A DENGAN CEDERA
OTAK SEDANG DAN CLOSE FRAKTUR HUMERUS
DEKSTRA DI RUANG GARDENA RSD DR. SOEBANDI
JEMBER
OLEH:
SATRIYO BAYU DWI KRISNA, S.Kep
NIM. 15 0103 1028
LEMBAR PERSETUJUAN
Asuhan keperawatan pada Sdr. A usia 25 tahun dengan COS dan CF Humerus
Dektrsa di ruang Gardena RSD dr. Soebandi Jember
Telah dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2016 di Ruang Gardena RSD dr.
Soebandi Jember
Jember,
Januari 2016
Penguji :
1. Penguji I
2. Penguji II
3. Penguji II
Mengetahui.
Kepala Ruangan Gardena
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan
masyarakat
perkotaan
tidak
terlepas
dari
pesatnya
B. TUJUAN
1. Menjelaskan konsep teori cidera kepala
2. Menjelaskan konsep medis cidera kepala
3. Melaksanakan asuhan keperawatan pada Sdr. A dengan COS+ Close
Fraktur humerus dekstra diruang Gardena RSD dr. Soebandi Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007: 3).
subdural.
2) Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi
(tertutup & terbuka).
3) Otak
: Cedera kepala primer, robekan dural, contusio
(ringan, sedang, berat), difusi laserasi.
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena
komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok
3. MANIFESTASI KLINIK
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran
gerakan
bertujuan
deseverbrasi
b) Hematoma subdural
tubuh
dekortikasi
atau
peningkatan TIK
disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
Nyeri kepala hebat
Kaku kuduk
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma
intracranial
4. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang
membuat kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan
mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar
dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu
trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan
dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi
bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun
otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis
keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang
lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera
kepala diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi
tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre
coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi
kapan saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan
kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian
dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi
yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian coup dan contre
coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika pengereman
mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam
bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak
ke belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena
pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak
terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang
tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara
mendadak terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara
otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung
udara. Pada saat otak bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya
bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara
tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat
berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga
daerah yang memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat
terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala
ke depan.
5. PATHWAY
Terlampir
6. KOMPLIKASI
Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma
intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak
a. Edema serebral dan herniasi
Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK
pada pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan
yang terjadi kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena
ketidakmampuan tengkorak untuk membesar meskipun peningkatan
volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma..
b. Defisit neurologik dan psikologik
Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti
anosmia (tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan
mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang
post traumatic atau epilepsy.
c. Komplikasi lain secara traumatic :
1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)
2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis,
ventikulitis, abses otak)
3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi)
d. Komplikasi lain:
1) Peningkatan TIK
2) Hemorarghi
3) Kegagalan nafas
4) Diseksi ekstrakranial
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium
khusus,
tetapi
untuk
atau mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi
oksigen
c. Circulation
1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill,
sianosis pada kuku, bibir)
2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek
terhadap cahaya
3) Monitoring tanda tanda vital
4) Pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitoring intake dan output
Khusus
a. Konservatif
pemberian steroid
b. Operatif
prosedur
c. Monitoring tekanan intrakranial
penciuman
dan
pendengaran.
Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek
tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese,
quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat
sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
i. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi
positif (kemungkinan karena respirasi)
j. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt raccoon eye, tanda
battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya
aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).
l. Gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,
kekuatan secara umum mengalami paralysis. Demam, gangguan
dalam regulasi suhu tubuh.
m. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang ulang, disartris, anomia.
n. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri
dan atau vena terputus,
b. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik,
c. Defisit self care b.d de-ngan kelelahan, nyeri
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
hasil
NOC:
Intervensi
Monitor Tekanan Intra Kranial
perfusi
1. Catat
(spesifik
serebral)2.
Perfusi
jaringan
3.
dilakukan 4.
5.
tindakan keperawatan
6.
selama .x 24 jam, 7.
8.
klien mampu menSetelah
respon
klien
capai :
1.
perubahan
Status
sirkulasi
netral
9. Minimalkan
stimulus
dari
dengan indikator:
lingkungan
Tekanan darah sis- 10. Beri
jarak
tolik
dan
diastolik
dalam
rentang
yang
diharapkan
Perfusi
serebral,
peningkatan TIK
11. Kelola
obat
obat
untuk
indicator :
2.
tindakan
spesifik
hipotensi
antar
dan
sesuai
ke- 5. Monitor
respon
klien
terhadap
mampuan
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
Klien menunjukkan
7. Observasi kondisi fisik klien
perhatian, konsen-trasi,
dan orientasi
1.
proses informasi
2.
3.
benar
Tingkat kesadaran
klien membaik
untuk
tetap
Nyeri
akut
b.d NOC:
2. Tingkat Nyeri
3. Tingkat kenyamanan
beratnya nyeri.
2.
Setelah
asuhan
4.
Mengenal
nyeri
mengetahui
respon
Mengenal faktor-5.
faktor penyebab
untuk
Evaluasi
keefektifan
penggunaan
kontrol nyeri
onset6. Monitoring perubahan nyeri baik aktual
maupun potensial.
an non farmakologi
8.
9.
Nyeri terkontrol
dengan
indikator:
Melaporkan nyeri 1.
Frekuensi nyeri
2.
Monitor
efek
teraupetik
dari
rate
darah
Tingkat kenyamanan,
dengan indicator :
1.
tidur
istirahat tercukupi
7.
dan
keparahan
sebelum
pengobatan.
10. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
11. Dokumentasikan respon dari analgetik
dan efek yang tidak diinginkan
3
de-ngan kelelahan,
Perawatan diri :
nyeri.
(mandi,
Makan
Toiletting, berpakaian)
1.
mudah
dikenali
dan
mudah
dijangkau klien
selama
2. Libatkan klien dan dampingi
.x24
jam, ps
3. Berikan bantuan selama klien masih
mengerti
cara
mampu mengerjakan sendiri
memenuhi ADL secara
perawatan
bertahap
kemam-puan,
kriteria :
Mengerti
Klien
berpartisipasi
senang
hati
keluhan
5.
memenuhi ADL
teman
2. Dampingi saat makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan beri
contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan
BAB III
LAPORAN KASUS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
: 3 Januari 2016
Ruang
: GARDENA
No. Register
: 106520
DX. Medis
Tgl. Pengkajian
: 6 januari 2016
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Sdr. Adi
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Besuki
Suku/Bagsa
: Madura/ Indonesia
Bahasa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Apoteker
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jetis, Besuki
Penanggung Jawab:
Nama
: Tn. B
Alamat
: Jetis, Besuki
B. KELUHAN UTAMA
Penurunan kesadaran, memberontak dengan GCS 4-4-6
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Kecelakaan lalu lintas di Besuki, keluarga dan klien tidak mengetahui secara
jelas kronologinya, klien langsung dibawa ke IGD RSD dr. Soebandi Jember
pada minggu malam senin yang lalu
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Keluarga klien mengatakan bahwa klien belum pernah seperti ini
sebelumnya. Tidak mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes militus. Klien
selalu kontrol untuk mengetahu kesehatannya ke PKM terdekat
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti klien.
Genogram
Ket:
= Laki-laki
=Perempuan
=Klien
3. Pola eliminasi
Sebelum MRS
Saat MRS
4. Pola aktifitas
Sebelum MRS
Mampu beraktivitas dengan baik,
dan bekerja di apotik besuki
Saat MRS
Klien berbaring dan memberontak,
terpasang restrain di semua
ekstremitasnya, ADL dibantu penuh
Setelah MRS
Klien tidur kurang lebih 6 jam
perhari
Saat MRS
Pasien jarang melakukan ibadah
GCS
Suhu
:446
: 36,70 celsius
N
: 96 x menit
2. Kepala
a. Bentuk kepala
depan atas
b. Ukuran
c. Kondisi
d. Kulit
RR
Rambut
a. Keadaan
b. Warna
Mata
a. Reflik pupil
b. Kelopak mata
: 20 x /menit
: ++/++ 3/3
:-
: ikut perintah
I. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Laboratorium tanggal 3 januari 2016
a. Hematokrit lengkap
Hemoglobin
: 14,5
Leukosit
: 18,8
Hematokrit
: 42,1
Trombosit
: 299
b. Faal hati
SGOT
: 105
SGPT
: 90
Albumin
: 4,2
c. Elektrolit
Natrium
: 141,9
Kalium
: 3,51
Chlorida
: 111,8
d. Faal ginjal
Kreatinin serum
: 0,9
BUN
: 10
Urea
: 21
Terapi
Infus NS
: 2000 cc/24 jam
Ceftriaxone : 2 x 1 gr
Ranitidin
: 2 x 1 ampul
Antrain
: 3 x 1 ampul
Piracetam
: 3 x 3 gr
Kutoin
: 3 x 1 ampul
Manitol
: 6 x 100 cc
Oral :
6 x 200 cc
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada Sdr. A dengan COS dan Close Fraktur Humerus
dekstra. Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pada jam 08.00 WIB.
Dari hasil pengkajian didapatkan gangguan perfusi jaringan cerebral karena terjadi
penurunan kesadaran, hambatan mobilitas fisik yang didapatakan dari terputusnya
jaringan tulang humerus dekstra, risiko infeksi yang didaptakan dari terbukanya
luka oleh agen luar, dan risiko cedera yang didapatkan dari penurunan kesadaran.
Dari hasil tanda-tanda vital didapatkan hasil pada tekanan darah yaitu
130/90 mmHg, klien mengatakan baru kali ini tekanan darahnya tinggi
sebelumnya dalam batas normal. Setelah dikaji klien juga merasa pusing dan berat
pada kepalanya dimungkinkan karena tekanan darahnya tinggi sehingga kepala
terasa berat dan pusing.
Cedera kepala ini menimbulkan resiko yang tidak ringan. Resiko utama
pasien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan
atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial akan
mempengaruhi perfusi serebral dan menimbulkan distorsi dan herniasi otak.
Manifestasi klinis cedera kepala meliputi gangguan kesadaran, konfusi,
abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, dan perubahan tandatanda
vital. Gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang otot, sakit
kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang dan banyak efek lainnya juga
mungkin terjadi pada pasien cedera kepala (Smeltzer & Bare, 2006).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saran
Peran perawat sangat diperlukan terutama sebagai pendidik. Pendidikan
kesehatan sangat dibutuhkan klien dalam penerimaan kondisi yang
dilaluinya saat terjadinya proses penyakit. Hal ini dapat mempengaruhi
klien dan keluarga yang mempengaruhi efektifitas pelayanan kesehatan
sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan
Masalah Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.
Jakarta: EGC
Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 20072008. Jakarta: EGC
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease
Processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC
Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarths Textbook of Medical
Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC
Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI