yang adil dan beradab; berpersatuan Indonesia; berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan.
3. HAKEKAT SILA PANCASILA ADA DALAM ARTI YANG SESUNGGUHNYA
a. Bahwa kata dasar dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya adalah ada dalam arti
yang sesungguhnya, bukan ada dalam khayalan ataupun ada dalam kemungkinan.
b. Bahwa berdasarkan prinsip Ontologi (Filsafat tentang ada), ada tiga klasifikasi
tentang ada yakni sbb.:
i. Ada khayal/angan-angan: ia ada hanya jika manusia mengkhayalkan
/mengangan-angankannya, sedang dalam kenyataannya ia tidak pernah
dan tidak akan ada, sehingga adanya sangat bergantung kepada manusia
sebagai pengkhayal.
ii. Ada kemungkinan: kini ia belum atau tidak ada, namun jika manusia
mengupayakannya maka memungkinkan ia bisa menjadi ada
iii. Ada sesungguhnya: ia ada dalam dirinya sendiri, apakah manusia
memikirkan atau mengangan-angankan atau tidak ia tetap ada dalam arti
yang sebenarnya
c. Ada sesungguhnya memiliki tiga tingkatan yakni sbb.:
i. Ada mutlak: ia mutlak harus ada, jika ia tidak ada maka tiada ada yang ada
(sementara kenyataannya telah ada yang ada). Dalam istilah religi ia
adalah Tuhan Yang Maha Esa sedangkan dalam bahasa Ilmiah ia adalah
causa prima (penyebab pertama), penyebab yang tidak pernah menjadi
akibat, penyebab yang tidak pernah disebabkan. Dalam hukum sebabakibat, causa prima itu harus tunggal/esa jika tidak esa maka akan ada
sebutan Tuhan yang bukan merupakan causa prima. Dalam Filsafat ada
mutlak dibahas lebih lanjut melalui Theodice atau filsafat ketuhanan.
ii. Ada istimewa: dikatakan istimewa karena ia sadar bahwa dirinya ada, ia
adalah manusia. Manusia sadar akan adanya, sadar akan keberadaannya,
sadar akan cara-berada (eksistensi)nya yang berbeda dengan cara berada
benda atau makhluk selain manusia. Dalam filsafat ada istimewa dibahas
lebih lanjut melalui filsafat manusia.
iii. Ada unik: dinyatakan unik karena semakin banyak hal yang diketahui
tentang ia, justru kian bertambah rahasia yang belum diketahui, ia adalah
alam semesta dan bahasan kefilsafatan lebih lanjut tentang ada unik adalah
Kosmologi (kosmos=alam semesta; dan logos= kajian).
d. Karena hakekat sila-sila Pancasila berdasarkan kepada kenyataan yang
sesungguhnya, maka tidak ada lagi alasan untuk mempermasalahkan (berdebat)
soal sila-sila Pancasila.
HAKEKAT SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Ketuhanan YME adl ketuhanan yg ber kemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, berkerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlm
permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Hakekat Tuhan adalah Causa Prima dengan unsur hakekat yang terkandung didalamnya
Dalam NKRI tidak ada tempat bagi pertentangan dalam hal ke Tuhanan atau pun
keagamaan
2
agama memiliki lingkup yang berjangkauan universal sehingga terasa sulit untuk dibatasi
hanya pada sisi ke-Indonesia-an belaka
Pancasila menekankan sisi lapang dada dan toleransi dalam kehidupan antara ummat
beragama
Agama memiliki visi eksklusivitiknya sendiri, sedangkan Pancasila bervisi universal
yang mempersamakan semua agama
wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama tidak sepenuhnya sama
dengan wawasan sekian agama yang satu sama lain saling berbeda
eksistensi Pancasila adalah sebagai polisi lalu lintas yang akan menjamin semua fihak
dapat menggunakan jalan raya kehidupan bangsa tanpa kecuali
Pancasila harus bersifat netral dan tidak memenangkan pihak manapun di antara agamaagama yang berkembang di negara RI
agama-agama tetap saling berbeda baik secara kelembagaan maupun orientasi kehidupan,
namun di balik perbedaan tersebut secara keseluruhan agama-agama tetap
mengembangkan sejumlah pandangan yang bersifat universal
kejujuran (baik sikap maupun perilaku), keikhlasan dan ketulusan dalam sikap dan
tindakan, tekanan pada sisi keakhiratan dan keduniawian dalam porsi cukup seimbang,
dan sejumlah hal-hal lain yang mendasar dapat ditarik dari agama-agama yang ada
Perlu inventarisasi sejumlah etos tertentu yang dianggap disepakati bersama, untuk
dijadikan landasan seterusnya
HUBUNGAN ILMU DENGAN AGAMA
Ilmu percepat kita sampai tujuan, dan agama tentukan arah yang kita tuju.
Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, dan agama menyesuaikan dengan
jati dirinya.
Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin
Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, dan agama memberi harapan dan
dorongan bagi jiwa.
Ilmu jawab pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana dan agama jawab pertanyaan
yang dimulai dengan mengapa .
Ilmu tidak jarang mengerahkan pikiran pemiliknya, sedangkan agama selalu
menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus.
(Oleh: Hartono Junaidi) (Sumber:http://ongosc.blogspot.com /2011/11/kerukunan-umatberagama-dalam-keragaman.html )
3
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan YME,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kibijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Siapa yang berpancasila adalah Manusia Indonesia
Pendukung pokok negara adalah rakyat yang pada hakekatnya adalah manusia
(Indonesia)
Bangun Epistemologi Pancasila adalah filsafat manusia
Terdapat beberapa pandangan tentang manusia mulai dari pandangan secara
mytologi/dogmatik, religi, ilmu, hingga filosofis
Pandangan secara mytologi/dogmatis/klasik tentang manusia adalah sbb.:
(i) PANDANGAN TEOLOGIK: manusia adalah ciptaan Tuhan, menjalani ciptaan
untuk menuju ke akhirat;
(ii) PANDANGAN FILOSOFIS TIMUR: Bahwa alam semesta sudah ada tanpa
penciptaan dan tanpa evolusi; bahwa semua kejadian terus terulang (siklus);
bahwa manusia dan tuhan (dewa) tidak jauh berbeda; dan manusia adalah bagian
dari alam.;
(iii) PANDANGAN DUALISME: bahwa Tuhan adalah sumber kebaikan
(jiwa/rokh) dan badan adalah sumber kejahatan (nafsu).
Hewan
Setiap unsur atau sub unsur memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi secara adil dan
mengarah kepada keberadaban. Maksudnya adalah sbb.: (1.1) Unsur hakekat Raga
misalnya memiliki sub-sub unsur benda tambang (tanah/daging-tulang, air/zat cair
tubuh, api/suhu badan, udara/nafas, either/rokh), sub-sub unsur tumbuh-tumbuhan
(berkembang biak), dan sub-sub unsur hewani (nafsu), masing-masing memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi yakni bertahan hidup, bergenerasi, dan beraktivitas
dinamis.
(1.2) Unsur hakekat Jiwa memerlukan pemenuhan kebutuhannya berupa: akal/cipta
ingin mencapai kebenaran; rasa ingin memperoleh keindahan jiwa; karsa/kehendak
ingin mewujudkan kebaikan; dan keyakinan ingin mencapai kemutlakan;
(2.1) Unsur hakekat sifat individualis ingin dipenuhi kebutuhannya berupa
cinta/perhatian diri, sedangkan (2.2) unsur hakekat sifat social juga ingin dipenuhi
kebutuhannya berupa perhatian/cinta sesama; dan
(3.1) Unsur hakekat pribadi otonom memiliki kebutuhan berupa aktualisasi diri
sedangkan sebagai (3.2) Unsur Hakekat pribadi makhluk Tuhan memiliki kebutuhan
untuk berserah diri kepada Zat Yang Maha Kuasa.
Pemenuhan kebutuhan dikatakan adil jika semua unsur dan sub-sub unsur hakekat
diupayakan untuk terpenuhi kebutuhannya tanpa kecuali.
Sedangkan pemahaman pemenuhan kebutuhan semua unsur hakekat harus menuju
ke arah ke-beradab-an dapat dilustrasikan secara matematis sbb.:
6
3
4
2
3
Praktek hidup yang mendasarkan kepada prinsip kemanusiaan yang ADIL dan
BERADAB, yakni: jika lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan Jiwa dari pada
Raga, lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan sebagai manusia yang bersifat social
dari pada individualistic, serta lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan pribadi
sebagai makhluk Tuhan dari pada pribadi otonom.
Itu berarti bahwa sebagai bangsa sekaligus warga Negara yang bermoralkan Pancasila
dengan penekanan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, maka harus senantiasa
menjunjung tinggi sekaligus membiasakan berfikir benar, ber-rasa keindahan-mulia
(tidak tercemari oleh hawa nafsu hewaniah), berkehendak baik, berkeyakinan yang sehat
(tidak sesat atau menafikan Tuhan YME), menjaga supremasi diri, mengedepankan
kesetiakawanan, memupuk pribadi unggul yang jauh dari arogansi, dan bertabiat saleh
(senantiasa bertindak mengikuti jalan hidup sesuai kehendak Tuhan YME).
Sebaliknya pelampauan batas pemenuhan kebutuhan raga (nafsu hewaniah) yang lebih
besar dari pemenuhan kebutuhan jiwa; pementingan sifat individualis lebih besar dari
pementingan sifat sosialnya; dan pemenuhan kebutuhan pribadi otonom lebih besar dari
pemenuhan kebutuhan pribadi sebagai makhluk Tuhan, akan menjadikan manusia
terpimpin oleh hawa nafsu dengan keakuan yang tinggi serta didukung oleh kecongkakan
yang berlebihan, dapat mengarah kepada keBIADABan.
Berdasarkan ilustrasi secara matematis di atas, coba jelaskan ciri-ciri praktek hidup yang
SIA-SIA dan SESAT dengan prinsip sebagaimana dalam penjelasan sebelumnya
(BERADAB dan BIADAB).