2. TUJUAN
Medical Equipment Management Plan (MEMP) ini dirancang untuk menjamin pemilihan
peralatan medis yang tepat, mendukung proses pelayanan medis di RSUD Budhi Asih,
memastikan persiapan staf yang efektif dan bertanggung jawab atas penggunaan,
pemeliharaan dan perbaikan peralatan, dan terus-menerus memastikan ketersediaan
peralatan yang efektif dan aman melalui program pengadaan dan pemeliharaan yang
direncanakan, perbaikan tepat waktu, monitoring dan evaluasi dari semua peristiwa yang
dapat berdampak negatif terhadap keselamatan pasien atau Petugas. Tujuan dari rencana
pengelolaan ini adalah untuk meningkatkan penggunaan peralatan medis yang aman dan
efektif.
3. SASARAN
Sasaran Medical Equipment Management Plan (MEMP) ini adalah untuk mematuhi setiap
standar Joint Commission on the Accreditation of Healthcare Organizatuions (JCAHO) dan
unsur kinerja pengelolaan peralatan medis, yang mencakup semua kegiatan sebagai berikut:
Mengadakan peralatan klinis yang sesuai dengan kebutuhan layanan serta
mempertahankan keselamatan pasien dan penyedia perawatan pasien.
Meningkatkan kehandalan operasional dan fungsi dari peralatan medis melalui Preventive
Maintenance (PM).
Mengurangi insiden kerusakan alat tiba-tiba
Mengidentifikasi peluang peningkatan kinerja peralatan medis.
Mengidentifikasi semua peralatan medis yang digunakan dalam terapi, diagnosis dan
pemantauan pasien, berdasarkan risiko dari peralatan yang digunakan, kebutuhan
pemeliharaan, dan riwayat rumah sakit serta jenis peralatan.
Mengelola peralatan medis dengan menggunakan PM, kalibrasi, pengujian dan inspeksi
peralatan, serta dengan melakukan dokumentasi status peralatan.
Mengumpulkan informasi tentang masalah, kegagalan, malfungsi dan kesalahan pengguna,
dan identifikasi daerah mana yang perlu pengembangan.
Memprioritaskan perbaikan peralatan dan memberikan respon cepat untuk perbaikan.
Mengevaluasi laporan masalah dan kegagalan yang harus dilaporkan dalam mekanisme
Peraturan Keamanan Alat Medis, peralatan yang telah atau mungkin menyebabkan
kematian, atau bahaya medis yang signifikan.
1
Melaporkan kepada Manajemen secara teratur, data dan informasi tentang peralatan, isuisu manajemen, kompetensi staf, dan peraturan yang telah dikumpulkan dan dianalisis, dan
hasil permasalahan yang telah dipilih untuk Program.
4. LANDASAN HUKUM
Sebagai dasar hukum dalam pengelolaan peralatan medis dan keperawatan merupakan
peraturan-peraturan sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Rl Nomor: 72 Tahun 1998 tentang Persiapan Keamanan Farmasi dan
Peralatan Medis.
3. Keputusan Menteri Kesehatan R.l. Nomor: 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Keselamatan
Peralatan Medis dan Kebutuhan Rumah Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan
Kalibrasi Alat Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan.
5. Keputusan Direktur RSUD Budhi AsihNomor: Hk.03.05 / II.1/1264/2012 tentang
Pengelolaan dan Keamanan Fasilitas RSUD Budhi Asih.
g. Bidang Pelayanan
Bertanggung jawab dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi pelayanan di sarana
pelayanan dan berkoordinasi dengan Bidang Penunjang dalam pengembangan pelayanan.
h. Satuan kerja/Instalasi.
1. Menginventarisir seluruh peralatan medik dan keperawatan di masing-masing satuan
kerja
2. Mengusulkan kebutuhan peralatan medik dan keperawatan untuk penggantian dan
pengembangan pelayanan
3. Menjaga keutuhan, kelengkapan, dan kebersihan peralatan medik dan keperawatan
dimasing-masing satuan kerja
4. Mengoperasikan dan memelihara peralatan medik dan keperawatan sesuai ketentuan
dimasing-masing satuan kerja.
5. Mendata utilisasi pemakaian peralatan medik dan keperawatan dan dilaporkan kepada
Direktur Medik dan Keperawatan c/q Bidang Fasilitas Medik dan Keperawatan.
j. Pihak ketiga/Vendor
Mematuhi perjanjian kerjasama yang dibuat dengan RSUD Budhi Asih mengenai
pemanfaatan peralatan medik terkait dengan persyaratan perundangan dan pemeliharaan
(inspeksi, pemeliharaan preventif, perbaikan dan kalibrasi) alat medik.
3
l. Unit P3RS
Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penunjukan vendor yang menyediakan atau
memperbaiki peralatan medik di rumah sakit sesuai prosedur dan ketentuan
hukum/peraturan/perundangan yang berlaku.
6. PROSES MANAJEMEN
Medical Equipment Management Plan (MEMP) akan meningkatkan penggunaan peralatan
medis yang aman dan efektif di RSUD Budhi Asih. Rencana pengelolaan peralatan medik
tersebut mencakup unsur-unsur berikut:
a. Menyusun Rencana Pengelolaan Peralatan Medik
Rencana pengelolaan peralatan medik tertulis ini menjelaskan proses-proses penting yang
telah dikembangkan dan dilaksanakan dalam rangka untuk mengelola peralatan medis yang
efektif, aman dan handal dalam operasional. Rencana ini disusun oleh Bagian Umum dan
Pemasaran RSUD Budhi Asih
b. Perencanaan dan Penilaian Kebutuhan Peralatan Medik
Dalam perencanaan dan penilaian kebutuhan peralatan medik terdapat 2 (dua) hal yang
menjadi pertimbangan yaitu:
Adanya pengembangan pelayanan kesehatan, artinya diperlukan peralatan
tambahan untuk mendukung pelayanan.
Penggantian peralatan karena alat yang tersedia sudah diatas usia teknis (over life time),
sering rusak, atau alat dengan teknologi lama.
Satuan unit kerja setiap tahun menyampaikan usulan kebutuhan alat medik baik
pengembangan atau penggantian. Kemudian Bagian Umum dan Pemasaran akan membuat
prioritas dan mengajukan proposal anggaran untuk disetujui oleh Manajemen.
dan teknis. Proses ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa peralatan yang dipilih
memenuhi persyaratan berikut:
Sesuai dengan kebutuhan pelayanan
Kompatibel dengan antarmuka peralatan yang ada dan/atau penggunaan aksesoris
bersama.
Mudah dalam pengoperasian dan mendapat persetujuan pengguna
Memiliki sertifikat AKL, FDA, memenuhi persyaratan desain IEC 601 dan
keselamatan persyaratan UL, CSA, dll
Tidak sedang di-recall dan belum tercatat mendapat masalah keselamatan dan
penggunaan.
Setiap persyaratan instalasi khusus dapat diakomodasi.
Persyaratan ruang dapat diakomodasi.
Persyaratan beban dan phase dapat diakomodasi.
Memenuhi standar keamanan minimal 3 saluran kabel AC atau setara.
Memiliki jaminan yang tepat dan pabriknya handal.
Produsen menyediakan dukungan peralatan yang memadai.
Hal ini sesuai dengan upaya standarisasi bila mungkin
Cost effective jika dibandingkan dengan pilihan-pilihan yang lain
Jika peralatan tidak memenuhi spesifikasi di atas, tidak dapat dipilih atau pilihan lain
mungkin akan diajukan untuk disetujui.
2. Logistik
Pengadaan peralatan medik adalah suatu siklus manajemen logistik artinya setelah ada
usulan, perencanaan, pemilihan dan penganggaran maka dapat diproses pengadaannya.
Proses pengadaan dengan cara pembelian dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan
(P3RS). Bila alat diadakan dengan cara sewa atau kerjasama operasi maka perlu disusun
Surat perjanjian bersama tim hukum.
Pada saat alat medik yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan oleh Tim penerima
barang, Elektromedik dan petugas gudang medik mengenai persyaratan administrasi dan
teknis. Alat dapat langsung dipasang atau disimpan dulu di gudang medik sebelum
didistribusikan ke pelayanan.
3. Instalasi dan Uji Alat (instalation and commisioning).
Penjual alat mempunyai kewajiban melaksanakan pemasangan/Instal alat, uji fungsi dan
uji coba (commisioning) alat.
4. Pelatihan dan pengembangan ketrampilan (training and skill development)
Selanjutnya setelah dilakukan proses commissioning, diperlukan training bagi user untuk
cara pengoperasian dan teknisi untuk cara pemeliharaannya. Kegiatan ini menjadi
tanggung jawab penjual alat.
5. Pengoperasian alat dan keselamatan (operation and safety)
Selanjutnya perlu di buat SPO cara pengoperasian dan pemeliharaan, kemudian SPO ini
disosialisasikan kepada user dan teknisi agar dapat melakukan pengoperasian dan
pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur sehingga tidak terjadi kesalahan dan menjaga
alat aman digunakan. Pengawasan keamanan dan keselamatan peralatan medik
dilakukan bersama antara Bagian Umum dan Pemasaran dan Komite Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3).
e. Inventarisasi berdasarkan kriteria risiko
Kriteria risiko digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyusun inventaris
peralatan yang akan dimasukkan dalam rencana pengelolaan peralatan medis. Kriteria yang
digunakan antara lain fungsi alat, risiko fisik terkait pemakaian klinis, kebutuhan
pemeliharaan dan riwayat kerusakan alat. Masing-masing kriteria memiliki skoring dan
penjumlahan dari skoring tersebut menggambarkan tinggi rendahnya risiko alat sehingga
mempengaruhi kebutuhan pemeliharaan preventif terencana (PPM).
Risiko Alat Medik = Skor Fungsi + Skor Risiko Fisik + Skor Kebutuhan Pemeliharaan +
Skor Riwayat Kerusakan Alat
Tabel 1. Skoring Alat Medik Sesuai Fungsi
Kategori
Therapetik
Deskripsi Fungsi
Skor
10
Diagnostik
Analitik
Lain-lain
Contoh
Defibrillator,
ventilator,
pacemaker, infant
incubator
Electrosurgical unit,laser
Dialysis machine,
infusion pump,traction
unit,diathermy
EEG machine,
noninvasive blood
pressure monitor,
x-ray generator
adult scale, tympanic
thermometer, ultrasound
unit
blood gas analyzer,
clinical chemistry
analyzer, cell counter
shaker, centrifuge,
incubator, microtome
computer, ticket
printer, QC system
X-ray view box,
sterilizer, chair lift
ECG simulator,
office equipment,
kitchen equipment,
UPS
Tabel 2. Skoring Alat Medik Sesuai Risiko Fisik Terkait Penggunaan Klinis
Deskripsi risiko penggunaan
Skor
Kerusakan alat
Contoh
Defibrillator,ventilator,
anesthesia machine
Hypo/hyperthermia unit,
laser,electrosurgical unit
ECG machine, blood
gas analyzer,centrifuge
Gel warmer, heat
sealer, suction pump
Exam light, computer
terminal, video printer
Skor
Contoh
Dialysis machine,
ventilator, anesthesia
machine, x-ray table
Infant incubator,
blood warmer, laser,
portable x-ray system
Defibrillator, infusion
pump, electrosurgical
unit, traction unit
Lab microscope,scales,
general medical device
Exam light, computer
terminal, video camera
Skor
+2
+1
0
-1
-2
Hasilnya nilai skoring total < 5 berjumlah 25 alat, frekuensi PPM cukup 1 kali pertahun. Nilai
total skoring 5-9 berjumlah 179 alat, frekuensi PPM 2 kali pertahun. Nilai total skoring 10-19
berjumlah 1113 alat, frekuensi PPM 3 kali pertahun. Dan nilai total skoring 20 berjumlah 98
alat, frekuensi PPM 4 kali pertahun. Namun dalam keadaan khusus seperti usia alat yang
sudah tua maka frekuensi tersebut dapat ditingkatkan sebagai kewaspadaan.
Pengelolaan inventaris alat medik dilakukan dengan bantuan komputer terhadap data-data
seperti nama alat, tipe alat, no seri, lokasi, tahun pengadaan, kondisi alat dan tingkat risiko
alat. Peralatan medik yang dimasukan dalam inventarisasi termasuk juga alat milik pihak
ketiga (kerjasama operasi atau sewa).
f. Pemeliharaan dan Perbaikan
Bagian Umum dan Pemasaran memiliki tanggung jawab untuk mengidentifikasi strategi yang
tepat bagi semua peralatan yang ada untuk mencapai pengoperasian efektif, aman, dan
handal, dan mengelola kegiatan inspeksi, pengujian dan proses pemeliharaan peralatan
medis. Elektromedik memastikan benar pelaksanaannya dan integritas semua peralatan
medis melalui inspeksi, pengujian/kalibrasi, pemeliharaan korektif dan perbaikan.
Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program pemeliharaan dan perbaikan:
1. Inspeksi
Inspeksi harian dilakukan oleh petugas di Unit kerja dengan menilai kelengkapan alat dan
asesoris, kebersihan, kerapihan dan fungsinya. Sedangkan Elektromedik melakukan
inspeksi berkala terhadap semua alat (baru, lama, pinjam dan sewa) sesuai risiko untuk
menilai keselamatan listrik, kondisi fisik dan verifikasi kinerja alat. Alat yang berfungsi
baik diberi stiker hijau/OK, berfungsi sebagian diberi stiker kuning, dan yang tidak dapat
berfungsi diberi stiker merah/Do Not Use.
2.
Pemeliharaan preventif
Pemeliharaan periodik yang efektif dilakukan oleh Elektromedik atau pihak ketiga.
Frekuensi pemeliharaan preventif berbeda tergantung pada besarnya risiko alat. Hal
yang dilakukan adalah membersihkan alat, memberikan pelumasan alat, mengganti
asesoris alat sesuai usia teknis (life time) dari assesoris, dan mendokumentasikan pada
lembar kerja pemeliharaan dan stiker pada alat. Pemeliharaan preventif yang dilakukan
oleh pihak ketiga (contract service atau kerjasama operasi), maka dokumentasi kegiatan
yang telah dilakukan harus disampaikan ke Bagian Umum dan Pemasaran. Jadwal
pemeliharaan preventif dan program pemeliharaan keseluruhan dievaluasi setiap tahun
berdasarkan hasil PM dan riwayat perbaikan alat.
Setiap alat medik yang terdapat alat ukur didalamnya harus diuji dan dikalibrasi.Pengujian
dilakukan pada alat baru dan alat-alat yang dioperasionalkan di RS sebelum
digunakan.Kalibrasi dilakukan untuk menilai kebenaran hasil pengukuran atau kinerja dan
menjamin keselamatan pasien dan pengguna.Menurut peraturan Pemerintah pengujian
dan atau kalibrasi dilakukan sekurang-kurangnya setahun sekali.
4. Perbaikan
Elektromedik melakukan perbaikan alat yang mampu dilakukan sendiri dan tersedia suku
cadangnya. Bila tidak mampu dapat dilakukan oleh pihak ketiga dan prosesnya
melibatkan P3RS. Jika ada beberapa alat medik yang rusak bersamaan maka perlu
dibuat prioritas berturut-turut yaitu alat-alat life support, terapi, diagnostik, laboratorium
dan alat terkait pasien. Perbaikan yang dilakukan oleh pihak ketiga harus juga
terdokumentasikan laporan perbaikannya.
g. Pembongkaran dan Penghapusan
Alat-alat yang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi, dapat dibongkar atau dikeluarkan
dari sarana pelayanan. Untuk melaksanakan proses penghapusan peralatan medik perlu
didukung dengan ketersediaan data-data peralatan yang akan dihapus, seperti data tahun
produksi, utilisasi/pemakaian, riwayat kerusakan dan perbaikan alat. Datadata tersebut
harus mendukung pantas tidaknya peralatan yang akan dihapuskan. Selanjutnya dibuatkan
usulan penghapusan alat medik dari bagian inventaris ke Manajemen untuk mendapatkan
persetujuan.
h. Pemberitahuan bahaya dan penarikan alat medik
RSUD Budhi Asih mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah pemantauan dan
respon pada pemberitahuan bahaya dan penarikan (recalls) peralatan medik. Bagian Umum
dan Pemasaran berwenang dalam penanganan recalls yang prosedurnya merujuk pada SOP
Recall Alat Medik. Bila terjadi insiden terhadap pasien atau pengguna yang terkait dengan
alat medik, perlu dilaporkan kepada Komite K3 untuk diselidiki dan dianalisa.
i. Prosedur darurat
Prosedur penanganan darurat bila alat medik mendadak tidak berfungsi adalah:
1. Pada alat-alat khusus di beberapa wilayah klinis sudah termasuk dalam SOP
Penanganan Darurat mereka dengan mendahulukan penanganan kegawatan pasien.
2. Alat-alat medik yang penting dilengkapi dengan baterei cadangan atau Uninterupted
Power Supply (UPS) sehingga tetap berfungsi bila terjadi mati listrik.
3. Ketersediaan alat medik cadangan dipenuhi dari masing-masing Satuan Kerja terlebih
dahulu. Bila Satuan Kerja mengalami kesulitan dalam mencari pengganti alat medik yang
rusak, dapat menghubungi Bagian Pemeliharaan Alat Medik IPSRS di Ext. 1313.
4. Alat medik yang rusak ditarik dari pelayanan dan diberi stiker merah bertuliskan Do Not
Use
Pada keadaan bencana di Rumah Sakit, petugas logistik peralatan medik lapangan akan
berkoordinasi dengan Bagian Pemeliharaan Alat Medik IPSRS dalam menyediakan atau
mengevakuasi peralatan medik.
7. ORIENTASI, PELATIHAN DAN PENDIDIKAN
A. Program orientasi/pendidikan pengelola peralatan
1. Pelatihan awal
Kebutuhan pelatihan awal untuk teknisi dibuat oleh Supervisor elektromedik. Pelatihan
tentang alat yang diperlukan harus selesai dalam masa orientasi. Pelatihan diberikan oleh
produsen, teknisi senior atau supervisor.
2. Pelatihan berkelanjutan
Evaluasi berkelanjutan kemahiran dalam melakukan perbaikan alat dinilai oleh Supervisor
elektromedik melalui observasi dan evaluasi tindakan perbaikan yang diselesaikan. Hasil
penilaian ini dibicarakan bersama dengan staf elektromedik setiap tahun dalam penilaian
kinerja. Ketika diberi tanggung jawab untuk peralatan tambahan kepada elektromedik,
pelatihan diatur oleh Supervisor. Kebutuhan pelatihan untuk peralatan baru dinilai selama
prosedur evaluasi pra-pembelian.
B. Orientasi peralatan dan program pendidikan untuk pengguna peralatan
1. Merupakan tanggung jawab Kepala Ruangan (Petugas yang di Tunjuk) untuk memberikan
pelatihan yang membahas kemampuan, keterbatasan dan aplikasi khusus peralatan
medik dalam Program Manajemen Peralatan. Pelatihan dilaksanakan dalam tiga tahap:
pelatihan awal, pengetahuan tentang pengoperasian peralatan dan evaluasi teknik
berkelanjutan.
2. Selain itu, semua karyawan harus menghadiri pelatihan tahunan staf yang membahas
kebijakan rumah sakit mengenai Quality Assurance, Manajemen Risiko, Fire Safety, Hak
Karyawan, Penyakit yag ditularkan melalui darah, Keamanan, dan Pelayanan Pasien.
Masing-masing Satuan Kerja akan mengembangkan pelatihan mereka sendiri khusus
untuk peralatan yang digunakan di wilayah kerja mereka.
C. Masalah saat pelaksanaan pelayanan
Setiap peralatan medis, yang tidak berfungsi akibat peralatan rusak atau masalah aplikasi,
harus dilaporkan dan diselidiki oleh IPSRS bidang Alat Kesehatan. Bagian Umum dan
Pemasaran membuat kajian tren frekuensi perbaikan, termasuk perbaikan disebabkan
kesalahan pengguna, secara triwulanan. Hasil ini dilaporkan pada Rapat Pimpinan (RAPIM)
dalam pertemuan ini dan menggunakan informasi ini untuk evaluasi pelayanan mereka.
Dalam kasus kesalahan pengguna, elektromedik melakukan pelatihan di tempat untuk
pengguna, selain melaporkan masalah ini ke Pendidikan Keperawatan.
Analisa prioritas kebutuhan training peralatan medik harus berdasarkan pada:
1. Skor berdasarkan frekuensi pemakaian peralatan:
a. Skor 5 = < 1 kali / tahun.
b. Skor 4 = 1 kali / 6 bulan.
c. Skor 3 = 1 kali / bulan.
d. Skor 2 = > 1 kali /bulan.
e. Skor 1 = Setiap hari.
f. Skor 0 = Tidak perlu.
2. Skor berdasarkan insiden (kecelakaan) terkait alat medik:
a. Skor 5 = Setiap hari.
b. Skor 4 = 1 kali / minggu.
c. Skor 3 = 1 kali / bulan.
d. Skor 2 = 1 kali / 6 bulan.
e. Skor 1 = 1 kali / tahun.
f. Skor 0 = tidak perlu.
Perhitungan untuk memutuskan berapa sering dilakukan training berdasarkan:
Total Skor =Skor frekuensi pemakaian + Skor frekuensi insiden terkait alat.
Total Skor >10 = Dilakukan pelatihan 1 tahun sekali.
Total Skor < 10 = Dilakukan pada saat orientasi saja.
8. MONITORING DATA PROGRAM MANAJEMEN ALAT MEDIK
Untuk mengukur kinerja program manajemen alat medik yang dilaksanakan, maka ditentukan
indikator yang dapat menggambarkannya yaitu:
1. Jumlah alat medik yang dilaporkan rusak
Data diambil dari laporan Unit Kerja mengenai adanya kerusakan alat medik. Selanjutnya
data ini dikumpulkan setiap bulan oleh Bagian Pemeliharaan Alat Medik IPSRS untuk dilihat
trennya dari bulan ke bulan dan dianalisa hasil perbaikannya. Laporan pertriwulan
disampaikan ke Direktur melalui Wakil Direktur Keuangan dan Umum dan ditembuskan
kepada Komite K3. Target dari indikator ini adalah dibawah 270 unit/tahun.
2. Persentase alat medik yang dilakukan pemeliharaan preventif
Data diambil dari Lembar Kerja Pemeliharaan yang dibuat oleh Petugas Pelaksana
Teknis/Elektromedis setelah melakukan pemeliharaan preventif. Lembar tersebut
dikumpulkan ke Bagian Pemeliharaan Alat Medik IPSRS setiap bulan dan dianalisa cakupan
Desember 2014
Drs.Ir.Darwin Amin,MM
NIP. 196220281985031007
10
11
12