Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA INDONESIA

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KELAS: XII IPA 2


Nama Kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Idam Kholik
Lady Anjarizki
Muti Ana Zain
Metri Mariana
Reynaldi Wahyu Utomo
Riski Akbar
Syifa Alfa Rahma

SMA NEGERI 3 KOTA BENGKULU


TAHUN AJARAN 2014/2015

Bengkulu, 30

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah pembangunan ekonomi
indonesia. Selain sebagai tugas, makalah yang penulis buat ini bertujuan memberi informasi
kepada para pembaca tentang masalah pokok pembangunan ekonomi Indonesia antara lain
masalah kemiskinan, dampaknya serta upaya pengentasan masalah kemiskinan.
Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu ,selesainya
makalah ini bukan semata karena kemampuan penulis, banyak pihak yang mendukung dan
membantu. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihakpihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar kedepannya
kami mampu lebih baik lagi.

Bengkulu, 29 Oktober 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.
Daftar Isi
Bab I Pembahasan.
A.

Latar Belakang.

B.

Rumusan Masalah

C.

Tujuan Pembahasan..

Bab II Pembahasan..
A

Masalah kemiskinan di Indonesia..................................................

B.

Dampak kemiskinan...................

C.

Penyebab Kegagalan penuntasan kemiskinan

D.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan

E.

Upaya penanggulangan kemiskinan..........................................................................

Bab III Penutup.


A.

Kesimpulan..................

B.

Saran....

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Konsep pemahaman tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekadar


ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dan juga ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan yang cukup dasar dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya kesempatan
berusaha dan juga kurangnya lapangan pekerjaan, hingga pengertian yang lebih luas yang
memasukkan aspek sosial dan moral. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan
terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat. Kemiskinan
juga dapat diartikan sebagai ketidakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang
diterapkan oleh suatu pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah
dan tereksploitasi. Tetapi pada umumnya, ketika kemiskinan dibicarakan, yang dimaksud
adalah kemiskinan material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori
miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat
hidup secara layak. Ini yang sering disebut dengan kemiskinan konsumsi. Status miskin
dalam kehidupan juga relatif . ada standar tertentu yang dapat mengelompokan seseorang
masuk dalam kategori masyarakat miskin

B.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana keadaan kemiskinan di indonesia ?

2.

Bagaimana dampak Kemiskinan ?

3.

Apa Penyebab Kegagalan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia?

4.

Bagaimana Strategi Penanggulangan Kimiskinan di Indonesia?

C.
1.

Tujuan Pembahasan
Memberikan gambaran keadaan kemiskinan di Indonesia.

2.
Dengan mengetahui tingkat kemiskinan dan apa-apa saja yang menyebabkan
kemiskinan kita akan bisa dengan mudah menentukan arah kebijakan.
3.
4.
5.

Kemiskinan Di Indonesia
Dampak dari kemiskinan
upaya pngentasan kemiskinan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kemiskinan Di Indonesia


Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. di Indonesia masalah
kemiskinan seperti tak kunjung usai. masih banyak kita dapati para pengemis dan
gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta
pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari.
Kini di Indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Jumlah kemiskinan di Indonesia pada
Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen (www.bps.go.id). Kemiskinan bukan
semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural.
Hari Susanto (2006) mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk menentukan
apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin atau tidak bisa
dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat konsumsi seseorang
atau sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat dilihat dari berbagai faktor.
Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum.
Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse (to be)
atau (martabat manusia) dan habere (to have) atau (harta atau kepemilikan). Oleh sebagian
besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks habere. Orang miskin adalah
orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan urusan bersifat
ekonomis semata.
Bila kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk mempertahankan
hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi mengembangkan hidup
yang terhormat dan bermartabat.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat
negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari
tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Belum lagi tingkat pengangguran yang
meningkat signifikan. Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak
12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan
terakhir, masyarakat yang makan Nasi Aking.
2.2. Dampak Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks,
diantaranya :
1. Pengangguran.
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan
daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung
terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
2. Kekerasan.
Kekerasan-kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran.
Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal.

Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan
hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau
menipu. belakangan banyak oknum-oknum yang menggunakan modus penipuan melalui sms.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya
biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah
atau pendidikan. Karena untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Kondisi seperti ini membuat masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya
tingkat putus sekola berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu
akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan
menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi
yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik
pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang
biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
2.3. Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia
Seperti telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang
kompleks dan multidimensional yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme
ekonomi, sosial dan politik yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengentasan
kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah. Jadi, memang tak ada
jalan pintas untuk mengentaskan masalah kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak bisa
dilakukan dengan tergesa-gesa.
Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Disamping turut menandatangani Tujuan
Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun 2015, dalam
RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam pengentasan kemiskinan
untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk mengurangi angka kemiskinan dari 18,2
persen pada tahun 2002 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009.
Dalam pelaksanaan program pengentasan nasib orang miskin, keberhasilannya bergantung
pada langkah awal dari formulasi kebijakan, yaitu mengidentifikasikan siapa sebenarnya si
miskin tersebut dan dimana ia berada. Kedua pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
melihat profil dari si miskin.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga
yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari,
sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap
kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak
menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak
tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar
kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan
manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar
daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan
ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Masing-masing cara tersebut
menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat
multi-dimensi dan keragaman antar daerah (lihat Tabel 1). Dengan kata lain, strategi

pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga komponen:
Membuat Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan kemiskinan.
Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci
bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan proses pertumbuhan baik dalam
konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan
pulau. Hal ini sangat mendasar dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua,
dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi
distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan kemiskinan.
Membuat pertumbuhan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan langkah untuk
membawa mereka pada jalan yang efektif untuk keluar dari kemiskinan. Hal ini berarti
memanfaatkan transformasi struktural yang sedang berlangsung di Indonesia yang ditandai
oleh dua fenomena. Pertama, sedang terjadi pergeseran dari kegiatan yang berbasis pedesaan
ke kegiatan yang berbasis perkotaan. Kedua, telah terjadi pergeseran yang menonjol dari
kegiatan bertani (farm) ke kegiatan non-tani (non-farm). Transformasi ini menunjukan
adanya dua jalan penting yang telah diambil oleh rumah tangga untuk keluar dari kemiskinan
di Indonesia.
1. Peningkatan produktivitas pertanian.
2. Peningkatan produktivitas non-pertanian, baik di daerah perkotaan maupun di daerah
pedesaan yang dikotakan dengan cepat.
Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun sektor
swasta-adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu
merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan kemiskinan di Indonesia.
Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya Angka Kematian Ibu yang
tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat
miskin. Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang bekaitan dengan pengeluaran pemerintah,
karena berkaitan dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan
layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri keragaman antar daerah kebanyakan
dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya
mengakibatkan adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusia di
berbagai daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat
miskin merupakan kunci dalam menangani masalah kemiskinan dalam konteks keragaman
antar daerah.
Membuat layanan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan perbaikan sistem
pertanggungjawaban kelembagaan dan memberikan insentif bagi perbaikan indikator
pembangunan manusia. Saat ini, penyediaan layanan yang kurang baik merupakan inti
persoalan rendahnya indikator pembangunan manusia, atau kemiskinan dalam dimensi nonpendapatan, seperti buruknya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Bidang lain yang
memerlukan perhatian adalah perbaikan akses bagi masyarakat miskin terhadap pelayanan
untuk menekan kesenjangan antar daerah dalam hal indikator pembangunan manusia. Di
bidang pendidikan, salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus sekolah di
masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP. Dalam
menyikapi aspek multidimensional kemiskinan, upaya-upaya hendaknya diarahkan pada
perbaikan penyediaan layanan, khususnya perbaikan kualitas layanan itu sendiri. Upaya-

upaya tersebut dapat di wujudkan dalam bentuk :


1. Meningkatkan tingkat partisipasi sekolah menengah pertama
2. Layanan kesehatan dasar yang lebih baik untuk masyarakat miskin maupun untuk penyedia
layanan.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat miskin dalam mengakses air bersih dan
sanitasi.
4. Perjelas tanggungjawab fungsional dalam penyediaan layanan.
5. Perbaiki penempatan dan manajemen PNS.
6. Berikan insentif lebih besar untuk para penyedia layanan.
Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Di samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan sasaran
pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi
kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan). Pertama, pengeluaran
pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan dari
segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan
kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran
pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia,
sehingga dapat mengatasi kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Membuat pengeluaran
bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya
peluang dari sisi fiscal yang ada di Indonesia saat kini.
Pengurangan subsidi BBM merupakan langkah besar ke arah pengeluaran publik pemerintah
yang lebih berpihak pada masyarakat miskin. Sampai saat ini, pengeluaran pemerintah tidak
selalu bisa secara efektif mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat miskin untuk keluar
dari kemiskinan. Ketika pemerintah memperoleh kelonggaran fiskal menyusul realokasi
subsidi BBM yang regresif, penting untuk memastikan bahwa pengeluaran tersebut benarbenar berdampak positif bagi masyarakat miskin. Sekarang pemerintah mempunyai
kesempatan untuk menangani masalah kerentanan tinggi masyarakat miskin di Indonesia
dengan cara mengarahkan belanja pemerintah ke dalam sistem jaminan sosial yang mampu
mengurangi kerentanan tersebut. Salah satu komponen penting dari realokasi pengeluaran
pemerintah adalah memusatkan perhatian pada upaya peningkatan penghasilan masyarakat
miskin. Pengeluaran pemerintah yang bisa berdampak langsung pada peningkatan
penghasilan juga akan berdampak positif pada penanganan kemiskinan. Salah satu prioritas
yang bisa dikedepankan-dan telah dimulai oleh pemerintah-ialah memperluas cakupan
pembangunan berbasis masyarakat (community driven development atau CDD).
Penyebab Kegagalan penuntasan kemiskinan
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program
penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan
kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang
miskin. Hal tersebut antara lain berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring
pengaman sosial (JPS) untuk masyarakat miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan
persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan
dapat menimbulkan ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada
kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat
miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk
menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan
penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga

dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Alangkah lebih baik apabila dana-dana
bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah
menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas).
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan
adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri
sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan,
yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Faktor ketiga adalah pemaham pemerintah bahwa pemerintah memberikan kebutuhan
yang menunjang kehidupan sehari hari bukan memberikan jalan bagaimana untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari mereka. Pemerintah sebenarnya telah memberikan jalan
seperti menggelar event seperti Job Fair yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat . namun , persyaratan yang tinggi juga menjadi ganjaran bagi masyarakat .
karena , biasanya masyarakat yang tergolong masyarakat miskin tidak memiliki jenjang
pendidikan yang tinggi .
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Strategi untuk mengatasi krisis kemiskinan tidak dapat lagi dilihat dari satu dimensi saja
(pendekatan ekonomi), tetapi memerlukan diagnosa yang lengkap dan menyeluruh (sistemik)
terhadap semua aspek yang menyebabkan kemiskinan secara lokal.
Untuk mencapai sasaran penurunan angka kemiskinan KPK menetapkan strategi
pemberdayaan masyarakat melalui 2 (dua) cara yaitu pertama, mengurangi beban
pengeluaran konsumsi kelompok miskin dan kedua, meningkatkan produktivitas masyarakat
miskin untuk meningkatkan pendapatannya. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui
pengembangan dan pemberdayaan usaha masyarakat terutama Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah yang meliputi penajaman program, pendanaan, dan pendampingan. Pendampingan
yang dimaksud di sini adalah program penyiapan, pemihakan dan perlindungan untuk
meningkatkan kapasitas sumberdaya masyarakat dan kelembagaannya sebagai pemanfaat
program agar pendanaan yang disalurkan dapat terserap dan termanfaatkan dengan baik. Dan
memperbanyak jumlah koperasi simpan pinjam di daerah yang berperan sebagai saran yang
dapat digunakan masyarakt yang dapat membantu permodalah usaha usaha masyarakat .
selain itu , koperasi juga dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari hari masyarakat
dengan harga yang murah dan juga dapat menjadi tempat investasi bagi masyarakat yang mau
menanamkan modal di koperasi tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks,
diantaranya : pengangguran, kekerasan, masalah pendidikan dan masalah kesehatan.
Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK).
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga
yang berada disekitar garis kemiskinan nasional. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada
pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Ketiga,
mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah
merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan
ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.Masalah kemiskinan di Indonesia
sudah sangat berat ini karena kurangnya kerjasama antara pemerintah , masyarakat dan juga
pihak terkait yang seharusnya bisa menyelesaikan masalah kemiskinan di indonesia. Namun ,
bukan berati masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa di selesaikan . butuh kesadaran dan
kemauan dari masayarakat untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka . bagi pemerintah
butuh keseriusan dan ketulusan hati mereka untuk membantu rakyat miskin yang sebenarnya
juga menjadi tanggung jawab mereka . karena , pemerintah cenderung tidak serius dalam
membuat dan menjaga program yang mereka buat untuk mensejahterakan masyarakat dan
ketulusan hati mereka untuk membantu mereka yang membutuhkan bantuan. Dan bagi pihak
terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut . tidak seharusnya mereka memanfaatkan
keadaan dan amanah yang telah diberikan pemerintah untuk memperkaya diri sendiri . karena
mereka juga ada karena harus membantu bukan memperkaya diri dari sesuatu yang bukan
seharusnya bukan menjadi miliknya.
Salah satu tujuan utama dari proses pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia
adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik materiil maupun spirituil secara adil dan
merata. Tujuan ini akan tercapai bila bangsa Indonesia mampu menanggulangi kemiskinan.
Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan memberdayakan usaha mikro,
kecil, dan menengah karena usaha ini telah mampu membuktikan diri sebagai landasan
perekonomian Indonesia melalui ketahanan diri yang dibuktikan selama krisis ekonomi
melanda Indonesia. Selain itu UMKM merupakan sektor yang diperani oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Usaha pemberdayaan dan pengembangan UMKM dalam rangka
penanggulangan kemiskinan ini tidak dapat dilakukan secara individual namun harus
melibatkan berbagai stakeholder yang ada seperti pemerintah, dunia usaha, dan swasta yang
merupakan sektor yang menjadi landasan perekonomian Indonesia, LSM, akademisi,
lembaga-lembaga donor, dan lain-lain.
Pengembangan UMKM dalam konteks penanggulangan kemiskinan tidak bisa lepas dari
peran LKM karena LKM merupakan pihak yang selama ini mampu memberikan dukungan
kepada UMKM khususnya dalam hal sumberdaya finansial di saat pihak perbankan
komersial tidak mampu menjangkaunya karena karakteristik yang melekat pada UMKM
sendiri. Berangkat dari fenomena ini maka tidak dapat dipungkiri bahwa pemberdayaan LKM

merupakan salah satu prasyarat mutlak yang harus dipenuhi dalam rangka pengembangan
UMKM yang diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan. Pemberdayaan LKM harus
mencakup dua aspek, yaitu aspek regulasi dan penguatan kelembagaan. Kedua aspek ini tidak
boleh berdiri sendiri namun harus saling terkait dan mendukung sehingga mampu
membentuk sinergi dalam mengembangkan UMKM yang diarahkan untuk menanggulangi
kemiskinan.

3.2. Saran
Masalah kemiskinan hendaknya menjadi prioritas agar tidak menimbulkan masalah-maslah
lain.
Dalam hal pengentasan kemiskinan perlu diperhitungkan kebijakan-kebijakan apa yang
cocok dengan profil kemiskinan yang sedang dihadapi.
Secara pribadi penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
demi kelancaran dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga dengan dibuatnya makalah
ini dapat menambah informasi dan juga memberikan manfaat bagi pembacanya . dan dengan
dibuatnya makalah ini dapat membuat pembacanya melihat di sekitar mereka dan membantu
saudara atau masayarakat di sekitar mereka jika ada yang memiliki masalah ekonomi dan
membutuhkan bantuan

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Faisal. 1995. Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI. Erlangga : Jakarta.
http://www.bps.go.id
http://www.wikipedia.com
http://www.ekonomirakyat.org/index4.php
http://els.bappenas.go.id/upload/other/MDGs%20dan%20Masalah%20Kemiskinan%20di
%20Indonesia.htm

Anda mungkin juga menyukai