Gangguan Mobilitas Fisik-1
Gangguan Mobilitas Fisik-1
I.
Konsep Dasar
A. Definisi
a. Mobilisasi
1. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
2. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
3. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat
proses
penyakit
khususnya
penyakit
degeneratif
dan
untuk
merupakan
ketidakmampuan
seseorang
untuk
pada
jaringan
kulit,
menurunkan
sirkulasi
dan
2004)
Tujuan Mobilisasi
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
dan medis
6. Gangguan koordinasi
D. Jenis Mobilitas dan Immobilitas
a. Jenis Mobilitas :
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya terjadinya
hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
b. Rentang Gerak dalam mobilisasi
dalam
penyakitnya,
melakukan
sehingga
dapat
interaksi
sosial
mempengaruhi
karena
keadaan
perannya
dalam
kehidupan sosial.
E. Etiologi
a. Penyebab
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif
berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada
depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di
tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe,
1)
2)
3)
4)
2007).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan otot
Kondisi-kondisi
yang
menyebabkan
immobilisasi
antara
lain:
(Restrick, 2005)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
Artritis
muskuloskeletal
Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Gangguan neurologis
Penyakit
kardiovaskular
Penyakit paru
Faktoe sensorik
Penyebab lingkungan
F. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
a.
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi
Gangguan tidur
HASIL
1. Intoleransi ortostatik
2. Peningkatan denyut
jantung,
sinkop
3. Penurunan kapasitas kebugaran
4. Konstipasi
5. Penurunan evakuasi kandung
kemih
6. Bermimpi
pada
siang
hari,
halusinasi
b.
ORGAN / SISTEM
Muskuloskeletal
Kardiopulmonal
pembuluh darah
Integumen
Metabolik
endokrin
H. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat
imobilitas
dapat
menyebabkan
turunnya
kecepatan
sekunder
akibat
mobilisasi.
klien
Immobilisasi
jarinagn.
Kehilangan
masa
otottertutama
pada
karena
immobilisasi
menyebabkan
kerja
ginjal
yang
menyebabkanhiperkalsemia.
3) Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan mempengaruhi
system metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan
terhadap metabolisme zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan
metabolisme protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut
yang
imobilisasi
sehingga
menyebabkan
metabolisme
menjadi
meningkatkan
ekskresinitrogen
urin
sehingga
terjadi
hipoproteinemia.
4) Gangguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas usus.
Konstipasi sebagai gejala umum , diare karena feces yang cair melewati
bagian tejpit dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus
mekanik bila tidak ditangani karena adanya distensi dan peningkatan
intraluminal yang akan semakin parah bila terjadi dehidrasi, terhentinya
basorbsi, gannguan cairan dan elektrolit.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas
cairan
tubuh.
Berkurangnya
perpindahan
cairan
dari
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0
1
2
lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
DERAJAT
RENTANG
NORMAL
Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
Bahu
paling jauh.
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
Pergelanga
n tangan
kelingking
telapak
tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan
90
Ekstensi: luruskan jari
90
jari
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
belakang sejauh mungkin
Abduksi: kembangkan jari tangan
20
Adduksi: rapatkan jari-jari tangan dari 20
posisi abduksi
c) Derajat kekuatan otot
SKAL
PERSENTASE
KEKUATAN NORMAL
KARAKTERISTIK
(%)
0
10
Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
25
50
dengan topangan
Gerakan yang
75
gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
100
0
1
normal
melawan
KEMANDIRIAN
KETERGANTUNGAN
(1 poin)
(0 poin)
ataupun perintah,
didampingi
(1 poin)
Sanggup
pendampingan
satu
bagian
tuguh,
tubuh
(punggung,
BERPAKAIAN
genital,
ekstermitas lumpuh)
(1 poin)
Berpakaian
mandiri.
membutuhkan
TOILETING
Bisa
jadi dalam
berpakaian,
bantuan dipakaikan
bantuan
baju
atau
secara
keseluruhan
(0 poin)
bantuan
(1 poin)
telepon
(0 poin)
POSISI
bantuan
dalam
Alat
berpindah
posisi
KONTINENSI
diterima
(1 poin)
(0 poin)
atau
air besar
(1 poin)
total
bowel
dan
bladder
(0 poin)
Mampu
memasukkan Membutuhkan
bantuan
atau
memerlukan
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah
(Sangat tergantung)
FUNGSI
SKO
KETERANGAN
Mengendalikan
R
0
rangsang pembuangan
tinja
pencahar).
1
Mengendalikan
2
0
Terkendali teratur.
Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih
Membersihkan
2
diri 0
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
(seka
sisir 1
Mandiri
muka,
masuk
Perlu
dan
keluar 1
10
pada
beberapa
(melepaskan, memakai
celana, membersihkan,
menyiram)
Makan
Berubah
sikap
berbaring ke duduk
pertolongan
Berpindah/ berjalan
Memakai baju
Mandi
Total Skor
Skor BAI :
2
0
Mandiri
Tidak mampu
2
dari 0
Mandiri
Tidak mampu
duduk
Mandiri
Tidak mampu
3
0
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian
baju)
Mandiri.
Tidak mampu
Butuh pertolongan
2
0
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri
dibantu
(mis:
memakai
20
: Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b) CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan
lunak
atau
cidera
ligament
atau
tendon.
Digunakan
untuk
J. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan seharihari sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu
yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta
penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya
atau dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak
sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot
(isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan
ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu
berdiri dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
2)
a)
b)
c)
toilet.
Tatalaksana Khusus
Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
berbagi
perasaan
dengan
pasien,
membantu
pasien
untuk
Pengkajian
pada
aspek
sosial
kultural
ini
dilakukan
untuk
imobilitas
pada
system
atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah
tekanan dihilangkan
9. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda
fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian
bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala
kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih
dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
10. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada
abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum
yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental,
iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
11. Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi.
Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas,
penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan
tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien.
Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan
koridor yang terhalang, tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan
pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang
potensial dapat meningkatakan mobilitas
B.
a.
b.
c.
d.
NO
DIANGOSA
DX
KEPERAWATAN
DAN
KOLABORASI
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Gangguan
mobilitas
Setelah
fisik asuhan
berhubungan
dengan Kerusakan
menunjukkan:
sensori persepsi.
bantu
Membutuhkan
Membutuhkan
Dalam hal :
Penampilan
klien
melakukan
latihan
dan otot
Melakukan
perpindahan/
ambulasi
kanan-kiri,
kursi roda
miring
berjalan, Latihan Keseimbangan
pada
perhatikan
postur
klien/
tubuh
keluarga untuk
yg
benar
latihan.
2
Nyeri
akut Setelah
berhubungan
Asuhan
selama . x 24 jam:
v Pain Level,
v Pain control,
Observasi
v Comfort level
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
reaksi
nonverbal
menggunakan
mencari bantuan)
Melaporkan
menemukan dukungan
manajemen nyeri
Tingkatkan istirahat
Mampu
dan
nyeri)
nyeri
Menyatakan
rasa
berhubungan
Asuhan
denganKelemahan
selama . x 24 jam :
perawatan , pengobatan
umum
Klien
mengidentifikasi
aktifitas
dan
yang
aktifitas.
kecemasan
yang
berkonstribusi
Monitor
respon
kardiorespirasi
te
intoleransi aktifitas.
Klien
pucat.
berpartisipasi
aktifitas
fisik
disertai
TD,
N,
RR
perubahan ECG
Klien
pemahaman kebutuhan
tentang
kebutuhan digendong
makanan,
untuk
oksigen,
dan
alat
atau
dapat
cairan,
kenyama
mencegah
tangisan
toleransi
aktifitas.
Klien
berpartisipasi
terhadap
Terapi Aktivitas
jadwal
antara
aktifita
Defisit
diri
perawatan Setelah
berhubungan asuhan
dengan Kerusakan
selama... x24 jm
neurovaskuler
Klien mampu :
perineal, anus
Melakukan
mandiri
berpakaian,
makan-minum,
ambulasi
Mempertahankan
kebersihan
melepaskan
sendiri
Kaji
kemampuan
klien
untuk
ma
membersihkan
kuku, Dampingi
berdandan
dan
dorong
keluarga
Mengosongkan
kandung
bowel
kemih
lingkungan
yang
aman(t
pada
klien
dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika