LP Fraktur Femur Pik
LP Fraktur Femur Pik
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang
pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan
kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Arif Muttaqin,
2008).
2. Epidemiologi
Fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada wanita tua dengan usia
lebih dari 60 tahun dimna tulang sudah mengalami osteoporosis, trauma
yang dialami oleh lansia biasanya ringan (karena terpeleset di kamar mandi)
sedangkan pada penmderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.
Sedangkan
fraktur
batang
femur,
femur
supracondyler,
fraktur
melindungi
dan
pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa
proteoglikan.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.
b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid
melalui suatu proses yangh disebut osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang
melarutklan mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas
ke dalam aliran darah (Arif Muttaqin, 2008).
c. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Disebelah atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut
trokanter mayor dan trokanter
5. Patofisiologi
sebelum
lunak
dan
merusak
arteri
femoralis
sehingga
10
menga;lami
komplikasi
lanjut. Perawat
yang
mempunyai
darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan
diagnosis medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa
nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
mengenai rasa nyeri klien, perawat mengunakan OPQRSTUV.
O (onset)
P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah trauma bagian pada
Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.
R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha yang
mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi atau
istirahat.
S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien antara 110
T (Treatment)
U (Understanding)
V (Value)
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,
pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobt ke
dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu,
klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis
akut dan kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses
penyembuhan tulang.
4) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
5) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran
klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
12
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
setempat (lokal)
1) Keadaan umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu
dicatat adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmetis yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau
keadaaan penyakit (akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan pada
kasus fraktur biasanya akut) tanda vital tidak nmormal karena ada
gangguan lokal baik fungsi maupun bentuk.
2) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien fraktur
femur tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak,
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi
tidak terdapat suara tambahan.
3) B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak
teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) B3 (Brain)
a) Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak
menelan ada.
Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain
tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah simetris,
fraktur
femur
terbuka
biasanya
mengfalami
13
hidung.
Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
pupil isokor.
Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek
simetris.
Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
14
Ada
pembuluh
darah)
paha,
sepertoi
bengkak
atau
edema.
dengan
gangguan
15
3. Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Rencana Keperawatan
Keperawatan
Nyeri akut
Classification (NIC)
Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien
berhubungan
dengan agen
cedera fisik.
Nursing
Intervention
dengan pengkajian
nyeri OPQRSTUV
b. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misal suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kegaduhan)
c. Berikan teknik
nyeri
relaksasi
d. Ajarkan manajemen
nyeri (misal nafas
dalam)
e. Kolaborasi dengan
dokter untuk
2
Hambatan
pemberian analgetik.
Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang
mobilitas fisik
berhubungan
terhadap peningkatan
dengan
mampu melakukan
gangguan
muskuloskelet
dengan kemampuannya
al, kerusakan
integritas
struktur
perpindahan
b. Meminta bantuan
tulang,
16
kerusakan
b. Pantau kulit bagian
distal setiap hari
terhadap adanya iritasi,
kemerahan.
c. Ubah posisi pasien
yang imobilisasi
penurunan
kekuatan otot.
untuk aktifitas
mobilisasi.
c. Tidak terjadi
kontraktur
Defisit
perawatan diri
(mandi,
eliminasi)
mengalami peningkatan
berhubungan
dengan
gangguan
muskuloskelet
al, hambatan
mobilitas.
melakukan aktifitas
perawatan
dirisesuai denmgan
tingkat kemampuan
b. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihantubuh,
hygiene mulut.
Kerusakan
integritas kulit
17
resiko yang
berhubungan
menyebabkan
dengan
kerusakan integritas
tonjolan
tulang.
kriteria hasil:
a. Nyeri lokal
ekstremitas tidak
terjadi
b. Menunjukkan
rutinitas perawatan
kulit yang efektif.
kulit
b. Observasi kulit setiap
hari dan catat sirkulasi
dan sensori serta
perubahan yang terjadi
c. Berikan bantalan pada
ujung dan sambungan
traksi
d. Jika memungkinkan
ubah posisi 1-2 jam
secara rutin
e. Konsultasikan ka ahli
gizi untuk maknan
tinggi protein untuk
membantu
penmyembuhan luka
Ansietas
berhubungan
dokumentasikan
dengan stres,
tingkat kecemasan
krisis
kecemasan berkuranmg
situasional.
klien
b. Kaji cara pasien untuk
menunjukkan
perilaku agresif
b. Melaporkan tidak
ada manifestasi
kecemasan secara
mengatasi kecemasan
c. Sediakan informasi
yang aktual tentang
diagnosa medis dan
prognsis
d. Ajarkan ke pasien
tentang peggunaan
fisik.
teknik relaksasi
18
DAFTAR PUSTAKA
19