian
g. Analisis data
h. Penulisan laporan
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol.
Metode eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen desain
acak sempurna model tetap eksperimen faktorial. Desain acak sempurna adalah
desain ini dimana perlakuan dilakukan sepenuhnya secara acak kepada unit unit
eksperimen atau sebaliknya. Dimana syarat yang harus dipenuhi dalam desain ini
adalah mempunyai data yang homogen. (Sujana, 1996 : 15). Desain model tetap
yaitu desain yang digunakan apabila peneliti hanya mempunyai a buah taraf
faktor A dan b buah faktor B dan semuanya digunakan dalam eksperimen yang
dilakukan. (Sujana, 1996 : 116). Eksperimen faktorial adalah eksperimen yang
semua (hampir semua) taraf sebuah faktor tertentu dikombinasikan atau
disilangkan dengan semua (hampir semua) taraf tiap faktor lainnya yang ada
dalam eksperimen itu. (Sujana, 1996 : 190).
Pada penelitian ini untuk pengukuran tingkat ketangguhan digunakan
desain eksperimen faktorial 1 x 3. Terhadap satu variabel bebas yang kemudian
pada desain eksperimen ini disebut faktor. Faktor itu mempunyai tiga taraf yaitu
variasi suhu preheat 270C, 300C dan 330C. Sehingga pada eksperimen ini
diperoleh desain eksperimen faktorial 1 x 3. Dengan demikian diperlukan 3
kondisi eksperimen atau 3 kombinasi perlakuan yang berbeda beda. Pada
masing masing perlakuan dilakukan 1 kali replikasi dan di ambil 3 spesimen
pengujian ketangguhan, sehingga total data yang diperoleh 12 data. Kemudian
ditambah lagi 3 pengujian ketangguhan pada specimen raw material sehingga
jumlah total data yang diperoleh 15 data.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2010 :117) menyatakan bahwa Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentucommit
yang ditotetapkan
peneliti untuk di pelajari dan
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
2. Sumber Data
Pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
E. Desain Penelitian
1. Tahap Eksperimen
Start
Preparasi
I : 130 A
E : E 7016, diameter
3,2 mm
Non Preheat
Preheat
2700 C
3000 C
Pengujian
1. Komposisi Kimia
2. Ketangguhan Impak
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 8.commit
Bagan to
Aliran
user Penelitian
3300 C
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
2. Penyiapan Bahan
Langkah-langkah Persiapan Spesimen
a. Pembuatan bahan dasar
Langkahlangkah yang dilakukan dalam proses pemotongan
bahan adalah:
1) Membuat sket bahan dasar dengan alat ukur dan penitik di material
dengan ukuran 200 mm x 100 mm x 15 mm sejumlah 2 buah.
2) Memasang material pada ragum mesin gergaji pita (saw band),
selanjutnya nyalakan mesin dengan menekan tombol on/off dan
lakukan pemotongan pada garis pemotongan yang telah ditentukan
dengan perlahan - lahan dan hati hati.
3) Lakukan langkah tersebut sesuai dengan garis pemotongan yang
telah dibuat hingga terbentuk sesuai ukuran.
4) Membuat kampuh V terbuka dengan ukuran yang telah ditentukan
menggunakan mesin frais sesuai prosedur pengoperasian mesin.
5) Meratakan sisi sisi pemotongan dengan kikir agar rapi dan tidak
membahayakan.
b. Pengelasan
Standar pengelasan yang digunakan dalam pembuatan bahan
adalah sebagai berikut :
1) Pengelasan posisi datar.
2) Elektroda jenis E 7016 dengan diameter 3,2 mm.
3) Arus listrik yang digunakan sebesar 130 A.
4) Pendinginan dengan udara ruangan
5) Kampuh yang digunakan adalah kampuh V terbuka dengan jarak
antar plat 2 mm, tinggi ujung kampuh 2 mm, dan sudut kampuh
700. Secara detail
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Selanjunya
memulai
pengelasan
untuk
spesimen
pengelasan
nonpreheated.
b. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 2700C,
kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan
untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 2700C.
c. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 3000C
kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan
untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 3000C.
d. Memanaskan bahan dasar dengan nyala api oxy-gas sampai 3300C
kemudian diukur dengan thermokopel, kemudian lakukan pengelasan
untuk spesimen pengelasaan dengan preheated 3300C.
2. Pengujian Komposisi
Pengujian raw material komposisi Baja Keylos 50 ini sudah diketahui dari
katalog produk PT. Tira Austenite Tbk. Namun untuk mengetahui perbedaan
komposisi Baja Keylos 50 yang mengalami Preheat perlu diadakan kembali
pengujian komposisi kimia. Pengujian komposisi digunakan untuk mengetahui
jumlah persen karbon yang nantinya akan digunakan untuk menentukan suhu
pemanasan yang efektif. Pengujian komposisi ini dilakukan di Politeknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Manufaktur Ceper dimana nantinya akan dilakukan 4 burn di titik-titik yang akan
dicari komposisi bahan spesiment tersebut.
Adapun Langkah pengujian komposisi kimia adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat uji komposisi kimia, Spectrometer.
2. Memasang benda uji diatas landasan. Benda uji harus menutupi lubang
pada alat uji minimal diameter 14 mm, bila terjadi kebocoran maka mesin
uji tidak bekerja dengan benar, karena pada waktu penembakan gas argon
akan terjadi kebocoran.
3. Menghidupkan mesin. Pada tahap ini terjadi penyemburan gas berupa gas
argon dengan temperatur 4000C - 8000 C selama kurang dari 30 detik.
4. Hasil pembakaran berupa cahaya yang berwarna yang kemudian menuju
optik dan dibiaskan berupa warna unsur dan ditangkap oleh detektor dalam
jumlah persen.
5. Melihat pada layar komputer hasil dari penembakan dan bisa dicetak pada
kertas yang sudah disediakan.
3. Pengujian Ketangguhan Impak
Eksperimen untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ketangguhan antara
bahan yang mengalami perlakuan pengelasan dengan logam induk. Hasil dari
pengujian ketangguhan impak berupa tenaga yang diserap (W) dalam satuan Joule
2
dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm . Hasil perhitungan ketangguhan
impak didapat dari rumus :
EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )
EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )
ESerap = EPatah - EGesek
keterangan :
m
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
keterangan :
A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t
a = tinggi dibawah takikan (mm)
t = lebar specimen (mm)
Eserap = Energi serap (Joule)
Prosedur dan pembacaan hasil dari pengujian ketangguhan adalah sebagai
berikut:
1. Siapkan peralatan mesin Impak Charpy
2. Menyiapkan benda uji yang akan dilakukan pengujian sesuai standar
ukuran yang telah ditetapkan.
3. Meletakan benda uji pada anvil dengan posisi takikkan membelakangi
arah ayunan palu charpy.
4. Menaikan palu charpy pada kedudukan 900 (sudut ) dengan menggunakan
handle pengatur kemudian dikunci.
5. Putar jarum penunjuk sampai berimpit pada kedudukan 900.
6. Lepaskan kunci sehingga palu Charpy berayun membentur benda uji.
7. Memperhatikan dengan mencatat sudut dan nilai tenaga patah.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil pengujian pemberian panas awal dibandingkan dengan
spesimen tanpa pemberian panas awal dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
yang
ini sudah diketahui dari katalog produk PT. Tira Austenite Tbk.
dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm . Hasil perhitungan ketangguhan
impak didapat dari rumus :
EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )
EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )
ESerap = EPatah - EGesek
keterangan :
m
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
keterangan :
A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t
a = tinggi dibawah takikan (mm)
t = lebar specimen (mm)
Eserap = Energi serap (Joule)
Digunakan analisis data secara statistik untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan dan peningkatan ketangguhan antara bahan yang mengalami perlakuan
preheat dengan logam induk nonpreheat. Dalam penelitian ini dilakukan tiga
variasi suhu preheat untuk didapatkan ketangguhan yang tinggi. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya peningkatan ketangguhan bahan pada keadaan
nonpreheat dibandingkan dengan preheat maka dilakukan uji Z (analisis rataan).
Rumus yang digunakan dalam uji Z, yaitu :
=
X 0
/ n
~N(0,1)
Yi2
Yi
n(n 1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
DK = {Z | Z < - 4,541}
Z0,01 = 4,541
Kesimpulan :
Bila harga Zobs < -Ztabel dalam taraf 1% maka hipotesis nihil (H0) diterima dan
hipotesis kerja (H1) ditolak, kemudian sebaliknya bila Zobs > -Ztabel maka hipotesis
kerja diterima dan hipotesis nihil (H0) ditolak.
1.
n X i X i
2
SD
2
n n 1
Keteranagan :
SD
: Jumlah baris
Xi2
Xi2
Xi X
SD
commit to user
menggunakan rumus : Zi =
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
banyaknya Z1 , Z 2 , Z3 , Z N Zi
n
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Komposisi Kimia
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan unsur penyusun
material Baja Keylos 50 yang mengalami pengelasan dengan Preheat. Pada
pengujian ini menggunakan alat spectrometer merk hilger di Laboratorium
Pengujian Logam POLMAN CEPER. Pengujian ini dilakukan dengan
penembakan gas argon pada 4 titik yaitu pada daerah logam las dan daerah logam
induk. Pengujian dilakukan dengan standar komposisi non ferro dengan maksud
agar logam-logam selain ferro dapat terdeteksi secara maksimum.
Tabel 3. Hasil Pengujian Komposisi Kimia Baja Keylos 50
No
Unsur
1
2
3
4
5
6
Fe
C
Si
Mn
P
S
Hasil Pengujian
Metal Weld
Raw Material
(Logam Las)
(Logam Induk)
97,5
97,7
0,115
0,504
0,704
0,339
0,837
0,774
0,0254
0,0264
0,0089
0,0050
7
8
9
Cr
Mo
Ni
0,0257
0,0451
0,0684
0,0331
0,0438
0,0685
10
Al
0,0121
0,0310
11
Co
0,0262
0,0276
12
13
14
Cu
Nb
Ti
0,168
0,0397
0,0256
0,0304
0,0360
0,0177
15
0,0264
0,0217
16
0,271
0,302
17
Pb
0,0104
0,0121
18
Ca
0,0002
0,0001
19
Zr
0,0212
commit to user
0,0191
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Hasil uji komposisi kimia dilakukan pada dua daerah yaitu pada daerah
logam las dan daerah logam induk Baja Keylos 50. Pengujian pada specimen ini
dilakukan dengan standar steel carbon karena pada dasarnya Baja Keylos 50 ini
terindikasi adalah baja karbon yang bersifat magnetis. Berdasarkan data dari
catalog produk PT. Tira Austenite Baja Keylos 50 komposisi kimia dapat dilihat
dalam tabel 4.
Tabel 4. Data komposisi kimia raw material Baja Keylos 50.
Unsur
Si
Mn
Cr
Ni
Mo
Sn
Berat %
0,40
0,15
0,50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
karbon maka baja tersebut termasuk baja dalam golongan sedang yaitu antara
0,20 % - 0,50 % C. Melihat dari komposisi jumlah karbon dari keduanya dapat
dilihat kualitas dari raw material dan logam las serta logam induk Baja Keylos 50
tersebut. Komposisi yang paling ideal dan bagus terdapat pada logam induk Baja
Keylos 50 yang telah mengalami preheat, jika dibandingkan raw material Baja
Keylos 50.
Pada hasil komposisi diatas memiliki berbagai macam unsur yang
terbentuk dan membentuk menjadi sebuah kesatuan yang memiliki sifat tersendiri.
Sifat yang paling dominan adalah kandungan antara Fe-C, sifat Karbon (C) dapat
meningkatkan kekerasan dan kekuatan tetapi dapat menurunkan kemampuan
tempa dan keliatan. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur
Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C)
lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast
Iron). Makin tinggi kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal- hal
sebagai berikut :
1. Kuat leleh dan kuat tarik baja akan naik,
2. Keliatan / elongasi baja berkurang,
3. Semakin sukar dilas.
Oleh karena itu adalah penting agar kita dapat menekan kandungan karbon
pada kadar serendah mungkin untuk dapat mengantisipasi berkurangnya keliatan
dan sifat sulit dilas diatas.
Kelebihan karbon (C) antara lain tahan terhadap efek yang di sebabkan
suhu yang tinggi hal ini karena sifat karbon mampu menahan suhu yang tinggi
sampai 3000C, kepadatan rendah, karbon lebih ringan dibanding logam paduan
umumnya, hal tersebut memudahkan adaptasi dengan gerakan permukaan yang
tidak beraturan, tidak terjadi penyatuan logam pada kondisi yang sama, jika logam
menyatu sama lainnya disebabkan panas dengan suhu tertentu. Kandungan karbon
pada baja dapat mempengaruhi sifat-sifat baja tersebut terutama dalam proses
kimia.
Untuk kandungan paduan pada hasil komposisi kedua specimen (tabel 3)
commit
to user
sedikit sekali untuk mempengaruhi
ketangguhan
namun dapat diidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
(Mo)
mempunyai
fungsi
utamanya
adalah
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
dengan hasil yang buruk. Pada kandungan Si diatas 10%, paduan sudah
kehilangan kemampuan bentuknya. Kandungan Silikon yang lebih banyak pada
logam las mengakibatkan baja ini mudah memiliki karbida yang lebih tinggi
daripada logam induk.
Unsur lain yang cukup berpengaruh untuk meningkatkan kekerasan
spesimen uji adalah mangan (Mn), dalam jumlah diatas 0,5 % akan bereaksi
dengan belerang membentuk sulfida mangan. Ikatan ini rendah bobot jenisnya
dan dapat larut dalam terak. Mangan merupakan unsur deoksidasi dan khususnya
sebagai pengikat unsur belerang (S), pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas,
kekuatan dan kekerasan baja. Akibat dari persenyawaannya dengan unsur
belerang (S) menjadi mangansulfida (MnS) yang memiliki temperatur lebur
tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah patah pada temperatur
tinggi. Bila kadarnya semakin besar dalam baja maka kemungkinan meningkatkan
terbentuk ikatan kompleks dengan karbon. Dari data hasil pengujian diperoleh
kandungan unsur tersebut mencapai 0,837 % untuk logam las dan 0,774 % untuk
logam induk pada baja Keylos 50. Unsur kandungan dari logam las memiliki
kandungan paduan yang lebih tinggi dari logam induk.
Unsur belerang (S) pada sebagian besar baja hanya memiliki kandungan S
sangat rendah. Maksimum sampai 0,06%. Namun bahaya terjadinya kerapuhan
tetap harus diwaspadai, terutama bila baja hanya mengandung unsur Mn yang
sangat rendah. Belerang (S) memiliki kecenderungan untuk segregasi sebagai
segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi terutama apabila proses peleburan
khususnya baja dilakukan secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak.
Dengan demikian unsur ini juga dimasukan dalam golongan unsur yang tidak
dikehendaki. Mn (0,5% 0,9%) merupakan unsur yang ditambahkan untuk
mencegah efek buruk yang disebabkan oleh S.
Unsur Fosfor (P) pada baja paduan baja-karbon, kandungan P umumnya
adalah 0,06%. Hanya pada beberapa baja khusus saja yang memiliki kandungan P
sampai 0,3%. Karena pada temperatur kamar P dapat larut sampai 0,6% didalam
besi , maka sampai dengan kandungan ini tidak akan menghasilkan fasa-fasa
commit to user
khusus didalam baja. P juga menjadi penyebab perapuhan baja pada keadaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
dan nilai pukul takik (K) dalam satuan Joule/mm . Hasil perhitungan ketangguhan
impak didapat dari rumus :
EGesek = m.g.l ( Cos 1 Cos )
EPatah = m.g.l ( Cos 2 Cos )
ESerap = EPatah - EGesek
keterangan :
m
keterangan :
A = luas spesimen dibawah takikan (mm2) = a x t
a = tinggi dibawah takikancommit
(mm) to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Ketangguhan Impak
(J/mm2)
46,44 J
0,0945
44,27 J
0,0883
39,79 J
0,0794
No. Parameter
1
Raw Material
Rata-rata
1
Non Preheat
0,0874
73,02 J
0,1470
73,02 J
0,1470
73,02 J
0,1472
Rata-rata
1
Preheat T=2700 C
0,1471
74,57 J
0,1521
74,26 J
0,1514
73,49 J
0,1530
Rata-rata
1
Preheat T=3000 C
0,1522
71,63 J
0,1444
71,63 J
0,1475
73,49 J
0,1499
Rata-rata
1
Preheat T=3300 C
0,1473
72,1 J
0,1451
72,56 J
0,1531
72,56 J
0,1514
Rata-rata
0,1499
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Dari data tabel hasil ketangguhan impak diatas dapat diketahui nilai
ketangguhan pada tiap spesimen yang mengalami preheat dan non preheat dengan
pengelasan SMAW. Hasil pengujian diperoleh dari alat penguji ketangguhan
dengan menggunakan metode ketangguhan impak Charpy pada benda uji
menunjukkan bahwa Baja Keylos 50 (raw material) rata-rata nilai ketangguhan
impaknya sebesar 0.0874 kg/mm. Pada specimen uji dengan proses Nonpreheat
pada spesimen rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1471 kg/mm.
Sedangkan pada proses Preheat dengan suhu 2700 C pada spesimen uji
ketangguhan menunjukan nilai rata-rata ketangguhan impaknya sebesar 0.1522
kg/mm. Dan pada proses Preheat 3000 C pada spesimen uji ketangguhan
menunjukan rata-rata nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1473 kg/mm. Serta
pada proses Preheat 3300 C pada spesimen uji ketangguhan menunjukan rata-rata
nilai ketangguhan impaknya sebesar 0.1499 kg/mm.
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa data pengaruh ketangguhan impak
pada proses non preheat dan preheat disusun berdasarkan kolom, dan penggunaan
sumber varian disusun berdasarkan baris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel
di bawah ini.
Tabel 6. Hasil pengujian nilai ketangguhan impak charpy
Ketangguhan impak (Joule/mm2)
Preheat
Rata-rata
Raw Material
Non Preheat
2700 C
3000 C
3000 C
0,0874
0.1471
0.1522
0.1473
0.1499
Dari tabel di atas didapat bahwa nilai rata-rata ketangguhan impak untuk
raw material yaitu sebesar 0,0874 kg/mm sedangkan nilai rata-rata ketangguhan
impak paling tinggi terjadi pada preheat 2700 C yaitu sebesar 0,1522 kg/mm
sedangkan rata-rata nilai ketangguhan impak paling rendah terjadi pada preheat
3000 C yaitu sebesar 0,1473 kg/mm.
Dan dapat dilihat juga ketangguhan impak spesimen benda uji tanpa
dilakukan preheat (non preheat)commit
mempunyai
to user nilai yang paling rendah yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
0,1471 J/mm2. Variasi suhu preheat 3000 C ketangguhan impak spesimen benda
uji naik sebesar 0,019% dari non preheat, Variasi suhu preheat 3300 C
ketangguhan impak spesimen benda uji naik sebesar 0,28% dari non preheat,
sedangkan kanaikan ketangguhan impak spesimen benda uji paling tinggi adalah
pada Variasi suhu preheat 2700 C yaitu mengalami kenaikan sebesar 0,51% dari
non preheat.
Maka untuk lebih jelas dalam pembacaan hasil nilai ketangguhan
dibuatlah diagram batang histogram, seperti terlihat pada gambar diagram
dibawah ini :
0,1471
0,1522
0,1473
0,1499
Ketangguhan (J/mm2)
0,14
0,12
0,1
raw material
0,0874
0,08
0,06
0,04
0,02
0
raw
material
non pre
heat
pre heat
270C
pre heat
300C
pre heat
330C
Gambar 10. Histogram hasil uji ketangguhan impak spesimen benda uji.
Dari hasil pengujian ketangguhan tersebut bahwa dengan preheat
sebagian besar dapat merubah nilai ketangguhan impaknya pada spesimen benda
uji. Dan dari data diatas nilai ketangguhan tertinggi setelah dirata-rata terjadi pada
preheat 270C = 0,1522 kg/mm, ketangguhan terendah pada preheat 300C =
0,1473 kg/mm pada spesimen benda uji.
Untuk memahami lebih jelas mengenai pengaruh preheat terhadap
ketangguhan impak spesimen benda uji dapat dilihat pada grafik berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Ketangguhan (J/mm2)
0.1522
0.1499
non pre heat
0.1473
0.1471
pre heat
270C
pre heat
300C
pre heat
330C
Suhu (0C)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Keputusan
Kolom A2 (270 C)
Kolom A3 (3000 C)
Kolom A4 (330 C)
Karena Lmaks dari perlakuan tidak berada pada daerah kritik atau lebih
kecil dari Ltabel maka Ho masing-masing perlakuan diterima. Jadi data hasil
pengukuran tingkat ketangguhan impak specimen uji hasil proses non preheat dan
preheat dalam penelitian ini secara keseluruhan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran .
2) Hasil pengujian hipotesis dengan Uji Z
Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan ketangguhan impak pada
Baja Keylos 50 yang mengalami preheat dilakukan uji Z (analisis rataan). Hasil
pengujian perbandingan menggunakan Uji Z dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Z
No
1.
2.
3.
Perbandingan Hipotesis
Non preheat >< 2700 C
Non preheat >< 3000 C
Non preheat >< 3300 C
Zobs
57,4015
2
31,5302
Z
4,541
4,541
4,541
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
sehingga nilai
Zobs > -Z . Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja diterima dan
hipotesis nihil (H0) ditolak. Dengan demikian, preheat dengan suhu
3000C menaikan ketangguhan impak specimen uji.
3) Perbandingan ketangguhan impak pada specimen uji non preheat dengan
proses preheat pada suhu 3300C.
Tabel 7 menunjukkan bahwa Zobs = 31,5302 dan Z = 4,541, sehingga
nilai Zobs > -Z . Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja diterima
dan hipotesis nihil (H0) ditolak. Dengan demikian, preheat dengan suhu
3300C menaikan ketangguhan impak specimen uji.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
menunjukan
pada
variasi
suhu
preheat
berapakah
peningkatan
ketangguhan impak yang paling signifikan. Semakin Zobs lebih besar dari
Z, maka perbedaan antara perlakuan yang diuji dan perlakuan lainnya
akan semakin besar, maka dapat disimpulkan bahwa variasi suhu preheat
yang memiliki Zobs terbesar adalah variasi suhu preheat yang menaikan
ketangguhan impak yang paling tinggi atau signifikan. Untuk lebih
lengkapnya lihat lampiran 5 beserta penjelasannya.
3) Pada Gambar 10 merupakan grafik hubungan antara suhu preheat pada
specimen benda uji terhadap ketangguhan impak. Pada grafik tersebut
dapat diamati ketangguhan impak mengalami peningkatan yang signifikan
dengan diperlihatkan kondisi grafik yang naik. Ketanguhan las juga
tergantung dari strukturnya seperti pada logam induk dan logam batas las,
hanya saja logam las adalah logam dalam proses pengelasan mencair dan
kemudian membeku, sehingga logam las ini banyak mengandung oksigen.
Komposisi logam las juga tergantung dari proses pengelasan yang
digunakan, tetapi dapat diperkirakan bahwa komposisinya terdiri dari
komponen logam induk dan komponen bahan las yang digunakan. Karena
itu dalam menganalisa ketangguhan logam las harus diperhatikan
pengaruh unsur lain yang terserap selama proses pengelasan, terutama
pengaruh oksigen dan pengaruh dari strukturnya sendiri. Ketangguhan
impak paling tinggi terjadi pada preheat 2700 C yaitu sebesar 0,1522
kg/mm sedangkan rata-rata nilai ketangguhan impak paling rendah terjadi
pada preheat 3000 C yaitu sebesar 0,1473 kg/mm.
4) Dari hasil uji komposisi dan hasil uji ketangguhan impak yang telah
dilakukan, terlihat terjadi peningkatan kadar karbon (C) pada Baja Keylos
50 setelah dilakukan preheat dan peningkatan ketangguhan impak
specimen benda uji setelah dilakukan preheat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan terhadap Baja Keylos 50
dari hasil pengelasan tanpa pemberian panas awal (Nonpreheat) dengan
pemberian panas awal (Preheat) dan berdasarkan data yang ada dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji komposisi kimia menunjukkan ada perbedaan pada logam induk
setelah mengalami preheat menunjukan hasil sebesar 0,504 % karbon,
bila dibandingkan dengan raw material yang hanya sebesar 0,40% karbon.
Sedangkan pada logam las setelah mengalami preheat menunjukan hasil
sebesar 0,115 % karbon.
2. Berdasarkan hasil uji ketangguhan impak yang dilakukan dengan
perlakuan panas untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis Baja Keylos 50
adalah preheat dengan variasi suhu yang digunakan yaitu 2700C, 3000C,
3300C. Proses preheat pada Baja Keylos 50 menunjukan hasil yang
signifikan yaitu dapat menaikan ketangguhan bahan terhadap beban kejut.
a) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 2700C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 57,4015 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
b) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 3000C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 2 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
c) Ada peningkatan ketangguhan bahan yang signifikan pada taraf
signifikansi 1 % yaitu pada variasi temperatur preheat 3300C. Ini
dapat dilihat pada hasil uji analisis data yang menyatakan bahwa
Zobs = 31,5302 lebih besar daripada Ztabel = 4.541 (Zobs> -Zt).
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
termasuk dalam klasifikasi baja karbon sedang dengan % karbon sebesar 0,504 %
C. Dengan penelitian ini dapat diketahui karakteristik mekanis dari Baja Keylos
50 yaitu ketangguhan melalui preheat menunjukan nilai ketangguhan yang lebih
besar dari ketangguhan nonpreheat. Hasil pengujian ketangguhan tersebut terlihat
bahwa adanya distribusi ketangguhan yang semakin meningkat dari suhu terendah
hingga suhu yang tinggi. Setalah Baja Keylos 50 mengalami preheat maka
dihasilkan nilai ketangguhan yang meningkat. Hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai acuan pengembangan penelitian selanjutnya karena masih ada
metode preheat dengan suhu lain didalam proses pengelasan untuk meningkatkan
ketangguhan dari pada Baja Keylos 50.
2. Implikasi Praktis
Dari Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi industri
logam dan mesin dalam menentukan komposisi kimia, karakteristik fisis, dan
mekanis yang digunakan untuk proses pembuatan jembatan, bumper, serta pada
industry perkapalan agar didapatkan nilai ketangguhan lebih baik serta dapat
to user
ditentukan pula metode (preheatcommit
dan pengelasan)
yang ketangguhannya cocok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
commit to user