Anda di halaman 1dari 7

ESSAI

PENERAPAN NILAI DAN MORAL PROFESI PERAWAT


SAAT MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN HIV
Koordinator Mata Kuliah : Ns. Setyoadi, M. Kep, Sp. Kep. Kom
Mata Kuliah Etika dan Hukum Keperawatan

Oleh :
Yustina Ni Putu Yusniawati
(166070300111041)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


PERMINATAN GADAR FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1

ESSAI
PENERAPAN NILAI DAN MORAL PROFESI PERAWAT
SAAT MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN HIV
Oleh : Yustina Ni Putu Yusniawati (166070300111041)

Paparan Masalah
Keperawatan adalah praktek klinis yang terdiri dari pemecahan masalah secara sistematis
(proses keperawatan) dan manajemen keperawatan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien.
Saat merencanakan perawatan pasien, perawat membuat beberapa keputusan mengenai
implementasi dari asuhan keperawatan serta evaluasi dari kemajuan status kesehatan pasien.
Perawat harus menggabungkan fakta-fakta dengan beberapa nilai untuk mencapai kesimpulan
tentang justifikasi moral dalam praktek keperawatan manusia (Fry, et al., 2011). Keputusan
moral adalah melakukan hal yang benar dalam situasi tertentu, yaitu melihat apa yang benar
dalam sebuah situasi. Perawat dapat menggunakan kerangka etika untuk menentukan hal apa
yang dirasa benar untuk dilakukan dengan menggunakan situasi klinis (Pollard, 2015).
Perawat merupakan aspek penting dalam lingkup pembangunan dan peningkatan
kesehatan. Perawat merupakan profesi kesehatan dengan jumlah terbanyak yang berhubungan
langsung dengan pasien. Perawat indonesia merupakan ujung tombak dalam mencapai
kesejahteraan manusia dalam hal ini pasien. Perawat merupakan profesi yang memberikan
sebuah dampak bagi pasien dalam asuhan keperawatan (Range & Rotherham, 2010).
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang seluruhnya terintegrasi ke
dalam pelayanan kesehatan, dengan bentuk pelayanan yang diberikan yaitu bio-psiko-sosialspiritual yang komperhensip didasarkan pada ilmu dan profesionalitas tindakan keperawatan
yang ditujukan kepada individu, keluarga, dan komunitas baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh aspek pendidikan. Perawat merupakan profesi yang melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya secara profesional (Budiono
& Pertami, 2015).
Nilai merupakan suatu keyakinan atau perilaku mengenai arti seseorang, objek, ide, atau
suatu tindakan. Nilai merupakan suatu hal yang penting karena dapat mempengaruhi keputusan
dan tindakan, termasuk pengambilan keputusan etik keperawatan. Nilai terdiri dari keyakinan
dan sikap, yang berhubungan tetapi tidak identik. Keyakinan merupakan kepercayaan yang
dianggap benar oleh seseorang, dan sikap merupakan posisi mental atau perasaan terhadap
seseorang, objek, atau ide( Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2015). Dalam memberikan asuhan
keperawatan, seorang perawat membuat suasana untuk menghormati nilai-nilai dan kebiasaan
yang diyakini oleh individu. Suasana yang dibuat oleh perawat yaitu penghargaan akan nilai dan
moral dari pasien meliputi penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan
penghargaan akan hak pasien (Naden & Eriksson, 2005). Pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas jika didalam asuhan keperawatan itu terdapat sikap perawat yang menghargai dan
menerima keadaan pasien. Dalam peraktik keperawatan harus diperhatikan moral dari pasien dan
2

moral dari perawat, karena sebagai perawat wajib untuk menghargai prinsip dan nilai
keperawatan terhadap pasien dalam memberikan asuhan keperawatan (Kim, et al., 2002).
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan Human Immuno Virus
(HIV) perawat biasanya tidak menerapkan nilai dan prinsip etik profesional keperawatan. Sikap
perawat itu terlihat ketika perawat sering kali menghindar ketika akan melakukan perawatan
kebutuhan dasar seperti memandikan pasien, melakukan perawatan luka (apabila pasien
memiliki luka), membantu gosok gigi, menolong BAB dan BAK, pura-pura sibuk atau
memperlambat respon ketika pasien membutuhkan bantuan, bahkan perawat dengan teman
sejawatnya juga menunjukkan rasa takut kepada pasien dikarenakan takut tertular (Makhado &
Mselesele, 2015). Perawat juga menjunjukkan respon yang kurang ramah ketika pasien terus
menerus memanggil perawat, padahal perawat telah mengetahui penyebaran HIV bukan dari
kontak kulit, tetapi dari tranfusi, hubungan seksual, air susu ibu, dan plasenta, namun HIV di
masyarakat merupakan penyakit yang berhubungan dengan norma susila, sehingga bukan hanya
penyakit yang menular dan tidak dapat disembuhkan tetapi juga pemikiran dari seseorang yang
memiliki kehidupan yang tidak baik di masyarakat seperti penggunaan obat-obatan terlarang dan
hubungan seksual yang bebas. Tindakan non verbal merupakan suatu gerakan tubuh, gerakan
wajah, sentuhan, dan kualitas suara (Martin et, al., 2010). Perawat yang menghindar,
memperlambat respon, merasa takut menunjukkan sikap yang kurang ramah karena pasien
memiliki suatu penyakit menular yang tidak dapat disembuhkan merupakan sebuah pelanggaran
nilai dan moral etik antara pasien dan perawat.
Permasalahan antara perlakukan perawat terhadap pasien dengan HIV yang ditunjukkan
dengan tindakan non verbal seperti respon perawat yang menghindar, memperlambat respon,
merasa takut menunjukkan permasalahan mengenai nilai dan moral antara perawat dengan
pasien (Martin et, al., 2010). Disisi lain pasien yang mengetahui dirinya HIV pasti akan
merasakan stres yang besar dikarenakan penyakit HIV merupakan penyakit yang berhubungan
dengan norma susila dimana orang-orang HIV cenderung digolongkan sebagai pengguna obatobatan terlarang atau mempunyai kebiasaan berhubungan seksual secara bebas selain itu HIV
merupakan penyakit yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan. Dari paparan diatas,
pentingnya nilai dan norma yang harus dihargai antara kedua belah pihak baik dari perawat
maupun dari pasien, sehingga penulis ingin mengkaji lebih dalam bagaimana nilai dan moral
bagi profesi keperawatan khususnya untuk menjadi satu landasan bagi perawat untuk
melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas baik dan profesional.
Pembahasan
Nilai merupakan suatu keyakinan yang terus dimiliki seseorang dan diyakini secara
bebasdan menjadi dasar tindakan seseorang. nilai terbentuk dari latar belakang budaya, suku
bangsa, agama, tradisi sosial, dan nilai yang dimiliki oleh keluarga. Nilai membentuk dasar
perilaku bertujuan yang mengarah pada tindakan seseorang yang disengaja dengan maksud untuk
mencapai beberapa tujuan berdasarkan pada keputusan dan pilihan seseorang. Nilai personal
adalah internalisasi seseorang terhadap nilai yang diyakini dan nilai profesional sering
mencerminkan dan menggambarkan secara nyata tentang nilai personal ( Kozier, Erb, Berman,
3

dan Snyder, 2015). Nilai pada seorang perawat harus menuntun pada moral dan tindakan
walaupun itu melawan keyakinan perawat. Nilai profesional akan melengkapi penalaran moral.
Menurut Shahriari et al., (2013) nilai akan memimpin hidup seseorang dan bentuk dari
dunia dimana kita tinggal. Nilai berperan sebagai dasar hidup manusia. Maka, nilai merupakan
komponen dalam komunitas yang hasilnya profesi keperawatan. Nilai profesi keperawatan
didapatkan dari sebuah proses yang diperoleh melalui informasi, lingkungan sekitar dan budaya.
Perbedaan nilai-nilai kehidupan tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka berada,
tumbuh, dan berkembang.
Menurut teori Watson, (1981) ada 4 nilai penting dalam keperawatan yaitu komitmen
yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan, menghargai harkat dan martabat setiap orang,
berkomitmen tinggi terhadap pendidikan, otonomi profesional. American of colleges of nursing
(AACN, 1998) mengidentifikasikan ada 5 nilai penting dalam keperawatan yaitu (1) alturisme
yaitu perhatian terhadap keselamatan dan kesejahteraan orang lain. Dalam hal ini alturisme
nampak dalam perhatian perawat terhadap kesejahteraan pasien, perawat sejawat dan penyedia
layanan kesehatan lain. (2) otonomi yaitu hak untuk memutuskan sendiri. dalam otonomi
perawat menghargai hak pasien dalam pengambilan keputusan seputar perawatan kesehatan. (3)
martabat manusia yaitu menghormati harga diri dan keunikan individu dan populasi. hal ini dapat
tercermin dengan ketika perawat menghargai dan menghormati semua pasien dan rekan sejawat.
(4) integritas yaitu bertindak sesuai dengan kode etik dan standar praktik yang berlaku. dalam hal
ini nampak saat perawat jujur dan memberikan asuhan keperawatan berdasarkan nilai etik yang
diterima dalam profesi keperawatan. (5) keadilan sosial yaitu prinsip moral, hukum, dan
kemanusiaan yang dijunjung tinggi. hal ini terlihat dari praktik profesional saat perawat
memastikan penanganan yang sama menurut hukum dan akses yang sama untuk mendapatkan
layanan kesehatan yang berkualitas(Kozier, Erb, Berman, dan Snyder, 2015).
Bila sebuah nilai menjadi pegangan dan prinsip hidup seseorang, maka moral akan
menunjuk pada standar personal benar atau salah. Penalaran moral digunakan untuk membuat
keputusan bagaimana manusia harus bertindak (Rich & Butts, 2010). Teori moral yang
digunakan secara luas dibagi menjadi (1) teori berbasis konskuensi (teleologi) yaitu melihat
konsekuensi tindakan untuk menilai benar atau salah tindakan itu, utiritiarisme yaitu memandang
tindakan baik sebagai sesuatu yang membawa manfaat besar dan bahaya sekecil mungkin. (2)
Teori berbasis prinsip yaitu deontologi menekankan pada hak, tugas dan kewajiban individu. (3)
Teori berbasis hubungan yaitu caring menekankan kepada keberanian, kedermawanan,
komitmen, dan pentingnya membina dan mempertahankan hubungan. Didalam prinsip moral
terdapat prinsip etik yang harus juga dilakukan oleh perawat yaitu : (1) Autonomy (otonomi)
Otonomi adalah kebebasan untuk membuat keputusan sendiri. Prinsip etis ini menuntut perawat
menghormati hak klien dalam menentukan pilihan tentang perawatan kesehatan. (Tappen, Weiss
& Whitehead, 2004). (2) Benefience (berbuat baik) Prinsip beneficence adalah menuntut untuk
berbuat baik dan menguntungkan bagi orang lain. Perawat perlu membantu klien memenuhi
semua kebutuhannya meliputi fisik, emosional dan sosial (Tappen., Weiss & Whitehead, 2004).
(3) Nonmalefience (tidak merugikan) Prinsip ini menunjukkan bahwa perawat dituntut untuk
melindungi individu dari bahaya, termasuk individu yang tidak mampu melindungi diri sendiri
4

akibat kondisi fisik atau mental (Tappen, Weiss & Whitehead, 2004). Praktik pelayanan
kesehatan yang etis yang mencakup keinginan melakukan sesuatu tanpa bahaya atau aman
(Potter & Perry, 2005). (4) Justice (keadilan) Prinsip ini mengharuskan perawat dan para
professional pelayan kesehatan lain untuk memperlakukan semua orang dengan mengabaikan
jenis kelamin, agama, suku, penyakit, maupun status sosial (Tappen, Weiss & whitehead, 2004).
(5) Feracity (kejujuran) Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar data menjadi akurat, komprehensif dan obyektif. Prinsip ini
dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen terhadap orang lain. Perawat
diharapkan setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia pasien.
Kesetiaan menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik terhadap tanggung jawab
perawat (Ermawati, dkk., 2010).
Dari teori nilai dan moral diatas menunjukkan bahwa perawat harus bekerja secara
profesional dengan berbagai kompetensi. Bekerja sebagai perawat terutama di instansi penyakit
menular seperti HIV memang memerlukan kewasapadaan yang tinggi terhadap penularan
penyakit, yang tentunya akan membuat perawat menujukkan sikap non verbal berupa ketakutan,
memiliki respon yang lambat, menunjukkan respon yang kurang ramah terhadap pasien, yang
tentunya bertentangan dengan nilai dan moral profesional keperawatan (Lindhal et al., 2010).
Maka perawat dituntut untuk profesional dalam menghadapi pasien HIV, dengan cara memiliki
sikap caring, menerapkan nilai integrtas dan nilai martabat diri manusia terhadap pasien sehingga
dengan caring perawat dapat meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sehingga dengan itu
pasien dapat terhindar dari stres dan harga diri yang rendah akibat penyakit yang dimiliki
(Makhado & Mselesele, 2015). Nilai integritas juga ditingkatkan dalam diri perawat tujuannya
agar perawat bertindak sesuai dengan kode etik keperawatan dan standar praktik yang berlaku,
dalam hal ini perawat dapat memberikan layanan keperawatan yang optimal dengan respon yang
baik apabila pasien memanggil dan membutuhkan bantuan perawat, tidak menunjukkan rasa
takut kepada pasien karena penyakit HIV yang dimilikinya, dan dapat bersikap ramah kepada
pasien sehingga klien nyaman berada di rumah sakit yang akan dapat menurunkan stres yang
dimiliki sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien. Nilai martabat manusia juga harus
diterapkan perawat dalam penanganan pasien dengan HIV ini, dimana perawat harus tetap
menghormati harga diri dan keunikan individu dengan cara memberikan layanan keperawatan
yang peka dan menjaga privasi pasien, merancang layanan asuhan keperawatan sesuai dengan
kepercayaan dan menghargai budaya yang dimiliki pasien. Dengan ini perawat akan dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang senantiasa memelihara lingkungan, menghormati
nilai-nilai budaya, adat istiadat dan agama, serta dapat menjaga prefasi pasien sehingga apabila
perawat memahami dan melaksanakan kode etika keperawatan ini, maka tidak akan ada lagi
pelanggaran nilai dan moral antara perawat dan pasien,
Kesimpulan
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki interaksi yang paling banyak dengan
pasien dan rentan terhadap pelanggaran nilai dan moral etik, maka untuk menghindarinya,
perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal kepada pasien dengan cara
5

bekerja secara profesional sesuai dengan nilai keperawatan yaitu alturisme, otonomi, martabat
diri manusia, integritas,dan dan moral keperawatan yaitu teleologi, deontologi, utilitialisme, dan
caring kepada pasien, khususnya pasien dengan HIV sehingga dapat terus meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup bagi pasien. Perawat harus menghargai pasiennya dengan
memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan kode etik keperawatan PPNI
sehingga konflik-konflik nilai dan norma tidak terjadi lagi.
Saran
Bagi seluruh perawat baik itu senior, medior maupun junior untuk terus menanamkan
nilai dan moral keperawatan dalam penanganan pasien, karena perawat merupakan tenaga
kesehatan yang memiliki interaksi yang paling banyak dengan pasien, mengingat sekarang ini
banyaknya perawat yang kurang peka dan berorientasi pada materi sehingga nilai dan moral
keperawatan yang dimiliki akhirnya mengalami penurunan dan bahkan tidak tampak dari
seorang perawat. perawat juga disarankan untuk dapat terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan dengan meng-update ilmu dari berbagai jurnal keperawatan agar dapat
meningkatkan keterampilan dan pengetahun untuk menunjang profesionalitas dalam
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Blais, Kathleen Koeng, dkk. (2007). Praktik Keperawatan Profesional. Alih Bahasa : Fruriolina
Ariani dan Pamilih Eko Karyudi.(2006). Jakarta : EGC
6

Budiono & Pertami Sumirah B. (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Fry, Sara T., Veatch, Robert M., & Taylor, Carol. (2011). Case studies in nursing ethics (Vol. 4).
United States of America: Jones & Bartlett Learning
Kim, Y. S.,Park, J.W., Jung Son, Y., & Suk Han, S. (2002). Nurse managers' moral self concept
and ethical sensitivity. Journal of Korean Academy of Nursing, 32, 7.
Kozier, Barbara. (2015). Fundamental Keperawatan. Alih bahasa : Dwi Widiarti, Eka Anisa
Mardella, Nike Budhi Subekti, Lenny Helena. Jakrta : EGC
Lindahl, E., Gilje, F., Norberg, A., & Soderberg, A. (2010). Nurses' ethical reflections on caring
for people with malodorous exuding ulcer. Nursing ethics, 17(6), 777-90.
doi:http://dx.doi.org/10.1177/0969733010379181
Makhado, L., & Maselesele, M. (2015). Knowledge and psychosocial wellbeing of nurses caring
for people living with HIV/AIDS (PLWH). University Johanesburg journal 16 (1)
Martin, A., O'Connor-Fenelon, M., & Lyons, R. (2010). Non-verbal communication between
nurse and people with intellectual disability: A review of the literature. Journal of
Intellectual Disabilities, (14)4, 303-314.
Naden, D., & Eriksson, K.(2004). Understanding the importance of values and moral attitudes in
nursing care in preserving human dignity. Nursing Science Quarterly, 17(1), 86-91.
Pollard, Cheryl L. (2015). What is the right thing to do: use of a relational ethic framework to
guide clinical decision-making. International Journal of Caring Sciences, 8(2), 362-370.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of nursing. (6th ed). Missouri: Mosby, Inc
Range, L.M., & Rotherham, A.L. (2010). Moral distress among nursing and non-nursing
students.
Nursing
Ethics,
17(2),
225-32.
doi:http://dx.doi.org.10.1177/0969733009352071
Rich and Butts, (2010). Foundations of Ethical Nursing Practice. Joane and Barnett Learning :
LCC
Shahriari, M., Mohammadi, E., Abbaszadeh, A., & Bahrami, M. (2013). Nursing Ethical value
and definitions:A literature review. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research,
8(1)
Suhaemi, M. E. (2004). Etika keperawatan: aplikasi pada praktik (Vol. 1). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tappen, R. M., Weiss, S. A., & Whitehead, D.K. (2004). Essential of nursing leadership and
management. (3rd ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai