Anda di halaman 1dari 4

Bab III

Kerangka Teori
A. Das sollen dan Das sein
Kaedah hukum bukan menuntut manusia untuk menjadi sempurna tetapi
agar manusia menciptakan suatu ketertiban supaya tidak terjadi tindak kejahatan.
Kaedah hukum bersifat normative dan atributif. Dimana normative itu adalah
memberikan suatu kewajiban, memberikan suatu tatanan apa yang harus dilakukan
dan tidak dilakukan sedangkan atributif adalah memberikan hak.
Das solen adalah kenyataan normative apa yang seharusnya dilakukan,
contoh : dilarang mencuri. Das sein adalah kenyataan yang terjadi di masyarakat .
Hubungan antara das solen dan das sein adalah bahwa das solen bersifat pasif
supaya menjadi aktif atau menjadi kenyataan perlu adanya suatu peristiwa (des
sein). Jadi das sein itu meupakan activator dari das solen sehingga das solen itu
akan menjadi suatu peristiwa hukum. Contoh : Merokok merupakan peristiwa
konkrit (das sein) tetapi bila orang merokok di dekat pom bensin dan terjadi ledakan
akibat orang yang merokok tersebut, maka merokok menjadi peristiwa hukum yang
dapat menyebabkan perokok tersebut dihukum.
B. Komite Medis
Komite medis merupakan organisasi dari suatu rumah sakit seperti yang
terdapat di pasal 33 UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, bahwa setiap
rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, akuntabel. Paling sedikit
terdiri atas :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kepala atau direktur rumah sakit


Unsure layanan medis
Unsure penunjang medis
Unsure perawatan
Komite medis
Satuan pemeriksaan nasional
Administrasi umum dan khusus

Komite medis ini ada di semua klasifikasi rumah sakit, baik di kelas A, B, C, D
sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 24 UU No. 44/2009: RS
Komite medis keanggotaan nya dipilih dari anggota SMF. SMF itu merupakan
dari yang bekerja di institusi dalam jabatan fungsional . Tugas dari SMF itu
sesuai dengan pasal 43 tentang Kepmenkes 983/1992:pendidikan organisasi
RSU.
Tugas dari SMF yaitu:
1. Pelaksanaan diagnosis

2. Pengobatan
3. Pencegahan akibat penyakit
4. Meningkatkan kepulihan kesehatan
5. Penyuluhan kesehatan
6. Pendidikan dan latihan
7. penelitian dan pengembangan

Komite medis mempunyai tugas membantu direktur untuk:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

menyusun standar pelayanan


Memantau pelaksanaan
Membina etika profesi
Mngatur kewenangan profesi anggota SMF
Pengembangan program pelayanan
Pendidikan dan latihan
Penelitian dan pengembangan

Tugas komite medis diatur oleh pasal 45 kepmenkes 983/1992:pendidikan


organisasi RSU. Pembentukan komite medis pada RS milik departemen kesehatan
ditetapkan dengan keputusan Dirjenyanmed atau usul direktur, untuk masa kerja 3
tahun. Sedangkan untuk konite medis RS yang bukan milik Depkes ditetapkan
dengan keputusan pemilik RS atas usul direktur.
Keputusan Dirjenyanmed No. HK.00.06.3.5.3018: {Pedoman pengorganisasian SMF
dan komite medis di RS swasta . Menyatakan bahwa komite medis itu memiliki
subkomite yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Subkomite
Subkomite
Subkomite
Subkomite
Subkomite
Subkomite
Subkomite

infeksi nasokomial
farmasi dan terapi
peningkatan mutu pelayan medis
rekam medis
panitia kredensial
etika profesi
panitia akreditasi

Dengan masa kerja setiap subkomite adalah 3 tahun.


Susunan komite medis diantaranya menurut Permenkes No. 755/2011 pasal 1:
1. Ketua
2. Sekretaris
3. Subkomite medis

Namun jika sumber daya terbatas setidaknya terdiri atas:


1. Ketua
2. Sekretaris (tanpa subkomite medis) atau ketua beserta sekretaris
merangkap Ketua dan anggota sub komite medis
Untuk di pasal 10 sub komite medis itu terdiri atas:
1. Subkomite medis kredensial ( tugas: menapis profesionalisme staf medis)
2. Subkomite medis mutu profesi (tugas: Mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf medis)
3. Subkomite etika dan disiplin profesi (tugas: menjaga disiplin, etika, perilaku
profesi staf medis)
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi komite medis berwenang memberikan
rekomendasi berdasarkan pasal 12 :
1. Rincian kewenangan klinis
2. Surat penugasan klinis
3. Penolakan kewenangan klinis
4. Perubahan modifikasi rincian kewenangan klinis
5. Tindak lanjut audit medis
6. Pendidikan kedokteran berkelanjutan
7. Pendampingan
8. Pemberian tindakan disiplin

Bab IV
Pembahasan Penelitian
A. Perbandingan antara Das Sollen dan Das Sein dalam Kasus
Seorang perawat seharusnya melakukan pelepasan jarum infuse secara hati
hati dengan melepaskan plesternya terlebih dahulu, itu merupakan suatu normative
yang seharusnya dilakukan dalam prosedur yang benar. Hal ini termasuk das sollen
yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap perawat dalam melakukan
prosedur tersebut. Kenyataannya yang terjadi pada kasus ini perawat tersebut
melakukan kelalaian dengan melaksanakan tindakan prosedur yang tidak sesuai,
perawat tersebut tidak melepas plester pada infuse bayi yang bernama wawan.
Sehingga terjadi salah pemotongan yang menyebabkan jari wawan terputus, hal ini
termasuk kedalam das sein yang merupakan kenyataan di masyarakat. Tindakan ini
juga termasuk suatu tindakan malpraktik, karena adanya damage berupa
terputusnya jari yang berakhir kematian pada pasien tersebut. Sehingga tindakan
ini masuk ke dalam tindakan pidana. Sesuai dengan kitab undang-undang hukum
pidana (KUHP) pasal 359 menyebutkan Barang siapa karena kesalahannya
menyebabkan kematian orang lain , diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

Di dalam rumah sakit terdapat suatu organisasi yang dinamakan komite


medis. Komite medis ini di bagi menjadi beberapa sub komite salah satu nya adalah
sub komite etika dan disiplin profesi. Sub komite etika dan disiplin profesi memiliki
tugas menjaga disiplin, etik, dan perilaku profesi staf medis. Ketika ada suatu
pelanggaran etik atau professi, tugas sub komite medis ini harus berfperan dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Setiap anggota medis di rumah sakit
bertanggung jawab atas tugas medis yang dilakukan dan harus melaksanakan
sesuai etika dan disiplin profesi .

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tindakan yang terjadi pada kasus ini termasuk kedalam tindakan das sein.
Tindakan das sein tersebut menimbulkan damage pada pasien dan akhirnya
pasien mengalami kematian. Maka kasus ini dapat digolongkan ke dalam
tindakan pidana. Dengan adanya kelalaian dari perawat tersebut maka sesuai
dengan KUHP pasal 35 perawat di ancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
B. SARAN
Organisasi di Rumah sakit tersebut yaitu komite medis harus meningkatkan
perannya dalam menjaga disiplin, etik dan perilaku profesi staf medis. Dan
juga komite medis harus meningkatkan pengawasannya terhadap pelaku
kesehatan. Seperti di kasus kita ini adalah perawat agar terhindar dari
kesalahan seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai