diperoleh dengan cara yang haram itulah rezeki yang halal. Ingat, kekayaan yang dimiliki akan
dimintai pertanggungjawaban dari dua sisi, yaitu bagaimana cara memperolehnya dan bagaimana
harta itu dihabiskan. Seorang yang dianugerahi kekayaan melimpah ruah tentu pertanggungjawaban
yang akan dituntut dari dirinya di akhirat kelak lebih besar.
d. Memperoleh keberuntungan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyatakan bahwa seorang yang qanaah akan
mendapatkan keberuntungan. Fudhalah bin Ubaidradhiallalahu anhu pernah mendengar
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,
Keberuntungan bagi seorang yang diberi hidayah untuk memeluk Islam, kehidupannya cukup dan
dia merasa qanaah dengan apa yang ada [HR. Ahmad 6/19; Tirmidzi 2249].
Abdullah bin Amr mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam, diberi rezki yang cukup dan Allah menganugerahi
sifat qanaah atas apa yang telah diberikan-Nya [HR. Muslim: 1054; Tirmidzi: 2348].
Al Yaqin adalah engkau tidak mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah, engkau tidak dengki
kepada seorangpun atas rezeki yang ditetapkan Allah, dan tidak mencela seseorang atas sesuatu
yang tidak diberikan Allah kepadamu. Sesungguhnya rezeki tidak akan diperoleh dengan ketamakan
seseorang dan tidak akan tertolak karena kebencian seseorang. Sesungguhnya Allah taala dengan
keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya- menjadikan ketenangan dan kelapangan ada di dalam rasa yakin
dan ridha kepada-Nya sserta menjadikan kegelisahan dan kesedihan ada di dalam keragu-raguan
(tidak yakin atas takdir Allah) dan kebencian (atas apa yang telah ditakdirkan Allah) [Diriwayatkan
Ibnu Abid Dunya dalam Al Yaqin (118) dan Al Baihaqi dalam Syuabul Iman (209)].
Sebagian ahli hikmah mengatakan, Saya menjumpai yang mengalami kesedihan berkepanjangan
adalah mereka yang hasad sedangkan yang memperoleh ketenangan hidup adalah mereka
yang qanaah [Al Qanaah karya Ibnu as-Sunni hlm. 58].
Sebaliknya, betapa banyak mereka yang tidak memiliki apa-apa dianugerahi sifat qanaah sehingga
merasa seolah-olah dirinyalah orang terkaya di dunia, tidak merendahkan diri di hadapan sesama
makhluk atau menempuh jalan-jalan yang haram demi memperbanyak kuantitas harta yang ada.
Rahasianya terletak di hati sebagaimana yang telah dijelaskan. Oleh karena pentingnya kekayaan
hati ini, Umar radhilallahu anhu pernah berpesan dalam salah satu khutbahnya,
Tahukah kalian sesungguhnya ketamakan itulah kefakiran dan sesungguhnya tidak berangan-angan
panjang merupakan kekayaan. Barangsiapa yang tidak berangan-angan memiliki apa yang ada di
tangan manusia, niscaya dirinya tidak butuh kepada mereka [HR. Ibnu al-Mubarak dalam az-Zuhd:
631].
Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu pernah berwasiat kepada putranya, Wahai putraku, jika
dirimu hendak mencari kekayaan, carilah dia dengan qanaah, karena qanaah merupakan harta yang
tidak akan lekang [Uyun al-Akhbar : 3/207].
Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya,
Apa hartamu,
beliau menjawab,
:
Saya memiliki dua harta dan dengan keduanya saya tidak takut miskin. Keduanya adalah atstsiqqatu billah (yakin kepada Allah atas rezeki yang dibagikan) dan tidak mengharapkan harta yang
dimiliki oleh orang lain [Diriwayatkan Ad Dainuri dalam Al Mujalasah (963); Abu Nuaim dalam Al
Hilyah 3/231-232].
Sebagian ahli hikmah pernah ditanya, Apakah kekayaan itu? Dia menjawab, Minimnya angananganmu dan engkau ridha terhadap rezeki yang mencukupimu [Ihya Ulum ad-Diin 3/212].
g. Memperoleh kemuliaan
Kemuliaan terletak pada sifat qanaah sedangkan kehinaan terletak pada ketamakan. Mengapa
demikian, karena seorang yang dianugerahi sifat qanaah tidak menggantungkan hidupnya pada
manusia, sehingga dirinya pun dipandang mulia. Adapun orang yang tamak justru akan menghinakan
dirinya di hadapan manusia demi dunia yang hendak diperolehnya. Jibril alaihissalam pernah
berkata,
Wahai Muhammad, kehormatan seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kemuliaannya
terletak pada ketidakbergantungannya pada manusia [HR. Hakim: 7921].
Al Hasan berkata,
Engkau akan senantiasa mulia di hadapan manusia dan manusia akan senantiasa memuliakanmu
selama dirimu tidak tamak terhadap harta yang mereka miliki. Jika engkau melakukannya, niscaya
mereka akan meremehkanmu, membenci perkataanmu dan memusuhimu [Al-Hilyah: 3/20].
Al Hafizh Ibnu Rajab mengatakan,
Begitu banyak hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang memerintahkan untuk bersikap iifah
(menjaga kehormatan) untuk tidak meminta-minta dan tidak bergantung kepada manusia. Setiap
orang yang meminta harta orang lain, niscaya mereka akan tidak suka dan membencinya, karena
harta merupakan suatu hal yang amat dicintai oleh jiwa anak Adam. Oleh karenanya, seorang yang
meminta orang lain untuk memberikan apa yang disukainya, niscaya mereka akan membencinya
[Jami al-Ulum wa al-Hikam 2/205].
Kepemimpinan dalam agama yang identik dengan kemuliaan pun dapat diperoleh jika seorang alim
tidak menggantungkan diri kepada manusia, sehingga mereka tidak direpotkan dengan berbagai
kebutuhan hidup yang dituntutnya. Seyogyanya manusia membutuhkan sang alim karena ilmu, fatwa
dan nasehatnya. Mereka bukannya butuh ketamakan dari sang alim. Seorang Arab badui pernah
bertanya kepada penduduk Bashrah,
: : :
Siapa tokoh agama di kota ini? Penduduk Bashrah menjawab, Al Hasan. Arab badui bertanya
kembali, Dengan apa dia memimpin mereka? Mereka menjawab, Manusia butuh kepada ilmunya,
sedangkan dia tidak butuh dunia yang mereka miliki [Jami al-Ulum wa al-Hikam 2/206].
Sumber: Al Qanaah, Mafhumuha, Manafiuha, ath-Thariqu ilaiha karya Ibrahim bin Muhammad alHaqil disertai beberapa penambahan.
Saya masih ingat akan pesan dari kyai saya. Pesan yang singkat tapi kalau benar-benar
diresapi akan menjadikan seseorang mendapatkan kemuliaan di dunia dan akherat.
Pesan beliau, dadio wong sing qonaah jadilah orang yang qonaah. Memang, saya
belum bisa mengamalkan pesan tersebut secara maksimal. Tapi saya akan selalu
berusaha untuk mewujudkan dari pesan kyai saya tersebut.
Qonaah berasal dari bahasa Arab qonaa yang berarti cukup atau merasa cukup.
Banyak yang mengartikan bahwa qonaah adalah menerima apa adanya. Alias nerimo
ing pandum. Dalam arti bukan hanya menerima apa adanya tanpa ada usaha
selanjutnya. Berapapun hasil usaha, sedikit atau banyak ia menerimanya dengan
lapang dada atau rasa syukur. Tapi masih terus ada usaha untuk menambah usahanya
tersebut. Jadi, orang yang qonaah adalah orang yang telah berusaha maksimal dan
menerima hasil usahanya tersebut dengan rasa syukur dan ada usaha untuk berusaha
dengan lebih baik lagi. Berusaha untuk mencapai yang lebih baik lagi bukan berarti
serakah atau rakus terhadap dunia. Karena sebaik-baik manusia adalah orang yang hari
ini lebih baik dari hari kemarin.
Saat ini, dimana perkembangan ekonomi sangat pesat. Kebutuhan manusia pun
semakin meningkat. Sangat sulit untuk menjadi pribadi yang qonaah. Disaat kita hanya
mampu mempunyai sepeda motor. Kawan-kawan kita sudah bisa membeli mobil. Entah
bayarnya secara cash atau kredit. Kadang terbersit dalam hati kita keinginan untuk bisa
mempunyai seperti apa yang orang lain punyai. Padahal belum tentu kita mampu untuk
seperti mereka. Akhirnya dengan berbagai cara kita berupaya untuk bisa
mempunyainya. Walaupun sebenarnya itu belum perlu. Atau dalam kita bekerja, kita
hanya memperoleh hasil yang tidak sesuai target atau tidak seperti biasanya,
kita grundel, memaki-maki hasil yang diterima. Padahal hasil seperti itu tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidup.
Nah, pada saat seperti itulah Allah menganjurkan kepada kita untuk bersyukur terhadap
apa yang kita terima. Sebagaimana firmanNya:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Kenapa kita harus bersyukur? Karena sebenarnya kita adalah orang yang tidak punya
apa-apa. Lantas, Allah Swt memberikan kita kecukupan.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kecukupan.
Sebagaimana hadits Abdullah bin Amr bin Al Ash Radiyallahu Anhu,Rasulullah Sallalah
alaihi wasallambersabda :
"Sungguh beruntunglah orang masuk kedalam Islam, diberi rezki yang cukup, dan
merasa cukup dengan apa yang Allah berikan".(HR. Muslim no. 1746. Ahmad no.6284).
Prof Hamka menerangkan tentang Sifat Qonaah didalam bukunya yang berjudul
Tasawuf Modern. Bahwasannya sifat Qonaah itu mengandung lima hal
diantaranya, pertama, menerima apa yang ada dengan rela.Kedua, memohon kepada
Allah agar diberi tambahan yang pantas, dibarengi dengan usaha. Ketiga, menerima
ketentuan Allah dengan sabar. Keempat bertawakkal kepada Allah. Dan terakhir tidak
tertarik oleh tipu daya dunia.
Setan selalu menggoda manusia untuk tidak Qonaah terhadap dunia. Akibatnya
manusia selalu merasa kurang terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat
Qonaah itu tidak jatuh dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi harus
diasah dan dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar bisa menumbuhkan sifat Qonaah.
Sabar untuk selalu berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qonaah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah
baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah dalam
hati.
Qonaah ==> Syukur
Tidak qonaah ==> Rakus/serakah
Seorang yang qanaah akan terhindar dari berbagai akhlak buruk yang dapat mengikis
habis pahala kebaikannya seperti hasad, namimah, dusta dan akhlak buruk lainnya.
Faktor terbesar yang mendorong manusia melakukan berbagai akhlak buruk tersebut
adalah tidak merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan, tamak akan dunia dan
kecewa jika bagian dunia yang diperoleh hanya sedikit.
Balasan yang Allah berikan kepada kita jika bersikap qonaah adalah kita akan
merasakan kehidupan di dunia ini dengan baik.
Sebagaimana firman Allah taala yang artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan [An-Nahl: 97].
Kehidupan yang baik tidaklah identik dengan kekayaan yang melimpah ruah. Oleh
karenanya, sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kehidupan
yang baik dalam ayat di atas adalah Allah memberikannya rezeki berupa rasa qanaah di
dunia ini, sebagian ahli tafsir yang lain menyatakan bahwa kehidupan yang baik adalah
Allah menganugerahi rezeki yang halal dan baik kepada hamba [Tafsir ath-Thabari
17/290; Maktabah asy-Syamilah].
Tafsir kehidupan yang baik dengan anugerah berupa rezeki yang halal dan baik semasa
di dunia menunjukkan bahwa hal itu merupakan nikmat yang harus kita usahakan. Harta
yang melimpah ruah sebenarnya bukanlah suatu nikmat jika diperoleh dengan cara
yang tidak diridhai oleh Allah. Tapi sayangnya, sebagian besar manusia berkeyakinan
harta yang sampai ketangannya meski diperoleh dengan cara yang haram itulah rezeki
yang halal. Ingat, kekayaan yang dimiliki akan dimintai pertanggungjawaban dari dua
sisi, yaitu bagaimana cara memperolehnya dan bagaimana harta itu dihabiskan.
Seorang yang dianugerahi kekayaan melimpah ruah tentu pertanggungjawaban yang
akan dituntut dari dirinya di akhirat kelak lebih besar.
Jadi, sikap qonaah akan menjadikan hidup kita di dunia ini akan tenang dan baik.
Menjaga Kesehatan[4]
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah
kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan
jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap
dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik
dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah.
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, Mumin yang kuat lebih dicintai
Allah dari mumin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah
terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan
jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah Qodarulloh
wa maa syaaa faal, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti
terjadi. (HR. Muslim)
dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun
dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam kehidupannya.
Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap
muslim adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits;
sirah dan sejarah para sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan,
dan lain sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus
ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidangbidang lain, seperti ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak
diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa
yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami
beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui (An-Nahl:43)
d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya
dalam alam nyata. Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak
mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (QS. As-Shaff)
3. Berakhlak terhadap jiwa
a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa
yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut
pada waktu yang akan datang.[7] Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
At-Tahrim : 8)
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :[8]
Syirik
Kufur
Nifak
Riddah
Fasik
Berzina dan menuduh orang lain berzina
Membunuh manusia
Bersumpah palsu
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah
SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya
sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta
menolak selain Dia.[9]
Firman Allah SWT :
Artinya : Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu. (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk
menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan
kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk
yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang
maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan
membersihkannya.[10]
Firman Allah SWT :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AlHasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. Hawa
nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang
mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika
seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang
dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa
nafsunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf : 53)
Hidup dengan sempurna adalah dambaan setiap muslim. Hidup dalam keseimbangan
antara kepentingan dunia dan akhirat. Ada empat hal yang dapat menjadikan seseorang
tetap sehat jasmani dan bugar ruhai. Keempat hal itu adalah ,
, , sebagaimana keterangan berikut:
,
. . ,
.
.
: .
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt Tuhan semesta alam,
pemberi nikmat sehat dan iman dan Islam. shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad saw keluarganya, para sahabat dan para pengikut setianya. Marilah kita
bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt. sungguh hanya dengan
taqwalah kita dapat mengisi kehidupan ini dengan lebih bermanfaat dan bernilai.
padahal tidak demikian. justru uang itulah yang memanggil kecelakaan. Baik kecelakaan
secara dhahir maupun secara bathin.
Perhiasan yang megah yang ada ditangan maupun di jari-jari juga dileher sering memanggilmanggil kejaahatan. Begitu pula kecelakaan bathin, karena ada uang seseorang bisa
mampir ketempat-tempat makshiyat yang tidak mungkin dikunjungi ketika tidak punya uang.
Nah khatib hanya mengingatkan siapakah mereka yang sekarang lagi kebingungan
menyembunyikan uangnya dari kejaran pemerintah dan para pengusaha hitam kelas
kakap? Pastilah orang yang memiliki banyak harta.
Bahwasannya sumber segala penyakit yang berhubungan dengan perut adalah at-tuhmah,
yaitu memasukkan makanan terus msnerus. Begitu juga menenggak minum setelah makan
atau ditengan makan sebelum makanan pertana dicerna.
Baiknya juga diperhatikan bahwa memakan sesuatu dengan berlebihan itu menandakan
nafsu yang besar. Sedangkan nafsu itu sendiri haruslah dikendalikan agar hidup bisa
sejahtera.
Keempat, ( ) jangan mengumpulkan ilmu apapun yang tidak
bermanfaat. Kalimat terkhir ini bila difahami dengan seksama maka akan berarti jangan
sampai seseorang memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Jangan sampai ada ilmu yang tidak
diamalkan. Karenya semua ilmu baiknya harus diamalkan. Walaupun ilmu itu hanya sedikit.
Demikianlah hubungan ilmu dan manfaat, keduanya tidak bisa dipisahkan bila ingin
kesempurnaan.
Jamaah Jumah Rahimakumullah
Seorang lelaki pernah berkata kepada Abu Hurairah aku ingin mempelajari ilmu, tetapi aku
takut menyia-nyiakannya kemudian Abu Hurairah menjawab cukuplah kamu meninggalkan
ilmu itu termasuk menyia-nyiakan ilmu.
Karena itulah seseorang harus berhati-hati memahami riya, seringkali seseorang sengaja
meninggalkan amal (ilmunya jadi tidak bermanfat) karena Syaithan membisiki dalam
telinganya Janganlah engkau beramal di depan orang lain, jika saja engkau melakukan
sesuatu pastilah itu tidak karena Allah, karena itu berhentilah sekalian. Jangan lakukan
sesuatu, itu lebih baik.
Mengertilah bahwa beramal demi Allah dengan tulus ikhlas itu sungguh amat susahnya.
Karena itu, tetaplah beramal walaupun amal itu masih bercampur riya. Anggap saja itu
sebagai latihan. Dan jangan pernah menggugurkan amal karena riya karena itulah hakikat
riya sejati.
Golongan orang-orang yang disukai oleh Allah (menurut Al-Quraan) adalah: Al-Muhsiniin (Orang yang berbuat
baik), Al-Muqsithiin (Orang yang Adil), Al-Mutawakkiliin (Orang yang bertawakkal kepada-Nya),
Al-Muthahhariin (Orang yang mensucikan diri, Orang yang bersih), Al-Muttaqiin (Orang yang bertakwa), AshShaabiriin(Orang yang Sabar), At-Tawwaabiin (Orang yang bertaubat), dan Orang yang berperang dijalanNya.
1. Al-Muhsiniin (Orang yang berbuat baik, Orang yang berbuat kebaikan, Orang yang
berbuat Kebajikan)
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah 2: 195)
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
(QS. Ali Imraan 3: 134)
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imraan 3: 148)
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.
Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari
apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan
dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan
mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Maa-idah 5: 13)
Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan
yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan
yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat
kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Al-Maa-idah 5: 93)
2. Al-Muqsithiin (Orang yang Adil)
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika
mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara
mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi
mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu)
diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maa-idah 5: 42)
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah 60: 8)
3. Al-Mutawakkiliin (Orang yang bertawakkal kepada-Nya)
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imraan 3: 159)
4. Al-Muthahhariin (Orang yang mensucikan diri, Orang yang bersih)
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah 2: 222)
Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas
dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid
itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.
(QS. At-Taubah 9: 108)
Hal hal Yang Harus Dilakukan Dalam Menjaga dan Membiasakan Diri Hidup Bersih
1. Kebersihan Lahiriyah
a.
Kebersihan Badan
Kebersihan badan ini meliputi kulit, rambut, kuku, mulut, gigi, dan telinga. Agar
kulit menjadi bersih dan sehat maka kita bersihkan dengan cara mandi minimal 2
(dua) kali sehari. Rambut sebagai mahkota harus kita jaga dan rawat agar tetap
sehat dan rapi dengan cara dikeramas dan dipotong sesuai kebutuhan. Mulut yang
didalamnya juga terdapat gigi tidak boleh luput dari perhatian kita untuk selalu
dibersihkan dengan cara berkumur dan menggosok gigi.
b. Kebersihan Pakaian
Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia yang mempunyai fungsi sebagai
penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan dinginnya udara. Karena
pakaian itu selalu melekat pada tubuh kita maka kebersihan pakaian harus kita
jaga baik dari najis maupun kotoran lainnya dengan cara dicuci dengan air yang
suci dan mensucikan. Apalagi pakaian yang dipakai untuk beribadah kepada Allah
SWT harus suci dari najis.
c.
Kebersihan Makanan
Salah satu ciri makhluk hidup ialah memerlukan makan dan minum. Agar
makanan dan minuman yang kita konsumsi dapat memberi manfaat bagi tubuh
maka harus diperhatikan tentang kebersihannya baik secara lahir maupun hakikat
asal makanan dan makanan itu. Secara lahir, sebelum diolah dan dikonsumsi
bahan makanan itu harus dibersihkan terlebih dahulu. Dan secara hakikat, kita
harus memperhatikan tentang halal dan tidaknya asal/sumber makanan tersebut.
Makan dan minumlah makanan dan minuman yang halalan dan thayyiban. Halal
(halalan) artinya secara hukum islam boleh dimakan dan thayyiban artinya
makanan dan minuman tersebut mengandung nilai gizi yang cukup dan tidak
menjadikan bahaya (madharat) bagi yang mengkonsumsinya.
d. Tempat Tinggal
Rumah atau tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok bagi setiap orang. Agar
kita merasa nyaman dan kerasan tinggal di dalamnya maka rumah harus dijaga
dan dirawat, antara lain sebagai berikut :
1) Setiap pagi hari pintu dan jendela hendaknya dibuka, agar terjadi sirkulasi
udara.
2) Kaca-kaca pada jendela dibersihkan agar terbebas dari debu dan kotoran
lainnya.
3) Perkakas rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, bufet dan perkakas lainnya
dibersihkan dan diatur penempatannya sehingga tampak bersih dan rapi.
4) Lantai dan teras rumah selalu disapu dan dipel sehingga terbebas dari kuman
penyakit.
5) Kamar tidur, ruang makan, kamar mandi dan ruang-ruang lain termasuk
halaman dan pekarangan di sekeliling rumah hendaknya selalu dibersihkan
sehingga menjadikan penghuninya menjadi sehat.
6) Agar rumah terlihat rindang dan alami maka dapat ditanami pohon peneduh
dan tanaman hias.
e.
Tempat Ibadah
Allaw SWT menciptakan manusia tidak lain adalah untuk baribadah kepadaNya.
Ketentuan beribadah kepada Allah telah dicontohkan lewat para utusanNya, yaitu
para nabi/rasul, baik yang menyangkut tentang tata cara, maupun yang
berhubungan dengan tempatnya. Mengingat yang kita sembah adalah Dzat yang
maha Suci, maka tempat (masjid, musholla) yang kita gunakan untuk beribadah
harus dijaga kesuciannya dari najis.
f.
Tempat Belajar
Sekolah sebagai tempat belajar dan mengajar harus mendapatkan perhatian yang
serius tentang kebersihan, kenyamanan, dan keindahannya untuk proses
pembelajaran. Sebab kelas yang bersih dan indah akan menjadikan kegiatan
pembelajaran menjadi nyaman. Sebaliknya, jika kondisi kelas dalam keadaan
kotor dan berantakan tentu akan mengganggu kenyamanan dan kurang konsentrasi
dalam belajar.
g.
2. Kebersihan Batinniyah
Hati yang dipenuhi dengan niat dan pikiran yang buruk akan melahirkan sikap dan perbuatan
yang buruk. Untuk menjaga kebersihan hati, kita harus selalu mengingat Allah SWT dan rajin
berdoa kepadaNya. Dengan demikian, kita tidak akan mudah berpikir buruk apalagi
melakukan perbuatan buruk. Kita selalu yakin, Allah Maha Mengetahui segala perbuatan
manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Membersihkan kotoran yang melekat pada hati / jiwa kita akibat perbuatan kita yang buruk
seperti: ria, takabur, seudzon, dengki, iri, sombong, dll.
Cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan sifat-sifat tersebut, yaitu:
1. Bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT
2. Membaca istighfar
3. Menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya yang buruk