Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman sekarang yang semakin modern, persaingan pun semakin ketat. Dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang semakin berkembang khususnya dibidang
telekomunikasi, mengakibatkan tingkat kerja manusia semakin meningkat pula,
sehingga membutuhkan informasi yang lebih banyak dan luas dalam rangka menambah
wawasan. Salah satunya adalah teknologi pada sistem informasi yang menggunakan
GPS (Global Positioning System) (Abidin, 2000).
Perkembangan teknologi computer saat ini mengalami kemajuan dengan cepat
seiring berkembanganya teknologi perangkat keras pengendalian tampilan (dispel
controller), yang dimanfaatkan menyampaikan informasi dan pengetahuan dalam
bentuk visual sebagai salah satu bagian perkembangan aplikasi teknologi pencarian
letak suatu tempat yang akan dituju atau diketahui. Dalam bidang komunikasi tentu
masyarakat membutuhkan alat komunikasi yang dapat dibawa kemanapun sehingga
memudahkan kegiatan sehari-hari (Ismail, 2010).
Untuk lebih lanjut perkembangan mobile phone sekarang ini lebih condong ke arah
smartphone. Smartphone sendiri merupakan perangkat komunikas yang dijalankan
dengan sistem operasi tertentu, yang menggabungkan sebagian besar fingsi-fungsi pada
celluler phone seperti Personal Digital Assistant (PDA), pemutar audio, camcorder,
Global Positioning System (GPS) receiver, dan Personal Computer (PC) sehingga
mendukung kemampuan komputasi dan conectifitas yang lebih modern. Banyak sistem
operasi yang digunakan pada smartphone sekarang yang salah satunya GPS yang
dikembangkan oleh google (Saputra, 2009).
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang
dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini dapat digunakan oleh banyak
orang, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti
dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia. Ada banyak jenis
dari GPS, salah satunya adalah GPS tracking yang merupakan sistem pemantauan jarak
jauh yang menggunakan satelit GPS sebagai penentu lokasi dengan tepat dan akurat
dalam bentuk titik koordinat yang kemudian selanjutnya akan diimplementasikan ke

dalam bentuk Peta digital, sehingga dapat dimengerti dengan mudah bagi penggunanya
(Abidin, 2000).
Modul Trainer GPS 5000 adalah sistem pelatihan GPS yang memungkinkan
pengguna untuk memperoleh keterampilan protokol implementsi mapping. Mapping
adalah suatu teknologi GPS yang paling familiar dan paling banyak digunakan sekarang
ini. Selain dapat mengetahui letak atau posisi suatu tempat, mapping juga dapat
memberikan informasi mengenai latitude dan longitude suatu tempat yang kita inginkan
sehingga data yang diperoleh bisa digunakan dalam pembuatan dan pendataan lokasi
dengan latitude dan longtitude sebagai panduan pendataan database (Ismail, 2010).
Seiring dengan perkembangan zaman, pemetaan batimetri dapat dilakukan dengan
beberapa metode dan teknologi. Penerapan teknologi akustik dasar laut terus
berkembang untuk tujuan ilimiah antara lain digunakan untuk mempelajari proses
perambatan suara pada medium air yang mampu memberikan informasi karakteristik
dasar perairan, komunikasi dan penentuan posisi di perairan. Hydro-acoustic merupakan
suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik
(acoustic instrument), di antaranya Echosounder, Fish Finder, dan Sonar (Winardi,
2006).
Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan
adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang
berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Untuk mempermudah nelayan
menemukan ikan, sering digunakan alat yaitu fish finder. Fishfinder digunakan untuk
mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan pada peta zona
potensi ikan. Dengan peralatan canggih berupa fish finder dan perlengkapan lainnya
seperti Global Positioning System (GPS) dapat memudahkan nelayan mengetahui posisi
ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM) (Sudibyo, 2010).
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian fungsi dan cara kerja dari GPS dan
GPS Map
2. Mahsiswa dapat mengetahui definisi, fungsi serta cara kerja dari Fish finder

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan posisi pada survei batimetri dapat menggunakan prinsip optik yaitu
dapat menggunakan teodolit dengan cara melakukan pemotongan ke muka ataupun
pemotongan kebelakang, dimana berkas cahaya pada garis bidik instrumen
menggantikan garis-garis pengamatan. Penggunaan metode optik ini menuntut target
yang di bidik harus terlihat oleh pengamat. Faktor-faktor dominan yang dapat
mempengaruhi kemampuan pengamat untuk melihat target adalah kelengkungan bumi
dan refraksi, sehingga umumnya instrumen optik memiliki keterbatasan jangkauan
pandang. Berdasarkan hal tersebut maka metode ini hanya dapat digunakan untuk
daerah yang sempit pada permukaan bumi yang dapat dinggap bidang datar (Abidin,
2000).
Metode penentuan posisi yang lain yaitu dengan memanfaatkan gelombang
elektromagnetik. Metode pengukuran jarak ini tidak dilakukan secara langsung,
melainkan didapatkan dengan mengenali laju gelombang elektromagnetik pada medium
atmosfer dan selang waktu saat gelombang tersebut dipancarkan sampai dengan di
terima oleh target. Instrumen yang mengunakan prinsip kerja ini adalah sistem satelit
navigasi GPS. GPS dalam survei batimetri digunakan untuk penentuan posisi titik
pemeruman (Ismail, 2010).
Penentuan posisi secara absolut merupakan metode yang paling mendasar dari
GPS. Pada metode ini hanya diperlukan satu buah receiver GPS. Dalam penentuan
posisi secara metode absolut ini menggunakan data pseudorange pada suatu epok,
dimana ada 4 parameter yang harus ditentukan yaitu parameter koordinat ( X,Y,Z ) dan
parameter kesalahan jam receiver GPS, sehingga diperlukan minimal 4 buah satelit
yang harus ditangkap oleh receiver. Data yang dihasilkan secara absolut pada satu epok
menghasilkan data yang masih kecil ketelitiannya. Hal ini disebabkan data hasil
pengamatan masih mengandung kesalahan akibat ionosfer dan troposfer. Pereduksian
kesalahan akibat ionosfer dan troposfer dapat dilakukan dengan penentuan posisi secara
differential (Saputra, 2009).
DGPS (Differential GPS) adalah suatu sistem yang pada umumnya digunakan
untuk penentuan posisi obyek yang bergerak seperti kapal saat melakukan survei
batimetri. Untuk merealisasikan tuntunan real timenya,maka monitor station harus
mengirimkan koreksi differential ke pengguna secara real time dengan menggunakan
sistem komunikasi data tertentu. Koreksi differential ini dapat berupa koreksi

pseudorange maupun koreksi koordinat. Dengan adanya koreksi differential maka


koordinat yang didapatkan memiliki ketelitian posisi horizontal yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan metode absolute (Abidin, 2000).
Fish Finder yang awalnya menggunakan metode absolut dirubah menjadi
differential dengan data yang dikoreksikan dengan menggunakan NTRIP (Networked
Transport of RTCM via Internet Protocol), yang mana NTRIP tersebut terhubung
dengan stasiun GNSS CORS. Kemudian dilakukan perbandingan seberapa besar
pergeseran koordinat titik-titik sampel pemeruman antara metode absolut dan
differential. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perbedaan metode pengukuran
tersebut adalah perbedaan bentuk dari permukaan waduk sermo. Hal ini dapat terlihat
pada hasil cut and fill antara DTM (Digital Terrain Model) yang terbentuk dengan
menggunakan metode differential dengan metode DTM yang terbentuk dengan
menggunakan metode absolute yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan
(Sudibyo, 2010).
Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan tersebut, penulis mencoba
untuk mengkoneksikan alat Fish Finder GARMIN MAP Sounder 178C dengan Software
Hydropro. Selama ini software Hydropro hanya diketahui dapat dikoneksikan dengan
alat Odom Hydrotrac II saja. Hal ini dimaksudkan agar data kedalaman dan posisi
horizontal (X,Y) dari alat Fish Finder dalam format NMEA secara real time terkirim ke
software Hydropro. Dari proses ini akan didapatkan data kedalaman dari alat Odom
Hydrotrac II dan Fishfinder GARMIN MAP Sounder 178 C dalam posisi yang sama.
Kemudian dilakukan uji kualitas data dan analisis perbandingan data hasil pengukuran
batimetri menggunakan alat Odom Hydrotrac II dan Fishfinder GARMIN MAP
(Winardi, 2006).
Penentuan posisi titik pemeruman dalam survei hidrografi khususnya untuk
pekerjaan pemetaan laut merupakan peran yang sangat penting. Penentuan koordinat
horizontal titik di laut untuk keperluan survei hidrografi pada dasarnya sama saja
dengan survei topografi di darat. Perbedaan yang nyata adalah titik yang diamat di laut
tidak dapat diam, tetapi target selalu dalam keadaan bergerak. Ada beberapa metode
dalam penentuan posisi horizontal (X,Y) titik-titik pemeruman. Salah satunya dengan
gelombang elektromagnetik (Satellite Receiver) yaitu dengan menggunakan satelit GPS

yang dipasang pada kapal survei. Metode yang digunakan dapat berupa metode GPS
absolut maupun metode differential GPS (Sudibyo, 2010).
Penentuan posisi secara absolut merupakan metode yang paling mendasar dari
GPS Metode ini hanya diperlukan satu buah receiver GPS. Penentuan posisi secara
absolut menggunakan data pseudorange yang berisi 4 parameter yang harus ditentukan
yaitu parameter koordinat (X,Y,Z) dan parameter kesalahan jam receiver GPS.
Berdasarkan alasan tersebut, maka diperlukan minimal 4 buah satelit yangh harus
ditangkap oleh receiver. Tetapi metode absolut sebenarnya belumlah cukup teliti dalam
penentuan posisi karena hanya mengeliminasi kesalahan karena bias jam satelit saja ,
melainkan masih dihinggapi bias lain seperti bias karena troposfer, ionosfer, multipath
dan bias karena epoch. Berdasarkan alasan tersebut, maka penentuan posisi secara
differential sangatlah diperlukan (Abidin, 2000).
Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C adalah alat jenis fish finder yang
dipadukan dengan teknologi GPS sehingga posisi suatu objek yang direkam dapat
diketahui. Biasanya Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C digunakan untuk mencari
posisi ikan dan mengukur kedalaman dalam rangka mengetahui kondisi topografi dasar
laut dengan menampilkan kontur kedalaman secara rinci. Biaya yang dikeluarkan untuk
alat ini pun cenderung lebih murah. Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C sendiri
mengkombinasikan antara system echosounder dan sistem sonar aktif sehingga posisi
ikan dapat ditampilkan pada media layar berupa Liquid Crystal Display maupun layar
Cathode Ray Tube (Winardi, 2006).
Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan
sinyal akustik secara vertikal yang disebut Fish Finder (Burczynski, 1986). Pulsa
gelombang yang dipancarkan dari transmitter diubah menjadi gelombang suara oleh
transducer dan kemudian dipancarkan ke dalam air. Ketika gelombang suara mengenai
obyek di dalam air seperti ikan, maka gelombang tersebut dipantulkan kembali menurut
komposisi, ukuran, dan bentuk obyek tersebut. Obyek yang terkena gelombang suara
tersebut dapat terlihat di layar karena gelombang suara yang dipantulkan ditangkap
kembali oleh transducer yang diubah menjadi sinyal elektrik dan diperjelas pada
receiver, diolah dan ditampilkan ke dalam layar (Sudibyo, 2010).
Kedalaman obyek yang dikenai gelombang suara dapat ditentukan dengan adanya
nilai kecepatan gelombang suara pada medium air yang berkisar 1500 m/dt dan waktu
tempuh antara gelombang dipancarkan dan diterima kembali oleh receiver. Keakuratan

hasil yang muncul pada layar tampilan tergantung kepada frekuensi dan kekuatan
transmisi. Teknologi GPS yang terdapat pada alat ini merupakan receiver tipe navigasi
dengan penentuan posisi secara absolut, tetapi alat ini dilengkapi dengan fasilitas
RTCM 104 DGPS sebagai koreksi dan output. Fasilitas ini berguna untuk melakukan
koneksi terhadap stasiun atau satelit yang dapat mengirimkan sinyal koreksi, dengan
memperkecil nilai koreksi yang menandakan alat ini memiliki nilai akurasi yang cukup
tinggi (Poerbandono, 2005).
Fishfinder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan
menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument). Teknologi ini menggunakan
suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa
kecepatan suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya
340 m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air. Beberapa
langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang menghasilkan
listrik dengan frekwensi tertentu. Kemudian disalurkan ke transducer yang akan
mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam berbentuk pulsa
suara dipancarkan (Winardi, 2006).
Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai obyek (target), kemudian suara itu
akan dipantulkan kembali oleh obyek (dalam bentuk echo) dan diterima kembali oleh
alat transducer. Echo tersebut diubah kembali menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke
receiver dan oleh mekanisme yang cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan
menggunakan echo signal processor dan echo integrator. Prosesnya didukung oleh
peralatan lainnya; komputer; GPS (Global Positioning System), Colour Printer, software
program dan kompas. Bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal estimasi atau
pendugaan, teknologi ini memiliki kelebihan, antara lain: informasi pada areal yang
dideteksi dapat diperoleh secara cepat (real time) (Abidin, 2000).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 17 Oktober 2016 di Laboratorium
Eksplorasi Sumberdaya Hayati dan Akustik Kelautan, Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat Dan Bahan
No
1
2
3

Alat dan Bahan


GPS

Fungsi
Untuk system navigasi dan penentuan posisi

GPS MAP

menggunakan satelit
Untuk sistem navigasi dan penentuan posisi yang

Fish finder

perambatannya enggunakan gelombang suara


Untuk mendeteksi gerombolan ikan

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Hasanuddin. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. PT.
Pradnya Paramita: Jakarta.

Ismail, Johan. 2010. Identifikasi Material Dasar Perairan Menggunakan Perangkat Fish
Finder Berdasarkan Nilai yang di Tentukan dari Nilai Target Strength. [Online]
https://fungsi-dan-cara-menggunakan-fishfinder.blogspot.com/. Diakses pada 15
Oktober 2016
Saputra, Candra. 2009. Navigasi dan Sistem Radar Oleh Navigasi Elektronik. [Online]
http://www.santridrajat.com/pengertian-gps-cara-kerja-dan-fungsi-gps/. Diakses
pada 15 Oktober 2016
Sudibyo. 2010. Analisis Ketersediaan Jasa Satelit Penentu Posisi Lokasi.
[Online].http://pengertiandefinisi.blogspot.co.id/2011/10/pengertiangpsglobalpo
sitioning.html. Diakses pada 15 Oktober 2016
Winardi. 2006. Penentuan Posisi dengan GPS untuk Survey Terumbu Karang [Online].
http://www.coremap.or.id/downloads/GPS.pdf. Diakses pada tanggal 15 Oktober
2016

Anda mungkin juga menyukai