Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Akuntan publik memegang peranan penting dalam kehidupan bisnis di
masyarakat luas. Akuntan publik menciptakan dan melayani kepercayaan
masyarakat dengan menghasilkan sebuah karya yang berpegang teguh pada
prinsip Tata Kelola yang Baik (Good Corporate Governance). Akuntan
publik juga secara tidak langsung berkontribusi positif terhadap ekonomi
melalui Pasar Modal Indonesia. Permintaan akan jasa akuntan publik cukup
tinggi di antara perusahaan-perusahaan yang memiliki aset di atas Rp.
50.000.000.000 dan membutuhkan kegiatan audit. Hal ini juga didukung oleh
kerangka aturan main dalam standar laporan keuangan dan audit. 1
Namun demikian, jumlah lulusan akuntansi yang memilih berkarir
sebagai akuntan publik semakin berkurang. Hal ini dapat dilihat dari rasio
pertumbuhan akuntan publik dengan jumlah lulusan akuntansi yang tidak
paralel. Pada tahun 2011 terdapat 26 akuntan publik baru dan pada tahun
2012 hanya 24 akuntan publik baru. Jumlah akuntan publik kurang dari
jumlah lulusan akuntansi di semua perguruan tinggi se-Indonesia, hanya
0,005% perbandingannya. Jumlah persentase semakin tidak signifikan jika

1 http://www.rinarusdiana.com/2015/07/penyebab-akuntan-publik-dibayar-mahal.html (diakses pada


tanggal 13 Mei 2016 pukul 10.31)

dibandingkan dengan jumlah lulusan perguruan tinggi sejak 10 tahun terakhir


(Sawarjuwono, 2013).
Dewan Kehormatan Ikatan Akuntansi Publik Indonesia (IAPI) Sukrisno
Agoes mengatakan, profesi akuntan publik tidak diminati kalangan muda dan
fresh graduate (sarjana baru). Ketua IAPI Tia Adityasih mengatakan, sampai
sekarang, akuntan publik masih diatur oleh pemerintah berdasarkan
keputusan Menteri Keuangan. Seharusnya, jika akuntan publik terkena kasus
hukum, Departemen Keuangan harus bertanggung jawab. Selain itu, kata dia,
sekarang banyak "akuntan palsu" yang bebas membuka praktik. Ini terjadi
karena belum ada pengawasan dari pemerintah, sementara "akuntan palsu"
tidak bertanggung jawab kepada lembaga profesi. "Berbagai kasus hukum
yang dihadapi akuntan publik masih merupakan kasus pidana, dan maksimal
hukuman penjara lima tahun, padahal seharusnya menggunakan kitab
undang-undang hukum perdata," katanya. Menurut Sukrisno, jumlah akuntan
publik di Indonesia masih sangat sedikit, dan tidak sebanding dengan
banyaknya laporan keuangan yang harus diaudit. 2
Berdasarkan data IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia), jumlah
akuntan publik di Indonesia hingga 31 Maret 2011 mencapai 926 yang
tergabung di 501 Kantor Akuntan Publik. Bila dibandingkan dengan negara
tetangga di kawasan ASEAN, maka jumlah tersebut merupakan yang paling
sedikit. Data jumlah akuntan pada negara-negara dikawasan ASEAN.
2http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/16/18442586/anak.muda.tak.mau.jadi.akuntan.publik (diakses
pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 10.17)

Tabel 1.1
Jumlah Akuntan Publik di ASEAN

Sumber: IAPI, 31 Maret 2011

Kondisi tersebut semakin buruk karena sejak 1997 hingga kini,


pertumbuhan jumlah akuntan publik tidak signifikan dan cenderung stagnan.
Hal ini tampak dari data umur akuntan publik pada Tabel 2. Dari tabel
tersebut nampak bahwa regenerasi akuntan sangat lambat dimana akuntan
didominasi oleh akuntan dengan usia lanjut.
Tabel 1.2
Umur Akuntan Publik di Indonesia

Sumber: IAPI, 31 Maret 2011

Pendidikan akuntansi mempunyai peran yang sangat penting sebagai


pendukung profesi akuntansi (Dalci; Arash; Tumer; Baradarani, 2013).
Beberapa peneliti telah mengkaji intensitas mahasiswa untuk berkarir sebagai
akuntan publik di beberapa negara (Germanou dan Hassall, 2009; Tournas,
2009; Arash, 2013; Dalci, 2013; Tumer, 2013; Baradarani, 2013; Zyl, 2011;
Villiers, 2011; Law dan Yuen, 2012; Sugahara, 2009; Hiramatsu, 2009;
Boland, 2009).
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut akan membahayakan profesi
akuntan, karena saat ini jumlah akuntan publik di Indonesia hanya terdapat
920 orang yang tergabung di 501 Kantor Akuntan Publik. Dari jumlah

tersebut, sebanyak 64% (589 orang) telah berusia di atas 51 tahun dan 11%
(101 orang) berusia kurang dari 40 tahun. Jumlah tersebut sangat sedikit bisa
dibandingkan dengan akuntan publik yang di miliki oleh negara tetangga kita
di kawasan ASEAN, Singapura mempunyai akuntan publik sekitar 15.000
orang, Filipina mempunyai akuntan publik sebanyak 15.000 orang, Thailand
mempunyai akuntan publik sebanyak 6.000 orang, Malaysia mempunyai
akuntan publik sebanyak 2.500 orang, Vietnam mempunyai akuntan publik
1.500 orang (data IAPI 2010). Rata-rata pertumbuhan akuntan publik
pertahun sampai dengan 2011 yaitu 4,5 persen.
Terdapat beberapa peneliti yang melakukan penelitian yang sama di
Indonesia (Eva, 2011; Ilman, 2010; Sugahara 2009), meneliti minat
mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan publik dengan sampel
atas tiga belas mahasiswa di Universitas Jepang. Sugahara (2009),
menemukan bahwa orang yang mempunyai pengalaman di bidang akuntansi
mempunyai keinginan untuk menjadi akuntan publik, akan tetapi orang yang
bukan dari jurusan akuntansi enggan untuk berkarir sebagai akuntan publik.
Germanou dan Hassall et al. (2009), juga melakukan survei studi untuk
melihat sejauh mana persepsi mahasiswa yang belajar di beberapa universitas
di Inggris mengenai profesi akuntan.
Selain itu, Kasubid Laporan Usaha Akuntan Publik, Pusat Pembinaan
Akuntan dan jasa Penilaian (PPAJP) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, Fajar Sri Wahyuni (2011) mengungkapkan bahwa struktur usia
yang bekerja sebagai akuntan publik lebih dari usia 50 tahun sebanyak 64
persen. Akibatnya, diperkirakan lima sampai dengan sepuluh tahun ke depan

ketika akuntan publik yang berusia 60 tahunan mundur atau sudah tidak
praktik akan terjadi penurunan jumlah akuntan publik yang signifikan.3
Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik
tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari
dalam profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang
harus diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta
pronouncement lainnya yang diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan
Indonesia terus menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut,
melakukan pendidikan kepada akuntan, serta . melakukan sosialisasi kepada
masyarakat, perguruan tinggi, industri, dsb. Tantangan dari luar profesi datang
dari berbagai pihak, mencakup tantangan meningkatnya tuntutan governance
dari pihak pemakai jasa akuntan, regulasi yang lebih ketat oleh pemerintah,
serta tantangan menjaga kepercayaan pemerintah ditengah-tengah masih
sedikitnya jumlah akuntan publik di Indonesia.4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan bahwa
rendahnya minat menjadi akuntan publik disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Banyak kasus pidana yang dihadapi akuntana publik
2. Orang yang diluar jurusan akuntansi enggan menjadi akuntan publik
3. Banyaknya standar-standar yang diterapkan untuk menjadi akuntan publik
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, ternyata masalah rendahnya minat
mahasiswa untuk menjadi akuntan publik memiliki penyebab yang sangat
luas. Berhubung keterbatasan yang dimiliki peneliti dari segi antara lain:
3 http://keuangan.kontan.co.id/news/pertumbuhan-akuntan-publik-rendah (diakses pada tanggal 13 Mei
2016 pukul 11.05)

4http://www.kompasiana.com/lulukwidyastuti/tantangan-profesi-akuntan-indonesia-menuju-tahun2020_5535b1a06ea8340a23da4325 (diakses pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 11.13)

dana, waktu, dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah
Pengaruh Persepsi Mahasiswa dan Program Studi terhadap Minat Menjadi
Akuntan Publik
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi mahasiswa program studi
akuntansi dengan minat menjadi akuntan publik?
2. Apakah terdapat pengaruh antara persepsi mahasiswa program studi
pendidikan akuntansi dengan minat menjadi akuntan publik?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi mahasiswa
program studi akuntansi dengan mahasiswa program studi pendidikan
akuntansi terhadap minat menjadi akuntan publik?
E. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan mengenai pengaruh antara persepsi mahasiswa dan program
studi terhadap minat menjadi akuntan publik. Dan perbedaan persepsi
persepsi mahasiswa program studi akuntansi dengan mahasiswa program
studi pendidikan akuntansi terhadap minat menjadi akuntan publik.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan peneliti dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan untuk masyarakat mengenai pengaruh antara persepsi
mahasiswa dan program studi terhadap minat menjadi akuntan publik.
Dan perbedaan persepsi persepsi mahasiswa program studi akuntansi
dengan mahasiswa program studi pendidikan akuntansi terhadap minat
menjadi akuntan publik. Selain itu juga sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan minat mahasiswa menjadi
akuntan publik.
c. Bagi Universitas Negeri Jakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan ilmu


pengetahuan serta menjadi bahan pustaka bagi Mahasiswa Universitas
Negeri Jakarta khususnya Mahasiswa Pendidikan Akuntansi dan
Akuntansi Murni.

Anda mungkin juga menyukai