Anda di halaman 1dari 167

PENDIDIKAN PANCASILA DAN

KEWARGANEGARAAN SMP PIRI


NGAGLIK
Senin, 2008 April 28
soal kls 7
BANK SOAL PKn KLAS VII SMP / MTs
HASIL WORKSHOP MGMP PKn SMP KABUPATEN SLEMAN
TGL. 10, 17, 24, DAN 31 MARET 2008
Di Gedung Penerbit Yudhistira Yogyakarta.
SEMESTER GASAL
Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling tepat !
1. Ketentuan yang dijadikan peraturan hidup sehingga mempengaruhi tingkah laku
manusia dalam masyarakat, dinamakan... .
a. Etika
b. Norma
c. Hukum
d. Sopan santun
2. Menurut Filsuf Yunani Aristoteles Manusia disebut zoon politicon artinya ... .
a. Manusia yang hidup berkelompok dan bermasyarakat
b. manusia yang hidup bergerombol
c. manusia yang suka berbaur
d. makhluk yang lemah
3. Manusia memiliki sifat, watak, selera dan keinginan yang berbeda satu dengan yang
lain. Agar dalam masyarakat tercipta kehidupan yang tertib dan harmonis, maka
diperlukan ... .
a. uang yang banyak
b. kemampuan dan kekuatan
c.. norma, kaidah dan peraturan hidup
d musyawarah antar warga masyarakat
4. Pernyataan di bawah ini yang merupakan perwujudan taat terhadap norma agama
adalah... .
a. ikut rapat warga dan mentaati hasil rapat sebagai keputusan bersama
b. membawa SIM dan STNK ketika bepergian
c. tidak meludah disembarang tempat
d. hormat dan patuh pada orang tua
5. Agar masyarakat hidup aman, tenteram dan saling menghargai hak dan kewajiban
masing-masing, maka diperlukan... .

a. Lembaga Swadaya Masyarakat


b. Pemahaman terhadap peraturan
c. pengawasan ketat aparat keamanan
d. kepatuhan terhadap norma yang berlaku
6. Norma yang muncul dari bisikan hati nurani seseorang disebut... .
a. agama
b. hukum
c. kesusilaan
d. kesopanan
7. Peraturan yang dibuat oleh badan-badan resmi dan bersifat memaksa dan menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang disertai sanksi dinamakan... .
a. sopan santun
b. tata krama
c. hukum
d. norma
8. Hukum berfungsi untuk melindungi hak setiap orang. Oleh karena itu kita
hendaknya ... .
a. menghormati dan menghargai hak orang lain
b. melawan orang yang tidak mengormati hak kita
c. membuat daftar hak kita dan selalu manjaganya
d. tidak melaksanakan kewajiban, jika sebagian hak kita belum terpenuhi.
9. Sesuatu yang telah terbiasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari pada suatu
masyarakat tertentu, disebut... .
a. norma
b. hukum positif
c. adat kebiasaan
d. warisan budaya
10. Peraturan hidup yang berasal dari Tuhan disebut ... .
a. norma hukum
b. norma agama
c. norma kesopanan
d. norma kesusilaan
11. Himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengatur tingkah laku
manusia dalam masyarakat yang bersifat memaksa dan sanksinya tegas disebut ... .
a. hukum
b. petunjuk hidup
c. peraturan hidup
d. norma dan kaidah
12. Berikut ini yang bukan merupakan unsur-unsur hukum adalah... .
a. peraturan itu harus ditaati
b. peraturan tersebut mudah diganti
c. peraturan itu dibuat oleh badan resmi
d. bagi pelanggar hukum diberikan sanksi yang tegas
13. Hukum bersifat mengatur, maksudnya adalah ... .
a. Hukum mengatur tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat
b. hukum dapat diatur sedemikian rupa agar sesuai keinginan kita

c. peraturan hukum berisi perintah dan larangan


d. hukum memiliki sanksi yang tegas
14. Hukum memiliki sifat.... .
a. mengatur dan memerintah
b. memaksa dan mengikat
c. mengatur dan memaksa
d. mengatur dan mengikat
15. Hukum bertujuan untuk mengatur tata pergaulan hidup manusia secara damai dan
adil. Tujuan hukum ini dikemukakan oleh... .
a. L.J Van Apeldoorn
b. J. Van Kan
c. E. Utrecht
d. Aristoteles
16. Hukum dalam konsep dan prakteknya memberikan jaminan bagi masyarakat untuk
diperlakukan berdasarkan aturan hukum, dan tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh
penguasa negara, serta menjamin kepastian mengenai isi aturan. Hal ini merupakan
fungsi hukum untuk menjamin... .
a. perlindungan
b. pengayoman
c. keadilan sosial
d. kepastian hukum
17. Dari segi bentuknya, hukum di Indonesia dikelompokkan dalam... .
a. hukum privat dan hukum publik
b. hukum perdata dan hukum dagang
c. hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
d. hukum nasional dan hukum internasional
18. Deklarasi Bangkok tentang kerjasama Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara
yang tergabung dalam Asean, merupakan contoh dari hukum... .
a. traktat
b. doktrin
c. yurisprodensi
d. undang-undang
19. Hukum yang mengatur hubungan orang yang satu dengan orang yang lain dengan
menitik beratkan pada kepentingan perseorangan, disebut hukum... .
a. pidana
b. publik
c. privat
d. adat
20. RUU tentang keimigrasian, Perlindungan saksi dan korban, merupakan contoh dari ....
a. ius constituendum
b. ius constitutum
c. ius sanguinis
d. ius soli
21. Secara menyeluruh hukum perdata terdiri dari empat bagian, yang tidak termasuk
dalam hukum perdata adalah .....
a. Hukum waris

b. Hukum Pidana
c. Hukum keluarga
d. Hukum perorangan
22. Hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintah suatu negara serta hubungan
kekuasaan antara alat-alat perlengkapan, hubungan antar negara dengan bagian-bagian
negara, disebut ... .
a. Hukum administrasi negara
b. Hukum pidana khusus
c. Hukum pidana umum
d. Hukum tata negara
23. Hukum pidana yang berlaku bagi orang-orang yang mempunyai kualifikasi khusus
.....
a. Hukum Pidana Istimewa
b. Hukum Pidana Umum
c. Hukum Pidana Khusus
d. Hukum Acara Pidana
24. Yang bukan merupakan bagian hukum menurut wilayah belakunya adalah ....
a. Hukum waris
b. Hukum gereja
c. Hukum nasional
d. Hukum internasional
25. Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material adalah ....
a. Hukum formil
b. Hukum materil
c. Hukum pidana
d. Hukum tata negara
26. Kitab Undang - Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang - Undang Hukum Perdata
merupakan contoh dari....
a. Hukum materil
b. Hukum formal
c. Hukum nasional
d. Hukum tata negara
27. Menurut isinya atau hubungan kepentingan yang diatur, hukum di Indonesia
dikelompokkan dalam .....
a. Hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur
a. Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis
b. Hukum privat dan Hukum publik
c. Hukum perdata dan dagang
28. Undang Undang Dasar 1945 merupakan contoh hukum ... .
a. Gereja
b. Lokal
c. Nasional
d. Internasional
29. Menjamin kepastian hukum, Menjamin keadilan sosial, dan pengayom , merupakan
....

a. Tujuan hukum
b. Fungsi hukum
c. Norma hukum
d. Hakekat hukum
30. Yang tidak termasuk dalam hukum pidana khusus adalah ....
a. Hukum pidana ekonomi
b. Hukum pidana militer
c. Hukum pidana politik
d. KUHP
31. Contoh perbuatan sopan santun di sekolah adalah ... .
a. menaati peraturan sekolah
b. tidak menyontek saat ulangan
c. membuang sampah pada tempatnya
c. menghormati dan menghargai guru dan teman
32. Banyaknya pelanggaran hukum di masyarakat mengakibatkan .....
a. kesejahteraan meningkat
b. pembangunan berjalan dengan lancar
c. terjadinya persaingan bisnis yang ketat
d. timbulnya banyak masalah sosial di masyarakat
33. Banyak turis asing maupun dalam negeri yang datang ke Pulau Bali, karena .....
a. pulau dan hasil budayanya yang menarik
b. masyarakatnya jujur dan tak ada yang berbuat jahat
c. banyak penginapan murah dan tempat rekreasi gratis
d. percaya bahwa sepulang dari Bali akan memperoleh rejeki berlipat
34. Tujuan norma agama adalah .....
a. untuk membedakan umat beragama yang satu dengan yang lain
b. mendorong pengamalan iman dan kualitas umat beragama
c. guna membatasi kebebasan umat beragama
d. mengatur hubungan antar umat beragama
36. Penerapan norma hukum dalam kehidupan bernegara dapat berupa ....
a.. menggunakan bahasa Indonesia dalam pergaulan
b. membayar tagihan listrik setiap bulan
c. selalu membayar pajak tepat waktu
d. menggunakan produksi dalam negeri
37. Di bawah ini adalah contoh penerapan norma adat di daerah Jawa, seperti .....
a. membangun rumah adat
b. gotong royong menanam padi
c. kerja bakti kebersihan lingkungan
d. sambatan bersama-sama membangun rumah
38. Contoh norma hukum dalam lingkungan sekolah .....
a. mengikuti kegiatan olah raga
b. menaati tata tertib sekolah
c. mengikuti pemilihan OSIS
d. memilih wali kelas
39. Contoh perilaku yang menunjukkan kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah adalah
....

a. mengajari teman yang belum memahami pelajaran


b. meminjam buku pelajaran di perpustakaan sekolah
c. mengikuti upacara bendera setiap hari Senin
d. ikut mendirikan sanggar Pramuka
40. Dalam kehidupan kenegaraan setiap tanggal 16 Agustus menjelang peringatan HUT
Kemerdekaan RI presiden melaksanakan pidato kenegaraan di hadapan sidang .....
a. DPR
b. DPD
c. umum
d. istimewa
41. Salah satu contoh penerapan norma dalam keluarga adalah ... .
a. membayar pajak
b. hormat pada bapak dan ibu guru
c. Ayah melaksanakan kerja bakti RT
d. siswa mengerjakan PR di sekolah
42. Pada masyarakat Bali terdapat adat melakukan upacara pembakaran jenazah yang
disebut..
a. subak
b. ngaben
c. galungan
d. pager wesi
43. Wujud kepatuhan kita terhadap peraturan yang berlaku dalam masyarakat adalah .....
a. mengikuti ronda sesuai waktu yang disepakati bersama
b. mencuci pakaian setiap hari agar tetap bersih
c. selalu bangun pagi supaya badan tetap sehat
d. setiap hari berangkat kerja mencari nafkah
44. I. Dipimpin oleh Raja dan para bangsawan
II. Terorganisasi secara baik
III. Semata-mata perjuangan fisik
IV. Bila pemimpin gugur perlawanan padam
V. Melalui organisasi nasional
Dari pernyataan di atas ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 adalah
.....
I, II, III
I, III, IV
II, III, IV
III, IV, V
45. Peranan BPUPKI adalah .....
a. menyelidiki dan mempersiapkan segala hal untuk negara Indonesia yang akan dibentuk
b. membagi Indonesia menjadi 8 provinsi serta mengangkat 13 menteri negara
c. menyusun Pembukaan UUD 1945 bersama Panitia Kecil (Panitia 9)
d. menyusun dan menjelaskan secara terperinci tentang Proklamasi
46. Peran penting Laksamana Tadashi Maeda dalam kemerdekaan Indonesia adalah .....
a. melatih pemuda-pemuda Indonesia menjadi tangguh menghadapi musuh
b. menyusun teks proklamasi bersama Ir. Sukarno dan Drs. Muh Hatta
c. menyediakan tempat yang aman untuk menyusun teks proklamasi

d. membacakan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945


47. Pengertian Peristiwa Rengasdengklok dalam proses proklamasi adalah .....
a. Penyerangan terhadap pasukan Jepang yang bermarkas di Rengasdengklok
b. Generasi tua bersama generasi muda menyusun teks proklamasi di Rengasdengklok
c. Perundingan antara Chairul Saleh wakil generasi muda dengan Mr. Ahmad Subarjo
wakil
golongan tua di Rengasdengklok
d. Sukarno-Hatta diamankan oleh golongan muda agar tidak terpengaruh Jepang dan
segera memproklamirkan kemerdekaan di Rengasdengklok
48. Naskah asli proklamasi ditulis di .....
a. Jl. Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta
b. Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta
c. Di kediaman Jendral Teranchi
d. Di Jl. Merdeka barat Jakarta
49. Arti penting kemerdekaan bagi suatu bangsa adalah .....
a. bebas dari penjajah dan kebebasan mengatur negara sendiri
b. tidak lagi bekerja sama dengan negara lain dan penjajah
c. tidak lagi berhubungan dengan negara manapun
d. penghapusan semua pengaruh dari penjajah
50. Makna proklamasi kemerdekaan secara hukum adalah .....
a. menghapuskan tata hukum nasional mengganti dengan tertib hukum kolonial
b. menghapus tertib hukum kolonial mengganti dengan tertib hukum nasional
c. bebas menentukan nasib sendiri tidak perlu kerja sama dengan orang lain
d. bangsa Indonesia secara hukum telah lepas dari belenggu penjajah
51. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan .....
a. titik awal perjuangan bangsa Indonesia
b. titik balik perjuangan bangsa Indonesia
c. titik puncak perjuangan bangsa Indonesia
d. titik akhir pejuangan bangsa Indonesia
52. Berikut ini dasar hukum bedirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah .....
a. Pancasila
b. Proklamasi
c. Pembukaan UUD 1945
d. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
53. Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa kemerdekaan itu merupakan hak
asasi manusia, hal tersebut tercantum dalam .....
a. alinea I
b. alinea II
c. alinea III
d. alinea IV
54. Peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi oleh .....
a. siapa yang akan menyusun naskah proklamasi
b. siapa yang akan membacakan naskah proklamasi
c. adanya vacuum of power karena kekalahan Jepang
d. adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda
55. 1. Chaerul Shaleh

2. Ir. Soekarno
3. Drs. Moh. Hatta
4. Mr. Ahmad Subardjo
Tiga tokoh penting dalam penyusunan naskah proklamasi pada tanggal 16 Agustus 1945
adalah ....
1,2,3
1,2,4
1,3,4
2,3,4
56. Contoh bentuk penindasan yang dilakukan oleh penjajah terhadap rakyat Indonesia
adalah ..
a. tanam paksa
b. tukar guling
c. pajak ganda
d. kerja lembur
57. Proklamasi merupakan saat berlakunya tata hukum nasional dan tidak berlakunya lagi
tata hukum kolonial, merupakan arti proklamasi secara ....
a. politis
b. yuridis
c. ideologis
d. sosiologis
68. Bangsa Indonesia terlepas dari kekuasaan dan penjajahan bangsa lain, merupakan arti
proklamasi secara .....
a. politis ideologis
b. konstitusional
c. sosiologis
d. yuridis
59. Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 berarti telah berdiri negara Indonesia yang telah
memenuhi syarat menurut Hukum Tata Negara yaitu .....
a. memiliki DPR
b. memiliki presiden
c. adanya rakyat atau penduduk
d. adanya pemerintahan yang berdaulat
60. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mempunyai makna yang penting bagi Indonesia,
yaitu ...
a. bangsa Indonesia telah mengakhiri perjuangan fisik
b. bangsa Indonesia selalu menjunjung tinggi jasa pahlawan
c. bangsa Indonesia memiliki modal utama untuk membangun
d. merupakan pernyataan bahwa bangsa Indonesia mampu melawan penjajah
61. Dalam Pembukaan UUD 1945 bangsa Indonesia mengakui dan menyatakan secara
tegas tentang kekuasaan Tuhan atas kemerdekaan yang telah diraih. Pernyataan ini
terdapat pada alinea .....
a. pertama
b. ke dua
c. ke tiga
d. ke empat

62. Negara-negara yang pernah menjajah Indonesia adalah .....


a. Belanda, Inggris, Perancis
b. Portugis, Belanda, Jepang
c. Portugis, Inggris, Perancis
d. Jepang, Belanda, Rusia
63. Yang mencerminkan penderitaan bangsa Indonesia selama dijajah oleh bangsa lain
adalah ...
a. hidup dalam alam kemiskinan
b. mendapat perhatian dari pemerintah
c. punya kesempatan untuk menuntut ilmu
d. mendapat pengalaman belajar dengan bangsa lain
64. Yang menjadi faktor pendorong perjuangan rakyat Indonesia adalah .....
a. mampu mendirikan berbagai organisasi
b. terwujudnya persatuan dan kesatuan
c. ingin bebas dari penderitaan
d. bejuang tanpa pamrih
65. Arti kemerdekaan bagi suatu bangsa adalah .....
a. kemerdekaan didambakan oleh seluruh rakyat
b. bebas untuk berbuat apa saja sesuai keinginan
c. kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bersama
d. bebas untuk menentukan nasib bangsanya sendiri
66. Nilai semangat proklamasi yang harus kita contoh adalah .....
a. mau menang sendiri
b. pantang menyerah
c. Chauvinisme
d. fanatisme
67. Kata dalam rancangan Pembukaan UUD 1945 yang semula berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya diubah menjadi .....
a. Ketuhanan
b. Ketuhanan Yang Esa
c. Ketuhanan Yang Maha Esa
d. Ketuhanan yang berkebudayaan
68. UUD 1945 disyahkan pada tanggal 18-8-1945 oleh ....
a. MPR
b. PPKI
c. BPUPKI
d. Panitia Kecil
69. Sidang PPKI pada tanggal 18-8-1945 menghasilkan keputusan sebagai berikut,
kecuali .....
a. membentuk KNIP
b. membentuk MPRS dan DPAS
c. menetapkan dan mengesahkan UUD 1945
d. mengangkat Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden
70. Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan dengan Pembukaan UUD 1945, adalah
.....
a. keduanya disusun oleh lembaga yang sama

b. Pembukaan UUD 1945 merupakan kelanjutan proklamasi


c. Pembukaan UUD 1945 merupakan pernyataan proklamasi yang terinci
d. Proklamasi dan Pembukaan UUD 1945 merupakan perjuangan bangsa Indonesia
71. Suasana sidang PPKI pada saat penyusunan konstitusi pertama didasari dengan
semangat...
a. kebersamaan dan kekeluargaan
b. individualisme
c. eksklusifisme
d. fanatisme
72. BPUPKI mengadakan sidang pertama pada tanggal .....
a. 28 April 1945
b. 29 Mei 1945
c. 29 Mei 1 Juni 1945
d. 10 Juli 17 Juli 1945
73. Di bawah ini merupakan pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 yang
tercantum dalam penjelasan UUD 1945, kecuali .....
a. negara persatuan
b. negara berkerakyatan
c. negara berkeadilan sosial
d. negara berkedaulatan rakyat
74. Dengan masih berlakunya UUD 1945 sampai sekarang meski telah mengalami
amandemen menunjukkan bahwa UUD 1945 bersifat .....
a. sakti
b. supel
c. sopan
d. singkat
75. Badan yang ditugasi untuk melaksanakan penyelidikan bagi usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia adalah .....
a. PPKI
b. BPUPKI
c. Panitia Kecil
d. Panitia Sembilan
76. Bagi bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan mempunyai arti seperti di bawah
ini, kecuali
a. bahwa bangsa Indonesia dengan tekad dan kekuatannya sendiri menjadikan bangsa
yang
merdeka
b. bangsa Indonesia akan mengatur negara sendiri dan mempertahankan terhadap
gangguan luar
c. bahwa bangsa Indonesia menjadi pelopor bangsa-bangsa Asia Afrika
d. bangsa Indonesia bebas dari penjajahan bangsa asing
77. Deklarasi kemerdekaan yang terkandung dalam Alinea 1 Pembukaan UUD 1945,
merupakan pernyataan yang bersifat ....
a. lokal
b. universal
c. insidental

d. sementara
78. Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia, yang dikumandangkan pada tanggal 17
Agustus 1945, pada hakikatnya merupakan .....
a. pencetusan segala perasaan yang sedalam-dalamnya, yang terpendam dalam hati
sanubari rakyat Indonesia
b. hal yang seharusnya dilakukan oleh bangsa-bangsa yang terjajah
c. kehendak dari Tuhan Yang Maha Kuasa
d. hadiah dari bangsa Jepang
79. Perhatikan pernyataan di bawah ini :
1) Perasaan senasib dan sepenanggungan, yaitu dengan adanya penjajahan yang
membelenggu bangsa Indonesia, rakayat Indonesia mengalami penderitaan, kenistaan,
serta kesengsaraan lahir batin.
2) Adanya kesadaran bahwa kemerdekaan merupakan hak asasi yang harus dimiliki
karena tanpa adanya kemerdekaan, negara Indonesia tidak akan berdiri.
3) Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945
4) Adanya nilai-nilai luhur dan agama yang menjiwai dan mempengaruhi bangsa
Indonesia
Dari pernyataan tersebut di atas, yang menjadi landasan moral dan mental bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya ditunjukkan pada nomor .....
a. 2), 3), dan 4)
b. 1), 3), dan 4)
c. 1), 2), dan 3)
d. 1), 2), dan 4)
80. Makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah kemerdekaan merupakan hasil
perjuangan melawan penjajah dengan pengorbanan jiwa dan harta kekayaan, semangat
cinta tanah air dan bangsa, sebagai titik kulminasi perjuangan mencapai kemerdekaan,
dan menjadi sumber hukum berlakunya ....
a. hukum kolonial dan tidak berlakunya hukum nasional
b. Undang Undang Dasar 1945 dan dasar negara Pancasila
c. hukum nasional dan tidak berlakunya hukum kolonial
d. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
81. Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 merupakan satu kesatuan dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, diantara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Proklamasi Kemerdekaan merupakan proclamation of independence, sedangkan
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 merupakan .....
a. declaration of independence
b. declaration of human right
c. rights of legal equality
d. universal declaration
82. Hubungan antara proklamasi dan UUD 1945, yaitu bahwa proklamasi merupakan
pengejawantahan isi jiwa bangsa Indonesia, yang artinya .....
a. proklamasi merupakan titik puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan
b. proklamasi sebagai jembatan emas yang merupakan penghubung untuk mengantarkan
bangsa Indonesia ke masa kemerdekaan
c. proklamasi menandai berdirinya negara Indonesia dan sekaligus dimulainya sejarah

ketatanegaraan baru sebagai negara yang merdeka dan berdaulat


d. proklamasi kemerdekaan merupakan perwujudan dari jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dengan kehidupan yang bebas menentukan
nasibnya sendiri
83. UUD 1945 merupakan kontrak sosial yang bersifat final sebagai landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang di dalamnya terdapat deklarasi kemerdekaan, yang berisi
asas, visi dan misi bangsa Indonesia. Asas bangsa Indonesia tersebut adalah .....
a. untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
b. kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
c. terwujudnya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
d. supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas
84. Dalam rangka mewujudkan cita-cita proklamasi, yaitu tercapainya masyarakat adil
dan makmur, merata material dan spiritual, yang dijabarkan secara rinci dalam UUD
1945, maka proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945 merupakan .....
a. sumber tertib hukum yang menjadi tonggak sejarah bangsa Indonesia
b. hubungan yang bersifat kesatuan organis
c. hubungan yang bersifat kesatuan organis
d. amanat luhur dan suci bangsa Indonesia
85. Dengan ditetapkannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama
dengan ditetapkannya presiden dan wakil presiden menunjukkan bahwa .....
a. proklamasi dan Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisah- pisahkan
b. peristiwa itu merupakan realisasi tindak lanjut proklamasi kemerdekaan
c. peristiwa itu tidak ada hubungannya dengan proklamasi
d. hal yang biasa dilakukan negara yang baru merdeka
86. Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, pernyataan
ini dijelaskan dan ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 .....
a. alinea 1 dan 2
b. alinea 2 dan 3
c. alinea 1, 2 dan 3
d. alinea 1, 2, 3 dan 4
87. Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dijelaskan pada .....
a. Pembukaan alinea 4
b. Peraturan pemerintah
c. Batang tubuh UUD 1945
d. Pasal-pasal dalam UUD 1945
88. Pernyataan kemerdekaan yang tertuang dalam teks proklamasi ditegaskan dalam ......
a. alinea 1
b. alinea 2
c. alinea 3
d. alinea 4

89. Apabila proklamasi kemerdekaan memberitahukan kepada kita dan dunia bahwa
Indonesia telah menjadi negara merdeka maka pembukaan UUD 1945 memberikan .....
a. nuansa baru bagi kehidupan
b. harapan yang ingin dicapai
c. gambaran masa depan Indonesia
d. pedoman untuk mengisi kemerdekaan
90. Cita-cita luhur proklamasi tertuang dalam .....
a. UUD 1945
b. Pembukaan UUD 1945
c. Perjanjian luhur bangsa
d. Batang tubuh UUD 1945
91. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang mendasar tidak dapat
diubah oleh siapapun, kecuali .....
a. pemuka masyarakat
b. pembentuk daerah
c. pembentuk negara
d. pemuka negara
92. Pembukaan UUD 1945 memiliki hakekat kedudukan hukum yang lebih tinggi dari
pada pasal-pasal dalam batang tubuh UUD 1945 sebab ....
a. memiliki sifat supel
b. merupakan kesatuan yang bulat
c. mempunyai hubungan yang erat
d. merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
93. Batang tubuh UUD 1945 merupakan penjabaran dari pokok-pokok pikiran yang
terkandung
dalam .....
a. Perpu
b. Pembukaan UUD 1945
c. Pasal-pasal UUD 1945
d. Proklamasi 17 Agustus 1945
94. Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan .....
a. UUD 1945
b. Proklamasi
c. Batang tubuh UUD 1945
d. Cita-cita luhur bangsa Indonesia
95. Sumber hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah .....
a. UUD 1945
b. Pembukaan
c. Proklamasi
d. Batang tubuh
96. Kaidah atau ketentuan yang dijadikan peraturan hidup sehingga dapat mempengaruhi
tingkah laku manusia disebut .....
a. norma
b. norma hukum
c. norma kesopanan
d. norma kesusilaan

97. Tujuan ditetapkannya norma hukum adalah .....


a. dapat menciptakan ketertiban
b. dapat menciptakan keamanan
c. dapat menciptakan kedisiplinan
d. dapat menciptakan kedamaian
98. Tidak boleh meludah di depan orang merupakan contoh penerapan norma .....
a. agama
b. hukum
c. kesusilaan
d. kesopanan
99. Fungsi pokok norma bagi kehidupan masyarakat adalah .....
a. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada perdamaian abadi,
kemerdekaan dan keadilan sosial
b. untuk membantu tokoh masyarakat dalam menciptakan ketertiban
c. sebagai pedoman / penuntun tingkah laku manusia
d. untuk melindungi fakir miskin
100. Dengan lahirnya proklamasi kemerdekaan diharapkan suatu bangsa dapat mencapai
kemajuan dan kesejahteraan hidup bagi rakyatnya karena proklamasi memiliki makna
sebagai ......
a. akhir dari penjajahan
b. sebagai awal perjuangan
c. sebagai pembangunan bangsa
d. sebagai titik puncak perjuangan bangsa
101. Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi negara sebab di dalam
konstitusi biasanya diatur tentang .....
a. suatu ketentuan pokok berdirinya suatu negara
b. suatu program pembangunan bangsa
c. nama-nama para pejabat negara
d. sejarah perjuangan bangsa
102. Perilaku siswa yang menunjukkan sikap positif terhadap pernyataan kemerdekaan
dapat diwujudkan dalam ....
a. belajar giat
b. memperingati hari-hari besar nasional
c. menangkal masuknya ideologi negara lain
d. menangkal masuknya budaya asing yang bertentangan dengan konstitusi
103. Dengan lahirnya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 berarti .....
a. bangsa Indonesia tidak lagi mengadakan hubungan / kerjasama dengan negara-negara
lain
b. bangsa Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan
c. bangsa Indonesia menjadi bangsa yang paling terhormat
d. bangsa Indonesia tidak lagi memerlukan bantuan
104. Arti pentingnya proklamasi bagi bangsa Indonesia adalah .....
a. akhir dari suatu penjajahan
b. untuk melaksanakan ketertiban dunia
c. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
d. bangsa Indonesia lepas dari penindasan bangsa lain

105. Contoh perilaku warga negara yang setia terhadap bangsa dan negara adalah .....
a. melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. memajukan kesejahteraan umum
c. mencerdaskan kehidupan bangsa
d. mencintai tanah air dan bangsa

SEMESTER GENAP
Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling tepat !
01. Manusia memiliki hak hidup dan kebebasan untuk bergaul yang melekat pada dirinya,
yaiitu...
a. sejak dilahirkan sampai masuk sekolah
b. sejak masa kanak-kanak sampai remaja
c. sejak akal mulai tumbuh dan berpikir secara dewasa
d. sejak berada dalam kandungan sampai hidup di dunia
02. Sebagai landasan bagi manusia untuk mengembangkan kehidupannya sesuai dengan
daya cipta dan kreasinya, maka hak hidup dan kebebasan manusia merupakan... .
a. karunia dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa
b. kehidupan manusia di dunia
c. keunikan sifat manusia
d. kekuasaan alam
03. Mengapa tidak seorang manusiapun yang dibenarkan merenggut/merampas hak dasar
itu kepada orang lain ?
a. karena kenyataan manusia mempunyai sifat merampas
b. karena orang lain tidak tahu dirampas baik hak atau kewajibannya
c. karena ada kemungkinan untuk tidak mau merampas hak orang lain
d. karena merampas hak dasar seorang, berarti melawan kodrat dan kehendak Tuhan
04. Sebagai manusia yang beradab, kita tidak boleh menindas orang lain sebab setiap
penindasan berarti... .
a. pelanggaran terhadap hak asasi manusia
b. pelanggaran terhadap hak seseorang
c. termasuk kegiatan yang direncanakan
d. bagian dari hak seseorang
05. Demi terwujudnya tata kehidupan yang beradab dan harmonis, setiap manusia harus
saling menghormati, maka tanggung jawab untuk menjaga, melindungi dan menjunjung
tinggi HAM menjadi kewajiban... .
a. setiap keluarga
b. seluruh umat manisia
c. masyarakat pada umumnya
d. pemerintah dan lembaga tinggi
06. Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia yang semakin sempurna,
penegakkan dan perlindungan HAM diatur pelaksanaannya dan dituangkan dalam

berbagai peraturan sebagai...


a. pemehaman setiap hak dan kewajiban
b. dasar pelaksanaan hak dan kewajiban di sekolah
c. dasar dan pedoman dalam rangka penegakkan HAM
d. aturan dasar yang dilandasi perundang-undangan yang berlaku
07. Seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oeh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengertian ini tercantum pada... .
a. pasal 1 UU No 26 tahun 2000
b. pasal 1 UU No 9 tahun 1998
c. pasal 1 UU No 39 tahun 1999
d. pasal 1 UU No 5 tahun 1998
08. Kesadaran akan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia harus terus kita
tingkatkan. Sebab ... .
a. HAM merupakan hak dasar manusia
b. kedamaian akan terwujud jika setiap orang menghormati HAM
c. Jika tidak menghormati HAM, kita akan berurusan dengan Polisi
d. HAM di Indonesia telah dituangkan dalam Undang Undang Dasar 1945
09. Negara yang pertama memperjuangkan penegakkan HAM adalah... .
a. PBB
b. Inggris
c. Amerika
d. Indonesia
10. Perjuangan HAM di Inggris tampak dari adanya beberapa dokumen kenegaraan yang
berhasil disusun dan disahkan sebagai tonggak perjuangan HAM. Hal ini dimulai dari... .
a. Magna Charta
b. The Four Freedom
c. Declaration of Independence of united states
d. Declaration des droits del homme et do citoyen
11. Perhatikan pernyataan berikut :
1. Universal Declaration of Human Rights
2. Declaration of Independence of United States
3. Atlantic Charter
4. Declaration des droits del homme et do citoyen
5. Bill of Rights
6. Magna Charta
7. Petition of Rights
8. Habes Corpus Act.
Berdasarkan penyataan di atas, manakah sebagai tonggak perjuangan HAM di Inggris... .
1234
2345
3456
5678
12. Tonggak perjuangan HAM di Inggris yang berisi tentang pernyataan mengenai hakhak rakyat beserta jaminannya di tahun 1628 melalui pernyataan... .

a. Bill of Rights
b. Magna Charta
c. Petition of Rights
d. Habeas Corpus Act
13. Petition of Rights berisi pernyataan di bawah ini, kecuali... .
a. HAM berjalan secara perlahan dan beraneka ragam
b. pajak dan pungutan istimewa harus disertai dengan persetujuan
c. warga negara tidak boleh di paksakan menerima tentara di rumahnya
d. tentara tidak boleh menggunakan Hukum Perang dalam keadaan damai
14. Salah satu isi penyataan Magna Charta (Piagam Agung) yang pertama adalah... .
a. seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan
b. Di Inggris berlaku perjanjian raja dengan penduduk untuk memberi hak-haknya
c. masyarakat Inggris berlaku peraturan antara polisi atau jaksa dapat menuntut bagi yang
bersalah
d. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan hak dan
kebebasan gereja di Inggris
15. Isi pernyataan Petition of Rights dibawah ini yang kurang benar adalah... .
a. pajak dan pungutan istimewa harus disertai dengan persetujuan
b. warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara dirumahnya
c. tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
d. seorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu dua hari setelah penahanan
16. Undang-undang yang mengatur penahanan seseorang dalam pernyataan Habeas
Corpus Act isinya ... .
a. seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu dua hari setelah penahanan dan
alasan penahanan seseorang harus disertai dengan bukti yang sah menurut hukum
b. Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan hak dan
kebebasan di gereja
c. pemahaman HAM menjadi pendorong untuk lebih menghormati hak-hak dasar
d. Raja berjanji pada penduduk & bebas menggunakan hak-haknya
17. Pada tahun 1689 Bill of Rights merupakan undang-undang yang diterima oleh
parlemen Inggris yang isinya di bawah ini kecuali... .
a. hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masingmasing,parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja
b. adanya kebebasan berbicara, berpendapat, beragama, dan bebas dari kekurangan dan
kelaparan
c. kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat, pajak dan undang-undang
d. mengatur kebebasan dalam pemeriksaan anggota parlemen
18. Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam seperti
dibawah ini kecuali... .
a. Hak milik
b. Hak atas hidup
c. Hak-hak dasar
d. Hak kebebasan
19. Pemikiran John Locke mengenai hak-hak dasar ini jelas dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1776 dikenal dengan... .

a. Declaration des droits del Homme et do Ciloyen


b. Declaration of Independence of United States
c. Umfenal Declaration of Independence
d. Declaration of Human Rights
20. Atlantic Charter dirumuskan pada tahun 1941 yang muncul pada saat terjadinya
Perang Dunia II yang dipelopori oleh Franklin Delano Roosevelt, piagam ini memuat... .
a. Liberte
b. Egalite
c. Freternite
d. The Four Freedom
21. Hak asasi manusia mengandung makna... .
a. hak dasar yang dikiliki manusia sejak lahir
b. hak dasar yang dikiliki manusia setelah dewasa
c. hak dasar yang dikiliki manusia setelah berumur lima tahun
d. hak dasar yang dikiliki manusia semenjak dalam kandungan
22. Hak asasi yang dimiliki setiap manusia merupakan... .
a. pemberian penguasa
b. pemberian orang tua
c. anugerah Tuhan
d. hasil perjuangan
23. Pelanggaran hak asasi manusia , maksudnya ialah... .
a. perbuatan yang sesuai dengan hukum
b. perbuatan yang mengurangi kebebasan seseorang
c. perbuatan yang memberikan kebebasan seseorang
d. perbuatan yang tidak mendasarkan aturan hukum
24. Undang-undang yang mengatur Hak asasi manusia adalah... .
a. Undang-undang No 22 tahun 1999
b. Undang-undang No 39 tahun 1999
c. Undang-undang No 32 tahun 2004
d. Undang-undang No 33 tahun 2004
25. Bentuk pelaksanaan hak asasi manusia dibidang politik adalah... .
a. hak untuk bekerja
b. hak untuk berpendapat
c hak untuk memperoleh pendidikan
d. hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
26. Pengakuan hak asasi manusia di Indonesia dapat dieujudkan dalam Pembukaan UUD
1945 alinea..
a. pertama
b. ke dua
c. ke tiga
d. ke empat
27. Pernyataan sejagat tentang hak asasi manusia oleh PBB yang dikenal sebagai
Universal Declaration of Human Right ditetapkan pada tanggal... .
a. 24 Oktober 1945
b. 10 November 1945
c. 30 September 1945

d. 10 Desember 1948
28. Contoh pelanggaran hak asasi manusia di lingkungan keluarga adalah... .
a. pembantu diperlakukan semaunya
b. pembantu dianggap keluarga sendiri
c. pembantu diperlakukan secara tegas
d. pembantu diperlakukan secara manusiawi
29. Pelaksanaan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebasbebasnya, melainkan... .
a. harus mendasarkan Pancasila
b. harus mendasarkan UUD 1945
c. harus mendasarkan Ketetapan
d. harus mendasarkan hukum yang berlaku
30. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan contoh
hak dibidang... .
a. politik
b. ekonomi
c. sosial budaya
d. pembangunan
31. Perbuatan-perbuatan berikut ini merupakan contoh tindak kejahatan terhadap
kemanusiaan, kecuali ... .
a. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
b. membunuh anggota kelompok
c. perbudakan
d. penyiksaan
32. Berikut ini yang merupakan contoh tindak kejahatan genosida, kecuali ... .
a. perbudakan
b. membunuh anggota kelompok
c. membuat penderitaan fisik/mental yang berat terhadap anggota kelompok
d. memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran dalam kelompok
33. Penegakan Hak Asasi Manusia akan berjalan dengan baik apabila setiap warga negara
berusaha tidak... .
a. mengganggu orang lain
b. menganiaya orang lain
c. membuat kekacauan
d. menipu orang lain
34. Bentuk dukungan warga negara dalam penegakan Hak Asasi Manusia adalah... .
a. ikut menyelidiki berbagai kasus HAM
b. membantu Polisi menangkap penjahat
c. melaksanakan instrumen hukum HAM
d. mendaftarkan diri menjadi anggota KOMNAS HAM
35. Sikap yang seharusnya dilakukan oleh warga negara dalam menegakkan Hak Asasi
Manusia yaitu...
a. membantu pemerintah dalam merumuskan instrumen Hak Asasi Manusia
b. mendukung tegaknya peraturan perundangan HAM
c. membantu terlaksananya perlindungan hak-hak anak
d. membantu orang lain yang haknya dilanggar

36. Contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di bidang ekonomi adalah... .
a. tewasnya Ersa dalam penyanderaan di Aceh
b. digusurnya sebuah sekolah untuk sarana olahraga
c. tertembaknya beberapa mahasiswa dalam kasus Trisakti
d. perampokan yang menimpa nasabah sebuah Bank ternama
37. Pengadilan secara paksa merupakan contoh dari... .
a. tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan
b. tindakan yang sewenang-wenang
c. pelanggaran hukum pidana
d. kejahatan genosida
38. Contoh pelanggaran HAM berat adalah ... .
a. penipuan
b. pencurian
c. perbudakan
d. pemalsuan dokumen
39. Penyebab utama terjadinya pelanggaran HAM adalah ... .
a. rendahnya moral seseorang
b. rendahnya tingkat pendidikan
c. kurangnya pengawasan dari pemerintah
d. belum maksimalnya kinerja KOMNAS HAM
40. Salah satu penyebab kurangnya penegakan HAM di Indonesia adalah ... .
a. rendahnya gaji Hakim
b. kurang tegasnya penegakkan HAM
c. minimnya jumlah aparat penegak hukum
d. kurang jelasnya perundang undangan mengenai HAM
41. Peristiwa kasus di Sampit Kalimantan Tengah adalah pelanggaran HAM yang
dilakukan antara... .
a. aparat pemerintah dengan masyarakat
b. pemerintah dengan suku/kelompok
c. masyarakat dengan pemerintah
d. antar suku / kelompok
42. Contoh kejahatan genosida adalah ... .
a. perbudakan
b. membunuh anggota kelompok
c. penyiksaan terhadap seseorang
d. perampasan atau pemindahan penduduk secara paksa
43. Lembaga-lembaga bantuan hukum dalam melakukan tugasnya bersifat ... .
a. legal & informal
b. personal & profesional
c. relawan & kebersamaan
d. pengabdian & profesional
45. Usaha penegakan HAM akan berhasil dengan baik apabila ... .
a. adanya kesadaran setiap warga negara untuk menegakkan HAM
b. adanya dana yang cukup untuk membiayai para aparat penegak HAM
c. dibuat Undang-Undang HAM yang mampu menjerat para pelanggar HAM

d. didukung oleh negara lain yang mempunyai hubungan erat dengan Indonesia
46. Penghargaan terhadap upaya perlindungan HAM dapat diwujudkan dengan bersikap
dan berbuat seperti dibawah ini, kecuali ... .
a. sedapat mungkin mencegah terjadinya pelanggaran HAM
b. bergabung dan mendukung kelompok perusak lingkungan
c. mengendalikan diri untuk tidak melakukan pelanggaran HAM
d. melaporkan setiap pelanggaran HAM yang dilihat pada yang berwajib
47. Lembaga perlindungan HAM yang dibentuk oleh pemerinath berdasarkan Keppres
No 50 tahun 1993 ialah... .
a. Komnas HAM
b. Kontras
c. Y L B I
d. L S M
48. Pasal-pasal dalam UUD 1945 yang memuat tentang hak asasi manusia ialah... .
a. pasal 27 s.d 34
b. pasal 28 s.d 28 J
c. pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (1)
d. pasal 27 s.d pasal 37
49. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Hal ini ditegaskan dalam UUD
1945... .
a. pasal 28 D ayat 1
b. pasal 28 D ayat 4
c. pasal 28 G ayat 1
d. pasal 28 G ayat 2
50. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupan
adalah isi yang terkandung dalam UUD 1945 yang di amandemen, pada... .
a. pasal 28 A
b. 28 B ayat (1)
c. 28 B ayat (2)
d. 28 C ayat (1)
51. Kerjasama dengan organisasi atau pihak lain dalam bidang HAM merupakan
wewenanga Komnas HAM dalam melaksanakan fungsi... .
a. pengkajian
b. penyuluhan
c. penelitian
d. pemantapan
52. Hak asasi manusia diatur dalam... .
a. UU No 9 tahun 1999
b. UU No 39 tahun 1999
c. UU No 26 tahun 2000
d. UU No 33 tahun 2004
53. Pengadilan yang memeriksa, mengadili dan memutus pelanggaran HAM berat yang
terjadi sebelum berlakunya UU No 26 tahun 2000 adalah... .
a. pengadilan khusus
b. pengadilan negeri
c. pengadilan HAM

d.pengadilan HAM ad hoc


54. Wujud nyata penegakan HAM dalam lingkungan keluarga adalah....
a. orang tua dan anak mengadakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah bersama
b. anak meminta uang saku kepada orang tua untuk bekal ke sekolah
c. anak dapat memilih pendidikan sesuai minat dan bakat
d. orang tua mengajarkan agama kepada anak-anak
55. Contoh tindakan sewenang-wenang yang bertentangan dengan upaya penegakan
HAM adalah....
a. hakim memutuskan perkara berdasarkan bukti-bukti
b. siswa berkelahi kemudian diberi sanksi oleh Kepala Sekolah
c. pembredelan koran/majalah yang mengkritisi program pemerintah
d. polisi memberi tilang kepada pengemudi yang tidak membawa SIM
56. Seorang tokoh pejuang HAM dari India adalah....
a. Mahatma Gandhi
b. Abraham Lincoln
c. Martin Luther King
d. Mahathir Muhammad
57. Sebagai uapaya untuk tetap tegaknya masalah HAM di Indonesia pemerintah telah
membentuk Komnas HAM melalui....
a. Kepres No 20 tahun 1993
b. Kepres No 50 tahun 1993
c. Kepres No 10 tahun 1979
d. PP No 30 tahun 1990
58. Contoh penegakan HAM di lingkungan sekolah adalah....
a. memberikan kesempatan kepada anggota keluarga lain untuk memiliki cita-cita yang
berbeda
b. mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
c. hidup bertetangga dengan baik
d. menghormati pendapat teman
59. Menurut UUD 1945, perlindungan, penegakan dan pemenuhan HAM adalah
tanggung jawab... .
a. masyarakat
b. Komnas HAM
c. pemimpin agama
d. negara terutama pemerintah
60. Bentuk dukungan dalam upaya penegakan HAM antara lain dapat berupa ....
a. lisan
b. tulisan
c. tulisan dan lisan
d. tulisan, lisan dan rekaman
61. Mendahulukan hal-hal yang bersifat kemanusiaan pada hakekatnya adalah....
a. pelanggaran pengadilan HAM
b. pemicu terjadinya pelanggaran HAM
c. dukungan terhadap penegakan HAM
d. penyebab merosotnya penanganan kasus pelanggaran HAM

62. Upaya penegakan HAM dilakukan dengan....


a. menyiapkan aparat hukum
b. memasukkan HAM ke dalam undang-undang
c. menjaga agar tidak melanggar hak asasi orang lain
d. melakukan penghukuman terhadap para pelanggar HAM
63. Lembaga formal HAM yang bertujuan meningkatkan perlindungan dan penegakan
HAM adalah....
a. Komnas HAM
b. LSM
c. DPR
d. MPR
64. Hak yang dimiliki oleh setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran secara
lisan, tulisan, dan sebagainya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku, disebut ... .
a. hak mengemukakan pendapat
b. asas kemerdekaan mengemukakan pendapat
c. landasan kemerdekaan mengemukakan pendapat
d. pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat
65. Kemerdekaan menyampaikan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
maksudnya adalah....
a. bebas berpendapat dan bertanggung jawab atas pendapat yang dikeluarkan
b. bebas berpendapat dengan tetap mematuhi peraturan yang berlaku
c. bebas berbicara sesuai keinginannya
d. bebas tanpa batasan apapun
66. Warga negara yang akan menyampaikan pendapat di muka umum memiliki hak ....
a. menggalang masa sebanyak-banyaknya
b. mendapat perhatian dari pemerintah
c. memperoleh perlindungan hukum
d. menghormati pendapat orang lain
67. Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban untuk ....
a. menghormati aturan moral yang diakui umum
b. mengeluarkan pendapat secara bebas
c. berpendapat sesuai keinginannya
d. hadir tepat pada waktunya
68. Di bawah ini merupakan asa mengeluarkan pendapat di muka umum, kecuali ....
a. asas musyawarah mufakat
b. asas praduga tak bersalah
c. asas proporsionalitas
d. asas manfaat
69. Meletakkan segala kegiatan sesuai dengan konteks/tujuan kegiatan, adalah pengertian
asas....
a. proporsionalitas
b. profesionalisme
c. manfaat dan tujuan
d. musyawarah mufakat
70. Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum diatur dengan ....

a. UU No 6 tahun 1998
b. UU No 7 tahun 1998
c. UU No 8 tahun 1998
d. UU No 9 tahun 1998
71. Deklarasi HAM PBB pasal 19 menyatakan ....
a. setiap orang bebas mengeluarkan pendapat sesuai dengan hati nuraninya
b. setiap orang berhak berserikat, berkumpul dan mendirikan organisasi
c. setiap orang berhak atas kebebasan dan mengeluarkan pendapat tanpa ganggguan
d. kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
72. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat, tercantum dalam UUD 1945 yaitu ....
a. pasal 27 ayat 1
b. pasal 28
c. pasal 28 E ayat 3
d. pasal 29 ayat 1
73. Kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum merupakan hak setiap warga
negara. Pengertian di muka umum adalah.....
a. di depan gedung DPR/DPRD
b. dihadapan orang banyak
c. di lapangan yang luas
d. di jalan raya
74. Suatu bentuk kegiatan menyampaikan pendapat di muka umu yang dilakukan secara
bebas, tanpa tema-tema tertentu dinamakan....
a. mimbar bebas
b. rapat umum
c. demonstrasi
d. unjuk rasa
75. Kegiatan pawai adalah suatu cara menyampaikan pendapat di muka umum dengan ....
a. konvoi kendaraan
b. kelompok besar
c. berjalan kaki
d. arak-arakan
76. Akibat pembatasan kemerdekaan mengemukakan pendapat seseorang adalah...
a. seperti katak di bawah tempurung
b. kesulitan untuk menyampaikan aspirasinya
c. sebagai bentuk pemasungan akan hak-haknya
d. mengurangi jumlah suara dalam pengambilan keputusan
77. Dalam suatu rapat semua peserta mempunyai hak untuk berbicara, jika seseorang
tidak mendapat kesempatan berbicara artinya sama dengan tidak boleh....
a. mengikuti rapat
b. berbeda pendapat
c. mengeluarkan suara hati
d. memanfaatkan waktu yang tersedia
78. Suatu kelompok dapat membatalkan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka
umum kepada POLRI sekurang-kurangnya ....
a. 1 X 24 jam

b. 2 X 24 jam
c. 3 X 24 jam
d. 4 X 24 jam
79. Kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa batas dan tidak bertanggung jawab, akan
berakibat ... .
a. peradaban masyarakat semakin maju
b. masyarakat semakin sejahtera
c. pemerintahan menjadi kuat
d. pelanggaran hukum
80. Kemerdekaan mengemukakan pendapat akan kehilangan maknanya apabila
dimanfaatkan sebagai alat untuk ....
a. manipulasi data
b. menghapus aturan yang sudah ada
c. merenggut kemerdekaan orang lain
d. meningkatklan kesadaran para anggotanya
81. Kemerdekaan mengemukakan pendapat akan nirmakna jika digunakan untuk ....
a. menindas pihak lain
b. memberi peluang korupsi
c. menutupi kesalahan pribadi
d. mencari kambing hitam suatu masalah
82. Pada hakekatnya kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga
negara baik ....
a. WNI maupun WNA
b. individu atau kelompok
c. nasional atau internasional
d. menyeluruh atau globalisasi
83. Dampak positip mengeluarkan pendapat bagi kehidupan masyarakat salah satunya
adalah ...
a. berpola pikir ke depan lebih maju
b. membangun generasi yang lebih baik
c. membiasakan berpikir kritis dan responsif
d. meningkatnya dalam menyikapi permasalahan sosial
84. Undang-undang No 9 tahun 1998 mengatur tentang ....
a. pers
b. demonstrasi
c. telekomunikasi
d. berpendapat di muka umum
85. Tempat yang diperbolehkan untuk berdemonstrasi adalah ....
a. Rumah Sakit
b. Tanah Lapang
c. Tempat Ibadah
d. Istana Kepresidenan
86. salah satu hak yang harus dipenuhi dalam menyampaikan pendapat di muka umum
adalah ...
a. memperoleh akomodasi
b. memperoleh kebutuhan hidup

c. memperoleh perlindungan hukum


d. memperoleh pengawasan ketat aparat
87. Penanggung jawab pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang
melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi hukum tambahan yakni ....
a. 2/3 dari pidana pokok
b. 1/2 dari pidana pokok
c. 1/3 dari pidana pokok
d. 1/4 dari pidana pokok
88. Dalam menyampaikan pendapat di muka umum harus mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi atau golongan merupakan asas ....
a. proporsionalitas
b. musyawarah dan mufakat
c. kepastian hukum dab keadilan
d. keseimbangan antara hak dan kewajiban
89. Salah satu kewajiban warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umu
adalah ....
a. hadir tepat pada waktunya
b. memperoleh perlindungan hukum
c. mengeluarkan pikiran secara bebas
d. menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain
90. Menyampaikan pendapat di muka umum wajib memberitahu secara tertulis kepada ....
a. DPR/DPRD
b. Komnas HAM
c. POLRI setempat
d. pemerintah setempat
91. Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum, artinya....
a.mencegah timbulnya bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum baik yang
menyangkut orang, barang maupun kesehatan
b. mengindahkan norma agama, kesopanan dan kesusilaan dalam kehidupan
masyarakat
c. ikut memelihara dan menjaga hak dan kebebasan orang lain untuk hidup aman, tertb
dan damai
d. membiarkan timbulnya permusuhn, kebencian dan perpecahan
92. Diantara cara-cara penyampaian pendapat di muka umum yang dampak negatifnya
terhadap ketertiban umum sangat kecil adalah ....
a. pawai
b. unjuk rasa
c. rapat umum
d. mimbar bebas
93. Pernyataan:
I. menghargai pendapat orang lain
II. menjaga persatuan dan kesatuan
III. mentaati peraturan yang berlaku
IV. menghormati perasaaan orang lain
V. menggunakan kebebasan seluas-luasnya

VI. mempertahankan pendapat agar menjadi keputusan


Pernyataan di atas yang merupak kewajiban warga dalam menyampaikan pendapat
terdapat pada nomor ....
a.I, II, III, IV
b. II, III, IV, V
c. I, III, IV, V
d. II, III, V, VI
94. Adanya penambahan mata pelajaran yang di-UNAS-kan (IPA), sikap siswa sebaiknya
....
a. mogok belajar karena memberatkan siswa
b. mengajak teman unjuk rasa yang intinya menolak
c. menolak dengan alasan menambah beban belajar
d. menyampaikan pendapatnya melalui prosedur yang benar
95. Sikap yang terbaik bagi pelajar dengan adanya jam belajar masyarakat dari jam 19.00
21.00 adalah ....
a. pada saat ulangan umum belajar lebih banyak
b. mentaati ketentuan yang berlaku di masyarakat
c. belajar sesuai dengan jadwal harian sehingga lebih efektif
d. tidak menghiraukan ketentuan dan belajar sesuai kebutuhan
96. Dengan adanya ketentuan pemulung dilarang masuk, sebagai warga masyarakat
tindakanmu adalah ....
a. mendukung ketentuan yang berlaku demi keamanan kampung
b. terserah masyarakat asal segala sesuatunya menjadi lebih baik
c. setuju karena pemulung dapat langsung ke pembuangan sampah akhir
d. kurang setuju sebab pemulung akan kehilangan pekerjaan padahal berjasa bidang
kebersihan
97. berikut ini merupakan cara menyampaikan pendapat secara bebas dan bertanggung
jawab, kecuali....
a. pendapat yang disampaikan disertai alasan yang jelas
b. penyampaian pendapat boleh meninggalkan tempat musyawarah
c. penyampaian pendapat dilakukan dengan memperhatikan peraturan
d. pendapat yang disampaikan menyangkut nilai keadilan dan demokrasi
98. Bentuk penyampaian pendapat di lingkungan keluarga yang paling tepat dilakukan
dengan ....
a. unjuk rasa
b. seminar
c. dialog
d. poster
99. I. Rapat RT
II. Majalah dinding
III. Karang Taruna
IV. Rapat keluarga
Dari pernyataan tersebut di atas, bentuk penyampaian pendapat yang paling sesuai dalam
lingkungan masyarakat adalah ....
a. I, II
b. I, III

c. II, III
d. III, IV
100. Salah satu contoh penyampaian pendapat di lingkungan sekolah secara benar yaitu
....
a. menyampaikan langsung di depan kelas
b. menulis di buletin sekolah
c. mencoret-coret meja kelas
d. meninggalkan pelajaran
101. I. Munculnya sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap demokrasi
II. Munculnya kekecewaan masyarakat terhadap demokrasi
III. Banyaknya kritik yang membangun dari rakyat
IV. Terbentuknya tirani dari penguasa
Akibat dari pembatasan kemerdekaan berpendapat ditunjukkan dalam pernyataan ....
a. I, II, III
b. II, III, IV
c. I, II, IV
d. I, III, IV
102. Dalam negara demokrasi, dampak pembatasan dalam mengeluarkan pendapat akan
berakibat, kecuali ....
a. hilangnya hak asasi manusia
b. rusaknya sendi-sendi keadilan
c. tindakan yang sewenang-wenang
d. membuat masalah cepat terselesaikan
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 00:58 0 komentar
Link ke posting ini

Jumat, 2008 Maret 21


Latiahan ujian sekolah
ULANGAN AKHIR SEMESTER II
1. Suatu negara memiliki kedaulatan,Artinya.........
a. Menjadi negara merdeka sejajar dengan negara merdeka lainnya
b. Menjadi negara maju dan sejahtera
c. Memiliki kekayaan yang melimpah
d. Memiliki kewenangan untuk mempengaruhi negara lain
2. Perwujudan dari pelaksanaan kedaulatan tercermin dalam pelaksanaan...... ...
a. Pemilihan umum
b. Pemilihan bupati
c. Pemilihan gubernur
d. Penerimaan calin pegawai negri
3. Mengenai kedaulatan dalam UUD 1945 diatur dalam pasal.......
a. 1 ayat (1)
b. 1 ayat (2)
c. 2 ayat (1)

d. 2 ayat (2)
4. Tujuan pemilihan umum ialah memilih wakil-wakil rakyat.Lembaga perwakilan rakyat
yaqng ada di tingkat provinsi adalah...........
a. DPRD I
b. DPRD II
c. DPR
d. Parlemen
5. Organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara indonesia secara
sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan
kepentingan anggota,masyarakat bangsa dan negara melalui pemilihan umum
disebut............
a. Lembaga legislatif
b. Partai politik
c. ormas
d. Yayasan
6. Kedaulatan tidak mudah dibagi-bagi,kedaulatan itu merupakan satu-satunya kekuasaan
yang tertinggi dalam negaras.Oleh karena itu,kedaulatan bersifat..........
a. Asli
b. Bulat
c. Permanen
d. Tidak terbatas
7. Dalam suatu negara,raja berkuasa secara mutlak,bahwa memerintah secara sewenangwenang,berarti negara tersebut menganut kedaulatan bersifat............
a. tuhan
b. Negara
c. Raja
d. Rakyat
8. Sebagai warga negara yang meyakini prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, Kita
harus......... .
a. Menyerahkan urusan pemerintah kepada presiden
b. Tidak usah peduli dengan masalah politik sebab bisa membahayakan
c. Ikut serta dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional sesuai dengan
kemampuan kita
d. Menyerahkan pembangunan presiden dan wakil-wakil rakyat yang melalui pemilu
9. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas,artinya........ .
a. Kepala negara selalu diawali oleh DPR
b. Kekuasaan kepala negara dibatasi oleh konstitusi
c. Kepala negara memiliki kebebasan yang sebesar-besarnya
d. Kekuasaan kepala negara dipertanggung jawabkan kepada DPR

10. Partai politik di indonesia diatur dalam..........


a. UU Nomor 3 Tahun 1985
b. UU Nomor 4 Tahun 1999
c. UU Nomor 3 Tahun 1999
d. UU Nomor 31 Tahun 2002
11. Kebebasan berserikat dan berkumpul bagi setiap warga negara Indonesia dijamin
dalam.........
a. Pasal 31 UUD 1945
b. Pasal 30 UUD 1945
c. Pasal 29 UUD 1945
d. Pasal 28 UUD 1945
12. Dalam setiap pemerintah negara republik indonesia disebutkan bahwa presiden
adalah.........
a. Penyelenggara pemerintah negara tertinggi
b. Pemegang kekuasaan negara tertinggi
c. Memiliki kekuasaan yang tidak terbatas
d. Mampu mencapai cita-cita
13. Presiden Republik Indonesia memegang kekusaan pemerintah menurut undangundang Dasar merupakan bunyi UUD 1945....
a. Pasal 5 ayat (1)
b. Pasal 4 ayat (2)
c. Pasal 4 ayat (1)
d. Pasal 5 ayat (2)
14. Berikut ini merupakan kekuasaan presiden,kecuali............
a. Kekuasaan presiden dalam bidang edukatif
b. Kekusaan presiden dalam bidang ekskutif
c. Kekuasaan presiden dalam bidang legislatif
d. Kekuasaan presiden dalam bidang yudikatif
15. bunyi pasal 12 ayat (1) UUD 1945 adalah...........
a. Presiden memberi grasi dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan mahkamah
Agung
b. Presiden mengangkat duta dan konsul
c. Presiden dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat menyatakan perang,membuat
perjanjian dengan negara lain
d. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
perwakilan rakyat
16. Penyerapan,penghimpunan,dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara
konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan negara dalam partai
politik merupakan............

a. Tujuan
b. Asas
c. Fungsi
d. Kewajiban
17. Berikut ini yang merupakan khususpartai politik adalah............
a. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh bangsa indonesia
b. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat dalam negara kesatuan republik indonesia
c. Memperjuangkan cita-cita dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara
d. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan UUD 1945
18. Sistem kepartaian dalam suatu negara dengan banyak partai disebut.........
a. Sistem satu partai
b. Sistem dwi partai
c. Sistem tri partai
d. Sistem multi partai
19. Berikut ini merupakan sistem partai politik,kecuali............
a. Mengamalkan pancasila,melaksanakan UUD 1945,dan peraturan perundangundangan lainnya
b. ikut serta dalam pemilihan umum sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang
pemilihan umum
c. Mengusulkan pergantian anggota antar waktu di lembaga perwakilan rakyat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
d. Memperoleh hak cipta atas nama,lembaga,dan tanda gambar partainya dari departemen
kehakiman sesuai dengan peraturan perundang-undangan
20. Berikut ini larangan parati politik,kecuali........
a. Mendirikan badan usaha dan,/atau memiliki saham suatu badan negara
b. Menerima sumbangan dari perseorangan dan/atau perusahaan/badan
c. Memiliki rekening khususdana kampanye pemilihan umum dan penyerahan laporan
neraca keuangan hasil audit akuntan publik kepada komisi pemilihan umum paling
lambat 6 bulan setelah hari pemungutan suara
d. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan negara kesatuan republik
indonesia
21. Kewajiban partai politik adalah..............
a. Mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden sesuai peraturan perundangundangan
b. Mengusulkan pemberhentian anggotanya di lembaga perwakilan rakyat dengan
peraturan perundang-undangan
c. Menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum
d. Mengatur dan mengurusrumah tangga organisasi secara mandiri

22. Rakyat memilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai
dengan kehendak hati nurani tanpa perantara.Dalam pemilu hal tersebut merupakan
asas......
a. Adil
b. Umum
c. Langsung
d. Bebas
23. Pemilihan umum pada masa tahun 1999 diatur dalam...........
a. UU No.2 Tahun 1999
b. UU No.3 Tahun 1999
c. UU No.4 Tahun 1999
d. UU No.5 Tahun 1999
24. Pemilihan yang demokratis merupakan sarana untuk menegakkan kedaulatan rakyat
dan untuk.........
a. Mencapai cita-cita bangsa
b. Mencapai tujuan bangsa
c. Mewujudkan cita-cita pahlawan
d. Meraih keinginan yang lebih tinggi
25. Menurut pasal undang-undang nomor 23 Tahun 2003,calon presiden/wakil presiden
minimal berpendidikan.........
a. SLTP
b. SLTA
c. S1
d. S2
26. Berikut ini merupakan syarat untuk bisa diangkat menjadi presiden,kecuali............
a. Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berpendidikan serendah-rendahnya sarjana
c. Tidak pernah menghianati negara
d. Terdaftar sebagai daftar pemilih
27. Kekuasaan untuk membuat dan menetapkan Undang-undang disebut
kekuasaan..............
a. Legislatif
b. Eksekutif
c. Yudikatif
d. Mutlak
28. Untuk menentukan suatu berlakunya Undang-undang memerlukan satu persetujuan
dari rakyat melalui referendum.Dalam hal ini disebut.............
a. Referendum fakultatif

b. Referendum obligator
c. Pemilihan umum
d. Jajak pendapat
29. Hukum tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang- undangn republik indonesia
sesuai dengan ketetapan MPR RI No.III/MPR/2000 adalah..................
a. Keputusan pemerintah
b. Keputusan presiden
c. UUD 1945
d. Undang-undang
30. Istilah pancasila sebagai dasar Negara pertama kali di temukan oleh Bung Karno pada
tanggal
a. 1 Mei 1945
b. 1 Juni 1945
c. 1 Juli 1945
d. 14 Agustus 1945
31. Diantara ciri ajaran ideologi komunis, yakini
a. atheis
b. nasionalisme
c. oposisi
d. demokrasi
32. Memberikan bantuan kepada saudara sebangsa yang terkena musibah merupakan
prestasi di bidang
a. politik
b. hukum
c. sosial
d. ekonomi
33. Bela Negara diatur dalam UUD 1945 pasal
a. 26 dan 27
b. 27 dan 28
c. 27 dan 30
d. 30 dan 31
34. Kekuatan utama dalam sistim pertahanan nasional adalah
a. polisi
b. Tentara Nasional Indonesia (TNI)
c. Pertahanan sipil (Hansip)
d. Keamanan rakyat (kamra)
35. Pertahanan Negara diatur dalam
a. UU No 2 Tahun 2001
b. UU No 3 Tahun 2001

c. UU No 3 Tahun 2002
d. UU No 4 Tahun 2002
36. Otonomi daerah diatur dengan
a. UU No 20 Tahun 2003
b. UU No 33 Tahun 2003
c. UU No 33 Tahun 2004
d. UU No 32 Tahun 2004
37. Maksudnya produk-produk industri dari mancanegara menjadi tangan berat yang
dihadapi bangsa Indonesia akibat dari arus globalisasi. Oleh sebab itu kita harus bersikap

a. meningkatkan sumberdaya manusia agar tidak kalah dengan bangsa lain


b. menerima masuknya produk-produk Negara lain karena kita mampu membeli
c. menolak semua produk dari Negara lain karena akan merugikan kita
d. mendorong seluas-luasnya agar banyak barang baru
38. Menurut teori kecerdasan Majemuk lingkup kemampuan manusia terdiri dari
a. delapan kecerdasan
b. sembilan kecerdasan
c. sepuluh kecerdasan
d. sebelas kecerdasan
39. Di antara maksud pembuatan kebijakan public antara lain seperti tersebut di bawah
ini,kecuali
a. melindungi hak-hak masyarakat
b. mewujudkan ketertiban masyarakat
c. mewujudkan kesejahteraan masyarakat
d. tidak ada demonstrasi
40. Penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk nengatur
dan mengudus urusan pemerintahannya sendiri dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia disebut
a. dekonstrentrasi
b. desentralisasi
c. otonomi daerah
d. tugas pembuatan
41. Prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah adalah tersebut di bawah ini, kecuali
a. otonomi khusus
b. otonomi seluas-luasnya
c. otonomi yang nyata
d. otonomi yang bertanggung jawab
42. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini sesuai fungsi

a. legislasi
b. anggaran
c. pengawasan
d. budget
43. Pemerintah desa menurut UUD No 32 Tahun 2004 terdiri dari
a. kepala desa dan BPD
b. kepala desa dan LPMD
c. kepala desa dan LKMD
d. kepala desa dan perangkat desa
44. Derasnya arus globalisasi dapat memberikan dampak yang negatif antara lain
a. meningkatkan kerysakan lingkungn
b. meningkatkan dinamika masyarakat
c. maraknya pertumbuhan perusahaan transonal
d. cepatnya perkembangan teknologi infor masi
45. Potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi, yaitu
a. potensi fisik
b. spiritual quantient
c. potensi emosional
d. adversity quantienty
1.Sebutkan tujuan nasional indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945
Jawab :
1.
2.
3.
4.
5.

melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia


memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa
ikut melaksanakan ketertiban dunia

2.Sebutkan dan jelaskan macam macam norma yang ada dalam masyarakat !
Jawab :
1. Noema Agama : peraturan hiup yang bersal dari tuhan berisi perintah
,larangan,serta anjuran
2. Norma Kesusilaan : peraturan hidup yang berasal dari dalam hati nurani manusia
3. Norma kesopanan : peraturran hidup yang timbul karena pergaulan sekelompok
manusia
4. Norma Hukum : peraturan hidup yang berasal dari penguasa negara
5.
3.Sebutkan sumber sumber hukum di indonesia !
Jawab :

1.
2.
3.
4.
5.

undang undang
kebiasaan
yurisprudensi
doktrin
traktat

4.Sebutkan macam macam Potensi manusia secara umum !


Jawab :
1.
2.
3.
4.
5.

potensi fisik
Potensi mental intelektual
potensi sosial emosional
potensi mental spiritual
potensi daya juang

5.Bagaimana mengembangkan potensi agar dapat menjadi prestasi ?


Jawab :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kenali betul potensi yang ada dalam diri


merumuskan dan menentukan citra cita
belajar dengan rajin,ulet,tekun,tanpa kenal lelah
jangan kecil hati dan rendah hati
yakin jika ada kemauan pasti ada jalan
selalu berdoa kepada Tuhan

Diposkan oleh RIYA SURYANA di 02:16 0 komentar

Link ke posting ini

Sabtu, 2008 Maret 15


TUGAS PKN KELAS IX ( EMPAT / D)
SOAL
A.Buatlah media pembelajaran PKn dengan format PowerPoint
B.Tugas mandiri
C.Dikumpulkan dalam bentuk File !
D.Dikumpulkan paling lambat tgl 25 maret 2008!
E.Pemilihan materi di bawah ini menghubungi pak riya!
F.Cara pengumpulan hasil bisa langsung maupun melalui VCD,flasdisk.tidak menerima
email,print dll.
G.Untuk pembuatan soal file MS Word
I.Pengumpulan dalam bentuk VCD bisa dilakukan bersama-sama
1. PENGERTIAN GLOBALISASI

2. FAKTOE PENDUKUNG MUNCULNYA GLOBALISASI.ARTI PENTING


GLOBALISASI
3. ASPEK POSITIF DAN NEGATIF GLOBALISASI
4. MAK NA BEBAS AKTIF DALAM PELAKSANAAN POLITIK LUAR NEGRI
RI
5. BENTUK BENTUK PERWALIKAN DI NEGARA SAHABAT
6. PERAN SERTA INDONESIA DI PERCATURAN DUNIA INTERNASIONAL
7. DAMPAK GLOBALISASI EKONOMI
8. DAMPAK GLOBALISASI SOSIAL BUDAYA
9. DAMPAK GLOBALISASI LINGKUNGAN
10. SIKAP POSITIF TERHADAP GLOBALISASI.SIKAP POSITIF TERHADAP
GLOBALISASI
11. HAMBATAN PENGEMBANGAN POTENSI DIRI MENURUT MIKE
WOODCOOK DAN DAVE FRANCIS
12. MENURUT LA ROSE DALAM CITRA DIRI YANG BERKUALITAS WUJUD
PENGEMBANGAN DIRI DAPAT DILAKUKAN MELALUI BERBAGAI
CARA. SEPULUH SIKAP POSITIF MENURUT AA QOWIY
13. BERBAGAI PELUANG UNTUK MEWUJUDKAN PRESTASI
14. PENGERTIAN NEGARA.TUJUAN NEGARA INDONESIA
15. FUNGSI NEGARA SECARA UMUM
16. FUNGSI NEGARA DALAM TEORI KENEGARAAN(a-e)
17. UNSUR UNSUR NEGARA
18. PENTINGNYA USAHA PEMBELAAN NEGARA
19. ALASAN BAHWA NEGARA WAJIB DIBELA WARGANEGARANAYA
20. ANCAMAN MILITER MENURUT PENJELASAN UU NO 3 TAHUN 2002
21. PERKIRAAN ANCAMAN DAN GANGGUAN TERHADAP KEPENTINGAN
PERTAHANAN NEGARA DI MASA MENDATANG
22. JATI DIRI DAN PERANAN TNI
23. CONTOH TINDAKAN YANG MENUNJUKAN UPAYA MEMBELA NEGARA
YANG DILAKUKAN OLEH TNI DAN POLRI.CONTOH TINDAKAN YANG
MENUNJUKAN UPAYA MEMBELA NEGARA YANG DILAKUKAN SELAIN
TNI DAN POLRI
24. SIKAP TERHADAP PIHAK PIHAK TERTENTU YANG INGIN
MENGHANCURKAN NKRI.PERAN SERTA DALAM USAHA PEMBELAAN
NEGRA DI LINGKUNGAN
25. CONTOH PERILAKU WARGA NEGARA YANG MENUNJUKAN
PARTISIPASI DALAM UPAYA MEMBELA NEGARA
26. PRINSIP-PRINSIP OTONOMI DAERAH.DASR HUKUM PELAKSANAAN
OTONOMI DAERAH
27. ISI PASAL 18.ASAS ASAS OTONOMI DAERAH
28. HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH MENURUT PASAL 21 UU No 32 Tahun
2004
29. KEPALA DAERAH.TUGAS DAN WEWENANG KEPALA DAERAH
30. KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH
31. TUGAS DAN WEWENANG DPRD.HAK DPRD
32. KEWAJIBAN DPRD.

33. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF OTONOMI DAERAH


34. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OTONOMI DAERAH
35. FAKTOR PENGHAMBAT OTONOMI DAERAH.LANGKAH LANGKAH
MENGATASI MASALAH OTONOMI DAERAH
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 06:53 0 komentar

Link ke posting ini

TUGAS PKN KLS IX (TIGA / C )


PERTANYAAN :
A.Buatlah media pembelajaran PKn dengan format PowerPoint
B.Tugas mandiri
C.Dikumpulkan dalam bentuk File !
D.Dikumpulkan paling lambat tgl 25 maret 2008!
E.Pemilihan materi di bawah ini menghubungi pak riya!
F.Cara pengumpulan hasil bisa langsung maupun melalui VCD,flasdisk.tidak menerima
email,print dll.
G.Untuk pembuatan soal file MS Word
I.Pengumpulan dalam bentuk VCD bisa dilakukan bersama-sama
1. SIFAT KHUSUS NEGARA.TUJUAN NEGARA SECARA UMUM.TUJUAN
NEGARA INDONESIA.FUNGSI NEGARA INDONESIA
2. UNSUR NEGARA(konstitutif=rakyat,wilayah,pemerintah yang berdaulat,deklaratif)
3. PRINSIP BELA NEGARA.ARTI PENTING BELA NEGARA
4. BENTUK BENTUK USAHA BELA NEGARA
5. PENGERTIAN PARTISIPASI.JENIS ANCAMAN.ANCAMAN MILITER
MENURUT PENJELASAN UNDANG UNDANG No 3 Tahun 2002
6. ANCAMAN YANG DIPERKIRAKAN TIMBUL DI MASA MENDATANG
YANG MENGANCAM NEGARA RI
7. SIKAP TERHADAP PIHAK YANG INGIN MENGHANCURKAN NEGARA
RKRI.SIKAP BEBAGAI ANGKATAN (angkatan 1908,1928,1945).DASAR
DAN PRINSIP UPAYA MEMBELA NEGARA.PERANAN WARGA NEGARA
DALAM PEMBELAAN NEGARA
8. OTONOMI DAERAH(peraturan tentang OTONOMI DAERAH.DUA NILAI
DASAR OTONOMI DAERAH
9. PRINSIP PRINSIP OTONOMI DAERAH.ASAS ASAS OTONOMI DAERAH
10. HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH
11. TUGAS,HAK DAN WEWENANG KEPALA DAERAH( bupati/walikota)
12. TUGAS ,HAK DAN WEWENANG DPRD
13. TUJUAN NEGARA KESEJAHTERAAN(welfare state).USAHA USAHA
PEMERINTAH DAERAH UNTUK MENGGALAKAN USAHA
PEMBANGUNAN
14. MASALAH YANG TIMBUL DALAM OTONOMI DAERAH.CARA
MENANGGULANGI MASALAH DALAM OTONOMI DAERAH

15. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN OTONOMI


DAERAH.WUJUD PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN OTONOMI
DAERAH
16. DAMPAK POSITIF OTONOMI DAERAH.DAMPAK NEGATIF OTONOMI
DAERAH
17. FAKTOR PENGHAMBAT OTONOMI DAERAH.LANGKAH MENGATASI
HAMBATAN OTONOMI DAERAH
18. SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEUJUDKAN
KEBERHASIALN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.PENGERTIAN
KEBIJAKAN PUBLIK.MACAM MACAM KEBIJAKAN PUBLIK
19. PROSES KEBIJAKAN PUBLIK( 2 bagan)
20. ARTI PENTING PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERUMUSAN DAN
KEBIJAKAN PUBLIK.MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
KEBIJAKAN PUBLIK.FAKTOR INTERNAL DAN EXSTERNAL
PENGHAMBAT ATAU TIDAK AKTIFNYA MASYARAKAT TERHADAP
KEBUJAKAN PUBLIK
21. GLOBALISASI.(pengertian.dampakpositif dan negatif)
22. CORAK POLITIK LUARNEGRI INDONESIA.PENJABARAN HAKEKAT
POLITIK LUAR NEGRI INDONESIA.TUJUAN POLITIK LUAR NEGRI
INDONESIA
23. PRESTASI(pengertian,pentingnya
24. POTENSI(pengertian,jenis-jenis) EMPAT MACAM BAKAT.FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BAKAT
25. SEMBILAN MACAM INTELEGENSI
26. BEBERAPA CARA UNTUK MERAIH PRESTASI.
27. CARA MENGGALI POTENSI DIRI(INTERN DAN EXTERN)
28. CIRI CIRI POKOK ORANG KREATIF
29. SIKAP POSITIF TERHADAP PELUANG UNTUK BERPRESTASI
30. MENUNJUKAN SIKAP UNTUK BERKOMPETISI SECARA SEHAT
31. CARA UNTUK MENCAPAI KEBERHASIALAN
32. Soal Ujian tengah semester 1 jumlah soal sesuikan LKS di Perpustakaan
33. Soal Ujian Akhir Semester 1 jumlah soal sesuikan LKS di Perpustakaan
34. Soal Ujian Tengah Semester 2 jumlah soal sesuikan LKS di Perpustakaan
35. Soal Ujian Akhir Semester 2 jumlah soal sesuikan LKS di Perpustakaan
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:31 0 komentar

Link ke posting ini

TUGAS PKN KLS IX (DUA / B )


SOAL
A.Buatlah media pembelajaran PKn dengan format PowerPoint
B.Tugas mandiri
C.Dikumpulkan dalam bentuk File !
D.Dikumpulkan paling lambat tgl 25 maret 2008!
E.Pemilihan materi di bawah ini menghubungi pak riya!

F.Cara pengumpulan hasil bisa langsung maupun melalui VCD,flasdisk.tidak menerima


email,print dll.
G.Untuk pembuatan soal file MS Word
I.Pengumpulan dalam bentuk VCD bisa dilakukan bersama-sa

1. PERILAKU PANCASILA.Bunyi sila sila Pancasila,Pancasila sebagai idiologi


negara{pengertian idiologi,hakekat idiologi,manfaat idiologi bagi suatu
bangsa[4],fungsi idiologi suatu negara[6]
2. ISTILAH PANCASILA.pengertian( secara Historis,pengertian secara
etimologis,pengertian secara terminologis).Makna Idiologi Pancasila.Latar
belakang Pancasila di jadikan idiologi banghsa Indonesia(Proses sejarah bangsa
indonesia[3],tugas masa depan pancasila)
3. PANCASILA SEBAGAI DASR NEGARA.Sidang
BPUPKI(annggota,ketua,tanggal sidang)SIDANG BPUPKI I tgl 29 mei 1945(M
YAMIN....,SUKARNO....)SIDANG PANITIA KECIL tgl 22 juni 45 (piagam
jakarta,anggotanya...)SIDANG BPUPKI II. SIDANG PPKI.DIMENSI
PANCASILA
4. NILAI NILAI PANCASILA( di
mana).(Abstrak,Umum,Universal)KARAKTERISTIK PANCASILA(sila1-5)
5. Keterkaitan sila demi sila dalam PANCASILA
6. Upaya mempertahan kan Nilai NIlai Pancasila sebagai Idiologi dan Landasan
Falasafah Bangsa dan Negara Indonesia(dalam kehidupan
Pribadi{5},bermasyarakat{5},bernegara{5}
7. KONSTITUSI KONSTITUSI DI NEGARA INDONESIA.Pengertian
Konstitusi(beberapa tokoh)FUNGSI KONSTITUSI9beberapa tokoh)
8. ISI MUATAN KONSTITUSI(beberapa tokoh).SEJARAH PERKEMBANGAN
KONSTITUSI DI INDONESIA
9. MASA REFORMASI
10. PENYIMPANGAN PENYIMPANGAN TERHADAP KONSTITUSI YANG
PERNAH BERLAKU DI INDONESIA.USAHA USAHA MEMBATASI
KEKUASAN PEMERINTAH
11. I(NDONESIA ADALAH NEGARA DEMOKRASI(bukti)
12. SISTIM KETATANEGARAAN BERDASARKAN UUD 19459pembagian
kekuasaan secara vertikal dan horisontal.CIRI CIRI KABINET(parlementer dan
presidensiil)
13. PERUBAHAN KONSTITUSI(2 cara).CARA MELAKUKAN PERUBAHAN
UUD(3 cara)KESEPAKATAN DASAR FRAKSI-FRAKSI TENTANG
PERUBAHAN UUD 1945.MAKNA SETIAP ALENIA PEMBUKAAN UUD
1945.
14. POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD 1945.MAKNA AMANDEMEN UUD
1945(3)
15. DASRAR HUKUM DAN TEKNIK PERUBAHAN UUD 1945.ARTI PENTING
PERUBAHAN UUD 1945 bagi kehidupan Bangsa Indonesia
16. TUJUAN PERUBAHAN UUD 1945

17. CONTOH SIKAP POSITIF TERHADAP NILAI NILAI UUD 1945 HASIL
AMANDEMEN(10).USAHA MENEGMBANGKAN SIKAP POSITIF
TERHADAP PELAKSANAAN UUD 1945 HASIL AMANDEMEN(10)
18. WUJUD PARTISIPASI TERHADAP PELAKSANAAN UUD 1945 HASIL
AMANDEMEN DALAM KEHIDUPAN( diri
pribadi{5},keluarga{5},sekolah{5},masyarakat{5}berbangsa dan bernegara{5}
19. PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA.(pasal 1 ayat 3).UU No 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang undanagn dan tata urutan nya
20. PRINSIP PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN.TATA URUTAN
PERATURAN PERUNDANG UNDANAGN BERDASARKAN:TAP
MPRS....,TAP MPR No III... dan UU No 10.....)
21. PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENYUSUNAN
UNDANG_UNDANG(UU No 10 pasal 17,18,19,20,37,38).(bunyi pasal 20 UUD
1945)
22. PROSES PEMBUATAN UNDANG UNDANANG ( bagan) .PROSES
PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG UNDANG DARI PEMERINTAH
DI DPR RI
23. PROSES PEMBUATAN RANCANGAN UNDANG UNDANG DARI DPD DI
DPR RI
24. BAGAN PROSES PEMBENTUKAN RANCANGAN UNDANG UNDANG
OLEH PRESIDEN,DPR DAN DPD
25. PROSES PEMBENTUKAN RANCANGAN UNDANG UNDANG DARI
DPR(pembicaraan tingkat 1 sampai pembicaraan tingkat II
26. KEKUATAN BERLAKUNYA UNDANG UNDANG(secara
yuridis,sosiologis,filosofis). CONTOH MEMATUHI PERATURAN
PERUNDANG UNDANGAN DILINGKUNGAN
:KELUARGA(6),SEKOLAH(8),MASYARAKAT(4),NEGARA(6)
27. USAHA NEGARA DALAM MENINGKATKAN SIAKAP PATUH TERHADAP
PERATURAN (5).USAHA WARGANEGARA DALAM MENGEMBANGKAN
SIAKP PATUH(4)
28. KORUPSI(pengertian KKN menurut UU no 31 tahun 1999,pengertian anti
korupsi.KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI(asas dalam menjalankan
tugasnya,kewajiban
29. DEMOKRASI.(pengertian)DEMOKRASI SEBAGAI BUDAYA(nilai demokrasi
{6})PRINSIP PRINSIP MENGEMBANGKAN dan MEMBVUDIDAYAKAN
NILAI DEMOKRASI {7}
30. SEJARAN PERKEMBANGAN DEMOKRASI(rule of low,sarat pemerintah
demokrasi di bawah rule of low{6}
31. MACAM MACAM DEMOKRASI (sistim parlementer,pemisahan
kekuasaan,referendum)
32. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA(liberal,terpimpin,pancasila)
33. PENTINGNYA KEHIDUPAN DEMOKRASI( keikutsertaan masyarakat
dalam....{4} , manfaat sikap demokratis {7}UNSUR UNSUR DALAM
PRAKTIK DEMOKRASI DALAM KEHIDUPAN POLITIK{5}

34. BEBERAPA GAYA /TIPE KEMPEMIMPINAN{4}.PEMIMPIN POLITIK DAN


PEJABAT NEGARA
35. PEMILU. ASAS PEMILU(5 asas)HAK PILIH ( aktif dan pasif dan syarat
sayaratnya)
36. PENERAPAN DEMOKRASI DILINGKUNGAN (keluarga
{6},sekolah{6}SIKAP MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN
DEMOKRASI{5}.KEGIATAN KEGIATAN YANG DAPAT
MENGEMBANGKAN SIKAP DEMOKRASI {5}
37. KEDAULATAN(pengertian,ruanglingkup kedaulatan,sifat dasar kedaulatan
38. TEORI KEDAULATAN ATAU MACAM MACAM KEDAULATAN(5)
39. KEDAULATAN YANG DI ANUT INDONESIA
40. LEMBAGA PELAKSANA KEDAUALATAN(rakyat langsung sebagai pelaksana
kedaulatan,MPR)
41. TUGA S DAN WEWENANG MPR9menurut pasal 3 UUD 1945 dan UU No 22
tahun 2003)
42. FUNGSI DPR MENURUT Pasal 20 A ayat (1) UUD 1945.KEWENANAGAN
DPD menurut Pasal 22 D UUD 1945
43. SISTIM PEMERINTAHAN( Presidensiil= pengertian dan ciricirinya,parlementer=pengertian dan ciri-cirinya)
44. POKOK PIKIRAN PEMBUKAAN UUD 1945 .TUJUH KUNCI POKOK
SISTIM PEMERINTAHAN INDONESIA
45. NILAI NILAI BUDI PEKERTI LUHUR
( beradab{4}tanggungjawab{4}komitmen{4},Rela berkorban{4}Demokrasi{4}
46. Soal ujian tengah semester 1 kls VIII jumlah soal sesuikan dengan LKS di
perpustakaan
47. Soal ujian akhir semester 1 kelas VIII jmlah soal sesuaikan dengan LKS di
perpustakaan
48. Sual ujian tengah semester 2 kelas VIII jumlah soal sesuaikan denagn LKS di
perpustakaan
49. Soal ujian akhir semester 2 kelas VIII jumlah soal sesuaikan dewngan LKS di
perpustakaan
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 03:25 1 komentar

Link ke posting ini

TUGAS PKN KLS IX (SATU / A )


PERTANYAAN :
A.Buatlah media pembelajaran PKn dengan format PowerPoint
B.Tugas Mandiri
C.Dikumpulkan dalam bentuk File !
D.Dikumpulkan paling lambat tgl 25 maret 2008!
E.Pemilihan materi di bawah ini menghubungi pak riya!
F.Cara pengumpulan hasil bisa langsung maupun melalui VCD,flasdisk.tidak menerima
email,print dll.
G.Untuk pembuatan soal file MS Word

1. Norma:pengertian,macam2 norma(pengertian,sanksi,contoh penerapan


norma,tujuan
2. Pembagian Hukum:menurut
sumbernya(uu,kebiasaan,traktat,yurisprudensi,doktrin),menurut
bentuknya9tertulis,tidak tertulis),menurut
isinya(privat{perdata,dagan},publik{Tata negara,Pidana,Administrasi
negara,Internasional}),menurut cara
mempertahankanya(materiil,formal)+iuskonstitutum dan
iuskonstituendum(pengertiannya)
3. Prinsip yg harus dipegang warga negara indonesia dlm menjunjung tinggi hukum
d indonesia (supremasi,kedudukanyg sama....,terjaminanya HAM...),cara
membina sikap kesadaran hukum(ada 5),cara menerapkan Norma dalam
kehidupan sehari2(Tujuan dibuat peraturan,mengapa harus melaksanakan
peraturan hukum),perbuatan yang harus dilakukan sebagai pencerminan dari
ketaatan terhadap norma di keluarga,sekolah,masyarakat,negara.
4. Arti proklamasi Kemerdekaan(ada 2)empat faktor bangsa indonesia
memperjuangkan kemerdekaannya?Perhjuangan mencapai kemerdekaan(pada
akhir kekuasaan jepang,peristiwa rengasdengklok,perumusan tek
proklamasi,pernyataan proklamasi kemerdekaan{detik-detik
proklamasi,pernyataan proklamasi}
5. Suasana kebatinan UUD 1945 sebelum Amandemen(Nilai nilai kejiawaan UUD
45 {a-g}.Proses perumusan Rancangan Naskah UUD 1945.Penetapan UUD 1945
6. Hubungan antara UUD 1945 sebelum AMndemen dengan Proklamasi
Kemerdekaan RI(1-4).Faktor yang menentukan pembangunan bangsa
Indonesia(1-5)
7. Sikap positif terhadap Makna Proklamasi Kemerdekaan RI dan suasana kebatinan
UUD 1945 sebelum Amandemen(empat kesetiaan warga negara) Contoh sikap
positif yang perlu dimiliki warga negara yang baik (setia {5},sikap positif
terhadap proklamasi{12},sikap positif terhadap kegiatan yang mengancam
negara}
8. Berperilaku positif terhadap Makna Proklamasi Kemerdekaan dan suasana
Kebatinan UUD 45 sebelum di amandemen(5).Ancaman dan gangguan terhadap
Keselamatan negara RI(10)
9. HAM( pengertian HAM,pasal 1 UU no 39 thn 99{bunyinya},sejarah
perkembangan HAM di Dunia {di inggris sampaiHAM PBB}
10. HAM d indonesia(tonggak perjuanagn pergerakan kemerdekaan Indonesia ketika
melawan penjajah{Kebangkitan Nasional,Sumpah pemuda[isi sumpah
pemuda],Proklamasi Kmerdekaan[teks Proklamasi)Instrumen HAM Nasional
Indonesia, HAm perlindungan anak mencakup...{5}
11. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia dan penegakanya(masalah
tanah,perburuhan,perbuatan oknum yang tidak terpuji)Kasus Pelanggaran HAM
berat(kejahatan Genosida,kejahatan terhadap kemanusiaan)Kasus Pelanggaran
HAM di Indonesia(7 )
12. Upaya perlindungan Ham di Indonesia(lembaga perlindungan HAM)Komnas
HAM( tujuan,tujuan,fungsi{pengkajisn dan

penelitian,penyuluhan,pemantauan,mediasi} dan wewenang,hak dan kewajiban


komnas HAM.KONTRAS,Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan
13. Upaya penegakan HAM di Indonesia(Pengadilan HAM mencakup:....{4},Dasar
Pembentukan Pengadilan HAM{2}.Langkah Khusus penanganan HAM berat
yang masuk Pengadilan HAM{5}.Daerah hukum pengadilan HAM
14. Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum(dasar hukum{PBB dan di
UUD 45},bentuk bentuk menyampaikan pendapat di muka umum,asas,tujuan,tata
cara menyampaikan pendapat di muka umum,tempat dan waktu menyampaikan
pendapat di muka umum
15. Latar belakang di keluarkanya UU menyampaikan pendapat di muka
Umum(4).Wadah aytau media menyampaikan pendapat
16. Sikap Positif terhadap Penggunaan Hak menyampaikan Pendapat di muka Umum
secara bebas dan bertanggung Jawab(a-h).Hal hal yang perlu diperhatikan dalam
musyawarah(a-d).Menghargai cara Menyampaikan Pendapat yang dilakukan
secara bebas dan bertanggungjawab(a-h).Berperilaku Positif ketika
menyampaikan Pendapat di muka Umum dalam lingkungan
Kehidupan(keluarga{3},sekolah{5},masyarakat{5}
17. Soal Ujian Tengah Semester kelas VII semester 1 jumlah sesuaikan LKS di
perpustakaan SMP PIRI NGAGLIK
18. Soal Ujian Akhir semester Kelas VII semester 1 jumlah sesuikan LKS di
perpustakaan SMP PIRI NGAGLIK
19. soal ujian tengah semester kls VII semester 2 jumlah soal sesuaikan LKS di
perpustakaan
20. Soal Ujian Akhir Semester Kelas VII semester 2 jumlah soal sesuaikan LKS di
perpustakaan
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 02:12 0 komentar

Link ke posting ini

Selasa, 2008 Maret 11


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANGPEMERINTAHAN DAERAHDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah,
yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta

peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,


keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan
pemerintahan dan antar pemerintahan. daerah, potensi dan keanekaragaman daerah,
peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluasluasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan
otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak
sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah sehingga perlu diganti;d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah;
Mengingat :
1. Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22D, Pasal 23E ayat (2), Pasal 24A ayat (1), Pasal 31 ayat (4), Pasal 33, dan Pasal 34
Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK


INDONESIAdanPRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
6. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

10. Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan/atau
peraturan daerah kabupaten/kota.
11. Peraturan kepala daerah adalah peraturan Gubernur dan/atau peraturan
Bupati/Walikota.
12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
13. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung
jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan
penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
14. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
15. Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
16. Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
18. Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
19. Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi dan/atau kabupaten/kota yang
ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat khusus bagi kepentingan nasional.
20. Pasangan calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut
pasangan calon adalah bakal pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan untuk
dipilih sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.
21. Komisi Pemilihan Umum Daerah yang selanjutnya disebut KPUD adalah KPU
Provinsi, Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2003 yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk

menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di setiap provinsi
dan/atau kabupaten/kota.
22. Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut PPK, PPS, dan KPPS adalah
pelaksana pemungutan suara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pada
tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dan tempat pemungutan suara.
23. Kampanye pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut
kampanye adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih. dengan menawarkan
visi, misi, dan program pasangan calon.
Pasal 2
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah.
(2) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan.
(3) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi
seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
(4) Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan dengan Pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya.
(5) Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
(6) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber
daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras.
(7) Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar
susunan pemerintahan.
(8) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
(9) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 3

(1) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah:
a. pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD
provinsi;
b. pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah
kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota.
(2) Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala daerah dan
perangkat daerah.
BAB IIPEMBENTUKAN DAERAH DAN KAWASAN KHUSUS :
Bagian KesatuPembentukan Daerah
Pasal 4
(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditetapkan
dengan undang-undang
(2) Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
mencakup nama, cakupan wilayah, batas ibukota, kewenangan menyelenggarakan urusan
pemerintahan, penunjukan penjabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD,
pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah.
(3) Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah
yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.
(4) Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua) daerah atau lebih sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan
pemerintahan.
Pasal 5
(1) Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus memenuhi syarat
administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
(2) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi meliputi
adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi
cakupan wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur, serta
rekomendasi Menteri Dalam Negeri.
(3) Syarat administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota
meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur serta rekomendasi Menteri
Dalam Negeri.

(4) Syarat teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi faktor yang menjadi dasar
pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain
yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
(5) Syarat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi paling sedikit 5 (lima)
kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) kecamatan untuk
pembentukan kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon
ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Pasal 6
(1) Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang
bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.
(2) Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dilakukan setelah melalui proses
evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(3) Pedoman evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 7
(1) Penghapusan dan penggabungan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) beserta akibatnya ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Perubahan batas suatu daerah, perubahan nama daerah, pemberian nama bagian rupa
bumi serta perubahan nama, atau pemindahan ibukota yang tidak mengakibatkan
penghapusan suatu daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan atas usul dan persetujuan
daerah yang bersangkutan.
Pasal 8
Tata cara pembentukan, penghapusan, dan penggabungan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian kedua
Kawasan Khusus
Pasal 9

(1) Untuk menyelengarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi
kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus dalam. wilayah
provinsi dan/atau kabupaten/kota.
(2) Fungsi pemerintahan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas ditetapkan dengan undang-undang.
(3) Fungsi pemerintahan tertentu selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Untuk membentuk kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
Pemerintah mengikutsertakan daerah yang bersangkutan.
(5) Daerah dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada Pemerintah.
(6) Tata cara penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IIIPEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 10
(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan
menjadi urusan Pemerintah.
(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan.
(3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.

(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan
pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat
menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa
(5) Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan
pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat:
a. menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan;
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil
Pemerintah; atauc. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/atau
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
Pasal 11
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan
pemerintahan.
(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintahan
daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar pemerintahan. daerah yang saling terkait,
tergantung, dan sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.
(3) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, yang
diselenggarakan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas
urusan wajib dan urusan pilihan.
(4) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 12
(1) Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber
pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan
yang didesentralisasikan.
(2) Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan pendanaan
sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.
Pasal 13
(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan
urusan dalam skala provinsi yang meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;


b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;
g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota ; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan
yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Pasal 14
(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;


d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil, pelayanan administrasi umum
pemerintahan;
m. pelayanan administrasi penanaman modal;
n. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dana. urusan wajib lainnya yang
diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 15
(1) Hubungan dalam bidang keuangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:
a. pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah;
b. pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintahan daerah; dan
c. pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah.

(2) Hubungan dalam bidang keuangan antar pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:
a. bagi hasil pajak dan nonpajak antara pemerintahan daerah provinsi dan. pemerintahan
daerah kabupaten/kota;
b. pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama;
c. pembiayaan bersama atas kerja sama antar daerah; dan d. pinjaman dan/atau hibah
antar pemerintahan daerah.
(3) Hubungan dalam bidang keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat. (1) dan ayat (2)
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
(1) Hubungan dalam bidang pelayanan umum antara Pemerintah dan pemerintahan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:
a. kewenangan, tanggung jawab, dan penentuan standar pelayanan minimal;
b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; dan
c. fasilitasi pelaksanaan kerja sama antar pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan
pelayanan umum.
(2) Hubungan dalam bidang pelayanan umum antar pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (5) meliputi:
a. pelaksanaan bidang pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah;
b. kerja sama antar pemerintahan daerah dalam penyelengaraan pelayanan umum; dan
c. pengelolaan perizinan bersama bidang pelayanan umum.
(3) Hubungan dalam bidang pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
(1) Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antara Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(4) dan ayat (5) meliputi:
a. kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan,pengendalian dampak,
budidaya, dan pelestarian;

b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumberdaya lainnya; danc.
penyerasian lingkungan dari tata ruang serta rehabilitasi lahan.
(2) Hubungan dalam bidang pemanfaatan.. sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antar pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 2 ayat (4) dan ayat (5)
meliputi:
a. pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang menjadi
kewenangan daerah;
b. kerja sama dan bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam. dan sumber daya
lainnya antar pemerintahan daerah; danc. pengelolaan perizinan bersama dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.
(3) Hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam peraturan perundangundangan.
Pasal 18
(1) Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber
daya di wilayah laut
(2) Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar
dan/atau di dasar laut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut;
b. pengaturan administratif;
c. pengaturan tata ruang;
d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah;e. ikut serta dalam pemeliharaan
keamanan; dan
f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.
(4) Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah
kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota.

(5) Apabila wilayah laut antara 2 (dua) provinsi kurang dari 24 (dua puluh empat) mil,
kewenangan untuk mengelola sumber daya. Di wilayah laut dibagi sama jarak atau
diukur sesuai prinsip garis tengah dari wilayah antar 2 (dua) provinsi tersebut, dan untuk
kabupaten/kota memperoleh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi dimaksud.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) tidak berlaku terhadap
penangkapan ikan oleh neIayan kecil.
(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan
ayat (5) diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-perundangan.
BAB IVPENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Bagian PertamaPenyelenggaraan Pemerintahan
Pasal 19
(1) Penyelenggara pemerintahan adalah Presiden dibartu oleh (satu) orang wakil
Presiden, dan oleh menteri negara.
(2) Penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD.
Bagian Kedua
Asas Penyelenggaraan Pemerintahan
Pasal 20
(1) Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggaraan
Negara yang terdiri atas:
a. asas kepastian hukum;
b. asas tertib penyelenggara negara;
c. asas kepentingan umum;
d. asas keterbukaan;
e. asas proporsionalitas;
f. asas profesionalitas;
g. asas akuntabilitas;
h. asas efisiensi; dan

i. asas efektivitas.
(2) Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas
desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekosentrasi sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(3) Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah menggunakan
asas otonomi dan tugas pembantuan.
Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Daerah
Pasal 21
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; danh. mendapatkan hak
lainnya yang diatur dalam Peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;


f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak;
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;i. menyusun perencanaan dan tata ruang
daerah;j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. melestarikan lingkungan hidup;
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22
diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam
bentuk pendapatan, belanja,. dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem
pengelolaan keuangan daerah.
(2) Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan
perundang-undangan.
Bagian Keempat
Pemerintah Daerah
Paragraf Kesatu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pasal 24
(1) Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.
(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi disebut Gubernur,
untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut walikota.

(3) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dlbantu oleh satu orang wakil
kepala daerah.
(4) Wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk provinsi disebut
wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil
walikota.
(5) Kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Paragraf Kedua
Tugas dan Wewenang serta KewajibanKepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pasal 25
Kepala. daerah mempunyai tugas dan wewenang:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD;
b. mengajukan rancangan Perda;
c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk
dibahas dan ditetapkan bersama;
e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;
f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
(1) Wakil kepala daerah mempunyai tugus:a. membantu kepala daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah;
b. membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di
daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,
melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan
pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi


wakil kepala daerah provinsi;
d. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan,
kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;
e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintah daerah;
f. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala
daerah; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wakil kepala daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah.
(3) Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya
apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus dalam masa
jabatannya.
Pasal 27
(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
dan Pasal 26, kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan;
f. menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
g. memajukan dan mengembangkan daya saing daerah;
h. melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik.
i. melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah;

j. menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua
perangkat daerah;
k. menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan
Rapat Paripurna DPRD.
(2) Selain mempunyai kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat. (1), kepala daerah
mempunyai kewajiban juga untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan
daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban
kepada DPRD, serta menginformasikanlaporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada masyarakat.
(3) Laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
untuk Gubernur, dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk
Bupati/Walikota 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan Pemerintah sebagai dasar
melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sebagai bahan pembinaan
lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf Ketiga
Larangan bagi Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah
Pasal 28
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dilarang:
a. membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota
keluarga, kroni, golongan tertentu, atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, merugikan kepentingan umum, dan meresahkan
sekelompok masyarakat, atau mendiskriminasikan warga negara dan/atau golongan
masyrakat lain;
b. turut serta dalam suatu perusahaan, baik milik swasta maupun milik negara daerah,
atau dalam yayasan bidang apapun;
c. melakukan pekerjaan lain yang memberikan keuntungan bagi dirinya, baik secara
langsung. maupun tidak langsung, yang berhubungan dengan daerah yang bersangkutan;
d. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme, dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari
pihak lain yang mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

e. menjadi advokat atau kuasa hukum dalam suatu perkara di pengadilan selain yang
dimaksud dalam Pasai 25 huruf f;
f. menyalahgunakan wewenang dan melanggar sumpah/janji jabatannya;
g. merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya, sebagai anggota DPRD
sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Paragraf Keempat
Pemberhentian Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah
Pasal 29
(1) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala. Daerah dan/atau wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c diberhentikan karena:
a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah;
d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan kepala daerah dan/atau wakil kepala
daerah;
e. tidak melaksanakan kewajiban kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah;
f. melanggar larangan bagi kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.
(3) Pemberhentian kepala daerah dan atau wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf a dan huruf b diberitahukan oleh
pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam Rapat Paripurna dan diusulkan oleh pimpinan
DPRD.
(4) Pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d dan huruf e dilaksanakan dengan ketentuan:

a. Pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah diusulkan. kepada Presiden
berdasarkan putusan Mahkamah Agung atas pendapat DPRD bahwa kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan dan atau tidak
melaksanakan kewajiban. kepala daerah dan wakil kepala daerah;
b. Pendapat DPRD sebagaimana dimaksud pada huruf a diputuskan melalui Rapat
Paripurna DPRD yang dihadiri olehsekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir;
c. Mahkamah Agung wajib memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPRD
tersebut paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah permintaan DPRD itu diterima
Mahkamah Agung dan putusannya bersifat final;
d. Apabila Mahkamah Agung memutuskan bahwa kepala daerah, dan/atau wakil kepala
daerah terbukti melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau tidak melaksanakan kewajiban,
DPRD menyelenggarakan Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil, dengan
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir
untuk memutuskan usul pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
kepada Presiden;
e. Presiden wajib memproses usul pemberhentian kepala daerah dan/atau wakil kepala
daerah tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak DPRD menyampaikan usul
tersebut.Pasal 30(1) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara
oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih
berdasarkan putusan pengadilan.(2) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
diberhentikan oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 31
(1) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara oleh Presiden
tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana korupsi, tindak
pidana terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
(2) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan oleh Presiden tanpa
melalui usulan DPRD karena terbukti melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang
dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 32

(1) Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah menghadapi krisis
kepercayaan publik yang meluas karena dugaan melakukan tindak pidana dan melibatkan
tanggung jawabnya, DPRD menggunakan hak angket untuk menanggapinya.
(2) Penggunaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya
3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir untuk
melakukan penyelidikan terhadap kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.
(3) Dalam hal ditemukan bukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), DPRD menyerahkan proses penyelesaian antara kepada aparat penegak hukum
sesuai dengan peraturan perudang-undangan.
(4) Apabila kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dinyatakan bersalah karena
melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum
tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DPRD mengusulkan pemberhentian
sementara dengan keputusan DPRD.
(5) Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Presiden
menetapkan pemberhentian sementara kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.
(6) Apabila kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dinyatakan bersalah berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD mengusulkan pemberhentian berdasarkan
keputusan Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga
perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga ) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
(7) Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Presiden
memberhentikan kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.(1) Kepala daerah dan/atau
wakil kepala daerah yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32 ayat (5) setelah melalui proses peradilan
ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, paling lambat 30 (tiga puluh) hari Presiden telah
merehabilitasikan dan mengaktifkan kembali kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah
yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatannya.(2) Apabila kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Presiden merehabilitasikan kepala daerah
dan/atau wakil kepala daerah yang bersangkutan dan tidak mengaktifkannya kembali.(3)
Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31, dan
Pasal 32 diatur dalam Peraturan Pemerintah.Pasal 34(1) Apabila kepala daerah
diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat
(1), dan Pasal 32 ayat (5); wakil kepala daerah melaksanakan tugas dan kewajiban kepala
daerah sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.(2) Apabila wakil kepala daerah diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud Pasal 30 ayat (1), Pasal 31 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (5), tugas dan kewajiban
wakil kepala daerahdilaksanakan oleh kepala daerah sampai dengan adanya putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.(3) Apabila kepala daerah dan
wakil kepala daerah diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1), Pasal 31 ayat (1), dan Pasa1 32 ayat (5), Presiden menetapkan penjabat Gubernur
atas usul Menteri Dalam Negeri atau penjabat Bupati/Walikota atas usul Gubernur
dengan pertimbangan DPRD sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.(4) Tata cara penetapan, kriteria calon, dan masa
jabatan penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.Pasal 35(1) Apabila kepala daerah diberhentikan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana. dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (2), Pasal 31 ayat (2), dan Pasal 32 ayat (7) jabatan kepala daerah diganti
oleh wakil kepala daerah sampai berakhir masa jabatannya dan. proses pelaksanaannya
dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Paripurna DPRD dan disahkan oleh Presiden.(2)
Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) yang sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan, kepala daerah
mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil kepala daerah untuk dipilih oleh Rapat Paripurna
DPRD berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan
calonnya terpilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.(3) Dalam hal
kepala daerah dan wakil kepala daerah berhenti atau diberhentikan secara bersamaan
dalam masa jabatannya. Rapat Paripurna DPRD memutuskan dan menugaskan KPUD
untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah paling lambat
6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat kepala daerah: (4) Dalam hal
terjadi kekosongan jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari kepala daerah sampai
dengan Presiden mengangkat penjabat kepala daerah.(5) Tata cara pengisian kekosongan,
persyaratan dan masa jabatan penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam.
Peraturan Pemerintah.Paragraf KelimaTindakan Penyidikan terhadap Kepala Daerah
danWakil Kepala DaerahPasal 36(1) Tindakan penyelidikan dan penyidikan terhadap
kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah dilaksanakan setelah adanya persetujuan
tertulis dari Presiden atas permintaan penyidik.(2) Dalam hal persetujuan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan oleh Presiden dalam waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan, proses
penyelidikan dan penyidikan dapat dilakukan. (3) Tindakan penyidikan yang dilanjutkan
dengan penahanan diperlukan persetujuan tertulis sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).(4) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. tertangkap tangan melakukan tindak
pidana kejahatan; atau b. disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana mati, atau telah melakukan tindak pidana kejahatan terhadap
keamanan negara.(5) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) setelah
dilakukan wajib dilaporkan kepada Presiden paling lambat dalam waktu 2 (dua) kali 24
(dua puluh empat) jam.Paragraf KeenamTugas Gubernur sebagai Wakil PemerintahPasal
37(1) Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil Pemerintah di
wilayah provinsi yang bersangkutan.(2) Dalam kedudukannya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden.Pasal 38(1) Gubernur dalam

kedudukannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 memiliki tugas dan wewenang:a.


pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/Kota;b.
koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah provinsi dan kabupaten/kota; c.
koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah
provinsi dan kabupaten/kota.(2) Pendanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada APBN.(3) Kedudukan keuangan Gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.(4) Tata cara
pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.Bagian KelimaDewan Perwakilan Rakyat DaerahParagraf
KesatuUmumPasal 39Ketentuan tentang DPRD sepanjang tidak diatur dalam UndangUndang ini berlaku ketentuan Undang-Undang tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, DPD, dan DPRD.Paragraf KeduaKedudukan dan FungsiPasal 40DPRD merupakan
lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
pemerintahan daerah.Pasal 41DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan.Paragraf KetigaTugas dan WewenangPasal 42(1) DPRD mempunyai tugas
dan wewenang:a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat
persetujuan bersama; b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD
bersama dengan kepala daerah; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda
dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama
internasional di daerah;d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD
provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD
kabupaten/kota;e. memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan
wakil kepala daerah;f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah
daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;g. memberikan persetujuan
terhadap rencana kerja sana internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah;h.
meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;i. membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;j.
melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan
kepala daerah;k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.(2) Selain tugas dan
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD melaksanakan tugas dan
wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Paragraf Keempat
Hak dan Kewajiban
Pasal 43
(1) DPRD mempunyai hak:
a. interpelasi;
b. angket; dan

c. menyatakan pendapat.
(2) Pelaksanaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
setelah diajukan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
mendapatkan persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya
3/4 (tiga perempat) dari jumlah, anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
(3) Dalam menggunakan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibentuk
panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD yang bekerja dalam waktu
paling lama 60 (enam puluh) hari telah menyampaikan hasil kerjanya kepada DPRD.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat memanggil, mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap mengetahui atau
patut mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta untuk meminta menunjukkan surat
atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki.
(5) Setiap orang yang dipanggil, didengar, dan diperiksa sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) wajib memenuhi panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang sah menurut
peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi
panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), panitia angket dapat memanggil secara
paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(7) Seluruh hasil kerja panitia angket bersifat rahasia.
(8) Tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat
diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Pasal 44
(1) Anggota DPRD mempunyai hak:
a. mengajukan rancangan Perda;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;e. membela diri;
f. imunitas;

g. protokoler; dan .
h. keuangan dan administratif.
(2) Kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasa1 45
Anggota DPRD mempunyai kewajiban:
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan, pemerintahan daerah;
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Repub1ik Indonesia;
d. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;
e. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
f. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan.
g. memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD
sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.
h. mentaati Peraturan Tata Tertib, Kode Etik, dan sumpah/janji anggota DPRD;
i. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.Paragraf
KelimaAlat Kelengkapan DPRD
Pasa1 46
(1) Alat kelengkapan DPRD terdiri atas:
a. pimpinan;
b. komisi;
c. panitia musyawarah;
d. panitia anggaran;

e. Badan Kehormatan; dan


f. alat kelengkapan lain yang diperlukan.
(2) Pembentukan, susunan, tugas, dan wewenang alat kelengkapan sebagaimana
dimaksad pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Pasal 47
(1) Badan Kehormatan DPRD dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(2) Anggota Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari
dan oleh anggota DPRD dengan ketentuan:
a. untuk DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan sampai dengan 34 (tiga puluh empat)
berjumlah 3 (tiga) orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima)
sampai dengan 45 (empat puluh lima) berjumlah 5 (lima) orang.
b. untuk DPRD provinsi yang beranggotakan sampai dengan 74 (tujuh puluh empat)
berjumlah 5 (lima) orang, dan untuk DPRD yang beranggotakan 75 (tujuh puluh lima)
sampai dengan 100 (seratus) berjumlah 7 (tujuh) orang.
(3) Pimpinan Badan Kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan
Kehormatan.
(4) Badan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh sebuah
sekretariat yang secara fungsional dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD.
Pasal 48Badan Kehormatan mempunyai tugas:
a. mengamati, mengevaluasi disiplin, etika, dan moral para anggota DPRD dalam rangka
menjaga martabat dan kehormatan sesuai dengan Kode Etik DPRD;
b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap Peraturan Tata
Tertib dan Kode Etik DPRD serta sumpah/janji;
c. melakukan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD,
masyarakat dan/atau pemilih;
d. menyampaikan kesimpulan atas hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi
sebagaimana dimaksud pada huruf c sebagai rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh
DPRD.
Pasal 49

(1) DPRD wajib menyusun kode etik untuk menjaga martabat dan kehormatan anggota
DPRD dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
(2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi:
a. pengertian kode etik;
b. tujuan kode etik;
c. pengaturan sikap, tata kerja, dan tata hubungan antar penyelenggara pemerintahan
daerah dan antara anggota serta antara anggota DPRD dan pihak lain;
d. hal yang baik dan sepantasnya dilakukan oleh anggota DPRD;
e. etika dalam penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, sanggahan; dan
f. sanksi dan rehabilitasi.
Pasal 50
(1) Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi.
(2) Jumlah anggota setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD.
(3) Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari 1 (satu) partai politik yang
tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 (satu) fraksi, wajib bergabung dengan fraksi
yang ada atau membentuk fraksi gabungan.
(4) Fraksi yang ada wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak
memenuhi syarat untuk dapat membentuk satu fraksi.
(5) Dalam hal fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setelah dibentuk,
kemudian tidak lagi memenuhi syarat setagai fraksi gabungan, seluruh anggota fraksi
gabungan tersebut wajib bergabung dengan fraksi dan/atau fraksi gabungan lain yang
memenuhi syarat.
(6) Parpol yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi hanya dapat membentuk
satu fraksi.
(7) Fraksi gabungan dapat dibentuk oleh partai politik dengan syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5).
Pasal 51

(1) DPRD provinsi yang beranggotakan 35 (tiga puluh lima) sampai dengan 75 (tujuh
puluh lima) orang membentuk 4 (empat) komisi, yang beranggotakan lebih dari 75 (tujuh
puluh lima) orang membentuk 5 (lima) komisi.
(2) DPRD kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan 35 (tiga
puluh lima) orang membentuk 3 (tiga) komisi, yang beranggotakan lebih dari 35 (tiga
puluh lima) orang membentuk 4 (empat) komisi
Pasal 52
(1) Anggota DPRD tidak dapat dituntut dihadapan pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan dan/atau pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat
DPRD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik DPRD.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota yang
bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk
dirahasiakan,atau hal-hal yang dimaksud oleh ketentuan mengenai pengumuman rahasia
negara dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Anggota DPRD tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataan, pertanyaan
dan/atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat DPRD.
Pasa1 53
(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota DPRD dilaksanakan setelah adanya
persetujuan tertulis dari Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden bagi anggota DPRD
provinsi dari Gubernur atas nama Menteri Dalam Negeri bagi anggota DPRD
kabupaten/kota.
(2) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan
dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari semenjak diterimanya permohonan,
proses penyidikan dapat dilakukan.
(3) Tindakan penyidikan yang dilanjutkan dengan penahan diperlukan persetujuan tertulis
dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah:a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; ataub. disangka
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati, atau tindak pidana
kejahatan terhadap keamanan negara.
(5) Setelah tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan, tindakan penyidikan
harus dilaporkan kepada pejabat yang memberikan izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lambat 2 (dua kali) 24 (dua puluh empat) jam.Bagian KeenamLarangan dan
Pemberhentian Anggota DPRD

Pasal 54
(1) Anggota DPRD dilarang merangkap jabatan sebagai:
a. pejabat negara lainnya;
b. hakim pada badan peradilan;
c. pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai pada badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah dan/atau badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBN/APBD.
(2) Anggota DPRD dilarang melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada
lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/pengacara, notaris,
dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan
hak sebagai anggota DPRD.
(3) Anggota DPRD dilarang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(4) Anggota DPRD yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
wajib melepaskan pekerjaan tersebut selama menjadi anggota DPRD.
(5) Anggota DPRD yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) diberhentikan oleh pimpinan berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Kehormatan
DPRD.
(6) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), dan ayat (5) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman pada
peraturan perundang undangan.
Bagian. Ketujuh
Penggantian Antarwaktu Anggota DPRD
Pasa1 55
(1) Anggota.DPRD berhenti antarwaktu sebagai anggota karena:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; dan
c. diusulkan oleh partai politik yang bersangkutan.
(2) Anggota DDRD diberhentikan antarwaktu, karena:

a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atauberhalangan tetap secara


berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
b. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota DPRD;
c. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan, dan/atau melanggar kode etik DPRD;
d. tidak melaksanakan kewajiban anggota DPRD;
e. melanggar larangan bagi anggota DPRD;
f. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melanggar tindak pidana dengan ancaman pidana paling singkat 5
(lima) tahun penjara atau lebih.
(3) Pemberhentian anggota DPRD yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Gubernur bagi anggota DPRD provinsi dan kepada Gubernur
melalui Bupati/Walikota bagi anggota DPRD kabupaten/kota untuk diresmikan
pemberhentiannya.
(4) Pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e dilaksanakan setelah ada keputusan DPRD berdasarkan
rekomendasi dari Badan Kehormatan DPRD.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (4) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedelapan
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Paragraf KesatuPemilih
Pasal 56
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang
dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil.
(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.
Pasa1 57

(1) Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang
bertanggungjawab kepada DPRD.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD.
(3) Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah, dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
keanggotaannya terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers, dan
tokoh masyarakat.
(4) Anggota panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah 5 (lima)
orang untuk provinsi, 5 (lima) orang untuk kabupaten/kota dan 3 (tiga) orang untuk
kecamatan.
(6) Panitia pengawas kecamatan diusulkan oleh panitia pengawas kabupaten/kota untuk
ditetapkan oleh DPRD.
(7) Dalam hal tidak didapatkan unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), panitia
pengawas kabupaten/kota/kecamatan dapat diisi oleh unsur yang lainnya.
(8) Panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dibentuk oleh dan
bertanggungjawab kepada DPRD dan berkewajiban menyampaikan laporannya.
Pasal 58
Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah warga negara Republik Indonesia
yang memenuhi syarat:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
lndonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah;
c. berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau sederajat;
d. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;
e. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim
dokter;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;

g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
h. mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya;i. menyerahkan daftar
kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan;
j. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan
hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara.
k. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap;
l. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai
NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;
n. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat
pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri;
o. belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama 2 (dua)
kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; dan
p. tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah.
Pasal 59
(1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik.
(2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurangkurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas
persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD di
daerah yang bersangkutan.
(3) Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang seluasluasnya bagi bakal calon perseorangan yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 dan selanjutnya memproses bakal calon dimaksud melalui mekanisme
yang demokratis dan transparan.
(4) Dalam proses penetapan pasangan calon partai politik atau gabungan partai politik
memperhatikan pendapat dan tanggapan masyarakat.
(5) Partai politik atau gabungan partai politik pada saat mendaftarkan pasangan calon,
wajib menyerahkan:

a. surat pencalonan yang. ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau pimpinan
partai politik yang bergabung;
b. kesepakatan tertulis antar partai politik yang bergabung untuk mencalonkan pasangan
calon;
c. surat pernyataan tidak akan menarik pencalonan atas pasangan yang dicalonkan yang
ditandatangani oleh pimpinan partai politik atau para pimpinan partai politik yang
bergabung;
d. surat pernyataan kesediaan yang bersangkutan sebagai calon kepala daerah dan wakil
kepala daerah secara berpasangan;
e. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai pasangan calon;
f. surat pernyataan kesanggupan mengundurkan diri dari jabatan apabila terpilih menjadi
kepala daerah atau wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
g. surat pernyataan mengundurkan diri dari jabatan negeri bagi calon yang berasal dari
pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
h. surat pernyataan tidak aktif dari jabatannya bagi pimpinan DPRD tempat yang
bersangkutan menjadi calon di daerah yang menjadi wilayah kerjanya;
i. surat pemberitahuan kepada pimpinan bagi anggota DPR, DPD, dan DPRD yang
mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah;
j. kelengkapan persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 58; dan
k. naskah visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis.
(6) Partai politik atau gabungan. partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat mengusulkan satu pasangan calon dan pasangan calon tersebut tidak dapat
diusulkan lagi oleh partai politik atau gabungan partai politik lainnya.
(7) Masa pendaftaran pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7
(tujuh) hari terhitung sejak pengumuman pendaftaran pasangan calon.
Pasal 60
(1) Pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) diteliti persyaratan
administrasinya dengan melakukan klarifikasi kepada instansi pemerintah yang
berwenang dan menerima masukan dari masyarakat terhadap persyaratan pasangan calon.

(2) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan secara tertulis
kepada pimpinan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan, paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung, sejak tanggal penutupan pendaftaran.
(3) Apabila pasangan calon belum memenuhi syarat atau ditolak karena tidak memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dan/atau Pasal 59, partai politik atau
gabungan partai politik yang mengajukan calon diberi kesempatan untuk melengkapi
dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon atau
mengajukan calon baru paling lambat 7 (tujuh) hari sejak saat pemberitahuan hasil
penelitian persyaratan oleh KPUD.
(4) KPUD melakukan penelitian ulang kelengkapan dan atau perbaikan persyaratan
pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan sekaligus memberitahukan hasil
penelitian tersebut paling lambat 7 (tujuh) hari kepada pimpinan partai politik atau
gabungan partai politik yang mengusulkan.
(5) Apabila hasil penelitian berkas pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak memenuhi syarat dan ditolak oleh KPUD, partai politik dan atau gabungan partai
politik, tidak dapat lagi mengajukan pasangan calon.
Pasal 61
(1) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) dan ayat
(4), KPUD menetapkan pasangan calon paling kurang 2 (dua) pasangan calon yang
dituangkan dalam Berita Acara Penetapan pasangan calon.
(2) Pasangan calon yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan secara luas paling lambat 7 (tujuh) hari sejak selesainya penelitian.
(3) Terhadap pasangan calon yang telah ditetapkan dan diumumkan selanjutnya
dilakukan undian secara terbuka untuk menetapkan nomor urut pasangan calon.
(4) Penetapan dan pengumuman pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bersifat final dan mengikat.
Pasal 62
(1) Partai politik atau gabungan partai politik dilarang menarik calonnya dan/atau
pasangan calonnya, dan pasangan calon atausalah seorang dari pasangan calon dilarang
mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai pasangan calon oleh KPUD.
(2) Apabila partai politik atau gabungan partai politik menarik calonnya dari/atau
pasangan calon dan/atau salah seorang dari pasangan calon mengundurkan diri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), partai politik atau gabungan partai politik yang
mencalonkan tidak dapat mengusulkan calon pengganti.

Pasal 63
(1) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon berhalangan tetap sejak penetapan
calon sampai pada saat dimulainya hari kampanye, partai politik atau gabungan partai
politik yang pasangan calonnya berhalangan tetap dapat mengusulkan pasangan calon
pengganti paling lambat 3 (tiga) hari sejak pasangan calon berhalangan tetap dan KPUD
melakukan. penelitian persyaratan administrasi dan menetapkan pasangan calon
pengganti paling lambat 4 (empat) hari sejak pasangan calon pengganti didaftarkan.
(2) Dalam hal salah 1 (satu) calon atau pasangan calon berhalangan tetap pada saat
dimulainya kampanye sampai hari pemungutan suara dan masih terdapat 2 (dua)
pasangan calon atau lebih, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah dilanjutkan dan pasangan calon yang berhalangan tetap tidak dapat diganti
serta dinyatakan gugur.
(3) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon berhalangan tetap pada saat
dimulainya kampanye sampai hari pemungutan suara sehingga jumlah pasangan calon
kurang dari 2 (dua) pasangan, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah ditunda paling lambat 30 (tiga puluh) hari dan partai politik atau gabungan
partai politik yang pasangan calonnya berhalangan tetap mengusulkan pasangan calon
pengganti paling lambat 3 (tiga) hari sejak pasangan calon berhalangan tetap dan KPUD
melakukan penelitian persyaratan administrasi dan menetapkan pasangan calon pengganti
paling lambat 4 (empat) hari sejak pasangan calon pengganti didaftarkan.
Pasal 64
(1) Dalam hal salah satu calon atau pasangan calon berhalangan tetap setelah
pemungutan. suara putaran pertama sampai dimulainya hari pemungutan suara putaran
kedua, tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ditunda
paling lambat 30 (tiga puluh) hari.
(2) Partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya berhalangan tetap
mengusulkan pasangan calon pengganti paling lambat 3 (tiga) hari sejak pasangan calon
berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan KPUD melakukan penelitian
persyaratan administrasi dan menetapkan pasangan calon pengganti paling lambat 4
(empat) hari sejak pasangan calon pengganti didaftarkan.
Pasal 65
(1) Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilaksanakan melalui masa
persiapan, dan tahap pelaksanaan.
(2) Masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan;

b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala


daerah;
c. Perencanaam penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah;
d. Pembentukan Panitia Pengawas, PPK, PPS dan KPPS;e. Pemberitahuan dan
pendaftaran pemantau.
(3) Tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Penetapan daftar pemilih;
b. Pendaftaran dan Penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah;
c. Kampanye;
d. Pemungutan suara;
e. Penghitungan suara; dan
f. Penetapan pasangan calon kepala daerah/wakil kepala daerah terpilih, pengesahan, dan
pelantikan.
(4) Tata cara pelaksanaan masa persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tahap
pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur KPUD dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
Pasal 66
(1) Tugas dan wewenang KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah adalah:
a. merencanakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;a.
menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
sesuai dengan tahapan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
b. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;
c. menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye, serta pemungutan suara
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;
d. meneliti persyaratan partai politik atau gabungan partai politik yang mengusulkan
calon;

e. meneliti persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan;
f. menetapkan pasangan calon yang telah memenuhi persyaratan;
g. menerima pendaftaran dan mengumumkan tim kampanye;
h. mengumumkan laporan sumbangan dana kampanye;
i. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah;
j. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah;
k. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur oleh peraturan perundangundangan;
l. menetapkan kantor akuntan publik untuk mengaudit dana kampanye dan
mengumumkan hasil audit.
(2) Dalam penyelenggaran pemilihan gubernur dan wakil gubernur KPUD
kabupaten/kota adalah bagian pelaksana tahapan penyelenggaran pemilihan yang
ditetapkan oleh KPUD provinsi.
(3) Tugas dan wewerang DPRD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah adalah:
a. memberitahukan kepada kepala daerah mengenai akan berakhirnya masa jabatan;
b. mengusulkan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berakhir
masa jabatannya dan mengusulkan pengangkatan kepala daerah dan wakil kepala daerah
terpilih;
c. melakukan pengawasan pada semua tahapan pelaksanaan pemilihan;
d. membentuk panitia pengawas;
e. meminta pertanggungjawaban pelaksanaan tugas KPUD; dan
f. meyelenggarakan rapat paripurna untuk mendengarkan penyampaian visi, misi, dan
program dari pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.
(4) Panitia pengawas pernilihan mempunyai tugas dan wewenang:a. mengawasi semua
tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah;b. menerima
laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah;c. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah;d. meneruskan temuan dan laporan yang tidak
dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang; dand. mengatur hubungan koordinasi
antar panitia pengawasan pada semua tingkatan.Pasal 67(1) KPUD berkewajiban:a.
memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara;b. menetapkan standarisasi serta
kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan;c.
menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan
menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat ;d. memelihara arsip dan
dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik KPUD berdasarkan
peraturan perundang-undangan;e. mempertanggungjawabkan, penggunaan anggaran
kepada DPRD;f. melaksanakan semua tahapan pemilihan kepala daerah dan wakil Kepala
daerah secara tepat waktu.Paragraf KeduaPenetapan PemilihPasal 68Warga negara
Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara Pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai
hak memilih.Pasal 69(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih, warga negara Republik
Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih.(2) Untuk dapat didaftar sebagai pemilih, warga
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada. ayat (1) harus memenuhi
syarat:a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;b. tidak sedang dicabut hak
pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.(3) Seorang warga negara Republik Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar
pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dapat menggunakan hak memilihnya.Pasal 70(1) Daftar pemilih pada saat pelaksanaan
pemilihan umum terakhir di daerah digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah.(2) Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah dengan daftar pemilih tambahan yang telah memenuhi persyaratan
sebagai pemilih ditetapkan sebagai daftar pemilih sementara.Pasal 71Pemilih yang telah
terdaftar sebagai pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 diberi tanda bukti
pendaftaran untuk ditukarkan dengan kartu pemilih untuk setiap pemungutan suara.Pasal
72(1) Seorang pemilih hanya didaftar 1 (satu) kali dalam daftar pemilih.(2) Apabila
seorang pemilih mempunyai lebih dari 1 (satu) tempat tinggal, pemilih tersebut harus
menentukan satu di antaranya untuk ditetapkan sebagai tempat tinggal yang dicantumkan
dalam daftar pemilih.Pasal 73(1) Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 kemudian berpindah tempat tinggal atau karena
ingin menggunakan hak pilihnya di tempat lain, pemilih yang bersangkutan harus
melapor kepada PPS setempat.(2) PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencatat
nama pemilih dari daftar pemilih dan memberikan surat keterangan pindah tempat
memilih.(3) Pemilih melaporkan kepindahannya kepada PPS di tempat pemilihan yang
baru.(4) Pemilih terdaftar yang karena sesuatu hal terpaksa tidak dapat menggunakan hak
pilihnya di TPS yang sudah ditetapkan, yang bersangkutan dapat menggunakan hak
pilihnya di tempat lain dengan menunjukkan kartu pemilih.Pasal 74(1) Berdasarkan
daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dan Pasal 73 PPS menyusun dan
menetapkan daftar pemilih sementara.(2) Daftar pemilih sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh PPS untuk mendapat tanggapan masyarakat.(3)
Pemilih yang belum terdaftar dalam daftar pemilih sementara dapat mendaftarkan diri ke
PPS dan dicatat dalam daftar pemilih tambahan.(4) Daftar pemilih sementara dan daftar
pemilih tambahan ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap. (5) Daftar pemilih tetap

disahkan dan diumumkan oleh PPS.(6) Tata cara pelaksanaan pendaftaran pemilih
ditetapkan oleh KPUD.Paragraf KetigaKampanyePasal 75(1) Kampanye dilaksanakan
sebagai bagian dari penyelenggaraan pemilihan. kepala daerah dan wakil kepala
daerah.(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selama 14 (empat
belas) hari dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.(3) Kampanye
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk
oleh pasangan calon bersama-sama partai politik atau gabungan partai politik yang
mengusulkan pasangan calon.(4) Tim kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
didaftarkan ke KPUD bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon.(5) Kampanye
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bersama-sama atau secara terpisah
oleh pasangan calon dan/atau oleh tim kampanye.(6) Penanggung jawab kampanye,
adalah pasangan calon yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh tim
kampanye.(7) Tim kampanye dapat dibentuk secara berjenjang di provinsi,
kabupaten/kota bagi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur dan kabupaten/kota
dan kecamatan bagi pasangan calon Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil
Walikota.(8) Dalam kampanye, rakyat mempunyai kebebasan menghadiri kampanye.(9)
Jadwal pelaksanaan kampanye ditetapkan oleh KPUD dengan, memperhatikan usul dari
pasangan calon.Pasal 76(1) Kampanye dapat dilaksanakan melalui :a. pertemuan
terbatas;b. tatap muka dan dialog;c. penyebaran melalui media cetak dan media
elektronik;d. penyiaran media radio dan/atau televisi;e. penyebaran bahan kampanye
kepada umum;f. pemasangan alat peraba di tempat umum;g. rapat umum;h. debat
publik/debat terbuka antar calon; dan/atau i. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan
undangan.(2) Pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi, dan program secara lisan
maupun tertulis kepada masyarakat.(3) Calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
berhak untuk mendapatkan informasi atau data dari pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.(4) Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan
cara yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif.(5) Penyelenggaraan kampanye dilakukan di
seluruh wilayah provinsi untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur dan diseluruh
wilayah kabupaten/kota untuk pemilihah bupati dan wakil bupati dan walikota dan wakil
walikota.Pasal 77(1) Media cetak dan media elektronik memberikan kesempatan yang
sama kepada pasangan calon, untuk menyampaikan tema dan materi kampanye.(2) Media
elektronik dan media cetak wajib memberikan kesempatan yang sama kepada pasangan
calon untuk memasang iklan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
rangka kampanye.(3) Pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada
pasangan calon untuk menggunakan fasilitas umum.(4) Semua yang hadir dalam
pertemuan terbatas atau rapat umum yang diadakan oleh pasangan calon hanya
dibenarkan membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut pasangan calon
yang bersangkutan.(5) KPUD berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye.(6) Pemasangan
alat peraga kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (5) oleh pasangan calon
dilaksanakan dengan mempertimbangkan etika; estetika, kebersihan,dan keindahan kota
atau kawasan setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(7) Pemasangan
alat peraga. kampanye pada tempat yang menjadi milik perseorangan. atau badan swasta
harus seizin pemilik tempat tersebut.(8) Alat peraga kampanye harus sudah dibersihkah
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara.Pasal 78Dalam kampanye
dilarang:a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan UndangUndang Dasar

Negara Republik Indoneaia Tahn 1945;b. menghina seseorang, agama, suku, ras,
golongan, calon kepala daerah/wakil kepala daerah dan/atau partai politik;c. menghasut
atau mengadu domba partai politik, perseorangan, dan/atau kelompok masyarakat;d.
menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan
kepada perseorangan, kelompok masyarakat dan/atau partai politik;e. mengganggu
keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum;f. mengancam dan menganjurkan
penggunaan kekerasan untuk mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah;g.
merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye pasangan calon lain; h.
menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan pemerintah daerah;i. menggunakan
tempat ibadah dan tempat pendidikan; danj. melakukan pawai atau arak-arakan yang
dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan di jalan raya.Pasal 79(1)
Dalam kampanye, dilarang melibatkan: a. hakim pada semua peradilan;.b. pejabat
BUMN/BUMD;c. pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negera d. kepala desa.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila pejabat tersebut
menjadi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.(3) Pejabat negara yang menjadi
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam melaksanakan kampanye harus
memenuhi ketentuan:a. tidak menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya; a.
menjalani cuti di luar tanggungan negara; danb. pengaturan lama cuti dan jadwal cuti
dengan memperhatikan keberlanngsungan tugas penyelenggaraan pemerintahan
daerah.(4) Pasangan calon dilarang melibatkan pegawai negeri sipil, anggota Tentara
Nasional Indonesia, dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai peserta
kampanye dan juru kampanye dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah.Pasal 80Pejabat negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri
dan kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikah salah satu pasangan calon selama masa kampanye. .Pasal 81(1)
Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud
dalani Pasa1 78 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huraf f, merupakan tindak
pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(2)
Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 78 huruf g, huruf h, huruf i dan huraf j, yang merupakan pelanggaran tata
cara kampanye dikenai sanksi.a. peringatan tertulis apabila penyelenggara kampanye
melanggar larangan walaupan belum terjadi gangguan;b. penghentian kegiatan kampanye
di tempat terjadinya pelanggaran atau di seluruh daerah pemilihan yang bersangkutan
apabila terjadi gangguan terhadap keamanan yang berpotensi menyebar ke daerah
pemilihan lain.(3) Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran larangan pelaksanaan
kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh KPUD.(4) Pelanggaran
atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79
dikenai sanksi penghentian kampanye selama masa kampanye oleh KPUD.Pasal 82(1)
Pasangan calon dan/atau tim kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang
atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.(2) Pasangan calon dan/atau tim
kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai
sanksi pembatalan sebagai pasangan calon oleh DPRD.Pasa1 83(1) Dana kampanye
dapat diperoleh dari: a. pasangan calon;b. partai politik dan/atau gabungan partai politik
yang mengusulkan;c. sumbangan pihak-pihak lain yang tidak mengikat yang meliputi
sumbangan perseorangan dan/atau badaa hukum swasta. (2) Pasangan calon wajib

memiliki rekening khusus dana kampanye dan rekening yang dimaksud didaftarkan
kepada KPUD.(3) Sumbangan dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dari perseorangan dilarang melebihi Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan dari badan hukum swasta dilarang melebihi Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh
juta rupiah).(4) Pasangan calon dapat menerima dan/atau menyetujui pembiayaan bukan
dalam bentuk uang secara langsung untuk kegiatan kampanye.(5) Sumbangan kepada
pasangan calon yang lebih dari Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) baik
dalam bentuk uang maupun bukan dalam bentuk uang yang dapat dikonversikan ke
dalam nilai uang wajib dilaporkan kepada KPUD mengenai jumlah dan identitas pemberi
sumbangan.(6) Laporan sumbangan dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dan ayat (5) disampaikan oleh pasangan calon kepada KPUD dalam waktu 1 (satu)
hari sebelum masa kampanye dimulai dan 1 (satu) hari sesudah rnasa kampanye
berakhir.(7) KPUD mengumumkan melalui media massa laporan sumbangan dana
kampanye setiap pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (6) kepada masyarakat
satu hari setelah menerima laporan dari pasangan calon.
Pasal 84
(1) Dana kampanye digunakan oleh pasangan calon, yang teknis pelaksanaannya
dilakukan oleh tim kampanye.
(2) Dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh pasangan
calon kepada KPUD paling lambat 3 (tiga) hari setelah hari pemungutan suara.
(3) KPUD wajib menyerahkan laporan dana kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) kepada kantor akuntan publik paling lambat 2 (dua) hari setelah KPUD menerima
laporan dana kampanye dari pasangan calon.
(4) Kantor akuntan publik wajib menyelesaikan audit paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah diterimanya laporan dana kampanye dari KPUD.
(5) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan oleh KPUD paling
lambat 3 (tiga) hari setelah KPUD menerima laporan hasil, audit dari kantor akuntan
publik.
(6) Laporan dana kampanye yang diterima KPUD wajib dipelihara dan terbuka untuk
umum.
Pasal 85
(1) Pasangan calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain untuk kampanye
yang berasal dari:
a. negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan warga
negara asing;

b. penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya;


c. pemerintah, BUMN, dan BUMD.
(2) Pasangan calon yang menerima sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dibenarkan menggunakan dana tersebut dan wajib melaporkannya kepada KPUD
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah masa kampanye berakhir dan menyerahkan
sumbangan tersebut kepada kas daerah.
(3) Pasangan calon yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi pembatalan sebagai pasangan calon oleh KPUD.
Paragraf Keempat
Pemungutan Suara
Pasal 86
(1) Pemungutan suara, pemilihan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah
diselenggarakan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa jabatan kepala daerah
berakhir.
(2) Pemungutan suara dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang
berisi nomor, foto, dan nama pasangan calon.
(3) Pemungutan suara, dilakukan pada hari libur atau hari yang diliburkan.
Pasal 87
(1) Jumlah surat suara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (2) dicetak sama
dengan jumlah pemilih tetap dan ditambah 2,5 % (dua setengah perseratus) dari jumlah
pemilih tersebut.
(2) Tambahan surat suara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara pemilih yang keliru memilih
pilihannya serta surat suara yang rusak.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuatkan
berita acara.
Pasal 88
Pemberian suara untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan
dengan mencoblos salah satu pasangan calon dalam surat suara.
Pasal 89

(1) Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat
memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh petugas KPPS atau orang lain atas
permintaan pemilih.
(2) Petugas KPPS atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib merahasiakan pilihan pemilih yang dibantunya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan kepada pemilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 90
(1) Jumlah pemilih di setiap TPS sebanyak-banyaknya 300 (tiga ratus) orang.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan lokasinya di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat
memberikan suaranya secara langsung, bebas, dan rahasia.
(3) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tatu letak TPS ditetapkan oleh KPUD.
Pasal 91
(1) Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah disediakan kotak suara sebagai tempat surat suara yang digunakan oleh pemilih.
(2) Jumlah, bahan, bentuk, ukuran, dan warna kotak suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh KPUD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan
Pasal 92
(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, KPPS melakukan:
a. pembukaan kotak suara;
b. pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan serta
d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Kegiatan KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi dari
pasangan calon, panitia pengawas; pemantau, dan warga masyarakat. .
(3) Kegiatan KPPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh Ketua KPPS, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota KPPS dan
dapat. ditandatangani oleh saksi dari pasangan calon.

Pasal 93
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92, KPPS
memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam memberikan suara, pemilih diberi kesempatan oleh KPPS berdasarkan prinsip
urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara
pengganti kepada KPPS, kemudian KPPS memberikan surat suara pengganti hanya satu
kali.
(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, pemilih dapat meminta
surat suara pengganti kepada KPPS, kemudian KPPS, memberikan surat suara pengganti
hanya satu kali.
(5) Penentuan waktu dimulai dan berakhirnya pemungutan suara ditetapkan oleh KPUD.
Pasal 94
(1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh KPPS.
(2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh KPUD dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Pasal 95
Suara untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dinyatakan sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS; dan
b. tanda coblos hanya terdapat, pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu
pasangan calon; atau
c. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan
nama pasangan calon yang telah ditentukan; atau
d. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama pasangan calon; atau
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto
dan nama pasangan calon.
Pasal 96
(1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh KPPS setelah pemungutan suara berakhir.

(2) Sebelum penghitungan suara dimulai, KPPS menghitung:


a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap untuk
TPS;
b. jumlah pemilih dari TPS lain;
c. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan
d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos.
(3) Penggunaan surat suara tambahan dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh
Ketua KPPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota KPPS.
(4) Penghitungan suara dilakukan dan selesai di TPS oleh KPPS dan dapat dihadiri oleh
saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat.
(5) Saksi pasangan calon harus membawa surat mandat dari tim kampanye yang
bersangkutan dan menyerahkannya kepada Ketua KPPS.
(6) Penghitungan suara dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi pasangan
calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan
secara jelas proses penghitungan suara.
(7) Pasangan calon dan warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat
mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(8) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi pasangan calon atau warga masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat diterima, KPPS seketika itu juga mengadakan
pembetulan.
(9) Segera setelah selesai penghitungan suara di TPS, KPPS membuat berita acara dan
sertifikat hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua dan sekurangkurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi pasangan
calon.
(10)KPPS memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara kepada saksi pasangan calon yang hadir dan menempelkan 1 (satu)
eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.
(11)KPPS menyerahkan berita acara, sertifikat hasil penghitungan suara, surat suara, dan
alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada PPS segera
setelah selesai penghitungan suara.

Pasal 97(1) Setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara, PPS
membuat berita acara penerimaan dan melakukan rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat
desa/kelurahan dan dapat dihadiri oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas,
pemantau, dan warga masyarakat.(2) Saksi pasangan calon harus membawa surat mandat
dari Tim Kampanye yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada PPS. (3) Pasangan
calon dan warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan
keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh PPS apabila ternyata terdapat halhal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(4) Dalam hal keberatan
yang diajukan oleh saksi pasangan calon atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat diterima, PPS seketika itu juga mengadakan pembetulan.(5) Setelah
selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara di semua TPS dalam wilayah
kerja desa/kelurahan yang bersangkutan, PPS membuat berita acara dan sertifikat
rekapitulasi hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua dan paling sedikit 2
(dua) orang anggota PPS serta ditandatangani oleh saksi pasangan calon.(5) PPS wajib
memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara di PPS kepada saksi pasangan calon yang hasil dan menempelkan 1
(satu) eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum .(7) PPS wajib
menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara di PPS kepada PPK setempat.Pasal 98(1) Setelah menerima berita
acara dan sertifikat hasil penghitungan suara, PPK membuat berita acara penerimaan dan
melakukan rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat kecamatan dan dapat dihadiri oleh
saksi pasangan calon, panitia pengaawas, pemantau, dan warga masyarakat.(2) Saksi
pasangan calon harus membawa surat mandat dari Tim kampanye yang bersangkutan dan
menyerahkannya kepada PPK.(3) Pasangan calon dan warga masyarakat melalui saksi
pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan
suara oleh PPK apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.(4) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi
pasangan calon, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diterima, PPK seketika itu
juga mengadakan pembetulan.(5) Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil
penghitungan suara di semua PPS dalam wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan,
PPK membuat berita acara dan Sertifikat rekapitutasi hasil penghitungan suara yang
ditanda tangani oleh ketua dan sekurarang-kurangnya 2 (dua) orang anggota PPK serta
ditandatangani oleh saksi pasangan calon. (6) PPK wajib memberikan 1 (satu) eksemplar
salinan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil perhitungan suara di PPK kepada
saksi pasangan calon yang hadir dan menempelkan 1 (satu) eksemplar sertifikat hasil
penghitungan suara di tempat umum.(7) PPK wajib menyarahkan 1 (satu) eksemplar
berkas berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK kepada
KPU kabupaten/kota.Pasal 99(1) Setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil
penghitungan suara, KPU kabupaten/kota membuat berita acara penerimaan dan
melakukan rekapitulasi jumlah suara untuk tingkat kabupaten/kota dan dapat dihadiri
oleh saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat.(2) Saksi
pasangan calon harus membawa surat mandat dari Tim Kampanye yang bersangkutan
dan menyerahkannya kepada KPU kabupaten/kota.(3) Pasangan calon dan warga
masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan
terhadap jalannya penghitungan suara oleh KPU kabupaten/kota apabila ternyata terdapat
hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(4) Dalam hal keberatan

yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon, sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat diterima, KPU kabupaten/kota seketika itu juga mengadakan pembetulan.(5)
Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara di semua PPK dalam
wilayah kerja kecamatan yang bersangkutan, KPU kabupaten/kota membuat berita acara
dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua dan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPU kabupaten,/kota serta ditandatangani
oleh saksi pasangan calon.(6) KPU kabupaten/kota wajib memberikan 1 (satu) eksemplar
salinan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU
kabupaten/kota kepada saksi pasangan calon yang hadir dan menempelkan 1 (satu)
eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.(7) KPU kabupaten/kota
wajib menyerahkan 1 (satu) eksemplar berkas berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil
penghitungan suara di KPU kabupaten/kota kepada KPU provinsi.Pasal 100(1) Dalam hal
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kabupaten/kota, berita acara dan
rekapitulasi hasil penghitungan suara selanjutnya diputuskan dalam pleno KPU
kabupaten/kota untuk menetapkan pasangan calon terpilih.(2) Penetapan pasangan calon
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD kabupaten/kota
untuk diproses pengesahan dan pengangkatannya sesuai dengan Peraturan perundangundangan.Pasal 101(1) Setelah menerima berita acara dan sertifikat hasil penghitungan
suara, KPU provinsi membuat berita acara penerimaan dan melakukan rekapitulasi
jumlah suara untuk tingkat provinsi dan dapat dihadiri oleh saksi pasangan calon, panitia
pengawas, pemantau, dan warga masyarakat.(2) Saksi pasangan calon harus membawa
surat mandat dari Tim Kampanye yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada KPU
provinsi.(3) Pasangan calon dan warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang
hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh KPU
provinsi apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan.(4) Dalam hal keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diterima, KPU provinsi seketika itu juga
mengadakan pembetulan.(5) Setelah selesai melakukan rekapitulasi hasil penghitungan
suara di semua KPU kabupaten/kota, KPU provinsi membuat berita acara dan sertifkat
rekapitulasi hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh ketua dan sekurangkurangnya 2 (dua) orang anggota KPU provinsi serta ditandatangani oleh saksi pasangan
calon. (6) KPU provinsi wajib memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara dan
sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU provinsi kepada saksi pasangan
calon yang hadir dan menempelkan 1 (satu) eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara
di tempat umum.Pasal 102(1) Berita acara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (5) selanjutnya diputuskan dalam pleno
KPU provinsi untuk menetapkan pasangan calon terpilih.(2) Penetapan pasangan calon
terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh KPU provinsi disampaikan kepada
DPRD provinsi untuk diproses pengesahan pengangkatannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.Pasal 103(1) Penghitungan ulang surat suara di TPS dilakukan
apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan terbukti terdapat satu atau lebih
penyimpangan sebagai berikut:a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;b.
penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang penerangan cahaya;c. saksi
pasangan calon, panitia pengawas, pemantau, dan warga masyarakat tidak dapat
menyaksikan proses penghitungan suara secara jelas;d. penghitungan suara dilakukan di
tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah ditentukan; dan/ataue. terjadi ketidak

konsistenan dalam menentukan surat suara yang sah dan surat suara yang tidak sah. (2)
Penghitungan ulang surat suara dilakukan pada tingkat PPS apabila terjadi perbedaan
data jumlah suara dari TPS.(3) Penghitungan ulang surat suara dilakukan pada tingkat
PPK apabila terjadi perbedaan data jumlah suara dari PPS.(4) Apabila terjadi perbedaan
data jumlah suara pada tingkat KPU Kabupatean/kota, dan KPU Provinsi, dilakukan
pengecekan ulang terhadap sertifikat rekapitulasi, hasil penghitungan suara pada 1 (satu)
tingkat di bawahnya.Pasal 104(1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang apabila terjadi
kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau
penghitungan suara tidak dapat dilakukan.(2) Pemungutan suara di TPS dapat diulang
apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaan Panitia Pengawas Kecamatan terbukti
terdapat satu atau lebih dari keadaan sebagai berikut:a. pembukaan kotak suara dan/atau
berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; b. petugas KPPS meminta pemilih
memberi tanda khusus, menandatangani, atau menulis nama atau alamatnya pada surat
suara yang sudah digunakan;c. lebih dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih
dari satu kali pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda;d. petugas KPPS merusak
lebih dari satu surat suara yang sudah digunakan oleh pemilih sehingga surat suara
tersebut menjadi tidak sah; dan/atau.e. lebih dari seorang pemilih yang tidak terdaftar
sebagai pemilih mendapat kesempatan memberikan saara pada TPS.Pasal
105Penghitungan suara dan. pemungutan suara ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
103 dan Pasal 104 diputuskan oleh PPK dan dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sesudah hari pemungutan suara.Pasal 106(1) Keberatan terhadap penetapan hasil
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah hanya dapat diajukan oleh pasangan
calon kepada Mahkamah Agung dalam waktu paling lambat 3 (tiga)hari setelah
penetapan hasil pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.(2) Keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara
yang mempengaruhi terpilihnya pasangan calon.(3) Pengajuan keberatan kepada
Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud, pada ayat (1) disampaikan kepada pengadilan
tinggi untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi dan kepada
pengadilan negeri untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
kabupaten/kota.(4) Mahkamah Agung memutus sengketa hasil penghitungan suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) paling lambat 14 (empat belas) hari
sejak diterimanya permohonan keberatan oleh pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi/
Mahkamah Agung.(5) Putusan Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
bersifat final dan mengikat.(6) Mahkamah Agung dalam melaksanakan kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mendelegasikan kepada Pengadilan Tinggi
untuk memutus sengketa hasil penghitungan suara pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah kabupaten dan kota.(7) Putusan Pengadilan Tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) bersifat final.Paragraf KelimaPenetapan Calon Terpilih dan PelantikanPasal
107(1) Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara
lebih dari 50 % (lima puluh persen) jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon
terpilih.(2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi,
pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara lebih dari
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah suara sah, pasangan calon yang perolehan
suaranya terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.(3) Dalam hal pasangan
calon yang perolehan suara terbesar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdapat lebih

dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama, penentuan pasangan calon
terpilih dilakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.(4) Apabila
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak terpenuhi, atau tidak ada yang
mencapai 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah suara sah, dilakukan pemilihan
putaran kedua yang diikuti oleh pemenang pertama dan pemenang kedua.(5) Apabila
pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh dua pasangan calon,
kedua pasangan calon tersebut berhak mengikuti pemilihan putaran kedua.(6) Apabila
pemenang pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diperoleh oleh tiga pasangan
calon atau lebih, penentuan peringkat pertama dan kedua dilakukan berdasarkan wilayah
perolehan suara yang lebih luas.(7) Apabila pemenang kedua sebagainnana dimaksud
pada ayat (4) diperoleh oleh lebih dari satu pasangan calon, penentuannya dilakukan
berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas.(8) Pasangan calon kepala daerah
dan wakil kepala daerah yang memperoleh suara terbanyak pada putaran kedua
dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.Pasal 108(1) Dalam hal calon wakil kepala
daerah terpilih berhalangan tetap, calon kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala
daerah.(2) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengusulkan dua calon
wakil kepala daerah kepada DPRD untuk dipilih.(3) Dalam hal calon kepala daerah
terpilih berhalangan tetap, calon wakil kepala daerah terpilih dilantik menjadi kepala
daerah.(4) Kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat mengusulkan dua calon wakil
kepala daerah kepada DPRD untuk dipilih. (5) Dalam hal pasangan calon terpilih
berhalangan tetap, partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua mengusulkaa pasangan calon kepada DPRD
untuk dipilih menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam
waktu 60 (enam puluh) hari.(6) Untuk memilih wakil kepala daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), pemilihannya dilakukan selambat-lambatnya dalam
waktu 60 (enam puluh) hari.Pasal 109(1) Pengesahan pengangkatan pasangan calon
Gubernur dan wakil Gubernur terpilih dilakukan oleh Presiden selambat-lambatnya
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari:(2) Pengesahan pengangkatan pasangan calon bupati
dan wakil bupati atau walikota dan wakil walikota terpilih dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri atas nama Presiden selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari.(3)
Pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur terpilih diusulkan oleh DPRD provinsi,
selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari, kepada Presiden melalui Menteri Dalam
Negeri berdasarkan berita acara penetapan pasangan calon terpilih dari KPU provinsi
untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan. (4) Pasangan calon bupati dan wakil
bupati atau walikota dan wakil walikota diusulkan oleh DPRD kabupaten/kota,
selambatlambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari, kepada Menteri Dalam Negeri melalui
Gubernar berdasarkan berita acara penetapan pasangan calon tarpilih dari KPU
kabupaten/kota untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan.Pasal 110(1) Kepala
daerah dan wakil kepala daerah sebelum memangku jabatannya dilantik dengan
mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pejabat yang melantik.(2) Sumpah/janji
kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
sebagai berikut: "Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji akan memenuhi
kewajiban saya sebagai kepala daerah/wakil kepala daerah dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan seluruslurusnya serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa"(3) Kepala daerah dan wakil

kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memegang jabatan selama 5 (lima)
tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan
yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.Pasal 111(1) Gubernur dan wakil Gubernur
dilantik oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden. (2) Bupati dan wakil bupati atau
walikota dan wakil walikota dilantik oleh Gubernur atas nama Presiden.(3) Pelantikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2) dilaksanakan dalam Rapat Paripurna
DPRD.(4) Tata cara pelantikan dan pengaturan selanjutinya diatur dalam Peraturan
Pemerintah.Pasal 112Biaya kegiatan Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah
dibebankan pada APBD.Paragraf KeenamPemantauan Pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala DaerahPasal 113(1) Pemantauan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah dapat dilakukan oleh pemantau pemilihan yang meliputi lembaga swadaya
masyarakat, dan badan hukum dalam negeri(2) Pemantau pemilihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan yang meliputi:a. bersifat
independen; danb. rnempunyai sumber dana yang jelas.(3) Pemantau pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendaftarkan, dan memperoleh
akreditasi dari KPUD.Pasal 114(1) Pemantau pemilihan wajib menyampaikan laporan
hasil pemantauannya kepada KPUD paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pelantikan
kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih.(2) Pemantau pemilihan wajib mematuhi
segala peraturan perundang-undangan.(3) Pemantau pemilihan yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan/atau tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 dicabut haknya sebagai pemantau
pemilihan dan/atau dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.(4) Tata cara
untuk menjadi pemantau pemilihan dan pemantauan pemilihan serta pencabutan hak
sebagai pemantau diatur dalam Peraturan Pemerintah.Paragraf TujuhKetentuan Pidana
Pemilihan Kepala Daerahdan Wakil Kepala DaerahPasal 115(1) Setiap orang yang
dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri
orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari dan paling lama 3 (tiga) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah). (2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan
orang lain kehilangan hak pilihnya dan orang yang kehilangan hak pilihnya tersebut
mengadukan, diancam dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)
dan paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).(3) Setiap orang yang dengan
sengaja memalsukan surat yang menurut suatu aturan dalam Undang-Undang ini
diperlukan untuk menjalankan saatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri
atau orang lain sebagai seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama l8 (delapan belas)
bulandan/atau denda paling sedikit Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dan paling
banyak Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah).(4) Setiap orang yang dengan sengaja dan
mengetahui bahwa suatu surat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tidak sah atau
dipalsukan, menggunakannya, atau menyuruh orang lain menggunakannya sebagai surat
sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 18
(delapan belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu
rupiah) dan paling banyak Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah).(5) Setiap orang yang
dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan yang ada padanya saat pendaftaran

pemilih menghalang-halangi seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan


kepala daerah menurut undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) bulan dan paling lama 18 (delapan belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp. 6.000.000,00 (enam juta
rupiah).(6) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar
atau menggunakan Surat palsu seolah-olah sebagai surat yang sah tentang suatu hal yang
diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi Pasangan calon kepala daerah/wakil kepala
daerah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 18
(delapan belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu
rupiah) dan paling banyak Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah).Pasal 116(1) Setiap orang
yang dengan sengaja melakukan kampanye di luar jadwal waktu yang telah ditetapkan
oleh KPUD untuk masingmasing pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
ayat (2) diancam dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari atau paling
lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau
paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).(2) Setiap orang yang dengan sengaja
melanggar ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 78 huruf a; huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f diancam dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 18 (delapan belas) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp
6.000.000,00 (enam juta rupiah).(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar
ketentuan larangan pelaksanaan kampanye pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf g, huruf h, huruf i dan huruf j dan
Pasa179 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4), diancam dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). (4) Setiap
pejabat negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri dan kepala desa
yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83
diancam dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling
banyak Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah).(5) Setiap orang yang dengan sengaja
mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya kampanye, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp.
6.000.000,00 (enam juta rupiah).(6) Setiap orang yang memberi atau menerima dana
kampanye melebihi batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat
(3), diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) atau paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).(7) Setiap orang yang
dengan sengaja menerima atau memberi dana kampanye dari atau kepada pihak-pihak
yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1), dan/atau tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2), diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).(8) Setiap orang yang dengan sengaja
memberikan keterangan yang tidak benar dalam laporan dana kampanye sebagaimana
diwajibkan oleh Undang-Undang ini, diancam dengan pidanapenjara paling singkat 2

(dua) bulan atau paling lama 12 (dua belas) bulan dari/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).Pasal 117(1) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan dan menghalang-halangi seseorang yang akan melakukan haknya
untuk memilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling
lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(2) Setiap orang yang
dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang
supaya tidak menggunakan hak pilihnya, atau memilih Pasangan calon tertentu, atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi tidak
sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling
banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(3) Setiap orang yang pada waktu
pemungutan suara dengan sengaja mengaku dirinya sebagai orang lain untuk
menggunakan hak pilih, diancam dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas)
hari dan paling lama 60 (enam puluh) hari dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,00
(seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).(4) Setiap
orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja, memberikan suaranya lebih
dari satu kali di satu atau lebih TPS, diancam dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) bulan dan paling lama 4 (empat) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta
rupiah).(5) Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara diancam
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(6) Seorang majikan atau atasan yang tidak
memberikan kesempatan kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali
dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).(7) Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara
mendampingi seorang pemilih selain yang diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89
ayat (1), diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).(8) Setiap orang yang bertugas
membantu pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) dengan sengaja
memberitahukan pilihan si pemilih kepada orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).Pasal 118(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
menyebabkan suara seorang pemilih menjadi tidak berharga atau menyebabkan Pasangan
calon tertentu mendapat tambahan suara atau perolehan suaranya berkurang, diancam
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (2) Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau
menghilangkan hasil pemungutan Suara yang sudah disegel, diancam dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda

paling sedikit Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan paling tianyak Rp 20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).(3) Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan rusak
atau hilangnya hasil pemungutan suara yang sudah disegel, diancam dengan pidana
penjara paling singkat 15 (lima belas) hari dan paling lama 2 (dua) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah).(4) Setiap orang yang dengan sengaja mengubah hasil penghitungan
suara dan/atau berita acara daa sertifikat hasil penghitungan suara, diancam dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 119Jika tindak pidana dilakukan dengan
sengaja oleh penyelenggara atau pasangan calon, ancaman pidananya ditambah 1/3 (satu
pertiga) dari pidana yang diatur dalam Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, dan Pasal
118.Bagian KesembilanPerangkat DaerahPasal 120(1) Perangkat daerah provinsi terdiri
atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.(2)
Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas
daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.Pasa1 121(1) Sekretariat
daerah dipimpin olen Sekretaris Daerah.(2) Sekretaris daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.(3) Dalam
pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagairnana dimaksud pada ayat (2) sekretaris daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah. (4) Apabila sekretaris daerah berhalangan
melaksanakan tugasnya, tugas sekretaris daerah dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh kepala daerah.Pasal 122(1) Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan (2) Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. (3) Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk kabupaten/kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul
Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(4) Sekretaris Daerah
karena kedudukannya sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya.Pasal 123(1)
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD.(2) Sekretaris DPRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
dengan persetujuan DPRD.(3) Sekretaris DPRD mempunyai tugas:a. menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan DPRD;b. menyelenggarakan administrasi keuangan
DPRD;c. mendukung pelaksanaan tugas dan. fungsi DPRD; dand. menyediakan dan
mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.(4) Sekretaris DPRD dalam menyediakan
tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib meminta pertimbangan
pimpinan DPRD.(5) Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya secara teknis
operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara
administratif bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.(6)
Susunan organisasi sekretariat DPRD ditetapkan dalam peraturan daerah berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.Pasal 124(1) Dinas daerah merupakan unsur pelaksana
otonomi daerah. (2) Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan
diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas
usul Sekretaris Daerah.(3) Kepala dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah
melalui Sekretaris Daerah.Pasal 125(1) Lembaga teknis daerah merupakan unsur

pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.(2) Badan,
kantor atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
kepala badan, kepala kantor, atau kepala rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh
kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris
Daerah.(3) Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.Pasal
126(1) Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.(2) Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang
bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.(3) Selain tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) camat juga menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan meliputi:a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b.
mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;c.
mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;d.
mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;e.
mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; f.
membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;g. melaksanakan
pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat
dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.(4) Camat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris daerah kabupaten/kota dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(5) Camat dalam menjalankan
tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dibantu oleh perangkat
kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah
kabupaten/kota.(6) Perangkat kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
bertanggung jawab kepada camat.(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan bupati atau
walikota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.Pasal 127(1) Kelurahan
dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.(2)
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh lurah yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.(3) Selain tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lurah mempunyai tugas:a. pelaksanaan kegiatan
pemerintahan kelurahan;b. pemberdayaan masyarakat;c. pelayanan masyarakat;d.
penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dane. pemeliharaan prasarana dan
fasilitas pelayanan umum.(4) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh
Bupati/Walikota atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan
teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangundangan.(5) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Lurah
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.(6) Lurah dalam
melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu oleh perangkat
kelurahan.(7) Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bertanggung
jawab kepada lurah.(8) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Lurah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang
ditetapkan dengan Perda.(9) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3), ayat. (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) ditetapkan dengan peraturan bupati atau

walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Pasal 128 ...Pasa1 128(1) Susunan


organisasi perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dalam Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.(2) Pengendalian organisasi perangkat daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah untuk provinsi dan oleh Gubernur
untuk kabupaten/kota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.(3) Formasi dan
persyaratan jabatan perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.BAB VKEPEGAWAIAN DAERAHPasal 129(1) Pemerintah
melaksanakan pembinaan manajenen pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan
penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara nasional.(2) Manajemen
pegawai negeri sipil daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan
formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, kesejahteraan, hak. dan kewajiban kedudukan hukum, pengembangan
kompetensi, dan pengendalian jumlah.Pasal 130(1) Pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah provinsi
ditetapkan oleh Gubernur.(2) Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari dan
dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota setelah berkonsultasi kepada Gubernur.Pasal 131(1) Perpindahan
pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh Gubernur
setelah memperoleh pertimbangan kepala Badan Kepegawaian Negara.(2) Perpindahan
pegawai negeri sipil antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan
Kepegawaian Negara.(3) Perpindahan pegawai negeri sipil provinsi/kabupaten/kota ke
departemen/lembaga pemerintah non departemen atau sebaliknya, ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian
Negara:.Pasal 132Penetapan formasi pegawai negeri sipil daerah provinsi/
kabupaten/kota setiap tahun anggaran dilaksanakan oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara atas usul Gubernur.Pasal 133Pengembangan karir pegawai negeri sipil
daerah mempertimbangkan integritas dan moralitas, pendidikan dan pelatihan, Pangkat,
mutasi jabatan, mutasi antar daerah, dan kompetensi. Pasal 134(1) Gaji dan tunjangan
pegawai negeri sipil daerah dibebankan pada APBD yang bersumber dari alokasi dasar
dalam dana alokasi umum.(2) Penghitungan dan penyesuaian besaran alokasi dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akibat pengangkatan, pemberhentian, dan
pemindahan pegawai negeri sipil daerah dilaksanakan setiap tahun.(3) Penghitungan
alokasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam UndangUndang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah. (4) Pemerintah melakukan pemutakhiran data pengangkatan, pemberhentian, dan
pemindahan pegawai negeri sipil daerah untuk penghitungan dan penyesuaian alokasi
dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3).Pasal 135(1) Pembinaan dan pengawasan
manajemen pegawai negeri sipil daerah dikoordinasikan pada tingkat nasional oleh
Menteri Dalam Negeri dan pada tingkat daerah oleh Gubernur.(2) Standar norma, dan
prosedur pembinaan dan pengawasan manajemen pegawai negeri sipil daerah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.BAB VIPERATURAN DAERAH DAN
PERATURANKEPALA DAERAHPasa1 136(1) Perda ditetapkan oleh kepala daerah
setelah mendapat persetujuan bersama DPRD.(2) Perda dibentuk dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/ kubupaten/kota dan tugas pembantuan.(3)


Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran lebih lanjut dari
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah.(4) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundangundangan yang
lebih tinggi.(5) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku setelah diundangkan
dalam lembaran daerah.Pasal 137Perda dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan
perundang-undangan yang meliputi:a. kejelasan tujuan;b. kelembagaan atau organ
pembentuk yang tepat;c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; d. dapat
dilaksanakan;e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dang.
keterbukaan.Pasal 138(1) Materi muatan Perda mengandung asas:a. pengayoman; b.
kemanusiaan; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan;f. bhineka tunggal ika;g.
keadilan;h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;i. ketertiban dan
kepastian hukum; dan/atauj. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.(2) Selain asas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perda dapat memuat asas lain sesuai dengan
substansi Perda dapat yang bersangkutan.Pasal 139(1) Masyarakat berhak memberikan
masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan
Perda.(2) Persiapan pembentukan, pembahasan, dan pengesahan rancangan Perda
berpedoman kepada peraturan perundang-undangan.Pasal 140(1) Rancangan Perda dapat
berasal dari DPRD, Gubernur, atau Bupati/Walikota.(2) Apabila dalam satu masa sidang,
DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota menyampaikan rancangan Perda mengenai
materi yang sama maka yang dibahas adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh
DPRD, sedangkan rancangan Perda yang disampaikan Gubernur atau Bupati/Walikota
digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.(3) Tata cara mempersiapkan rancangan
Perda yang berasal dari Gubernur atau Bupati/Walikota diatur dengan Peraturan
Presiden.Pasal 141(1) Rancangan Perda disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan
komisi, atau alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi.(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan Perda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD.Pasal 142(1)
Penyebarluasan rancangan Perda yang berasal dari DPRD dilaksanakan oleh sekretariat
DPRD.(2) Penyebarluasan rancangan Perda yang berasal dari Gubernur, atau
Bupati/Walikota dilaksanakan oleh sekretariat daerah.Pasal 143(1) Perda dapat memuat
ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum, seluruhnya atau
sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan perundangan.(2) Perda dapat memuat
ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).(3) Perda dapat memuat ancaman pidana atau
denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam
peraturan perundangan lainnya.Pasal 144(1) Rancangan Perda yang telah disetujui
bersama oleh DPRD dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan oleh pimpinan
DPRD kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk ditetapkan sebagai Perda. (2)
Penyampaian rancangaa Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.(3)
Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan tersebut
disetujui bersama.(4) Dalarn hal rancangan Perda tidak ditetapkan Gubernur atau
Bupati/Walikota dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) rancangan Perda

tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dengan memuatnya dalam lembaran
daerah.(5) Dalam hal sahnya rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
rumusan kalimat pengesahannya berbunyi, "Perda ini dinyatakan sah," dengan
mencantumkan tanggal sahnya.(6) Kalimat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) harus dibubuhkan pada halaman terakhir Perda sebelum pengundangan naskah Perda
ke dalam lembaran daerah.Pasal 145(1) Perda disampaikan kepada Pemerintah paling
lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. (2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah.(3) Keputusan pembatalan Perda
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama
60 (enam puluh) hari sejak diterimanya Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(4)
Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD
bersama kepala daerah rnencabut Perda dimaksud.(5) Apabila provinsi/kabupaten/kota
tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, kepala daerah
dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung.(6) Apabila keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dikabulkan ;sebagian atau seluruhnya, putusan
Mahkamah Agung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak
mempunyai kekuatan hukum.(7) Apabila Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan
Presiden untuk membatalkan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Perda
dimaksud dinyatakan berlaku.Pasa1 146(1) Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa
peraturan perundangundangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan
atau keputusan kepala daerah.(2) Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum, Perda, dan peraturan perundang undangan yang lebih tinggi.Pasal 147(1) Perda
diundangkan dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah diundangkan dalam
Berita Daerah.(2) Pengundangan Perda dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah dalam Berita Daerah, dilakukan olen Sekretaris Daerah.(3) Pemerintah daerah
wajib menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah yang telah diundangkan dalam Berita Daerah.Pasal 148(1)
Untuk membantu kepala daerah dalarn menegakkan Perda dan penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja.(2)
Pembentukan dan susunan organisasi Satuan Polisi Pamong Praja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Pemerintah.Pasal 149(1) Anggota Satuan Polisi
Pamong Praja dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.(2) Penyidikan dan penuntutan terhadap
pelanggaran atas ketentuan Perda dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(3) Dengan Perda dapat juga ditunjuk
pejabat lain yang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas
ketentuan Perda. BAB VIIPERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHPasa1 150(1)
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah disusun perencanaan pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.(2)
Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (3) Perencanaan

pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun secara berjangka
meliputi:a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah disingkat dengan RPJP daerah
untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan
daerah yang mengacu kepada RPJP nasional; b. Rencana pembangunan jangka menengah
daerah yang selanjutnya disebut RPJM daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya
berpedoman kapada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM nasional; c. RPJM
daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b memuat arah kebijakan keuangan daerah,
strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat
daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;d.
Rencana kerja pernbangunan daerah, selanjatnya disebut RKPD, merupakan penjabaran
dari RPJM daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja Pemerintah; e.
RPJP daerah dan RJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan b ditetapkan
dengan Perda berpedoman pada Peraturan Pemerintah.Pasal 151(1) Satuan kerja
perangkat daerah menyusun rencana stratregis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsinyaa, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.(2)
Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan dalam bentuk rencana
kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.Pasa1 152(1) Perencanaan
pembangunanan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:a. penyelenggaraan pemerintahan daerah;b. organisasi dan tata laksana
pemerintahan daerah;c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah;d.
keuangan daerah;e. potensi sumber daya daerah;f. produk hukum daerah;g.
kependudukan; h. informasi dasar kewilayahan; dan i. informasi lain terkait dengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.(3) Da!am rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah, untuk tercapainya daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola dalam sisiem informasi daerah yang
terintegrasi secara nasional.Pasal 153Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 152 disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.Pasal 154Tahapan, tata cara
penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah yang berpedoman pada perundangundangan.BAB VIIIKEUANGAN DAERAHParagraf KesatuUmumPasal 155(1)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan
atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah.(2) Penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di daerah didanai dari dan atas
beban anggaran pendapatan dan belanja negara.(3) Administrasi pendanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara terpisah dari administrasi pendanaan penyelenggaraan urusan pemerintahan

sebagairnana dimaksud pada ayat (2).Pasal 156(1) Kepala daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah.(2) Dalam melaksanakan kekuasaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala daerah melimpahkan sebagian atau selurah
kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan, keuangan daerah kepada para pejabat perangkat
daerah.(3) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,
menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.Paragraf KeduaPendapatan, Belanja,
dan PembiayaanPasal 157Sumber pendapatan daerah terdiri atas:a. pendapatan asli
daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:1) hasil pajak daerah; 2) hasil retribusi
daerah; 3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan 4) lain-lain PAD yang
sah;b. dana perimbangan; danc. lain-lain pendapatan daerah yang sah.Pasal 158(1) Pajak
daerah dan retribusi daerah ditetapkan. dengan Undang-Undang yang pelaksanaannya di
daerah diatur lebih lanjut dengan Perda.(2) Pemerintahan daerah dilarang melakukan
pungutan atau dengan sebutan lain di luar yang telah ditetapkan undang-undang.(3) Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157
huruf a angka 3 dan lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157
huruf a angka 4 ditetapkan. dengan Perda berpedoman pada peraturan perudangundangan.Pasal 159Dana perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 huruf b
terdiri atas:a. Dana Bagi Hasil;
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.
Pasa1 160 (1) Dana Bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 huruf a
bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
(2) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan,
pertambangan serta kehutanan;b. Bea Perolehan Atas Hak T'anah dan Bangunan
(BPHTB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, pertambangan serta kehutanan;c.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25, dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi
dalam negeri.(3) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari:a. Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran hak
pengusahaan hutan (IHPH), provinsi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang
dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan; b. Penerimaan pertambangan. umum
yang berasal dari penerimaan iuran tetap (landrent) dan penerimaan iuran eksplorasi dan
iuran eksplorasi (royalty) yang dihasilkan dari wilayah daerah yang bersangkutan; c.
Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang dihasilkan dari penerimaan
pungutan pengusahaan perikanan dan penerimaan pungutan hasil perikanan; d.
Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan;e. Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari wilayah daerah
yang bersangkutan;f. Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari
penerimaan setoran bagian Pemerintah, iuran tetap dan iuran produksi yang dihasilkan
dari wilayah daerah yang bersangkutan:

(4) Daerah penghasil sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (3),, ditetapkan
oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan pertimbangan dari menteri teknis terkait.
(5) Dasar penghitungan bagian daerah dari daerah penghasil sumber daya alam
ditetapkan oleh Menteri Teknis terkait setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam
Negeri.
(6) Pelaksanaan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah:
Pasal 161
(1) DAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 huruf b dialokasikan berdasarkan
persentase tertentu dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN.
(2) DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan
pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang formula dan penghitungan DAU-nya ditetapkan sesuai UndangUndang.
Pasa1 162
(1) Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 huruf c
dialokasikan dari APBN kepada daerahtertentu dalam rangka pendanaan pelaksanaan
desentralisasi untuk:a. mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar
prioritas nasional;b. mendanai kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu.
(2) Penyusunan kegiatan khusus yang ditentukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dikoordinasikan dengan Gubernur.
(3) Penyusunan kegiatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
setelah dikoordinasikan oleh daerah yang bersangkutan:
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai DAK diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasa1 163
(1) Pedoman penggunaan, supervisi, monitoring, dan evaluasi atas dana bagi hasil pajak,
dana bagi hasil surnber daya alam, DAU, dan DAK diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
(2) Pengaturan lebih lanjut mengenai pembagian dana perimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 157 huruf b ditetapkan dalam Undang-Undang tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Pasal 164

(1) Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 huruf
c merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang
meliputi hibah, dana darurat, dan.lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bantuan berupa uang, barang,
dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri
atau luar negeri.
(3) Pendapatan dana darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bantuan
Pemerintah dari APBN kepada pemerintah daerah untuk mendanai keperluan mendesak
yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD.
Pasal 165
(1) Keadaan yang dapat digolongkan sebagai peristiwa tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 164 ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
(2) Besarnya alokasi dana darurat ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan
memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Menteri teknis terkait.
(3) Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban penggunaan dana darurat diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasa1 166
(1) Pemerintah dapat mengalokasikan dana darurat kepada daerah yang dinyatakan
mengalami krisis keuangan daerah, yang tidak mampu diatasi sendiri, sehingga
mengancam keberadaannya sebagai daerah otonom.
(2) Tata cara pengajuan permohonan, evaluasi oleh Pemerintah, dan pengalokasian dana
darurat di atur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 167
(1) Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 122.
(2) Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak,
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
(3) Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan analisis
standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja; dan standar pelayanan minimal yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 168
(1) Belanja kepala daerah dan wakil kepala daerah diatur dalam Perda yang berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
(2) Belanja pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam Perda yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.
Pasal 169
(1) Untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintah daerah dapat
melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga
keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.
(2) Pemerintah daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah
untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah.
Pasal 170
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman
hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pernerintah setelah memperoleh
pertimbangan Menteri Dalam Negeri.
(2) Perjanjian penerusan pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara
Menteri Keuangan dan kepala daerah.
Pasal 171
(1) Ketentuan mengenai pinjaman daerah dan obligasi daerah diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
(2) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
mengatur tentang:
a. persyaratan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pinjaman;
b. penganggaran kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo dalam APBD;
c. pengenaan sanksi dalam hal pemerintah daerah tidak memenuhi kewajiban membayar
pinjaman kepada Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga perbankan, serta lembaga
keuangan bukan bank dan masyarakat;
d. tata cara pelaporan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman, setiap semester
dalam tahun anggaran berjalan.
e. persyaratan penerbitan obligasi daerah, pembayaran bunga dan pokok obligasi;

f. pengelolaan obligasi daerah yang mencakup pengendalian risiko, penjualan dan


pembelian obligasi, pelunasan dan penganggaran dalam APBD.
Pasal 172
(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan
tertentu yang dananya tidak dapat disediakan dalam satu tahun anggaran.
(2) Pengahiran tentang dana cadangan daerah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mengatur persyaratan pembentukan dana cadangan, serta pengelolaan dan
pertanggungjawabannya.
Pasa1 173
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik
Pemerintah dan/atau milik swasta.
(2) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah, dikurangi,
dijual kepada pihak lain, dan/atau dapat dialihkan kepada badan usaha milik daerah.
(3) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.Paragraf KetigaSurplus dan Defisit APBD
Pasal 174
(1) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaannya ditetapkan dalam Perda
tentang APBD.
(2) Surplus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan untuk:
a. pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo;
b. penyertaan modal (investasi daerah);
c. transfer ke rekening dana cadangan.
(3) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, dapat didanai dari sumber pembiayaan daerah
yang ditetapkan dalam Perda tentang APBD.
(4) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersumber dari:
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu;
b. transfer dari dana cadangan;

c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan


d. pinjaman daerah.
Pasal 175
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pengendalian defisit anggaran setiap daerah.
(2) Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplus defisit APBD kepada Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.
(3) Dalam hal pemerintah daerah tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Pemerintah dapat melakukan penundaan atas penyaluran dana
perirnbangan.Paragraf KeempatPemberian Insentif dan Kemudahan Investasi
Pasal 176
Pemerintah daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif
dan/atau kemudahan kepada masyarakatdan/atau investor yang diatur dalam Perda
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.Paragraf KelimaBUMD
Pasal 177
Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan
kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.Paragraf KeenamPengelolaan Barang Daerah
Pasal 178
(1) Barang milik daerah, yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umum tidak
dapat dijual, diserahkan haknya kepada pihak lain, dijadikan tanggungan, atau digadaikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Barang milik daerah dapat dihapuskan dari daftar inventaris barang daerah untuk
dijual, dihibahkan, dan/atau dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(3) Pelaksanaan pengadaan barang dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan
kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan transparansi dengan
mengutamakan produk dalam negeri sesuai dengan peraturan perundangundangan
(4) Pelaksanaan penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan kebutuhan daerah, mutu barang, usia pakai, dan nilai ekonomis yang
dilakukan secara transparan sesuai dengan peraturan perundang -undangan.Paragraf
Ketujuh,APBD

Pasal 179
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Pasal 180
(1) Kepala daerah dalam penyusunan rancangan APBD menetapkan prioritas dan plafon
anggaran sebagai dasar penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat
daerah.
(2) Berdasarkan Prioritas dan plafon anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja
perangkat daerah dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan
penyusunan rancangan Perda tentang APBD tahun berikutnya. .
Pasal 181
(1) Kepala daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan
bersama.
(2) Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas pemerintah daerah
bersama DPRD berdasarkan kebijakan umum APBD, serta prioritas dan plafon anggaran.
(3) Pengambilan keputusan DPRD untuk menyetujui rancangan Perda sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun
anggaran dilaksanakan.
(4) Atas dasar persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepala daerah
menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD dan rancangan
dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
Pasal 182
Tata cara penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah serta tata
cara penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah diutur
dalam Perda yarg berpedoman pada peraturan perundang-undangan.Paragraf
KedelapanPerubahan APBD
Pasal 183
(1) Peruhahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;


b. keadaan. yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja; dan
c. keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya harus
digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan.
(2) Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda tentang perubahan APBD, disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
(3) Pengambilan keputusan mengenai rancangan Perda tentang perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum tahun anggaran yang bersangkutar berakhir.Paragraf
KesembilanPertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Pasal 184
(1) Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi
laporan realisasi APBD, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan, keuangan,
yang dilampiri dengan laporan keuangan badan usaha milik daerah.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.Paragraf KesepuluhEvaluasi Rancangan Peraturan Daerah danPeraturan
Kepala Daerah tentaag APBD, Perubahan APBDdan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD
Pasal 185
(1) Rancangan Perda provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan
Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Gubernur paling
lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
(2) Hasil.evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Menteri Dalam
Negeri kepada Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya
rancangan dimaksud.
(3) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang
APBD dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan

kepantingan. umum dan peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, Gubernur


menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan Gubernur.
(4) Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang
APBD dan rancangan PeraturanGubernur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Gubernur
bersarna DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
(5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur
tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan Peraturan Gubernur
tentang penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan Gubernur, Menteri Dalam Negeri
rnembatalkan Perda dan Peraturan Gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya
pagu APBD tahun sebelumnya.
Pasal 186
(1) Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan
rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi.
(2) Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota paling lama 15
(lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda kabupaten/kota dan
rancangan Peraturan Bapati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan
rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
Bupati/Walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi Perda dan Peraturan
Bupati/Walikota.
(4) Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda tentang APBD dan
rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD tidak sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
Bupati/Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari
sejak diterimanya hasil evaluasi.
(5) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota dan DPRD, dan
Bupati/Walikota tetap menetapkan rancangan Perda tentang APBD dan rancangan
Peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD menjadi Perda dan Peraturan
Bupati/Walikota, Gubernur membatalkan Perda dan Peraturan Bupati/Walikota dimaksud
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

(6) Gubernur menyampaikan hasil, evaluasi rancangan Perda kabupaten/kota tentang


APBD dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD kepada
Menteri Dalam Negeri.
Pasa1 187
(1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (3)
tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan
kepala daerah tentang APBD, kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggitingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan
setiap bulan yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
(2) Rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi
dan Gubernur bagi kabupaten/kota.
(3) Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), rancangan
peraturan kepala daerah tentang APBD beserta lampirannya disampaikan paling lambat
15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak rnengambil keputusan bersama dengan
kepala daerah terhadap rancangan Perda tentang APBD.
(4) Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari Menteri Dalam Negeri atau Gubernur
tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerah dimaksud menjadi
peraturan kepala daerah.
Pasal 188
Proses penetapan rancangan Perda tentang Perubahan APBD dan rancangan peraturan
kepala daerah tentang Penjabaran Perubahan, APBD menjadi Perda dan peraturan kepala
daerah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185, Pasal 186, dan Pasal.
187.
Pasal 189
Proses penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan pajak daerah, retribusi daerah,
dan tata ruang daerah menjadi Perda, berlaku Pasal 185 dan Pasal 186, dengan ketentuan
untuk pajak daerah dan retribusi daerah dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri
Keuangan, dan untuk tata ruang daerah dikoordinasikan dengan menteri yang
membidangi urusan tata ruang.
Pasa1 190
Peraturan kepala daerah tentang Penjabaran APBD dan peraturan kepala daerah tentang
Penjabaran Perubahan APBD dijadikan dasar penetapan dokumen pelaksanaan anggaran
satuan kerja perangkat daerah.

Pasal 191
Dalam rangka evaluasi pengelolaan keuangan daerah dikembangkan sistem informasi
keuangan daerah yang menjadi satu kesatuan dengan sistem informasi pemerintahan
daerah.Paragraf KesebelasPelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah
Pasal 192
(1) Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam APBD
dan dilakukan rnelalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.
(2) Untuk setiap pengeluaran atas beban APBD, diterbitkan surat keputusan otorisasi oleh
kepala daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi.
(3) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
(4) Kepala daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat daerah lainnya,
dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan lain
dari yang telah ditetapkan dalam APBD.
Pasal 193
(1) Uang milik pemerintahan daerah yang sementara belum digunakan dapat
didepositokan dan/atau diinvestasikan dalam investasi jangka pendek sepanjang tidak
mengganggu likuiditas keuangan daerah.
(2) Bunga deposito, bunga atas penempatan uang di bank, jasa giro, dan/atau bunga atas
investasi jangka pendek merupakan pendapatan daerah.
(3) Kepala daerah dengan persetujuun DPRD dapat menetapkan peraturan tentang :
a. penghapusan tagihan daerah, sebagian atau seluruhnya; dan
b. penyelesaian masalah Perdata.
Pasa1 194
Penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan. dan
pertanggungjawaban keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda yang berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
BAB IXKERJA SAMA DAN PEIIYELESAiAN PERSELISIHAN
Pasa1 195

(1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerja
sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk
badan kerja sama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama;
(3) Dalam penyediaan pelayanan pubik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga.
(4) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) yang membebani
masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD.
Pasa1 196
(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola
bersama oleh daerah terkait.
(2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara
bersama dengan daerah sekitarrnya untuk kepentingan masyarakat.
(3) Untuk pengelolaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
daerah membentuk badan kerja sama.
(4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.
Pasa1 197
Tata cara pelaksanaan ketentuan sebaigaimana dimaksud dalam Pasal 195 dan Pasal 196
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 198
(1) Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi, Gubernur menyelesaikan perselisihan dimaksud.
(2) Apabila terjadi perselisihan antarprovinsi, antara provinsi dan kabupaten/kota di
wilayahnya, serta antara provinsi dan kabupaten/kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam
Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final.
BAB XKAWASAN PERKOTAAN
Pasal 199

(1) Kawasan perkotaan dapat berbentuk :


a. Kota sebagai daerah otonom;
b. bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan;
c. bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan memiliki ciri
perkotaan.
(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelola oleh
pemerintan kota.
(3) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikelola oleh daerah
atau lembaga pengelola yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada pemerintah
kabupaten.
(4) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam hal penataan
ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum tertentu dikelola bersama oleh daerah
terkait.
(5) Di kawasan pedesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi kawasan perkotaan,
pemerintah daerah yang bersangkutan dapat membentuk hadan pengelola pembangunan.
(6) Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan perkotaan,
pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat.
(7) Ketentuan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat
(6) ditetapkan dengan Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
BAB XIDESA
Bagian Pertama Urnum
Pasa1 200
(1) Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri
dari pemerintah desa dan badan permusyawatan desa.
(2) Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa dengan memperhatikan
asal usulnya atas prakarsa masyarakat.
(3) Desa di kabupaten/kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya
menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa Pemerintah desa bersama badan
permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan Perda.

Pasa1 201
(1) Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada
APBD kahupaten/kota.
(2) Dalam hal desa berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan
daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Pemerintah Desa
Pasal 202(1) Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.
(2) Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.(
3) Sekretaris desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dari Pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan.
Pasal 203(1) Kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (1) dipilih
langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Repablik Indonesia yang syarat
selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada
Peraturan Pemerintah.
(2) Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai kepala desa.
(3) Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan
hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan
Pemerintah.
Pasal 204Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali
hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 205
(1) Kepala desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari
setelah pemilihan.
(2) Sebelum memangku jabatannya, kepala desa mengucapkan sumpah/janji.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji, dimaksud adalah sebagai berikut:"Demi Allah
(Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku
kepala desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya
akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar

negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan seluruslurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia".
Pasal 206
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa;
b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa;
c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah
kabupaten/kota;
d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangperundangan diserahkan
kepada desa.
Pasal 207
Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah,
kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia.
Pasal 208
Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 209
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala
desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Pasal 210
(1) Anggota badan permusyawaratan desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
(2) Pimpinan badan permusyawaratan desa dipilih dari dan oleh anggota badan
permusyawaratan desa.

(3) Masa jabatan anggota badan permusyawaratan desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat
dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.(2) Syarat dan tata cara penetapan
anggota dan pimpinan badan permusyawaratan desa diatur dalam Perda yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Lembaga Lain
Pasal 211(1) Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan
peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.(2) Lembaga
kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas membantu pemerintah
desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.
Bagian Kelima
Keuangan Desa
Pasal 212
(1) Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
desa berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.
(2) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menimbulkan pendapatan,
belanja dan pengelolaan keuangan desa.
(3) Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. pendapatan asli desa;
b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
kabupaten/kota;
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota;
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
(4) Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakanuntuk mendanai
penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
(5) Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan
belanja desa.

(6) Pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan
oleh Bupati/Walikota dengan berpedoman pada peraturan perudang-undangan.
Pasal 213
(1) Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi
desa.
(2) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
(3) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan
pinjaman sesuai peraturan perundang undangan.
Bagian KeenamKerja sama Desa
Pasal 214
(1) Desa dapat mengadakan kerja sama untuk kepentingan desa yang diatur dengan
keputusan bersama dan dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat.
(2) Kerja sama antar desa dan desa dengan pihak ketiga, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melakukan sesuai dengan kewenangannya.
(3) Kerja sama desa dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan sesuai dengan peraturan perunndang-undangan.
(4) Untuk pelaksanaan kerja sama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat,(2), dan
ayat (3) dapat dibentuk badan kerja sama.
Pasal 215
(1) Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak
ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Perda,
dengan memperhatikan:
a. kepentingan masyarakat desa;
b. kewenangan desa;
c. kelancaran pelaksanaan investasi;
d. kelestarian lingkungan hidup;e. keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan
umum.

Pasa1 216
(1) Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan da1am Perda dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.
(2) Perda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mengakui dan menghormati hak,
asal-usul, dan adat istiadat desa.
BAB XIIPEMBINAAN DAN PFNGAWASAN
Pasal .217
(1) Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah
yang meliputi :
a. koordinasi pemerintahan antarsusunan pemerintahan;
b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan;
c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan.
d. pendidikan dan pelatihan; dan
e. perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan
pemerintahan.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan secara berkala
pada tingkat nasional, regional, atau provinsi.
(3) Pemberian pedoman dan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, tata laksana, pendanaan, kualitas,
pengendalian dan pengawasan.
(4) Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu, baik secara menyeluruh
kepada seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai dengan kebutuhan.
(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan
secara berkala bagi kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat
daerah, pegawai negeri sipil daerah, dan kepala desa.
(6) Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e dilaksanakan secara berkala ataupun sewaktu-waktu
dengan memperhatikan susunan pemerintahan.

(7) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e dapat
dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian.
Pasal 218
(1) Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh
Pemerintah yang meliputi:
a. Pengawasan atas pelaksanaan-urusan pemerintahan di daerah;
b. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh aparat
pengawas intern Pemerintah sesuai petaturan perundang-undangan.
Pasal 219
(1) Pemerintah memberikan penghargaan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada, pemerintahan
daerah, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah,
PNS daerah, kepala desa, anggota badan permusyawaratan desa, dan masyarakat.
Pasa1 220
(1) Sanksi diberikan oleh Pemerintah dalam rangka pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diberikan kepada pemerintahan daerah,
kepala daerah atau wakil kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, PNS daerah,
dan kepala desa.
Pasal 221
Hasil pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 217 dan Pasal 218
digunakan sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh Pemerintah dan dapat digunakan
sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 222
(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 217 dan Pasal 218 secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri
Dalam Negeri.
(2) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Gubernur.

(3) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dikoordinasikan


oleh Bupati/Walikota.
(4) Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat melimpahkan kepada camat.
Pasal 223
Pedoman pembinaan dan pengawasan yang meliputi standar, norma, prosedur,
penghargaan, dan sanksi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB XIIIPERTIMBANGAN DALAM KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH
Pasa1 224
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, Presiden dapat membentuk
suatu dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan
otonomi daerah.
(2) Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Presiden antara lain mengenai rancangan kebijakan:
a. pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah serta pembentukan kawasan
khusus;
b. perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintahan daerah, yang meliputi:
1) perhitungan bagian masing-masing daerah atas dana bagi hasil pajak dan sumber daya
alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2) formula dan perhitungan DAU masing-masing daerah berdasarkan besarnya pagu
DAU sesuai dengan peraturan perundangan;
3) DAK masing-masing daerah untuk setiap tahun anggaran berdasarkan besaran pagu
DAK dengan menggunakan kriteria sesuai dengan peraturan perundangan.
(3) Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri
yang susunan organisasi keanggotaan dan tata laksananya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Presiden.
BAB XIVKETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 225

Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur
dengan Undang-Undang ini diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam
undang-undang lain,
Pasal 226
(1) Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku bagi Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Papua, dan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Undang Undang
tersendiri.
(2) Keistimewaan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakata sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah. tetap dengan ketentuan bahwa
penyelenggaraan pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada
Undang-Undang ini.
(3) Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalum pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah diselenggarakan sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18
Tal:un 2001 tentang Otonomi khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai
Provinsi Nanggroe Acen Darussalam, dengan penyempurnaan:
a. Pemilihan kepala daerah yang berakhir masa jabatannya sampai dengan bulan April
2005, diselenggarakan pemilihan secara langsung sebagaimana dimaksud UndangUndang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa
Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam paling lambat pada bulan Mei 2005.
b. Kepala daerah selain yang dinyatakan pada huruf (a) diatas diselenggarakan pemilihan
kepala daerah sesuai dengan periode masa jabatannya.
c. Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berakhir masa jabatannya sebelum
Undang-Undang ini disahkan sampai dengan bulan April 2005, sejak masa jabatannya
berakhir diangkat seorang penjabat kepala daerah.
d. Penjabat kepala daerah tidak dapat menjadi calon kepala daerah atau caloa wakil
kepala daerah yang dipilih secara langsung sebagaimana dimaksud Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa~Aceh
sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
e. Anggota Komisi Independen Pemilihan dari unsur anggota Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia diisi oleh Ketua dan anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Pasal 227
(1) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta karena kedudukannya sebagai
Ibukota Negara Republik Indonesia, diatur dengan undang-undang tersendiri.

(2) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara berstatus sebagai
daerah otonom,
(3)dan dalam wilayah administrasi tersebut tidak dibentuk daerah yang berstatus otonom.
(4) Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat pengaturan:
a. kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai ibukota Negara;
b. tempat kedudukan parwakilan negara-negara sahabat;
c. keterpaduan rencana umum tata ruang Jakarta dengan rencana umum tata ruang daerah
sekitar;
d. kawasan khusus untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang dikelola
langsung oleh Pemerintah.
Pasal 228
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 10 ayat (3) yang didekonsentrasikan, dilaksanakan
oleh instansi vertikal di daerah:
(2) Instansi vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlah, susunan dan luas
wilayah kerjanya ditetapkan Pemerintah.
(3) Pembentukan, susunan organisasi, dan tata laksana instansi vertikal di daerah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
(4) Semua instansi vertikal yang menjadi perangkat daerah, kekayaannya dialihkan
menjadi milik daerah.
Pasal 229
Batas daerah provinsi atau kabupaten/kota yang berbatasan dengan wilayah negara lain,
diatur berdasarkan peraturan perundang undangan dengan memperhatikan hukum
internasional yang pelaksanaannya ditetapkan oleh Pemerintah.
Pasal 230
Anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
tidak menggunakan hak memilihnya dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala
daerah sepanjang belum diatur dalam undang-undang.
BAB XVKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 231
Pada saat berlakunya undang-undang ini, nama, batas, dan ibukota provinsi, daerah
khusus, daerah istimewa, kabupaten, dan kota, tetap berlaku kecuali ditentukan lain
dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 232
(1) Provinsi, kabupater/kota, kecamatan, kelurahan, dan desa yang ada pada saat
diundangkannya Undang-Undang ini tetap sebagai provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
kelurahan, dan desa kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Pembentukan daerah provinsi atau kabupaten/kota yang telah memenuhi seluruh
persyaratan pembentukan sesuai peraturan perundang-undangan tetap diproses sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 233
(1) Kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai dengan bulan
Juni 2005 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini pada bulan Juni 2005.
(2) Kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada bulan Januari 2009 sampai
dengan bulan Juli 2009 diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini pada bulan Desember 2008.
Pasal 234
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berakhir masa jahatannya sebelum bulan
Juni 2005, sejak masa jabatannya berakhir diangkat seorang penjabat kepala daerah.
(2) Penjabat kepala daerah yang ditetapkan sebelum diundangkannya Undang-Undang
ini, menjalankan tugas sampai berakhir masa jabatannya.
(3) Pendanaan kegiatan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
diselenggarakan pada tahun 2005 dibebankan pada APBN dan APBD.
Pasal 235
Pemilihan Gubernur dan Bupati/Walikota dalam satu daerah yang sama yang berakhir
masa jabatannya pada bulan dan tahun yang sama dan/atau dalam kuran waktu antara 1
(satu) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari, pemungutan suaranya diselenggarakan pada
hari yang sama.
Pasal 236

(1) Kepala desa dan perangkat desa yang ada pada saat mulai berlaku Undang-Udang ini
tetap menjalankan tugas sampai habis masa jabatannya.
(2) Anggota badan perwakilan desa yang ada pada saat mulai berlakunya UndangUndang ini menjalankan tugas sebagaimana di atur dalam Undang-Undang ini sampai
habis masa jabatannya.BAB XVIKETENTUAN PENUTUPPasal 237Semua ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan daerah otonom
wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.
Pasal 238
(1) Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemerintahan daerah
sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dinyatakan
tetap berlaku.
(2) Peraturan pelaksanaan atas Undang-Undang ini ditetapkan selambat-lambatnya 2
(dua) tahun sejak Undang-Undang ini ditetapkan.
Pasal 239
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 240
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundang Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara republik Indonesia
Disahkan di Jakartapada tanggal 15 Oktober 2004PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttdMEGAWATI SOEKARNO PUTRI Diundangkan di Jakartapada tanggal 15 Oktober
2004
SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA
ttd
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 125.
Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi Sekretaris Kabinet

Bidang Hukum dan Perundang-undangan,


Lambeek V. NahattandsSumber : Direktorat Jenderal Otonomi Daerah
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 01:02 0 komentar

Link ke posting ini

Senin, 2008 Maret 10


MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II

Apakah pokok-pokok yang terkandung dalam "pembukaan"


Undang-undang Dasar.
1."Negara" begitu bunyinya melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia. Dalam "pembukaan" itu diterima aliran
pengertian Negara persatuan. Negara yang melindungi dan
meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi Negara mengatasi
segala paham golongan, mengatasi segala paham perseorangan.
Negara, menurut pengertian "pembukaan" itu menghendaki
persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah
suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
2.Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
3.Pokok yang ketiga yang terkandung dalam "pembukaan"
ialah Negara yang berkedaulatan Rakyat, berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu
sistim Negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar
harus berdasar kedaulatan rakyat dan berdasar atas
permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan
sifat masyarakat Indonesia.

4.Pokok pikiran yang keempat, yang terkandung dalam


"pembukaan" ialah Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Oleh karena itu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi
yang mewajibkan Pemerintah dan lain-lain penyelenggara
Negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:50 0 komentar

Link ke posting ini

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II

UUD 45
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
( P r e a m b u l e)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan


sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
UNDANG-UNDANG DASAR
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar.***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.****)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun
di ibukota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar. ***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
***/****)
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
***/****)

BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. *)
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undangundang sebagaimana mestinya.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara
rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan
Wakil Presiden. ***)
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan undang-undang. ***)
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat.***)
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum. ***)
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih
dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan
sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari
setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil
Presiden. ***)

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua
pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang
memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
****)
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut
diatur dalam undang-undang. ***)
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan.*)
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan
terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden. ***)
Pasal 7B
(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
***)
(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan
fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)
(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. ***)

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan


seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama
sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima
oleh Mahkamah Konstitusi. ***)
(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela;
dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk
memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari
sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***)
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah
anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan
Rakyat. ***)
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai
habis masa jabatannya. ***)
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam
waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan
sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
***)
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak
dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri,
dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh
hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk

memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.
****)
Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut :
Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :
Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadiladilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan
Bangsa.
Janji Presiden (Wakil Presiden) :
Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti
kepada Nusa dan Bangsa. *)
(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak
dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut
agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung. *)
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. ****)
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-

undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)


(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undangundang. ***)
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan
bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. *)
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. *)
Pasal 14
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. *)
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat. *)
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang. *)
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undangundang. ****)
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Dihapus. ****)
BAB V

KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. *)
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. *)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang. ***)
BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang. **)
(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. **)
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum. **)
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. **)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. **)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. **)
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang. **)

Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur
dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. **)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. **)
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. **)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang. **)
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum. **)
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang. **)
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. **)
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
*)
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. *)
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan
Perwakilan Rakyat masa itu. *)
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama

untuk menjadi undang-undang. *)


(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan
undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan. **)
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan. **)
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi,
hak angket, dan hak menyatakan pendapat. **)
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap
anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas. **)
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang. **)
Pasal 21
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undangundang.*)
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur
dengan undang-undang. **)
Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang


syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. **)
BAB VIIA***)
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui
pemilihan umum. ***)
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan
jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga
jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. ***) (3) Dewan Perwakilan Daerah
bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. ***)
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undangundang. ***)
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. ***)
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. ***)
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya
itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti. ***)
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. ***)

BAB VIIB***)
PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil setiap lima tahun sekali. ***)
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. ***)
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. ***)
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan. ***)
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. ***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
***)
BAB VIII
HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. ***)
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. ***)
Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. ****)
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ****)
BAB VIIIA***)
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. ***)
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
dengan kewenangannya. ***)
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau
badan sesuai dengan undang-undang. ***)
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden. ***)
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. ***)
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan d ibu kota negara, dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi ***) (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan
Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang ***)

BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. ***)
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. ***)
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang. ****)
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. ***)
(2) Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. ***)
(3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan
Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden. ***)
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
***)
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta
badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 24B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. ***)
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. ***)
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)


(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undangundang.***)
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UndangUndang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. ***)
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut Undang-Undang Dasar. ***)
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh
Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh
Presiden. ***)
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim
konstitusi. ***)
(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,
adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak
merangkap sebagai pejabat negara. ***)
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta
ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.
***)
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan
dengan undang-undang.
BAB IXA**)
WILAYAH NEGARA
Pasal 25A ****)
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan

undang-undang. **)
BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK**)
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orangorang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia. **) (3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan
undang-undang. **)
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. **)
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB XA**)
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya. **)
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah. **)
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. **)


Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia. **)
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. **)
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja. **)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan. **)
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali. **)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.**)
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. **)
Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain. **)
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. **)
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. **)
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun. **)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu. **)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. **)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. **)
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,

diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. **)


Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis. **)
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu
BAB XII
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA**)
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara. **)
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat,
sebagai kekuatan pendukung. **)
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. **)
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum. **)

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara


Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syaratsyarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undangundang. **)
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN****)
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. ****)
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. ****)
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
****)
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. ****)
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia. ****)
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya. ****)
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional. ****)
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DANKESEJAHTERAAN SOSIAL****)

Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. ****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang. ****)
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. ****)
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan. ****)
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. ****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang. ****)
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU
KEBANGSAAN**)
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
**)
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. **)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang. **)
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. ****)
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya. ****)
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. ****)
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari
seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. ****)
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan. ****)
ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. ****)
Pasal II

Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini. ****)
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. ****)
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap
materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada
Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003. ****)
Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasalpasal. ****)
Perubahan Pertama : *)
Perubahan Kedua : **)
Perubahan Ketiga : ***)
Perubahan Keempat : ****)
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:33 0 komentar

Link ke posting ini

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II

UUD 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat
UUD 1945 atau UUD '45, adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini.
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi
RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan
secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan

(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem


ketatanegaraan Republik Indonesia.
Naskah Undang-Undang Dasar 1945
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh
(16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1
ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 73 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Sejarah
Sejarah Awal
Pada tanggal 22 Juni 1945, dirancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam
Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan
UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan
untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang
Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Periode 1945-1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945
memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR
belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel

("Semi-Parlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan


sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Periode 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah
satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu
itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia
Periode 1966-1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan kembali menjalankan
UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun dalam
pelaksanaannya terjadi juga penyelewengan UUD 1945 yang mengakibatkan terlalu
besarnya kekuasaan pada Presiden.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral",
diantara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Perubahan UUD 1945


Salah satu tuntutan Ref
ormasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945.
Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal
yang terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan
rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD
1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD
1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD
1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat
UUD 1945
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:21 0 komentar
Link ke posting ini

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II

SEJARAH INDONESIA

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai
sejak zaman prasejarah oleh "Manusia Jawa" pada masa sekitar 500.000 tahun
yang lalu. Periode dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra
kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan
Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial, masuknya
orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad
ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era kemerdekaan, pasca Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru,
32 tahun masa pemerintahan Soeharto (19661998); serta era reformasi yang
berlangsung sampai sekarang.
Prasejarah
Secara geologi, wilayah Indonesia modern muncul kira-kira sekitar masa
Pleistocene ketika masih terhubung dengan Asia Daratan. Pemukim pertama
wilayah tersebut yang diketahui adalah manusia Jawa pada masa sekitar 500.000
tahun lalu. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat
melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es.
Era pra kolonial
Sejarah awal
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu
Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Kerajaan Taruma
menguasai Jawa Barat sekitar tahun 400. Pada tahun 425 agama Buddha telah
mencapai wilayah tersebut.
Pada masa Renaisans Eropa, Jawa dan Sumatra telah mempunyai warisan
peradaban berusia ribuan tahun dan sepanjang dua kerajaan besar yaitu
Majapahit di Jawa dan Sriwijaya di Sumatra.
Kerajaan Hindu-Buddha
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang
pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya
Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai
daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh
kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta
hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk
kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam
wiracarita Ramayana.
Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun

sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu
sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat
Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara
dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[1]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai
Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal
ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama
Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
Khilafah Bani Umayah meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam
kepadanya. Surat itu berbunyi: Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu
raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya
terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi
pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak
wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak
menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada
anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi
sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang
yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang
hukum-hukumnya. Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja
Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal
dengan nama Sribuza Islam. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan
oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[2]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya,
sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1
Muharram 225H atau 12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan
Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya
seorang Muslim bernama Bayang Ullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk
dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada
akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan
mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan
Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada
mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan/didorong melalui hubungan perdagangan di luar
Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan
utusan dari pemerintahan islam yg datang dari luar Indonesia, maka untuk
menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara
berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari
penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke
penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah
yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting
termasuk Samudra Pasai , Kerajaan Mataram di Yogja / Jawa Tengah, dan
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di timur.
Era kolonial

Kolonisasi Portugis
Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang
kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaankerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975
ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda
menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di
mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa BritaniaBelanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu
menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu
kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian
orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah
Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh
pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia
Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC).
VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di
Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman
kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah,
dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual
biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi
hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut
dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur
dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
Kolonisasi pemerintah Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania
yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil
alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil
ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830
sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda
mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi
dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa
kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang
Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan
pada masa yang lebih bebas setelah 1870.

Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika
(bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar
dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di
bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda,
dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, [Serikat Dagang Islam] dibentuk dan
kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, [Budi
Utomo]. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkahlangkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang
terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik
di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk
Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. HindiaBelanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk
Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan
Jepang pada Maret 1942.
Pendudukan Jepang
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye
publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban
terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai
didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari
penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang
hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap
penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks,
penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang
Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam
penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei,
Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme
perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru
tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan
seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.

Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan


ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan
Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada 24 Agustus.
Era kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat
keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada
hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan
selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat
mempertahankan kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik
Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan
menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian
dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara
hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan
baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8
provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan
Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk
Papua) dan Nusa Tenggara.
Perang kemerdekaan

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha
kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar
Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk
membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah
kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial
Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka.
Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun
peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan
kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60
PBB.
Lihat pula The National Revolution, 1945-50 untuk keterangan lebih lanjut (dalam
bahasa Inggris).
Demokrasi parlementer
Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri
dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung

jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik
sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah
yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara
sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih
menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang
menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.
Demokrasi Terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau
lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan
konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959
ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945
yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia
tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di
bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri
Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting
negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat
maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa
Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang
kelak menjadi Gerakan Non-Blok.
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada
negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam
negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet
dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis
kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal
tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana
komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi
Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara
Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia
untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB
untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak
tetab Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri
negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan
mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan
GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini
kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia
(yang dibantu oleh Inggris).
Nasib Irian Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan


terhadap belahan barat pulau Nugini (Irian), dan mengizinkan langkah-langkah
menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember
1961.
Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan
Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada
18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia
dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda
agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan
Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan
terhadapa Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
Gerakan 30 September
Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk
Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan
dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan
mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh
dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal
kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen
Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu
menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu
orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada
1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
Era Orde Baru
Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah
mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19
September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan
kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan
PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16
tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun
sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada
tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara
dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang
ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan
dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh
kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan
nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya,

kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besarbesaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di
Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada
tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan
rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.
Irian Jaya
Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of
Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil
kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa
Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan
Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan
kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia
menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun
berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih
terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang
menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
Timor Timur
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau
Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara
Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal
secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada
tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang
membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah
sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari
Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang
mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan
yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor
Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta
lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000
warga Timor Timur melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain.
Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah
Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari
Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99%
penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka.
Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia
melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah
tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang menintegrasikan Timor
Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih

tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh


dicapai pada Mei 2002.
Krisis ekonomi

Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.


Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia
(untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50
tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin
jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat.
Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran
diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan
mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada
21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh.
Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi
presiden ketiga Indonesia.

Era reformasi
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya
adalah kembali mendaptkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan
komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada
7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri
keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari
seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang
pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan
pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid
sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun.
Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal
November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan
perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping
ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi

konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di
Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor
Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial
yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakankebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid
memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada
29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar
mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di
bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam
pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan
kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati
mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang
Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal
masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa
bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian
dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara
pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri
konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.

Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:09 0 komentar

Link ke posting ini

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II


Diposkan oleh RIYA SURYANA di 05:04 0 komentar

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB I


HUKUM

Link ke posting ini

Diposkan oleh RIYA SURYANA di 04:42 0 komentar

Link ke posting ini

MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB I

NORMA DAN HUKUM


A.Proses terbentuknya Norma
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan
dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok
komunal maupun kelompok materiil.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturan
kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat
norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam
bermasyarakat

B.Macam-macam Norma
Norma agama
Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosaNorma agama
adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau
diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan. Biasanya norma agama tersebut
berasal dari ajaran agama dan kepercayaan-kepercayaan lainnya (religi).
Pelanggaran terhadap norma ini dinamakan dosa.
Contoh: Melakukan sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh
mencuri, dan lain sebagainya.
Norma kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap
baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini
berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).
Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak
susila,melecehkan wanita atau laki-laki didepan orang

Norma kesopanan

Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapatkan
celaan, kritik, dan lain-lain tergantung pada tingkat pelanggaran.
Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau enerima sesuatu
dengan tangan kanan.
Norma Hukum
Norma Hukum adalah peraturan hidup yang dibuat oleh penguasa Negara.bersifat
memakasa dan mempunyai sanksi yang tegas
Contoh:KUHP Bab XIX pasal 338 tentang pembunuhan dengan kekerasan
dipidana penjara paling lama 15 tahun
Norma kebiasaan

Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang dibuat
secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi
kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan secara
batin.

Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.

Kode etik

Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.
Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran.
Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang
agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat bagaimanapun
tingkat peradabannya. Sedangkan norma kesopanan dan norma kebiasaan biasanya hanya dipelihara
atau dijaga oleh sekelompok kecil individu saja, sedangkan kelompok masyarakat lainnya akan
mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang tersendiri pula.

Perbedaan antara norma hukum dan norma


sosial

Norma hukum
Aturannya pasti (tertulis)
Mengikat semua orang
Memiliki alat penegak aturan
Dibuat oleh penguasa
Sangsinya berat
Norma sosial
Kadang aturannya tidak pasti dan tidak tertulis
Ada/ tidaknya alat penegak tidak pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
Dibuat oleh masyarakat
Sangsinya ringan.
Diposkan oleh RIYA SURYANA di 04:05 1 komentar
Posting Lebih Baru Halaman Muka
Langgan: Entri (Atom)

Link ke posting ini

mau kembali clik dibawah ini...

KEMBALI

Arsip Blog

2008 (14)
o Maret (13)
Mar 10 (7)
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB I
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB I
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II
MATERI PKN SMP PIRI KLS VII BAB II
Mar 11 (1)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2...
Mar 15 (4)

TUGAS PKN KLS IX (SATU / A )


TUGAS PKN KLS IX (DUA / B )
TUGAS PKN KLS IX (TIGA / C )
TUGAS PKN KELAS IX ( EMPAT / D)
Mar 21 (1)
Latiahan ujian sekolah
April (1)
Apr 28 (1)
soal kls 7

Anda mungkin juga menyukai