Pengertian
1. Menurut Harnawatiaj :
a.
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti : kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
b.
Hepatitis adalah keadaan radang/cisera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alcohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000; 145)
2. Hepatitis merupakan semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai
macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus
hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, B,C, D, E, F, dan G.
3.
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV=
Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam
sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
4. Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang selama puluhan
tahun dan perlahan-lahan merusak organ hati (lever). Biasanya orang-orang yang menderita
penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang
tidak ada gejala-gejala khusus.
B. Etiologi
Menurut Soemohardjo dan Gunawan (1999:1), penyebab hepatitis C adalah virus
hepatitis tipe C, agen hepatitis C berupa virus dengan ukuran 50 nm (nano meter). Masa
inkubasinya sangat bervariasi, 2 - 26 minggu, bisa juga lebih.Dua puluh tahun lalu, VHC
lebih dikenal sebagai virus non-A, non-B (penyakitnya pun lalu disebut hepatitis non-A, nonB). Baru pada tahun 1989 virus ini diidentifikasi dan pada tahun 1990 tes antibodi (antiVHC) mulai dilakukan di seluruh dunia guna membantu menyingkap penderita hepatitis C
ini.
Penularan VHC pada dasarnya sama seperti VHB, tapi dalam kenyataan di negara
berkembang seperti Indonesia, VHC tidak hanya ditemukan di lingkungan masyarakat
dengan tingakt sosio- ekonomi lemah, tetapi di semua lapisan masyarakat. "Selain faktor
higienitas, tertukar atau saling pinjam barang pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, dapat
menjadi penyebab lain, walaupun penularannya tidak semudah virus hepatitis B," tambah
Sulaiman.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada
sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe)
dan lebih dari 50 subtipenya.
Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif
dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak
menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan
tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.
C. Patofisiologi
Hati merupakan salah satu target organ virus hepatitis pada manusia. Diduga hati
merupakan tempat utama bahkan mungkin tempat satu-satunya bagi replika virus hepatitis.
Menurut Underwood (1999), mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptorreseptor spesifik yang terletak pada membran sel hepar. Setelah perlekatan tersebut, virus
melakukan penetrasi dan memasukkan sitoplasma sel hepar. Di dalam sitoplasma, sel hepar
virus melepaskan kapsulnya dan terbentuk nukleo kapsid. Selanjutnya nukleokapdis
menembus dinding sel hati sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati, asam
nukleat virus akan keluar dari nukleokapsid dan menempel pada DNA. DNA akan
merangsang hepar untuk membentuk protein dan asam nukleat bagi virus. Pada akhirnya
terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hati, maka virus baru akan dilemparkan ke
dalam peredaran darah.
Gejala ikterus pada hepatitis timbul sebagai akibat adanya obstruksi duktus bilser
maupun kerusakan sel-sel parenkim, sehingga terdapat peningkatan bilirubin direk maupun
indirek. Bukti lain menandakan adanya obstruksi bilser adalah peningkatan serum alkali
fosfatase,s-nukleotidase atau glutamil transpeptidase. Pelepasan enzim-enzim dari hati yang
rusak ke dalam aliran darah ikut menentukan luasnya infeksi.
Transaminase serum digunakan untuk tujuan ini, SGPT memberi petunjuk lebih
khusus dari infeksi sel hati dibanding SGOT sebab adanya kelainan pada sel-sel lain seperti
eritrosit, sel otot skeletal dan miokard juga menyebabkan peningkatan dari SGOT.
Peningkatan waktu protrombin dapat disebabkan oleh ketidak mampuan sel-sel hati
membentuk protein yang diperlukan bagi pembekuan disertai adanya penurunan absorpsi
vitamin K atau keduanya.
Adanya obstruksi dapat mengurangi ekskresi garam empedu ke usus halus, dimana
biasanya digunakan untuk absorpsi lemak termasuk vitamin K yang dapat larut dalam lemak.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing masing
stadium menurut Arif Mansjoer,dkk (1999) adalah sebagai berikut :
Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi
lebih coklat.
1. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada sklera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah,
anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar
dan nyeri tekan.
2. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir
bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda.
E. Komplikasi
1. Kanker hepatoseluler
2. Gagal hati
3. Anemia aplastik
4. Sitosis
5. Hepatitis berat
6. Nekrosis hepatik masif
7. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala)
8. Penyakit hati kronik (pada 50% pasien dengan hepatitis C)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri dari :
1. Istirahat
1.Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti
dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua
dan keadaan umum yang buruk
2. Diet
Penderita juga dianjurkan melakukan diet dengan gizi seimbang. Makanan berkarbohidrat
tinggi, berprotein atau berlemak tinggi memang tidak dilarang secara khusus, tapi hendaknya
dibatasi. Demikian juga garam. Pengurangan konsumsi garam dimaksudkan untuk mencegah
akumulasi cairan dalam rongga peritoneal serta mencegah pembengkakan pergelangan kaki.
Penderita juga tidak dilarang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral sepanjang belum
terjadi kerusakan hati. Untuk mengkonsumsi obat apa pun dan melakukan olahraga,
hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter.
3. Medikamentosa
Seperti VHB, VHC juga dicoba dibasmi dengan interferon alfa-2b. Dokter biasanya
memberikannya seminggu tiga kali selama enam bulan. Setelah enam bulan diobati, menurut
ahli AS, 40% menunjukkan perbaikan kadar ALT (serum alanine aminitransferase). Namun
dari angka tersebut, 60% kambuh kembali setelah pemberian interferon dihentikan. Jadi,
hanya sekitar 10 - 15% yang benar-benar dikatakan sembuh.
"Timing pemberian interferon harus tepat," tegas Sulaiman. "Kalau virusnya sedang
'ngumpet', akan percuma hasilnya. Jadi, sewaktu dites virusnya sedang aktif (kadar SGOTSGPT tinggi), bisa langsung 'ditembak' dengan interferon. Dengan begitu hasilnya menjadi
lebih responsif. Sebab, pada saat tepat ini imun tubuh menyadari bahwa virus sebagai musuh,
bukan teman."
Penderita bisa saja diobati untuk kedua kalinya. Efek sampingan sementara dari pemakaian
interferon antara lain adanya rasa seperti sakit flu, depresi, sakit kepala, dan nafsu makan
berkurang. Efek sampingan seperti gejala flu ini sebenarnya bisa dikurangi dengan minum
obat penurun panas.
Interferon memang bukan tanpa efek sampingan lain karena, selain efek sampingan
sementara, dikhawatirkan dapat mendesak sumsum tulang sehingga timbul masalah pada sel
darah putih dan platelet (trombosit). Sebab itu, selagi mendapat pengobatan interferon,
jumlah sel darah putih, platelet, dan enzim hati perlu terus dipantau. Sebenarnya, biopsi hati
(pengambilan jaringan hati tanpa pembedahan) perlu dilaksanakan sebelum pengobatan, agar
tingakt kerusakan hati diketahui dengan tepat
Penyakit Hepatitis
Kemudian ada juga gejala hepatitis ini, dan gejalanya adalah akan menimbulkan penyakit
kuning. Hepatitis ini bisa menyebabkan penyakit kanker hati. Jenis hepatitis ini memiliki
beberapa macam, ada penyakit hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Selain obat penyakit
hepatitis alami ini, ada juga cara mencegah hepatitis ini dengan memakan makanan yang
mengandung protein didalamnya serta menghindarkan atau menjauhkan minuman yang
mengandung alkohol. Selain itu ada juga gejala hepatitis A pada anak ini.
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Banyak yang mengira semua Hepatitis adalah penyakit hati yang sama,
padahal tiap jenisnya berbeda dan mempunyai daya tular dan daya pengobatan
yang berbeda pula. Hepatitis itu ada yang kadarnya ringan seperti Hepatitis A
dan yang terberat seperti Hepaitis C. Di Indonesia tiga jenis Hepatitis itu adalah
A, B dan C yang disebabkan virus. Apa perbedaan dari 3 hepatitis ini?
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang biasanya disebabkan oleh
virus. Hepatitis yang terjadi di Indonesia paling banyak disebabkan oleh virus
hepatitis A, B dan C.
Hepatitis A, B dan C sama-sama disebabkan oleh virus, yaitu Hepatitis Virus tipe
A (HVA), Hepatitis Virus tipe B (HVB) dan Hepatitis Virus tipe C (HVC). Namun
ketiga virus menular dengan media yang berbeda.
Selain Hepatitis A, B dan C, di dunia juga ditemukan Hepatitis D, E, F dan G.
Hepatitis D merupakan rekan dari infeksi Hepatitis B dan dapat memperparah
infeksi, Hepatitis E hampir menyerupai Hepatitis A yang hanya terjadi di negaranegara berkembang. Sedangkan Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang
dilaporkan. Untuk virus terbaru Hepatitis G, seringkali terjadi pada infeksi
bersamaan dengan Hepatitis B dan atau C.
Berikut perbedaan antara Hepatitis A, B dan C, seperti dilansir Mayoclinic, Rabu
(9/11/2011):
Hepatitis A
Penularan virus Hepatitis A atau Hepatitis Virus tipe A (HVA) melalui fecal oral,
yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga mudah menular melalui makanan
atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga terkadang melalui hubungan
seks dengan penderita.
Gejala Hepatitis A biasanya tidak muncul sampai Anda memiliki virus selama
beberapa minggu. Hepatitis A sangat terkait dengan pola hidup bersih. Dalam
banyak kasus, infeksi Hepatitis A tidak pernah berkembang hingga separah
Hepatitis B atau C sehingga tidak akan menyebabkan kanker hati. Meski
demikian, Hepatitis A tetap harus diobati dengan baik karena mengurangi
Hepatitis B
Hepatitis Virus tipe B (HVB) dapat menular melalui darah dan cairan tubuh
manusia yaitu kontak seksual, penularan dari ibu ke janin dalam kandungan dan
melalui suntikan atau transfusi darah yang tercemar virus Hepatitis B, seperti
pengguna narkoba suntik, pengguna alat kesehatan (jarum, pisau, gunting) yang
tidak disterilkan sempurna, tindik, tato, pisau cukur, gunting kuku yang tidak
steril.
Berbeda dengan Hepatitis A, virus Hepatitis B pada sebagian orang dapat
menyebabkan Hepatitis B kronis, menyebabkan gagal hati, kanker hati atau
sirosis yaitu kondisi yang menyebabkan jaringan parut permanen di hati.
Tanda dan gejala Hepatitis B biasanya muncul sekitar 3 bulan setelah terinfeksi
dan dapat berkisar dari ringan sampai parah. Tanda dan gejala Hepatitis B
hampir sama dengan hepatitis A, yaitu:
1. Sakit perut
2. Urine gelap
3. Demam
4. Nyeri sendi
5. Kehilangan nafsu makan
6. Mual dan muntah
7. Kelemahan dan kelelahan
8. Kulit menguning dan bagian putih mata (jaundice).
Virus hepatitis C adalah virus yang secara genetik amat variatif dan memiliki
angka mutasi tinggi, sehingga memungkinkan generasi virus yang beraneka
ragam. Akibatnya belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi
virus hepatitis C.
Sirosis terjadi pada 10-20 persen penderita hepatitis C kronik, dan kanker hati
terjadi pada 1-5 persen penderita hepatitis C kronik dalam waktu 20-30 tahun.
Serta sekitar 90 persen orang yang baru terinfeksi penyakitnya akan terus
berkembang menjadi infeksi kronik.
Untuk Hepatitis C hingga kini belum ada vaksin pencegahnya.
Hepatitis biasanya disebutkan menggunakan salah satu dari dua istilah, akut atau
kronis. Penyakit akut mempengaruhi seseorang untuk waktu yang singkat dan bisa sembuh
dalam beberapa minggu tanpa efek berkelanjutan. Penyakit kronis berlangsung lama, kadangkadang seumur hidup seseorang.
Hepatitis A
Hepatitis A adalah satu-satunya hepatitis yang tidak serius dan sembuh secara spontan tanpa
meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2
minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya sangat mudah menular,
terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi.
Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan
penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran
kebersihannya rendah.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan
permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan,
nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna
gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.
Virus hepatitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu. Untuk mencegah
infeksi HAV, ada vaksin hepatitis A untuk menangkalnya.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B
(HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan
medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan.
Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus tersebut
tetap bertahan dan mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan
sirosis atau kanker hati. Banyak bayi dan anak-anak yang terkena hepatitis B tidak betul-betul
sembuh, sehingga mendapatkan masalah liver di usia dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan
virus HBV karena dapat ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak
mengembangkan penyakit hepatitis B) tetapi membawa virus ini.
Hepatitis B seringkali tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas
dirasakan adalah nyeri dan gatal di persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut,
dan ikterik. Hepatitis B dapat ditangkal dengan vaksin. Anak-anak biasanya
mendapatkan vaksin ini sebagai bagian dari program vaksinasi anak.
Hepatitis C
Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab
atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat
dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum
suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan
dalam kondisi tidak higienis.
Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu
ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak
orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari.
Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena
virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan
di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.
Evolusi hepatitis C tidak dapat diprediksi. Infeksi akut sering tanpa gejala (asimtomatik).
Kemudian, fungsi liver dapat membaik atau memburuk selama beberapa bulan atau bahkan
bertahun-tahun. Pada sekitar 20% pasien penyakitnya berkembang sehingga menyebabkan
sirosis. Saat ini belum ada vaksin yang dapat melindungi kita terhadap hepatitis C.
Hepatitis D
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus
hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi
hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari
semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di
dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D
dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis
(superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut
serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena
superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang
besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.
Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka
otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
Hepatitis E
Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran
manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung
penularan virus.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara
umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat
kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang
berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya
dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.