Julianto Ma
Julianto Ma
A. Pendahuluan
Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan
jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan.
Pengembangan kurikulum dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di
antaranya pada pembelajaran yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil
dari proses ini adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen
lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang
membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai seluk
beluk kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.
Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan
dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Adapun tujuan KTSP secara umum adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan
pengambilan
keputusan
secara
partisipatif
dalam
pengembangankurikulum.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah
menyiapkan peserta didik untuk hidup di kemudian hari. Dikatakan bahwa bentuk
paling sederhana dari kurikulum adalah merupakan himpunan pengalaman, sistem
nilai, pengetahuan, keterampilan dan pola sikap yang ingin dihantarkan kepada
peserta didik dengan harapan bahwa keseluruhan yang dihantarkan tersebut
B. Pembahasan
1. Komponen - Komponen Kurikulum
bangsa
bertanggung jawab.
2) Tujuan Institusional
Tujuan instruksional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan
nasional. Sistem Pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga pada
suatu tingkatan. Tiap lembaga memiliki suatu tujuan pendidikan yang disebut
dengan
tujuan
institusional,
sehingga
dikenal
bermacam-macam
tujuan
kurikulum
pada
hakekatnya
adalah
isi
kurikulum
yang
proses yang produknya dan memusatkan pada manager dan fasilitator merupakan
suatu tuntunan dalam memperlancar proses belajar mengajar ini.
Semakin maju dunia pendidikan suatu negara maka peran-peran di atas
tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik suatu negara maka peranperan di atas tentunya semakin digunakan oleh seorang pendidik dalam
menggeluti profesinya, bagi kita mungkin masih terlalu ideal. Dan hal yang
disampaikan Subandijah tersebut dapat dicapai bila guru dapat:
1) Memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar.
2) metode mengajarnya
3) Memusatkan pada proses dan produknya
4) Memusatkan pada kompetensi yang relevan
d. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum
dan menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan. Hasil evaluasi
sebagai umpan balik guna perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, sebagai
masukan dalam penentuan kebijakan pengambilan keputusan tentang kurikulum
pendidikan dapat dilihat dari komponen program, pelaksanaan dan hasil yang
dicapai.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
ada pihak yang berpendapat antara keduanya tidak ada hubungan, tetapi ada pihak
lain yang menyatakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat.
Hubungan tersebut merpakan hubungan sebab akibat, perubahan dalam kurikulum
berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi perubahan
evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum, hubungan antara
evaluasi dengan kurikulum bersifat organis dan prosesnya berlangsung secara
evolusioner.
Evaluasi kurikulum sukar di rumuskan secara tegas hal itu disebabkan
beberapa faktor :
1) Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus
berubah
2) Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan
konsep yang digunakan
3) Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang
sifatnya juga berubah
Konsep-konsep evaluasi kurikulum dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Deskriptif
2) Preskriptif
Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya
ditentukan oleh tujuannya. Doll (1976) mengemukakan syarat-syarat suatu
program evaluasi kurikulum yaitu suatu evaluasi kurikulum harus nilai dan
penilaian. Punya tujuan atau sasaran yang jelas, bersifat menyeluruh dan terus
menerus berfungsi diagnostik dan tevintegrasi.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi
yang menjadi fokus evaluasi, salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan
adalah kuantitas dan kualitas.
2. Konsep dan Teori Kurikulum
Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan
makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya
penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah
konsep kurikulum.
a. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori
kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum,
kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
1) Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar
bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin
dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang
berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal,
dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen
tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum
suatu
kurikulum,
melaksanakan,
mengevaluasi,
dan
terbentuk
oleh
sejumah
kecakapan
pekerjaan.
pendidikan
berupaya
bermacam-macam,
bergantung
pada
tingkatannya
maupun
jenis
pembelajaran
pengalaman
(instructional
belajar (selection
of
objective),
learning
menyeleksi
pengalaman-
experiences), mengorganisasi
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipetipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset
adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana
kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi
sumatif (outcome atau produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander,
dan Lewis, dan model CIPP yang didesain oleh Phi Delta Kappa National Study
Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen
kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives),
program pendidikan secara keseluruhan (the program of education as a totality),
segmen khusus dari program pendidikan ( the specific segments of the education
program, pembelajaran (instructional), dan program evaluasi (evaluation
program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai kontribusi pada
komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen
kelima, program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi
program itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai
implikasi pada proses evaluasi.
5. Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasonal Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan
oleh
Badan
Standar
Nasional
Pendidikan
(BSNP).
kompetensi
lulusan,
dibawah
supervise
dinas
pendidikan
sumber
daya,
sumber
dana,
sumber
belajar
dan
otonomi
kepada
sekolah
dan
satuan
pendidikan
untuk
pemahaman
masyarakat
terhadap
pendidikan,
khususnya
kurikulum. Pada sistem KTSP sekolah memiliki full authority and responsibility
dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan strategi, menentukan
prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai potensi seklah dan lingkungan
sekitar, serta mempertanggunng jawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi
pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan
daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik,
dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang berlaku. Selanjutnya
komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai
tujuan sekolah.
6. Landasan KTSP
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Ketentuan dalam UU 20/2003 yang mengatur KTSP,
adalah Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32 ayat (1),
(2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat (1),
(2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Ketentuan di dalam PP 19/2005 yang
mengatur KTSP, adalah Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8
ayat (1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4);
Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1),
(2), (3), (4), (5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20
c) Standar Isi
SI mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk
dalam SI adalah : kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan
menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.
d) Standar Kompetensi Lulusan
SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kep
mendiknas No. 23 Tahun 2006.
7. CiriCiri KTSP
a) KTSP
memberi
kebebasan
kepada
tiap-tiap
sekolah
untuk
diberi
pembelajaran.
kebebasan
untuk
memanfaatkan
berbagai
metode
8. Pengembangan KTSP
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Dasar Hukum tentang Penyusunan KTSP adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
(PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan
dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut
kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005
9. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta
didik.
b) Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta
menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu,
semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan anta rsemua jenjang pendidikan.
f) Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,
danpemberda-yaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g) Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
C. Penutup
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Setelah itu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, salah satunya memuat standar isi yang didalamnya mengatur
tentang
pengembangan
kurikulum.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a.
b.
c.
kompetensi
dasar,
materi
pokok/pembelajaran,
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 2007. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris Di Indonesia
Dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV. Andira.
Budimansyah, Dasim. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung:
PT. Genesindo.
Danim, Sudarwan. 2002Inovasi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Refika Aditama.