Laporan-Pendahuluan-Snh Erin
Laporan-Pendahuluan-Snh Erin
OLEH :
NI GUSTI AYU YOGI SWARI
P07120015054
c.
2008)
d. Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti (NANDA NIC-NOC,2015).
2.
PENYEBAB ( ETIOLOGI )
Stroke Non Hemorajik dapat di klasfikasikan menjadi 2 bagian di
tinjau dari penyebabnya Yaitu:
a. Stroke embolik
Stroke embolik adalah bekuan atau gumpalan darah yang
terbawa aliran darah bagian lain tubuh ke dalam otak sumber
embolik selebral yang paling sering adalah jantung dan arteri
karotis riwayat penyakit demam reumatik, fibrirasi atrium
( tersering) infrark miokardium dan kelainan katup jantung
biasanya rentan terkena stroke embolik khususnya bila mereka
mengalami kelainan irama jantung ( arit Mia) (Thomas DJ
b.
1996)
Sroke trombotik
Trombotik selebral dapat menjadi akibat proses penyempitan
(
arterioskleosis).
iskemia
jaringan
otak
yang
dapat
Arif Muttaqin
3.
PATOFISIOLOGI
Menurut Lumbantobing (1994), Price dan Wilson (2014):
Multifaktor penyebab dan predisposisi stroke
Arteri menyempit oleh trombus, embolus dan penguapan.
Gangguan
4.
penglihatan,
5.
disorientasi:
ataksia
Gangguan
persepsi
6.
sensori
Terkena pada
7.
8.
saraf ke-12
9.
(Hipoglosus)
10.
Menelan
terganggu/
tidak simetris
Kelumpuhan
area motorik di
otak
Area pada
pusat bicara
Kelumpuhan
anggota gerak
badan/tubuh
Kerusakan
komunikasi
verbal
Ansietas
Harga diri
rendah
Imobilitas
fisik
Kurang
pengetahuan
Ketidak seimbangan nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh
Terkena pada
syaraf ke VII
(Nervus VII)
motoris
(fasialis)
Fungsi
pengecap
menurun
Defisit
perawatan
diri
4. KLASIFIKASI
Menurut Tarwoto, dkk (2007) Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan
berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:
a. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam
saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c. Stroke in Volution (progresif)
Perkembangan stroke terjadi perlahan lahan sampai akut, munculnya
gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa jam
atau beberapa hari.
d. Stroke Komplit
Merupakan Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil
selama periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent,
dari sejak awal serangan dan sedikit tidak ada perbaikan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001) menjelaskan ada enam
tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun gejala
Stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada
neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron
paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises
(kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh
stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia
paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal
berikut:
a) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab menghasilkan bicara.
b) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
c) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari
orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan diagnostik
1) CT scan (Computer Tomografi
Scan)
Pembidaian
ini
3) Pemeriksaan
kimia
darah:
pada
stroke
akut
dapat
terjadi
7. PENATALAKSANAN MEDIS
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
Tanda-tanda vital diusahakan stabil
Bed rest
Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
c)
d)
e)
f)
g)
kateterisasi
h) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
i)
penyebabnya,
neuroprotektor,
klien
mengalami
pandangan,
gangguan
perabaan/sentuhan
Biasanya
ada
riwayat
perokok,
penggunaan
alkohol,
central.
Pemeriksaan motorik
c. Analisa Data
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Data Fokus
Ds : Nyeri kepala, kejang,
penurunan kesadaran.
Do : Hipertensi, ku lemah
Ds :
Do : Dipsnoe, RR : 24-36x/
menit
Ds :
Do : Mual, muntah
Etiologi
Problem
Ketidak
efektifan Ketidak
sirkulasi darah ke otak
seimbangan perfusi
jaringan
Obstruksi jalan nafas
Pola nafas tidak
efektif
Ds : Kelemahan anggota
gerak badan sebelah /
kelumpuhan separoh.
Do : Kekuatan otot volunter
0-1
Ds :
Do : Bicara pelo dan tidak
dapat berkomunikasi.
Ds : Bau badan
Do : Kelemahan fisik
Ds
:Keluarga
bertanya
mengenai
penyakit
pasien
Do : Keluarga nampak
belum paham mengenai
kondisi pasien
Ds :
Do : Badrest
Kerusakan
neuromuskuler
Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh.
Kerusakan
mobilitas fisik.
Gangguan
neuromuskuler
Gangguan
komunikasi verbal.
Kelemahan fisik
Devisit perawatan
diri
Kurang
pengetahuan
Ketidak mampuan
pemasukan, susah
menelan.
Kurang informasi
Badrest total
Risiko injury
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx 1 : Ketidak seimbangan perfusi jaringan jaringan serebral
berhubungan dengan
darah ke otak
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
jaringan efektif.
NOC : Perfusi jaringan : serebral
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda tanda peningkatan TIK
- Tanda tanda vital dalam batas normal
- Tidak adanya penurunan kesadaran
(skala 4 )
(skala 4 )
(skala 4 )
RR 16-24 x permenit
Ekspansi dada normal
Sesak nafas hilang / berkurang
Tidak suara nafas abnormal
(Skala 4)
(Skala 4)
(Skala 4)
(Skala 4)
jalan nafas
Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Untuk mengetahui adanya kelainan suara nafas
Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
Rasional : agar pasien nyaman
Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
Rasional : untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
Berikan oksigenasi sesuai advis
Rasional : agar mudah dalam bernafas
Kolaborasi obat sesuai indikasi
Rasional : agar tidak terjadi konmplikasi.
c. Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat.
NOC : Status nutrisi
Kriteria Hasil :
(skala 4)
3)
Mobility Level
Self care : ADLs
Kriteria Hasil:
-
NIC :
Latihan : gerakan sendi (ROM)
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik
2) Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan
3)
4)
5)
6)
aktif.
7) Beri reinforcement positif setipa kemajuan
Terapi latihan : kontrol otot
1) Kaji kemampuan aktifitas fisik pasien
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan.
2) Evaluasi fungsi sensorik
Rasional : mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dan dapat
memberikan informasi mengenai pemulihan
3) kaji dan catat kemampuan klien untuk keempat ekstremitas,
ukur vital sign sebelum dan sesudah latihan
rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
4) Kolaborasi dengan fisioterapi
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim
fisiotherapis.
5) Beri reinforcement positif setipa kemajuan
Rasional : Memberi semangat pada klien agar lebih sering
melakukan komunikasi
e. Dx 5 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kemampuan komunikasi verbal meningkat.
NOC: Kemampuan komunikasi: penerimaan
Kriteria Hasil :
-
NIC :
Mendengar aktif:
(skala 4 )
(skala 4 )
(skala 4 )
1)
2)
3)
4)
5)
(skala 4)
kalau
memungkinkan
Rasional : agar pasien memahami kondisi penyakitnya
4) Identifikasi penyebab penyakit
Rasional : agar pasien mengetahui penyebab penyakitnya
5) Berikan informasi pada keluarga tentang keadaan pasien,
komplikasi penyakit.
Rasional : agar pengetahuan klien meningkat
6) Diskusikan tentang pilihan therapy pada keluarga dan rasional
therapy yang diberikan.
Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluaraga
7) Berikan dukungan pada keluarga untuk memilih atau
mendapatkan pengobatan lain yang lebih baik.
8) Jelaskan pada keluarga tentang persiapan / tindakan yang akan
dilakukan
Rasional : mengurangi kecemasan klien dan keluaraga
h. Dx 8 : Resiko tinggi injuri berhubungan dengan
badrest total
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury.
NOC : Status risiko
Kriteria hasil : Pasien tidak mengalami injury
NIC : Kontrol risiko
Intervensi
1) Berikan posisi dengan kepala lebih tinggi.
Rasional : agar pasien nyaman
2) Kaji tanda-tanda penurunan kesadaran.
Rasional : agar tidak terjadi penurunan
kesadaran
3) Observasi TTV
DAFTAR PUSTAKA
Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika.