Anda di halaman 1dari 33

A.

Pengertian
1. Menurut Harnawatiaj :
a.

Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti : kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

b.

Hepatitis adalah keadaan radang/cisera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alcohol (Patofisiologi untuk keperawatan, 2000; 145)

2. Hepatitis merupakan semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai
macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus
hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, B,C, D, E, F, dan G.
3.

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV=
Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam
sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.

4. Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada seseorang selama puluhan
tahun dan perlahan-lahan merusak organ hati (lever). Biasanya orang-orang yang menderita
penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang
tidak ada gejala-gejala khusus.

B. Etiologi
Menurut Soemohardjo dan Gunawan (1999:1), penyebab hepatitis C adalah virus
hepatitis tipe C, agen hepatitis C berupa virus dengan ukuran 50 nm (nano meter). Masa
inkubasinya sangat bervariasi, 2 - 26 minggu, bisa juga lebih.Dua puluh tahun lalu, VHC
lebih dikenal sebagai virus non-A, non-B (penyakitnya pun lalu disebut hepatitis non-A, nonB). Baru pada tahun 1989 virus ini diidentifikasi dan pada tahun 1990 tes antibodi (antiVHC) mulai dilakukan di seluruh dunia guna membantu menyingkap penderita hepatitis C
ini.
Penularan VHC pada dasarnya sama seperti VHB, tapi dalam kenyataan di negara
berkembang seperti Indonesia, VHC tidak hanya ditemukan di lingkungan masyarakat
dengan tingakt sosio- ekonomi lemah, tetapi di semua lapisan masyarakat. "Selain faktor
higienitas, tertukar atau saling pinjam barang pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi, dapat
menjadi penyebab lain, walaupun penularannya tidak semudah virus hepatitis B," tambah
Sulaiman.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada
sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe)
dan lebih dari 50 subtipenya.

Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif
dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak
menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan
tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.
C. Patofisiologi
Hati merupakan salah satu target organ virus hepatitis pada manusia. Diduga hati
merupakan tempat utama bahkan mungkin tempat satu-satunya bagi replika virus hepatitis.
Menurut Underwood (1999), mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptorreseptor spesifik yang terletak pada membran sel hepar. Setelah perlekatan tersebut, virus
melakukan penetrasi dan memasukkan sitoplasma sel hepar. Di dalam sitoplasma, sel hepar
virus melepaskan kapsulnya dan terbentuk nukleo kapsid. Selanjutnya nukleokapdis
menembus dinding sel hati sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati, asam
nukleat virus akan keluar dari nukleokapsid dan menempel pada DNA. DNA akan
merangsang hepar untuk membentuk protein dan asam nukleat bagi virus. Pada akhirnya
terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hati, maka virus baru akan dilemparkan ke
dalam peredaran darah.
Gejala ikterus pada hepatitis timbul sebagai akibat adanya obstruksi duktus bilser
maupun kerusakan sel-sel parenkim, sehingga terdapat peningkatan bilirubin direk maupun
indirek. Bukti lain menandakan adanya obstruksi bilser adalah peningkatan serum alkali
fosfatase,s-nukleotidase atau glutamil transpeptidase. Pelepasan enzim-enzim dari hati yang
rusak ke dalam aliran darah ikut menentukan luasnya infeksi.
Transaminase serum digunakan untuk tujuan ini, SGPT memberi petunjuk lebih
khusus dari infeksi sel hati dibanding SGOT sebab adanya kelainan pada sel-sel lain seperti
eritrosit, sel otot skeletal dan miokard juga menyebabkan peningkatan dari SGOT.
Peningkatan waktu protrombin dapat disebabkan oleh ketidak mampuan sel-sel hati
membentuk protein yang diperlukan bagi pembekuan disertai adanya penurunan absorpsi
vitamin K atau keduanya.
Adanya obstruksi dapat mengurangi ekskresi garam empedu ke usus halus, dimana
biasanya digunakan untuk absorpsi lemak termasuk vitamin K yang dapat larut dalam lemak.
D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing masing
stadium menurut Arif Mansjoer,dkk (1999) adalah sebagai berikut :
Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas urin menjadi
lebih coklat.
1. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula terlihat pada sklera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan berkurang, tetapi klien masih lemah,
anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar
dan nyeri tekan.
2. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal
lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir
bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda.
E. Komplikasi
1. Kanker hepatoseluler
2. Gagal hati
3. Anemia aplastik
4. Sitosis
5. Hepatitis berat
6. Nekrosis hepatik masif
7. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala)
8. Penyakit hati kronik (pada 50% pasien dengan hepatitis C)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri dari :
1. Istirahat
1.Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti
dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua
dan keadaan umum yang buruk
2. Diet
Penderita juga dianjurkan melakukan diet dengan gizi seimbang. Makanan berkarbohidrat
tinggi, berprotein atau berlemak tinggi memang tidak dilarang secara khusus, tapi hendaknya
dibatasi. Demikian juga garam. Pengurangan konsumsi garam dimaksudkan untuk mencegah

akumulasi cairan dalam rongga peritoneal serta mencegah pembengkakan pergelangan kaki.
Penderita juga tidak dilarang mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral sepanjang belum
terjadi kerusakan hati. Untuk mengkonsumsi obat apa pun dan melakukan olahraga,
hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter.
3. Medikamentosa
Seperti VHB, VHC juga dicoba dibasmi dengan interferon alfa-2b. Dokter biasanya
memberikannya seminggu tiga kali selama enam bulan. Setelah enam bulan diobati, menurut
ahli AS, 40% menunjukkan perbaikan kadar ALT (serum alanine aminitransferase). Namun
dari angka tersebut, 60% kambuh kembali setelah pemberian interferon dihentikan. Jadi,
hanya sekitar 10 - 15% yang benar-benar dikatakan sembuh.
"Timing pemberian interferon harus tepat," tegas Sulaiman. "Kalau virusnya sedang
'ngumpet', akan percuma hasilnya. Jadi, sewaktu dites virusnya sedang aktif (kadar SGOTSGPT tinggi), bisa langsung 'ditembak' dengan interferon. Dengan begitu hasilnya menjadi
lebih responsif. Sebab, pada saat tepat ini imun tubuh menyadari bahwa virus sebagai musuh,
bukan teman."
Penderita bisa saja diobati untuk kedua kalinya. Efek sampingan sementara dari pemakaian
interferon antara lain adanya rasa seperti sakit flu, depresi, sakit kepala, dan nafsu makan
berkurang. Efek sampingan seperti gejala flu ini sebenarnya bisa dikurangi dengan minum
obat penurun panas.
Interferon memang bukan tanpa efek sampingan lain karena, selain efek sampingan
sementara, dikhawatirkan dapat mendesak sumsum tulang sehingga timbul masalah pada sel
darah putih dan platelet (trombosit). Sebab itu, selagi mendapat pengobatan interferon,
jumlah sel darah putih, platelet, dan enzim hati perlu terus dipantau. Sebenarnya, biopsi hati
(pengambilan jaringan hati tanpa pembedahan) perlu dilaksanakan sebelum pengobatan, agar
tingakt kerusakan hati diketahui dengan tepat

Penyakit Hepatitis

Posted by Penyakit Hepatitis


Penyakit Hepatitis merupakan penyakit cikal bakal dari kanker hati. Hepatitis dapat
merusak fungsi organ hati dan kerja hati sebagai penetral racun dan sistem pencernaan
makanan dalam tubuh yang mengurai sari-sari makanan untuk kemudian disebarkan ke
seluruh organ tubuh yang sangat penting bagi manusia.
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut
adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan
pada sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan yang sangat erat dengan
penyakit gangguan fungsi hati. Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk
ke semua jenis penyakit peradangan pada hati (liver). Banyak hal yang menyebabkan
hepatitis itu dapat terjadi yang tidak hanya dikarenakan adanya infeksi virus dari suatu
sumber tertentu. Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan tertentu, jenis
makanan tertentu atau bahkan pada hubungan seksual yang salah satu dari pasangan memiliki
penyakit hepatitis.
Penyakit hepatitis dapat menyerang siapa saja tak pandang usia. Hepatitis jugat dapat terjadi
pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Hepatitis yang juga banyak melanda pada
bayi dari usia 0-12 bulan, pada anak-anak diperkirakan terjadi dari mulai usia 2- 15 tahun,
orang dewasa 15-20 tahun dan orang tua diatas usia 40 tahun keatas
Berikut ini adalah cara penularan virus dari hepatitis B yang banyak terjadi dan
dialami khususnya jika terjadi pada anak.
1. Penularan hepatitis B pada bayi dan anak-anak
Jika seorang ibu yang memiliki riwayat penyakit hepatitis ketika dalam mengandung sangat
memungkinkan janin atau bayi yang dikandung juga terjangkit jenis hepatitis yang sama,
bahkan resiko lebih besar terjadi pada bayi dibanding ibunya.
Juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita hepatitis B.
2. Pengaruh Infeksi Virus Hepatitis B
Virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan peradangan yang bersifat akut atau kronis
merupakan salah satu penyebab awal kanker hati.
Jika infeksi yang terjadi pada bayi sebelum bayi berusia kurangd ari 1 tahun memiliki
resiko lebih tinggi sekitar 90 % mengidap hepatitis akut atau kronis, namun sebaliknya jika
infeksi hepatitis B terjadi pada bayi setelah berusia 2-5 tahun maka resiko dari penyakit
hepatitis B akan berkurang sekitar 50 % bahkan apabila infeksi terjadi diatas usia 5 tahun
resiko penyakit hepatitis ini hanya 5-10 %.
Diperkirakan sekitar 25 % dari anak yang teridentifikasi penyakit hepatitis kronis dapat
berlanjut mejadi dan berkembang menjadi sirosis ( kerusakan pada organ hati dan pengerutan
hati ) dan atau kanker hati dan pada orang dewasa hanya 15 % yang berkembang menjadi
sirosis atau kanker hati.

Obat Penyakit Hepatitis Alami


Posted by Penyakit Hepatitis
Obat penyakit hepatitis alami obat penyakit hepatitis alami adalah beberapa macam atau
jenis obat yang digunakan untuk mengobati hepatitis dengan menggunakan bahan bahan yang
alami, yang bahan bahan alami ini tidak menimbulkan efek samping dalam menggunakannya.
Atau juga bisa dengan menggunakan obat hepatitis yang dibuat oleh resep dokter.
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kotor dan juga bisa disebabkan
oleh makanan yang kotor.

Kemudian ada juga gejala hepatitis ini, dan gejalanya adalah akan menimbulkan penyakit
kuning. Hepatitis ini bisa menyebabkan penyakit kanker hati. Jenis hepatitis ini memiliki
beberapa macam, ada penyakit hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. Selain obat penyakit
hepatitis alami ini, ada juga cara mencegah hepatitis ini dengan memakan makanan yang
mengandung protein didalamnya serta menghindarkan atau menjauhkan minuman yang
mengandung alkohol. Selain itu ada juga gejala hepatitis A pada anak ini.

Perbedaan Hepatitis A, B dan C


Merry Wahyuningsih - detikHealth
Rabu, 09/11/2011 14:39 WIB

(Foto: thinkstock)
Jakarta, Banyak yang mengira semua Hepatitis adalah penyakit hati yang sama,
padahal tiap jenisnya berbeda dan mempunyai daya tular dan daya pengobatan
yang berbeda pula. Hepatitis itu ada yang kadarnya ringan seperti Hepatitis A
dan yang terberat seperti Hepaitis C. Di Indonesia tiga jenis Hepatitis itu adalah
A, B dan C yang disebabkan virus. Apa perbedaan dari 3 hepatitis ini?
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang biasanya disebabkan oleh
virus. Hepatitis yang terjadi di Indonesia paling banyak disebabkan oleh virus
hepatitis A, B dan C.
Hepatitis A, B dan C sama-sama disebabkan oleh virus, yaitu Hepatitis Virus tipe
A (HVA), Hepatitis Virus tipe B (HVB) dan Hepatitis Virus tipe C (HVC). Namun
ketiga virus menular dengan media yang berbeda.
Selain Hepatitis A, B dan C, di dunia juga ditemukan Hepatitis D, E, F dan G.
Hepatitis D merupakan rekan dari infeksi Hepatitis B dan dapat memperparah
infeksi, Hepatitis E hampir menyerupai Hepatitis A yang hanya terjadi di negaranegara berkembang. Sedangkan Hepatitis F baru ada sedikit kasus yang
dilaporkan. Untuk virus terbaru Hepatitis G, seringkali terjadi pada infeksi
bersamaan dengan Hepatitis B dan atau C.
Berikut perbedaan antara Hepatitis A, B dan C, seperti dilansir Mayoclinic, Rabu
(9/11/2011):
Hepatitis A
Penularan virus Hepatitis A atau Hepatitis Virus tipe A (HVA) melalui fecal oral,
yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga mudah menular melalui makanan
atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga terkadang melalui hubungan
seks dengan penderita.
Gejala Hepatitis A biasanya tidak muncul sampai Anda memiliki virus selama
beberapa minggu. Hepatitis A sangat terkait dengan pola hidup bersih. Dalam
banyak kasus, infeksi Hepatitis A tidak pernah berkembang hingga separah
Hepatitis B atau C sehingga tidak akan menyebabkan kanker hati. Meski
demikian, Hepatitis A tetap harus diobati dengan baik karena mengurangi

produktivitas bagi yang harus dirawat di rumah sakit.


Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
1. Kelelahan
2. Mual dan muntah
3. Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi
kanan bawah tulang rusuk)
4. Kehilangan nafsu makan
5. Demam
6. Urine berwarna gelap
7. Nyeri otot
8. Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

Kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya tidak memerlukan pengobatan dan


kebanyakan orang yang terinfeksi sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan hati
permanen.
Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan
sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri terhadap
virus Hepatitis A.
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya sendiri
biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Namun untuk mengurangi dampak
kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan, beberapa
langkah penanganan berikut ini akan diberikan saat dirawat di rumah sakit.
1. Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang cukup bagi sistem
kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.
2. Anti mual. Salah satu dampak dari infeksiHhepatitis A adalah rasa mual, yang
mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena asupan nutrisi sangat
penting dalam proses penyembuhan.
3. Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang sudah
dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit radang, maka obatobatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus dihindari selama
sakit.
Pencegahannya untuk Hepatitis A adalah melakukan vaksinasi yang juga
tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi.

Hepatitis B
Hepatitis Virus tipe B (HVB) dapat menular melalui darah dan cairan tubuh
manusia yaitu kontak seksual, penularan dari ibu ke janin dalam kandungan dan
melalui suntikan atau transfusi darah yang tercemar virus Hepatitis B, seperti
pengguna narkoba suntik, pengguna alat kesehatan (jarum, pisau, gunting) yang
tidak disterilkan sempurna, tindik, tato, pisau cukur, gunting kuku yang tidak
steril.
Berbeda dengan Hepatitis A, virus Hepatitis B pada sebagian orang dapat
menyebabkan Hepatitis B kronis, menyebabkan gagal hati, kanker hati atau
sirosis yaitu kondisi yang menyebabkan jaringan parut permanen di hati.
Tanda dan gejala Hepatitis B biasanya muncul sekitar 3 bulan setelah terinfeksi
dan dapat berkisar dari ringan sampai parah. Tanda dan gejala Hepatitis B
hampir sama dengan hepatitis A, yaitu:
1. Sakit perut
2. Urine gelap
3. Demam
4. Nyeri sendi
5. Kehilangan nafsu makan
6. Mual dan muntah
7. Kelemahan dan kelelahan
8. Kulit menguning dan bagian putih mata (jaundice).

Kebanyakan orang yang terinfeksi Hepatitis B di saat dewasa sepenuhnya pulih.


Namun bayi dan anak-anak jauh lebih mungkin untuk mengembangkan infeksi
Hepatitis B kronis. Belum ada obat untuk hepatitis B namun vaksin dapat
mencegah penularan penyakit ini.
Penyakit Hepatitis B bukan tidak bisa disembuhkan, namun proses
pengobatannya biasanya dilakukan dalam jangka waktu lama atau bahkan
seumur hidup. Jika tidak diobati, hepatitis B bisa berkembang menjadi sirosis dan
kanker hati.
Pencegahannya seperti Hepatitis A, Hepatitis B bisa dilakukan dengan vaksinasi.
Hepatitis C

Hepatitis C mempunyai tingkat keparahan yang paling tinggi dibanding Hepatitis


A dan B. Sama dengan Hepatitis B, Virus hepatitis C ditularkan lewat darah yang
jalan utama infeksinya berasal dari transfusi darah atau produk darah yang
belum diskrining (pemeriksaan), saling tukar jarum suntik oleh pengguna
narkoba suntik (injecting drug user/IDU) serta jarum atau alat tato dan tindik
yang tidak steril.
Infeksi virus Hepatitis C juga disebut sebagai infeksi terselubung (silent infection)
karena pada infeksi dini seringkali tidak bergejala atau tidak ada gejala yang
khas sehingga seringkali terlewatkan. Kebanyakan orang tidak tahu mereka
terinfeksi Hepatitis C sampai kerusakan hati muncul atau melalui tes medis rutin.
Jika pun ada gejala, Hepatitis C biasanya hanya menunjukkan gejala seperti flu,
yaitu:
1. Kelelahan
2. Demam
3. Mual atau nafsu makan yang buruk
4. Otot dan nyeri sendi
5. Nyeri di daerah hati.

Virus hepatitis C adalah virus yang secara genetik amat variatif dan memiliki
angka mutasi tinggi, sehingga memungkinkan generasi virus yang beraneka
ragam. Akibatnya belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi
virus hepatitis C.
Sirosis terjadi pada 10-20 persen penderita hepatitis C kronik, dan kanker hati
terjadi pada 1-5 persen penderita hepatitis C kronik dalam waktu 20-30 tahun.
Serta sekitar 90 persen orang yang baru terinfeksi penyakitnya akan terus
berkembang menjadi infeksi kronik.
Untuk Hepatitis C hingga kini belum ada vaksin pencegahnya.

Hepatitis A, B, C, D, E, Apa Bedanya?


27 Oktober 2010 Ditulis oleh dr Salma

Hepatitis berarti peradangan atau pembengkakan liver atau hati.


Hepatitis adalah penyakit berbahaya karena menyerang hati, yang merupakan organ penting
dengan ratusan fungsi.
Ada lima virus penyebab hepatitis, yang diberi nama hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C,
hepatitis D dan hepatitis E. Walaupun kelima virus tersebut dapat menghasilkan gejala yang
mirip dan memiliki efek yang sama, masing-masing memiliki keunikan dalam cara penularan
dan dampaknya terhadap kesehatan.

Hepatitis biasanya disebutkan menggunakan salah satu dari dua istilah, akut atau
kronis. Penyakit akut mempengaruhi seseorang untuk waktu yang singkat dan bisa sembuh
dalam beberapa minggu tanpa efek berkelanjutan. Penyakit kronis berlangsung lama, kadangkadang seumur hidup seseorang.
Hepatitis A

Hepatitis A adalah satu-satunya hepatitis yang tidak serius dan sembuh secara spontan tanpa
meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2
minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya sangat mudah menular,
terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang terinfeksi.
Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan memudahkan
penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di masyarakat yang kesadaran
kebersihannya rendah.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan kerusakan
permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas, kehilangan nafsu makan,
nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja berwarna pucat dan urin berwarna
gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.
Virus hepatitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu. Untuk mencegah
infeksi HAV, ada vaksin hepatitis A untuk menangkalnya.
Hepatitis B

Pemberian Vaksin Hepatitis B


Pada bayi:
-Vaksinasi I: baru lahir s.d. 2 bulan
-Vaksinasi II: usia 1 s.d. 4 bulan
-Vaksinasi III: usia 6 s.d. 18 bulan
Pada orang dewasa:
Pada usia 18 tahun atau lebih, terutama
untuk pengguna narkoba suntik,
tenaga kesehatan, pasien HIV, pasien
liver kronis, dll. Vaksin diberikan 3
kali dalam 6 bulan, yaitu pada bulan ke0, 1 dan 6, atau pada bulan ke-0, 2, dan
4.

Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal. Virus Hepatitis B
(HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena, transfusi), peralatan
medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada saat melahirkan.
Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10% kasus lainnya virus tersebut
tetap bertahan dan mengembangkan penyakit kronis, yang kemudian bisa menyebabkan
sirosis atau kanker hati. Banyak bayi dan anak-anak yang terkena hepatitis B tidak betul-betul
sembuh, sehingga mendapatkan masalah liver di usia dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan
virus HBV karena dapat ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak
mengembangkan penyakit hepatitis B) tetapi membawa virus ini.
Hepatitis B seringkali tidak menimbulkan gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas
dirasakan adalah nyeri dan gatal di persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut,
dan ikterik. Hepatitis B dapat ditangkal dengan vaksin. Anak-anak biasanya
mendapatkan vaksin ini sebagai bagian dari program vaksinasi anak.
Hepatitis C

Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab
atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi berkat kontrol yang lebih ketat
dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui penggunaan jarum
suntik untuk menyuntikkan obat-obatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan
dalam kondisi tidak higienis.
Penularan virus hepatitis C (HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu
ke anak saat melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak
orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari.
Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya karena
virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus HCV terus bertahan
di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.
Evolusi hepatitis C tidak dapat diprediksi. Infeksi akut sering tanpa gejala (asimtomatik).
Kemudian, fungsi liver dapat membaik atau memburuk selama beberapa bulan atau bahkan
bertahun-tahun. Pada sekitar 20% pasien penyakitnya berkembang sehingga menyebabkan
sirosis. Saat ini belum ada vaksin yang dapat melindungi kita terhadap hepatitis C.
Hepatitis D

Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus
hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang terinfeksi
hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi paling berbahaya dari
semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta orang di
dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi hepatitis D

dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena hepatitis B kronis
(superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami penyakit akut
serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena
superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang berpeluang
besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.
Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka
otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
Hepatitis E

Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan melalui kotoran
manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk yang mendukung
penularan virus.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi kronis. Secara
umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang. Pada sebagian sangat
kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E menyebabkan gagal hati akut yang
berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E yang tersedia secara komersial. Anda hanya
dapat mencegahnya melalui penerapan standar kebersihan yang baik.

Metode Penularan Dan Perbedaan Penyakit Hepatitis




Penyakit Hepatitis

Penyakit Hepatitis
Hepatitis (plural hepatitides ) adalah suatu kondisi medis yang didefinisikan oleh peradangan
pada hati dan ditandai dengan adanya inflamasi sel-sel dalam jaringan organ. Kondisi dapat
membatasi diri ( penyembuhan sendiri) atau dapat berkembang menjadi fibrosis (jaringan
parut) dan sirosis .
Hepatitis mungkin terjadi dengan gejala yang terbatas atau tidak ada, tetapi sering
menyebabkan penyakit kuning , anoreksia (kurang nafsu makan) dan malaise . Hepatitis akut
ketika berlangsung kurang dari enam bulan dan kronis bila berlangsung lama.

Sekelompok virus yang dikenal sebagai virus hepatitis menyebabkan kebanyakan kasus
hepatitis di seluruh dunia, tetapi juga dapat disebabkan oleh racun (terutama alkohol ,
beberapa obat-obatan , beberapa pelarut organik industri dan tanaman), lainnya infeksi dan
autoimun penyakit.
1. Hepatitis A. Virus
Agen pembawa meninggalkan tubuh penderita :
Ditularkan melalui feses
Cara penularannya :
Seperti pada demam tifoid yaitu melalui kontak langsung dengan makanan, air, barang, atau
lalat yang terkontaminasi feses
Metode penularan :
sama seperti demam tifoid, tetapi jarang sekali melalui transfuse darah yaitu makanan atau air
yang tercemar masuk melalui mulut kemudian ke saluran cerna.
Masa Inkubasi :
Bervariasi antara 15 50 hari rata rata 30 hari
Isolasi Pasien :
Kewaspadaan enterik sampai seminggu setelah awitan ikterus
Gejala dan tanda :
Kelelahan, Mual dan muntah, Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati
(pada sisi kanan bawah tulang rusuk), Kehilangan nafsu makan, Demam, Urin berwarna
gelap, Nyeri otot, Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

2. Hepatitis B, hepatitis virus dan delta


Agen pembawa meninggalkan tubuh penderita :
Cairan yang berasal dari darah dan serum, termasuk cairan semen dan vagina
Cara penularanya :
Kontak dengan darah dan cairan tubuh
Metode penularan :

Transfusi, pemajanan pada cairan tubuh termasuk selama persetubuhan hetero atau
homoseksual

Masa inkubasi :
Bervariasi umumnya 45 180 hari, rata rata 60 90 hari
Isolasi pasien :
Kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh sampai antibody terhadap virus hilang
Gejala dan tanda :
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera
makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang
disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul
gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning dan air seni berwarna seperti teh
3. Hepatitis C
Agen pembawa meninggalkan tubuh penderita :
Ditularkan melalui darah
Cara penularan :
Transfusi, penggunaan obat parenteral, terpajan pada darah di laboratorium, petugas
kesehatan yang terpajan pada darah misalnya dokter gigi dan asisten gigi, staf klinik dan
laboratorium
Metode penularan :
Darah terinfeksi masuk kedalam tubuh manusia, jarum suntik yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
15 64 hari
Isolasi pasien :
Sama seperti untuk hepatitis A
Gejala dan tanda :
Gejalanya seringkali ringan dan tidak kentara, termasuk penurunan nafsu makan, sakit
kepala, letih, nyeri otot atau nyeri sendi, dan menurunnya berat badan. Hanya sedikit kasus
infeksi akut yang terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri tanpa diobati pada
10-50% penderita, dan lebih sering menyerang perempuan usia muda dibandingkan dengan
kelompok lain
4. Hepatitis D, virus hepatitis D (HDV)

Agen pembawa meninggalkan tubuh penderita :


Jarum suntik pada pengguna narkoba
Metode dan Cara penularan :
Rute penularan hepatitis D mirip dengan yang untuk Infeksi hepatitis B sebagian besar
terbatas pada orang yang berisiko tinggi terhadap infeksi hepatitis B, terutama pengguna
narkoba suntikan dan orang yang menerima faktor pembekuan konsentrat

5. Hepatitis E
Agen pembawa meninggalkan tubuh penderita :
Makanan dan minuman
Metode dan Cara penularan :
Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini
menurut lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi yang buruk
Masa inkubasi :
Rata-rata 40 hari (rentang: 15-60 hari)
Tanda - tanda :

Lebih sering dimiliki orang dewasa dari pada anak-anak. Jika ada, gejala
biasanya muncul secara tiba-tiba; seperti demam, rasa letih, hilang nafsu
makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua, warna kekuningan pada
mata dan kulit. Penyakit Hepatitis E terjadi lebih parah pada wanita hamil,
terutama pada 3 bulan terakhir masa kehamilan

Diagnosa atas virus ini dilakukan pada seseorang yang mengalami gejalagejala tersebut apabila ia tidak terdiagnosa terjangkit oleh Hepatitis A, B, dan
C.

6. Hepatitis F
Hepatitis F adalah hipotetis virus terkait dengan hepatitis . Calon hepatitis F muncul beberapa
pada 1990-an,. Tidak satupun dari laporan telah dibuktikan
Pada tahun 1994, Deka et al. melaporkan bahwa partikel virus baru telah ditemukan dalam
tinja pasca transfusi, non- hepatitis A , non- hepatitis B , non- hepatitis C , non- hepatitis E
pasien. Injeksi ini partikel ke dalam aliran darah India monyet rhesus menyebabkan hepatitis,
dan virus itu bernama hepatitis F atau virus Toga . Penyelidikan lebih lanjut gagal
mengkonfirmasi keberadaan virus, dan itu dihapuskan sebagai penyebab hepatitis menular.
Sebuah virus kemudian-ditemukan diduga menyebabkan hepatitis bernama Hepatitis G virus,
meskipun perannya dalam hepatitis belum dikonfirmasi dan sekarang dianggap identik
dengan GB virus C dan merupakan "virus yatim" tanpa hubungan kausal untuk setiap
penyakit manusia.
7. Hepatitis GB, Hepatitis G virus ( HGV )

GB virus C ( GBV-C ), sebelumnya dikenal sebagai hepatitis G virus ( HGV ), adalah virus di
Flaviviridae keluarga yang belum ditugaskan ke genus , diketahui menginfeksi manusia,
namun tidak diketahui menyebabkan penyakit pada manusia . Ada laporan bahwa HIV pasien
koinfeksi dengan GBV-C dapat bertahan hidup lebih lama daripada mereka yang tidak GBVC, tetapi pasien mungkin berbeda dengan cara lain. Ada penelitian aktif saat ini ke dalam efek
virus 'pada sistem kekebalan tubuh pada pasien koinfeksi dengan GBV-C dan HIV.
Cara dan Metode penularan :

GBV-C infeksi telah ditemukan di seluruh dunia. Prevalensi tinggi diamati di


antara subyek dengan risiko eksposur parenteral termasuk mereka dengan
paparan darah dan produk darah, yang pada hemodialisis, dan pengguna
narkoba suntikan. Kontak seksual dan penularan dapat terjadi. ~ 10-25% dari
pasien yang terinfeksi hepatitis C dan 14-36% dari pengguna narkoba yang
seropositif untuk HIV-1 menunjukkan bukti GBV-C infeksi

Mayoritas kekebalan-kompeten individu yang jelas GBV-C viral load , tetapi


di beberapa infeksi individu berlangsung selama beberapa dekade. Namun,
interval waktu antara GBV-C infeksi dan pembersihan viremia (deteksi GBVC RNA dalam plasma) tidak diketahui.

Sekitar 2% dari US sehat donor darah yang viraemic dengan GBV-C, dan
sampai 13% dari donor darah memiliki antibodi terhadap protein E2 ,
menunjukkan infeksi sebelumnya mungkin

Parenteral, seksual dan vertikal transmisi dari GBV-C telah didokumentasikan.


Karena mode bersama transmisi, individu yang terinfeksi HIV sering koinfeksi
dengan GBV-C, sedangkan prevalensi GBV-C viral load pada pasien HIV
berkisar 14-43%.

Anatomi Hati
Diet terapeutik untuk Hepatitis

Memodifikasi makanan yang tinggi kalori dan protein karena anoreksia adalah
masalah utama

Lemak dalam jumlah sedang artinya jumlah nlemak yang sedang


meningkatkan regenerasi dan penyembuhan hati

Hindari alkohol karena alkohol didetoksifikasi oleh hat

REPUBLIKA.CO.ID, Hepatitis merupakan salah satu penyakit yang belum


dipandang tinggi, padahal tingkat kematiannya cukup mengkhawatirkan.
Hepatitis masih menjadi penyebab kematian ke-2 dalam kelompok inveksi di
Indonesia ujar dr. Rino A. Gani, SpPD KGEH selaku Ketua Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia (PPHI).
Hepatitis padahal bisa diketahui faktornya. Dan bisa sedini mungkin dipahami
maka hepatitis bisa dicegah. Virus Hepatitis C (VHC) ditularkan melalui kontak
dengan darah yang terinfeksi penyakit ini. Berikut faktor risiko terpapar penyakit
Hepatitis C, seperti dituturkan oleh dr Rino.
Penggunaan instrumen medis yang terkontaminasi
Alat medis yang tidak steril dan digunakan bergiliran atau bergantian mampu
menjadi wadah penularan virus hepatitis C (VHC). Maka dari itu sebaiknya pihak
rumah sakit memperhatikan kebersihan dari alat-alat maupun fasilitas kesehatan
publik.
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Jarum suntik yang tidak steril dan digunakan secara bergantian mampu
menularkan virus Hepatitis C. Tidak dianjurkan melakukan kegiatan menyuntik di
tempat yang tidak terjamin kebersihannya dan keamanannya.
Tindik
Tindik di bagian telinga, hidung, dan bagian tubuh lain bisa meningkatkan faktor
risiko terpapar hepatitis. Tato dan mencukur dengan alat yang tidak steril juga
bisa menjadi salah satu penyebab hepatitis.
Transfusi yang belum diskrining
Penerima transfusi atau produk darah sebelum tahun 1992 atau dengan sumber
yang belum diskrining meningkatkan risiko hepatitis. Skrining adalah uji
laboratorium mengenai kelayakan apakah darah tersebut dapat didonorkan.
Aktivitas seksual yang tidak terproteksi
Aktivitas seksual yang tidak terproteksi dengan pasangan yang tidak sah turut
menyumbang risiko terpaparnya hepatitis. Penyakit ini dapat pula ditularkan
kepada bayi dari ibu yang terinfeksi, namun kasusnya sangat jarang. Sementara
itu Hepatitis C tidak dapat ditularkan melalui ASI (air susu ibu), makanan atau
minuman, kontak fisik seperti memeluk atau mencium, maupun berbagi
makanan dan minuman dengan orang yang sudah terlebih dahulu terinfeksi.

Hepatitis Virus
Oleh : dr Sutopo Widjaja, MS

Hati adalah organ tubuh yang terbesar, terletak di rongga perut bagian
kanan atas. Pada orang dewasa beratnya sekitar 1200 1600 gram. Dalam keadaan normal
hati terdiri atas 4 bagian (lobus) yaitu lobus kanan (60%), lobus kiri (30%), lobus kaudatus
dan lobus kuadratus (10%). Hati diliputi simpai yang disebut simpai Glisson.
Fungsi hati.
Fungsi hati banyak sekali, mungkin lebih dari 500, antara lain :
1. untuk proses pengolahan zat makanan seperti hidrat arang, protein dan
lemak (emulsifikasi).
2. untuk memproduksi protein, empedu dan kolesterol.
3. untuk memproduksi unsur pembekuan darah (protrombin, fibrinogen).
4. ikut dalam proses pembentukan sel darah merah.
5. untuk membersihkan darah dari racun kuman, obat, hormon dll.

Hepatitis (penyakit kuning)


Hepatitis adalah penyakit akibat peradangan hati. Peradangan pada hati dapat disebabkan
oleh kuman (tbc, sifilis), parasit (amuba, malaria), jamur dan yang terpenting ialah virus.
Hepatitis virus.

Hepatitis virus adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh


virus. Penyebab terpenting ialah kelompok virus hepatitis A,B,C,D dan E. Akibat infeksi
virus maka akan terjadi proses peradangan pada hati. Tergantung pada ganasnya virus serta
bagaimana daya tahan dan reaksi tubuh maka penyakit hepatitis virus dapat berlangsung
tanpa gejala ataupun dengan keluhan dan gejala tertentu seperti demam, mual, muntah, air
seni berwarna kuning tua sampai kecoklatan, mata dan kulit menjadi kuning.
Pada saat ini hepatitis virus masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.. Penyakit ini
penting karena beberapa faktor :
1. Penyakit hepatitis virus B telah menyerang lebih dari 2 miliar manusia di
seluruh dunia dengan angka kematian 1 2 juta orang pertahun dan
hepatitis C menginfeksi 100 juta orang. Angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) di negara kita termasuk tinggi. Menurut dr.
Suwandi Widjaja PhD dan dr. Sumanto Simon, sekitar 50 persen penduduk
Indonesia terinfeksi virus hepatitis B dengan angka kematian 30,000
60,000 orang per tahun
2. Belum ditemukan cara pengobatan yang jitu.
3. Cara pengobatan yang ada selain sangat mahal, hasilnya juga belum
memuaskan.
4. Bentuk menahun hepatitis dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker
hati.
5. Usaha pencegahan dapat dilakukan melalui vaksinasi (khususnya hepattits
A dan B) dan penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan.

Jenis2 virus hepatitis dan cara penularannya


Virus hepatitis A (VHA).
VHA termasuk virus picorna (virus RNA) dengan ukuran 27-28 nm. Virus dikeluarkan dari
tubuh melalui tinja yaitu lewat empedu masuk ke dalam usus, ditularkan secara feco-oral
(tinja ke mulut). Di negara berkembang kebanyakan anak sekolah mengidap hepatitis A
karena penularan dari orang lain. Mereka makan makanan yang tercemar kotoran yang
mengandung VHA dan tidak dimasak secara sempurna. Masa inkubasi hepatitis A ialah 2 4
minggu.
Virus hepatitis B (VHB).

VHB ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti air liur, air mani, cairan vagina dan
air susu ibu. Virus masuk ke tubuh lewat kulit atau selaput lendir tubuh yang rusak. Masa
inkubasi 28 160 hari, rata rata 75 hari. Di daerah endemik penularan sering terjadi pada
waktu persalinan atau pada awal pemberian makanan bayi. Penularan dari ibu ke bayi
merupakan penyebab terpenting hepatitis menahun yang mudah berkembang menjadi kanker
hati.
Virus hepatitis C (VHC).
VHC terutama ditularkan melalui darah. Transfusi darah merupakan cara penularan yang terpenting. Masa inkubasi rata rata 7 minggu. Orang yang mempunyai risiko tinggi mendapat
VHC ialah mereka yang memerlukan tranfusi darah berulang, menjalani cuci darah, cangkok
organ dll.
Virus hepatitis D (VHD).
Cara penularan virus hepatits D sama dengan hepatitis virus B. Yang unik ialah untuk bisa
terinfeksi VHD diperlukan bantuan VHB, sehingga VHD hanya dapat menginfeksi penderita
yang terkena hepatitis B. Infeksi ini dapat terjadi bersamaan maupun sebagai infeksi
tambahan pada penderita VHB. Masa inkubasi VHD ialah sekitar 35 hari.
Virus hepatitis E (VHE).
VHE ditularkan melalui tinja ke mulut. Ukuran VHE ialah 27-34 nm. Masa inkubasi 15 60
hari. Wabah VHE pertama terjadi di New Delhi India pada tahun 1956. Infeksi VHE cukup
tinggi di negara berkembang dengan sanitasi yang buruk, dan angka infeksi lebih tinggi pada
orang dewasa.
Gambaran klinik
Gambaran klinik kelima jenis hepatitis virus hampir sama sehingga sering sukar dibedakan,
perbedaan hanya terletak pada masa inkubasi dan riwayat penularannya. Untuk diagnosis
pasti memerlukan pemeriksaan darah (serologi).
Tahap tahap penyakit hepatitis virus.
1. Tahap awal (belum tampak kuning).
Pada tahap awal keluhan penderita sering tak khas, dapat berupa demam, sakit kepala, rasa
lesu, lemah, cepat lelah, tak nafsu makan, mual, muntah, diare atau sembelit. Kadang
kadang terasa nyeri di perut bagian kanan atas.
2. Tahap kuning.

Pada tahap ini kulit dan mata penderita mulai tampak kuning diikuti warna air seni yang
kuning gelap. Biasanya kalau sudah tampak kuning, beberapa keluhan mulai berkurang atau
menghilang. Warna kuning bertambah dalam waktu 5 10 hari. Bila kuningnya hebat
maka akan timbul rasa gatal. Selain itu hati dan limpa juga membengkak dan terasa nyeri.
Keluhan penderita hepatitis C umumnya lebih ringan dan penderita sering tidak tampak
kuning.
3. Tahap penyembuhan.
Pada tahap ini mual dan muntah mulai menghilang dan nafsu makan timbul kembali. Rasa
lemah dan lelah bisa menentap untuk beberapa hari. Warna kuning di mata secara berangsur
mulai menghilang (bisa sampai 2 minggu)
Pemeriksaan laboratorium
Untuk mendukung kepastiaan diagnosis penyakit hepatits virus, dokter memerlukan bantuan
pemeriksaan laboratorium, antara lain :
1.
Pemeriksaan
a. Tes fungsi hati.

darah,

yang

meliputi

Antara lain bilirubin, SGOT, SGPT dan gama-GT. Pada tahap kuning, hasil tes ini akan
meningkat sedang pada fase penyembuhan akan menurun dengan cepat dan mencapai normal
dalam waktu 10 12 minggu. Jika setelah 6 bulan nilai tes tetap tinggi, ini menandakan
penyakti tersebut telah berkembang menjadi hepatitis menahun.
b. Tes serologi petanda virus.
Tujuannya ialah untuk membedakan jenis jenis virus penyebab.
2. Pemeriksaan air seni.
Ditemukan bilirubin dalam air seni.
Komplikasi.
1. Hepatitis parah (fulminan),
2. Hepatitis kronis, sirosis dan kanker hati

Perjalanan penyakit dan prognosis.


Hepatitis A.
Meskipun dapat terjadi kekambuhan dan hepatitis parah, hepatitis A tidak pernah menjadi
hepatitis kronik.. Jadi akan sembuh sempurna.

Hepatitis B.
Hepattis B bisa berlangsung tanpa kuning bahkan tanpa gejala, namun penyakit ini
berpotensi berkembang menjadi hepatitis parah, hepatitis kronik, sirosis hepatis dan kanker
hati.
Hepatitis C.
Hepatitis C lebih sering mengalami komplikasi hepatitis parah dengan prognosis yang jelek.
Kemungkinan menjadi hepatitis kronik dan sirosis juga lebih besar, diperkirakan 50%
penderita hepatitis C yang timbul akibat transfusi akan menderita penyakti hati menahun.
Dalam waktu 10 tahun, 20% penderita berkembang menjadi sirosis. Kasus kanker hati juga
sering ditemukan pada penderita hepatitis C.
Hepatitis D.
Prognosis hepatitis D berkaitan erat dengan keadaan hepatitis B. Infeksi bersamaan ini
biasanya hanya berlangsung sementar, terbatas dan tidak progresif.
Hepatitis E.
Penyakit biasanya terbatas dan tidak berkembang menjadi hepatitis kronik. Angka kematian
sekitar 20%.
Pengobatan.
Hingga saat ini belum ditemukan obat yang jitu untuk hepatitis virus sehingga pengobatan
umumnya bersifat menghilangkan keluhan saja dan meliputi :
1. Istirahat
2. Makanan bergizi dan yang mudah dicerna. Pada penderita yang mual dan
muntah, lemak perlu dikurangi.
3. Vitamin.

Untuk hepatitis B, C dan D sekarang telah dipakai obat Interferon, Lamivudin, Telbivudin,
Adefovir, Entecavir, Telbivudin, namun harga obat yang sangat mahal, serta efek samping
adalah kendala kendala yang membatasi penggunaan obat ini.
Pencegahan.
Berhubung hingga saat ini belum ada cara yang efektif dalam mengobati hepatitis virus maka
pencegahan melalui penyluhan kesehatan yang berkesinambungan tentang kebersihan
lingkunagn dan pola hidup sehat merupakan tindakan yang terpenting. Selain itu tindakan

vaksinasi adalah pilihan yang bijaksana. Untuk Hepatitis A dan B, sekarang telah tersedia
vaksin yang poten

Artikel Umum: Hepatitis A

Hepatitis A adalah peradangan (iritasi dan pembengkakan) pada hati disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini
menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat
erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.

Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis
dan jarang berakibat fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan dan sebagian
kecil menjadi hepatitis fulminan (gagal hati akut), berhubungan dengan tingkat kematian
yang tinggi.
Hepatitis A terjadi secara sporadis dan dalam epidemi di seluruh dunia, dengan
kecenderungan untuk kambuh secara siklik. Setiap tahun ada sekitar 1,4 juta diperkirakan
kasus hepatitis A di seluruh dunia (WHO, 2012).

Penyebab, kejadian, dan faktor risiko

Virus Hepatitis A kebanyakan ditemukan dalam tinja dan darah dari orang yang terinfeksi
sekitar 15 45 hari sebelum gejala terjadi dan selama minggu pertama sakit.
Hal hal yang dapat menjadi risiko terjangkit hepatitis A:
1. Mengkonsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh kotoran
(tinja) yang mengandung virus hepatitis A (buah-buahan, sayuran, kerang,
es, dan air adalah sumber umum dari virus hepatitis A).
2. Terjadi kontak dengan tinja atau darah seseorang yang telah terjangkit.
3. Penderita hepatitis A yang tidak mencuci tangan dengan benar setelah
pergi ke kamar mandi dan menyentuh benda-benda lain atau makanan.

Siapapun yang belum divaksinisasi atau belum terjangkit Hepatitis A memiliki resiko yang
tinggi. Di daerah di mana virus tersebar luas (endemisitas tinggi), infeksi hepatitis A
kebanyakan terjadi pada anak usia dini. Sedangkan faktor risikonya meliputi orang yang:
1. Bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi virus hepatitis A tinggi
2. Memiliki kesadaran menjaga kebersihan tubuh yang rendah
3. Tinggal dengan pasien yang terserang Virus Hepatitis A
4. Melakukan aktivitas oral/anal seks
Gejala

Gejala biasanya akan muncul 2 6 minggu setelah terkena virus hepatitis A. Gejalanya dapat
berupa demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin
berwarna gelap dan jaundice (kuning pada kulit dan putih mata). Tidak semua orang yang
terinfeksi akan memiliki semua gejala. Gejala yang muncul antara lain:
Gejala

Angka Kejadian (%)

Kuning

40-80

BAK berwarna seperti teh

68-94

Mudah lelah

52-91

Malas makan

42-90

Nyeri / rasa tidak nyaman pada abdomen 37-65


BAB berwarna dempul

52-58

Mual dan muntah

16-87

Demam atau menggigil

32-73

Sakit kepala

26-73

Nyeri persendian

11-40

Nyeri otot

15-52

Diare

16-25

Nyeri tenggorokan

0-20

Tanda dan gejala yang muncul pada anak-anak lebih ringan dan
bahkan tidak bergejala, jika dibandingkan dengan orang dewasa. Tanda dan gejala pada orang
dewasa dapat bertahan selama 2 hingga 8 minggu.
Tanda dan tes

Virus Hepatitis A merupakan virus RNA (bandingkan dengan manusia yang tersusun atas

DNA).
RNA ini dapat dideteksi pada cairan tubuh dan
feses, sehingga dibutuhkan darah dan feses dari pasien untuk menegakkan diagnosis infeksi
virus Hepatitis A. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin menemukan
bahwa anda memiliki hati yang membesar dan melunak. Tes darah dapat menunjukkan:
1. Peningkatan jumlah antibodi IgM dan IgG terhadap hepatitis A (IgM
biasanya positif sebelum IgG).
2. Peningkatan enzim hati (tes fungsi hati), terutama tingkat enzim
transaminase.
Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A. Istirahat dianjurkan ketika gejala makin
parah. Pengobatan difokuskan pada perbaikan nutrisi dan cairan tubuh yang hilang. Masa
pengobatan biasanya memakan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan. Dengan
harapan tidak terdapat virus yang tersisa dalam tubuh setelah infeksi telah hilang.

Komplikasi

Biasanya tidak ada komplikasi. Namun, satu dari seribu kasus Hepatitis A dapat menjadi
hepatitis fulminan, yang dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan

Sanitasi lingkungan yang baik, keamanan pangan, dan imunisasi adalah cara yang paling
efektif untuk mencegah hepatitis A. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko penyebaran
virus, dapat dilakukan dengan cara:
1. Selalu cuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet dan setelah
anda kontak dengan darah, kotoran, atau cairan tubuh orang yang
terinfeksi.
2. Hindari makanan dan minuman yang tak terjaga kebersihannya, terutama
produk dari susu.
3. Hindari daging mentah atau yang kurang matang.
4. Jangan membeli makanan dari PKL yang kebersihannya tak terjaga.
5. Melakukan vaksinasi hepatitis A (hepatitis B bila perlu) jika belum ada
antibodi terhadap Hepatitis A.
6. Memasak air sampai mendidih
menghilangkan virus Hepatits A.

adalah

metode

terbaik

untuk

7. Makanan siap saji agar segera dimakan langsung.

Vaksinasi

Pencegahan dilakukan menggunakan vaksinasi Hepatitis A atau pun Imunoglobulin.


Vaksinasi diberikan kepada orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi virus hepatitis A,
sebelum terinfeksi virus hepatitis A. Selain itu, vaksinasi ini juga disarankan bagi pasien
dengan infeksi hepatitis lain, seperti hepatitis B dan C. Vaksin Hepatitis A di Indonesia
tersedia dalam dua merk. Keduanya diberikan dengan disuntikkan ke dalam otot, sebanyak 2
kali, dengan selang waktu 6-18 bulan. Efek proteksi vaksin ini pada suntikan pertama dapat
mencapai 1 tahun, namun efek proteksi permanen dapat tercapai pada suntikan kedua. Tidak

diperlukan booster di kemudian hari apabila telah menyelesaikan vaksinasi sebanyak 2 kali
ini.
Imunoglobulin diberikan apabila seseorang belum mendapatkan vaksinasi hepatitis A, namun
berada dalam kondisi yang rentan terinfeksi hepatitis A. Imunoglobulin diberikan juga
melalui suntikan pada otot, diberikan minimal 2 minggu sebelum berada dalam kondisi yang
rentan tersebut, dan memberikan proteksi selama 3-6 bulan. Berbeda dengan vaksinasi,
immunoglobulin merupakan imunasisi pasif. Imunoglobulin ini juga dapat diberikan kepada
seseorang yang alergi terhadap vaksinasi.
Efek samping dari vaksinasi maupun imunoglobulin pada umumnya adalah nyeri pada tempat
penyuntikan dan sakit kepala. Efek samping yang lebih berat jarang terjadi, berupa reaksi
anafilaksis. Konsultasikan dengan dokter anda, apabila anda termasuk orang yang memiliki
resiko tinggi untuk mengalami infeksi virus hepatitis A

Laporan kasus

Laki-laki, usia 37 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan dengan keluhan nyeri ulu hati yang memberat sejak 18 jam sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Pasien kompos mentis, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 120
kali/menit, pernapasan 28 kali/menit, dan suhu 37oC. Pasien mengatakan bahwa sejak 2 hari
yang lalu muncul rasa tidak nyaman pada ulu hati, perut terasa penuh, dan mual. Sejak 18
jam SMRS, nyeri ulu hati bertambah berat dengan visual analog scale (VAS) 6 dari 10, nyeri
menjalar ke perut kanan atas dan tembus sampai ke puggung. Pasien muntah sebanyak 2 kali
sebelum dibawa ke rumah sakit. Tidak ada riwayat terbentur pada daerah perut, diare,
demam, buang air besar berwarna hitam, dan muntah darah. Sejak 1 bulan SMRS, pasien
berobat di instalasi rawat jalan rumah sakit dengan keluhan nyeri ulu hati berulang. Pasien
didiagnosis mengalami sirosis hepatis dengan single nodul di lobus kanan hepar (berdasarkan
pemeriksaan USG abdomen) dan hepatitis B kronis (berdasarkan pemeriksaan HBsAg
metode rapid test positif). Pasien tidak memiliki riwayat mendapat transfusi darah, konsumsi
alkohol, dan berganti pasangan sebelumnya. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit atau keluhan yang sama dengan pasien. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
pucat dan ikterik pada konjungtiva. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan perut pasien
datar, tegang pada daerah epigastrium dan perut kanan atas, hepar dan lien tidak teraba
membesar, nyeri tekan positif pada daerah epigastrium dan regio perut kanan atas, bising usus
4x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium saat pasien masuk di IGD terlihat pada Tabel 1.
{pub}Artikel lengkap khusus PELANGGAN, silahkan Login di BERANDA.{/pub}
{reg}

Pasien kemudian didiagnosis dengan dispepsia, sirosis hepatis, dan hepatitis B kronis. Pasien
mendapat penanganan pertama dengan infus ringer laktat, injeksi ranitidine dan
metocloporamid. Selama berada di IGD, perut pasien semakin nyeri serta timbul guarding
dan tegang pada abdomen yang menyebar dari regio epigastrium hingga regio perut kanan
atas dan tengah. Pasien mengeluh bahwa nyeri yang dirasakan bernilai 9 dari 10 skala VAS.
Tekanan darah pasien turun menjadi 80/50 mmHg. Pasien kemudian mendapat injeksi
tramadol, loading ringer laktat 500cc. Kemudian dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada
dan foto polos abdomen (Gambar 1 dan Gambar 2).
Setelah mendapat injeksi tramadol, nyeri pasien berkurang menjadi 4 dari 10 skala VAS.
Setelah mendapat loading ringer laktat, tekanan darah pasien naik hingga 100/70 mmHg.
Pasien kemudian menjalani perawatan di instalasi rawat inap.
Keesokan harinya, pasien semakin lemas. Nyeri perut kembali terasa dengan nilai VAS 8 dari
10, kesadaran somnolen, tekanan darah 90 per palpasi dengan frekuensi nadi 128 kali/menit.
Pasien tampak pucat. Pada pemeriksaan fisik, abdomen teraba tegang pada seluruh perut

disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin pasien turun
menjadi 3.2 g/dL, hematokrit 9.9%, dan leukosit 30.300/mm3. Pasien kemudian
dikonsultasikan ke bagian bedah. Kemudian dilakukan pemasangan akses vena sentral,
pemberian loading cairan ringer laktat 1000 cc, terapi vasopresor dengan norepinephrine, dan
transfusi whole blood sebanyak 7 kantong lalu pasien dipindahkan ke ruang Intensive Care
Unit (ICU). Pasien kemudian didiagnosis dengan perforasi viskus, syok sepsis, dan syok
hipovolemik. Pasien disarankan untuk melakukan tindakan operasi segera. Pada operasi
ditemukan adanya darah berwarna hitam di peritonium sebanyak 1000 cc. Perdarahan
berasal dari ruptur makronodul sirosis hepatis, namun sudah tidak berdarah aktif lagi.
Setelah pasien dioperasi, pasien kembali ke ruangan ICU. Pasien terpasang ventilator dan
vasopresor dengan norepinephrine. Pasien mendapat terapi intravena antibiotik meropenem,
ranitidine, dan tramadol. Pasien meninggal sehari setelah operasi dengan diagnosis akhir
ruptur makronodul pada sirosis hepatis dengan hepatitis B kronik, syok sepsis, dan syok
hipovolemik.

Diskusi

Ruptur hati menyababkan terjadinya perdarahan intra-abdomen (hemoperitoneum) masif


yang bersifat mengancam nyawa. Ruptur hati non-traumatik secara berturut-turut paling
sering terjadi pada keganasan hati seperti Hepatocellular Carcinoma (HCC) sebanyak 85,7%;
sirosis (4,3%); hati adenoma (5,7%); dan hati angioma (2,9%).5-6 Penyebab lain yang lebih
jarang menyebabkan ruptur hati antara lain penggunaan antikoagulan, abses hati, kista
parasitik atau non-parasitik, peliosis hepatis, amioidosis, dan HELLP sindrom. Terdapat
laporan lain yang menjelaskan penyebab lain ruptur hati, yakni sindrom hipereosinofilik4,
akibat pengaruh sorafenib pada pasien HCC7, infeksi hepatitis B dan D kronis8, dan
komplikasi pada dialisis peritoneal.9
Diagnosis ruptur hati dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.10 Kecurigaan adanya ruptur hati pada pasien dapat
dipertimbangkan bila ditemukan gejala nyeri perut kanan atas, anemia progresif mendadak,
dan atau tanda syok.6 Penelitian Chen ZY, et al mengemukakan bahwa gejala tersering dari
pasien dengan ruptur hati berturut-turut adalah nyeri abdomen (90%), anemia (68,6%); syok
(52,9%); dan peritonitis akut (27,1%).5 Pada pasien sirosis hepatis dengan infeksi hepatitis B
kronis yang datang dengan gejala nyeri abdomen, anemia progresif, dan syok perlu dipikirkan
adanya kemungkinan terjadi hemoperitonemum akibat ruptur hati. Hal ini didukung oleh
penelitian Ma YJ, et al., yang menemukan bahwa pada semua pasien sirosis hepatis yang
mengalami hemoperitoneum tanpa riwayat tumor dan trauma juga mengalami infeksi
hepatitis B kronis.11 Ruptur hati non-traumatik biasa diawali dengan hematoma subkabsular.
Hal ini menyebabkan gejala awal pasien biasa muncul sebagai nyeri pada regio epigastrik
atau regio perut kanan atas selama beberapa hari atau minggu sampai terjadi ruptur hati.8
Tanda akut yang biasa menyertai kejadian ruptur hati dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik
pasien berupa syok, distensi abdomen, dan tanda peritonitis. Sering kali, akibat rendahnya

angka kejadian kasus ruptur hati dan rendahnya kewaspadaan untuk memikirkan
kemungkinan terjadinya ruptur hati, diagnosis dan penanganan ruptur hati menjadi terlambat.12
Jika terdapat kecurigaan terjadi hemoperitoneum akibat ruptur hati maka setelah dilakukan
stabilisasi pasien dapat dilakukan pemeriksaan radiologis, seperti USG, CT-scan, atau MRI.13
Diketahui bahwa pemeriksaan CT-scan abdomen memiliki sensitivitas dan spesifisitas terbaik
dalam diagnosis ruptur hati.8 Namun demikian, pada pasien dengan riwayat kelainan hati,
pemeriksaan USG dengan atau tanpa kontras dapat dilakukan sebagai metode pemeriksaan
lini pertama dalam menentukan diagnosis terjadinya hemoperitenoum pada ruptur hati.6 Pada
pemeriksaan laboratorium, temuan paling sering adalah anemia yang dapat terjadi secara
progresif6 sehingga pemeriksaan hemoglobin serial sebaiknya dilakukan.

Kesimpulan

Ruptur hati dapat menyebabakan hematoperitoneum yang bersifat mengancam nyawa. Ruptur
hati paling sering terjadi pada pasien dengan HCC. Pada pasien dengan riwayat kelainan hati
yang datang dengan nyeri perut regio epigastrik dan perut kanan atas, anemia, dan atau syok,
perlu dipertimbangkan terjadinya ruptur hati. Keterlambatan dalam diagnosis dan
penatalaksanaan ruptur hati sering terjadi karena rendahnya angka kejadian ruptur hati dan
kurangnya kewaspadaan dokter dalam memperkirakan diagnosis ruptur hati sebagai salah
satu diagnosis banding pada pasien dengan nyeri epigastrium.

Anda mungkin juga menyukai