Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PNEUMOTORAKS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I KELAS A2, 2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-NYA kepada kita sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai.
Telah disusun sebuah makalah dengan judul PNEUMOTORAKS yang
merupakan sebagai salah satu tugas mata kuliah Gadar I di STIKES Nani Hasanuddin
Makassar. Makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat bagi
Penulis pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu dalam rangka
penyempurnaan dan perbaikan, penyusun sangat mengharapkan masukan dari
pembaca, baik berupa sumbangan pikiran maupun kritik dan saran perbaikan.
Makassar,

Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................
.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
.......................................................................................................................iii
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................


1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
4
D. Manfaat Penulisan ................................................................................
4
E. Metodologi ...........................................................................................
5
BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi .................................................................................................
6
B. Klasifikasi dan Etiologi ........................................................................
6
C. Manifestasi Klinis ................................................................................
7

D. Patofisiologi .........................................................................................
8
E. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................
10
F. Prognosis ..............................................................................................
10
G. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................
10
H. Komplikasi ...........................................................................................
10
I. Penatalaksanaan ...................................................................................
10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
49
B. Saran ..............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotorak hanya ditemukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat
dapat ditemukan pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso,200)
Pneumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya
pleura (Silvia. A Price 1999)
Pneumotorak adalah keluarnya udara dari paru yang cedera kedalam
rongga pleura (Dieane C Baughman,2000)

Pneumotoraks adalah pengumpulan udara dalam ruang potensial antara


pleura visceral dan parietal.
Pneumotoraks adalah kondisi dimana terdapatnya udara di dalam ruang
pleura antara paru dan dinding dada. Pneumotoraks dapat terjadi sebagai akibat
cedera dada penetrasi atau nonpenetrasi atau dapat terjadi secara spontan.
B. Klasifikasi Dan Etiologi
Berdasarkan penyebabnya pneumotorak dapat dibagi atas :
1. Pneumotorak Traumatik
Pneumotorak traumatic yaitu pneumotorak yang terjadi akibat penetrasi
kedalam rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, luka tembak atau
tusukan jarum.
Pneumotorak traumatic dibagi 2 jenis yaitu :
a. Pneumotorak traumatic bukan latrogenik
Pneumotorak traumatic bukan latrogenik adalah pneumotorak yang
terjadi karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka/tertutup,
barotraumas.
b. Pneumotorak traumatic latrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis.
1) Pneumotorak traumatic latrogenik aksidrntal
Pneumotorak yang terjadi pada tindakan medis

karena

kesaahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan


biopsi

pleural,

biopsi

transbronkial

biopsi/

aspirasi

paru

perkutaneus, barotraumas.
2) Pneumotorak traumatic latrogenik artificial (deciberate)
Pneumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara
kedalam pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxuell Box
biasanya untuk terapi tuberculosis ( sebelum era antibiotic) atau
untuk menilai permukaan paru.
2. Pneumotorak Spontan
Pneumotorak spontan adalah istiah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga atau tanpa
penyakit paru-paru yang mendasarinya, pneumotorak spontan ini dapat
menjadi 2 yaitu :

a. Pneumotorak Spontan Primer


Pneumotorak spontan primer adalah suatu pneumotorak yang terjadi
adanya penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya pada
individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas belum
diketahui penyebabnya.
3. Pneumotorak Spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu pneumotorak yang terjadi
adanya riwayat penyakit paru yang mendasarinya (Pneumotorak, asma
bronkia, TB paru, tumor paru dll). Pada klien pneumotorak spontan sekunder
bilateral, dengan resetasi torakoskopu dijumpai metastasis paru yang
primernya berasal dari sarcoma jaringan lunak di luar paru. (Silvia A
Price,1995)
C. Manifestasi Klinis
1. Dispnea (Jika luas)
2. Nyeri pleuritik hebat
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumotorak
4. Takikardia
5. Sianosis (Jika luas)
6. Pergerakan ada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
7. Perkusi hipersonor di atas pneumotorak
8. Perkusi meredup di atas paru-paru yang kollaps
9. Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
10. Premitus vocal dan raba berkurang
Pada inspeksi, toraks mungkin lebih besar dari biasanya, mungkin pula
normal. Terdapat bagian dada yang tertinggal dalam gerakan pernapasan.
Pada palpasi didapatkan fremitus yang berkurang di sisi trauma, mungkin
teraba krepitasi karena emfisema subkutan. Juga ditemukan adanya pergeseran
dari trakea, posisi jantung, dan mediastinum.
Pada perkusi ditemukan adanya hipersonor atau timpani. Juga bising
napas yang berkurang pada auskultasi.
Pemeriksaan coint test. Sebuah logam ditekankan pada dinding toraks
anterior dan diketuk dengan uang logam lainnya. Sementara itu dilakukan
auskultasi pada dinding toraks posterior. Jika ada udara dalam rongga pleura,

akan terdengar suara metalik yang khas. Jika terdapat akumulasi cairan dan udara
dalma rongga pleura dan pasien merubah posisinya secara tiba-tiba, akan
terdengar suara gerakan air yang disebut sebagai succession splash.
D. Patofisiologi
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjang oleh
jaringan ikat, pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah bening,
rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura
parietalis yang melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago, diapragma
dan menyusup kedalam pleura dan tidak sensitive terhadap nyeri. Rongga pleura
individu sehat terisi cairan (10-20 ml) dan berfungsi sebagai pelumas diantara
kedua lapisan pleura.
Pathogenesis pneumotorak spontan sampai sekarang belum jelas
1. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer terjadi Karen suatu kantong udara dekat
pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien
pneumotorak spontan yang parunya dipersepsi tanpak adanya satu atau dua
ruang berisi udara dalam bentuk blab dab bulla.
Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura
fibrotic yang menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan
sebagian lagi oleh jaringan paru emfisematus. Blab terbentuk dari suatu
alveoli yang pecah melalui suatu jaringan intertisial kedalam lapisan fibrosa
tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk kista.
Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas, banyak pendapat yang
mengatakan terjadinya keruakan bagian apeks paru akibat tekanan pleura
yang lebih negative.Pada pneumotorak spontan terjadi apabila dilihat secara
patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru. Observasi klinik
yangdilakukan

pada

pasien

pneumotorak

spontan

primer

ternyata

mendapatkan pneumotorak lebih banyak dijumpai pada pasien pria berbadan

kkurus dan tinggi. Kelainan intrinsik jaringan konetif mempunyai


kecenderungan terbentuknya blab atau bulla yang meningkat.
Bleb atau bulla yang pecah masih belum jelas hubungan dengan
aktivitas yang berlebihan,karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas
(istirahat) juga dapat terjadi pneumotorak. Pecahnya alveoli juga dikatakan
berhubungan dengan obstruksi check-valve pada saluran napas dapat
diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain : infeksi atau infeksi tidak nyata
yang menimbulkan suatu penumpukan mukus dalam bronkial.
2. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak iniadalah akibat pecahnya
blab viseralis atau bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan
penyakit paru yang medasarinya. Patogenesis penumotorak ini umumnya
terjadi akibat komplikasi asma, fibrosis kistik, TB paru, penyakit-penyakit
paru infiltra lainnya (misalnya pneumotoral supuratif, penumonia carinci)
Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena adanya
penyakit yang mendasarinya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada foto toraks PA, terlihat bagian toraks yang avaskuler. Bila besar, akan
tampak pergeseran trakea dan mediastinum ke sisi yang sehat.
F. Prognosis
Pneumotorak pada orang dewasa muda prognosisnya sangat baik. Hal ini
diakibatkan karena jaringan parunya sendiri masih cukup baik, kecuali daerah
tempat terjadinya kebocoran dengan terapi yang tepat, kesembuhan yang dicapai
selalu sempurna dan kemungkinan kambuh praktis kecil sekali, terkecuali bila
penderita kemudian harus menjadi seorang perokok, juga bila terapi terhadap
penyakit dasarnya (TB) tidak sempurna.
Sebaliknya pneumotorak pada orang dewasa setengah tua atau memang
sudah tua apabila kalau dia seorang perokok, maka pada sudah ada emfisema

paru dengan tekanan udara intrapulmonal yang tinggi, maka pada keadaan
sedemikian kesembuhan dapat disusul dengan suatu kekambuhan yang bahkan
dapat sampai berkali-kali.

G. Komplikasi
Timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat maupun secara
akibat pemasangan WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa epiema ataupun
abses paru.
H. Penatalaksanaan
1. Berikasn oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksi
2. Ubah menjadi pneumotorak sederhana dengan memaskukkan jarum
berdasarkan besar kedalam rongga pleura untuk menghilangkan tekanan
3. Selang dada dimasukkan untuk membuang udara dan cairan yang tersisa.
(Diane C Baughman,2000)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi & Yessie Mariza.2013.Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta.Nuha


Medika
Arif Mansjoer dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.Media Aesculspius
Niluh Gede & Christantie.2004.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai