A. JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK-TALK-WRITE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS
VII SMP HARAPAN SUKABUMI PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
TAHUN AJARAN 2013/2014.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi persaingan
global ditandai oleh semakin pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
segenap aspek kehidupan manusia. Akibatnya peningkatan kualitas bidang pendidikan,
khususnya yang berorientasi pada penguasaan dan pemanfaatan IPTEK menjadi sangat
penting.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional (undang-undang No. 20 tahun2003),
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
aktif
keterampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Prof. Dr. Made Pidarta,
2007:11).
Pendidikan merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar
dan perkembangan. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya
belajar (Dr.Dimyati, Drs. Mudjiono2006:7). Sehingga dalam Pendidikan Guru sebagai
pelaku mendidik dan siswa yang terdidik, dan dalam Belajar Siswa yang bertindak
belajar atau pembelajar.
Adapun pengertian Belajar Menurut sudjana (2008: 28), belajar bukan menghafal
dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai suatu proses belajar dapat ditunjukan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, keterampilannya, kecakapan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lainlain pada individu.
Dalam proses Belajar, siswa dituntut untuk aktif dan memenuhi tiga aspek,
yakni : Asfek Kognitif, Asfek Afektif dan Psikomotor.
Akan tetapi, ketiga aspek tersebut belum terpenuhi dengan baik. Sehingga
kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinksan. Salah satu permasalahan dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah Rendahnya prestasi belajar
matematika.
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam
diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki
pengetahuan matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan.
Tetapi tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata
pelajaran yang membosankan, menyeramkan bahkan menakutkan, sehingga motivasi
belajar matematika siswa rendah dan banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami
matematika karena matematika bersifat abstrak, sementara alam pikiran kita terbiasa
berfikir tentang obyek-obyek yang konkrit.
Berdasarkan Pengalaman Peneliti, kesulitan belajar matematika juga dapat
mempengaruhi hasil belajar matematika. Ini menyebabkan nilai matematika siswa masih
kurang dari KKM yang sudah di tentukan (Data terlampir), terutama dalam materi
2
kelompok
terstruktur.
Strategi
Pembelajaran
Think-Talk-Write
Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang dilakukan
manusia meliputi lima dimensi yaitu :
1. Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya
pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran
tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.
2. Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar.
Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan berfikir secara
efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan
berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan, terjadi karena
adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat
diprediksi.
3. Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu pembentukan
konsep,
pembentukan
prinsip,
pemahaman,
pemecahan
masalah,
siswa
mengungkapkan
idena
melalui
tulisan.
Selanjutnya
berkomunikasi atau berdialog baik antar siwa maupun dengan guru dapat
meningkatkan pemahaman.
(c). Write (Menulis)
Selanjutnya fase write yaitu menuliskan hasil diskusi/berdialog pada lembar
kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti
mengkontruksi ide, setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam pembelajaran membantu
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang
materi yang ia pelajari (Shield & Swinson, 1996). Pada fase ini kreativitas siswa
sangat diperlukan untuk menuliskan hasil diskusinya. Selain itu Masingila &
Wismowska (1996), mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat
membantu :
1. Kesalahn siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
2. Keterangan nyari dari prestasi siswa.
2. Kelebihan dari Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Menurut Suseli (2010:39), kelebihan dari penggunaan model pembelajaran
Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut :
a. Mendidik siswa lebih mandiri
b. Membentuk kerjasama tim
c. Melatih berfikir, berbicara dan membuat catatan sendiri
d. Lebih memberikan pengalaman pribadi
e. Melatih siswa berani tampil
f. Bertukar informasi antar kelompok/siswa
g. Guru hanya sebagai pengarah dam pembimbing
h. Siswa menjadi lebih aktif
3. Aktivitas siswa selama fase ini adalah :
a. Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan.
b. Mengorganisasikan semua langkah demi langkah, baik penyelesaiannya
ada yang menggunakan grafik, diagram, atau tabel agar mudah dibaca dan
ditindak lanjuti
9
kesulitan.
f. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan
memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk
berpartisipasi.
5. Langkah-langkah (sintaks) dalam Startegi pembelajaran Think-TalkWrite (TTW), yaitu sebagai berikut :
A. Pendahuluan
1) Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
2) Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta
tugas-tugas dan aktivitas siswa.
3) Melakukan apersepsi.
4) Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
5) Membagi siswa dalam kelompok kecil (2 - 6 siswa).
B. Kegiatan inti
1) Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah
yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan
sedikit petunjuk.
10
2) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat
catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui
dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah
akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta
didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau
menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
3) Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi
catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara
individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan katakata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam
diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang
diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu
banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang
heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin
(1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when
students working in heterogeneous group to six students, are asked to
explain, summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika
peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2
sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau
merefleksi.
4) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode,
dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada
tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya
melalui diskusi.
11
didik
sebagai
perwakilan
kelompok
untuk
menyajikan
2. KOMUNIKASI MATEMATIK
Menurut Hardjana sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid (2013: 281), secara
etimologis, Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah kata depan
yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata resebut membentuk kata communio yang didalam bahasa
inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabuangan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu
kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman.
Dengan demikian komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan,
percakapan, pertukan pikiran atau hubungan.
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dalam suatu
komunitas.
Dalam matematika, berkomunikasi mencankup ketrampilan /kemampuan
untuk
membaca,
menulis,
menelaah
dan
merespon
suatu
informasi.
Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide
dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Sebagaimana dikatakan
12
siswa
lain,
dalam
berbagi
ide,
strategi
dan
solusi..
13
3. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Matematika berasal dari bahasa latin
MANTHANEIN atau MATHEMA yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.
Matematika dalam bahasa Belanda disebut WISKUNDE atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran
deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan konsep atau pernyataan dalam
matematika bersifat konsisten.
Menurut Gagne dan Briga (1979) Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa
(events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapt berlangsung
dengan mudah. (Abdul Majid, 2013:283)
Secara sederhana istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai
strategi, metode, dan pendekatan kearah tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam
desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan
kepada sumber belajar.
Eman Suherman (2003: 299) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
matematika tidak sekadar untuk mencapai pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika saja, tetapi juga diharapkan muncul nurturant effect ( efek iringan) dari
pembelajaran matematika. Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain:
14
lain.
Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.
Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah.
Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.
Tujuan pembelajaran dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 346) yaitu agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau
logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melaksanakan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematis.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang Strategi matematika, menyelesaikan Strategi, dan menafsirkan
hasilnya.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media
lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
f. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran matematika merupakan
proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan matematis yang bertujuan
mempersiapkan siswa menghadapi perubahan di sekelilingnya yang selalu
berkembang.
4. SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
15
dengan
17
18
19
Kategori Kuantitatif
Representatif
bahasa sehari-
hari.
memberikan bermacam-
Menggambar.
Model
yang berbeda.
matematika atau
persamaan.
Kosa kata.
kesalahan.
Melukiskan diagram, gambar, atau
dalam memberikan
3
Menggambar.
bermacam-macam
jawaban benar yang
sedikit kesalahan.
Menggunakan model matematika
berbeda.
Jawaban sebagian
matematika.
ada sedikit kesalahan.
Penjelasan secara matematika masuk Kosa kata.
akal
Model
dan
benar,
namun
hanya
pemahaman
gambar,
atau
tabel
maupun
dan prosedural.
penggunaan model matematika dan
perhitungan.
Jawaban diberikan
22
pelaksanaan
tindakan,
observasi,
dan
refleksi
sehingga
Secara rinci, kegiatan analisis data dari sumber-sumber informasi hasil penelitian
tersebut dilakukan sebagai berikut:
menggunakan
keterlaksanaan pembelajaran =
rumus
sebagai
berikut:
Persentase
Skor Total
x 100
Skor Maksimal
23
Rata-rata kelas
Kulaifikasi
80,00 x 100,00
60,00 x < 80,00
40,00 x < 60,00
20,00 x < 40,00
0,00 x < 20,00
Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah
24
Nila
Kategori Kualitatif
Kategori Kuantitatif
Representatif
i
Penjelasan secara matematika masuk
bahasa sehari-
hari.
Menggambar.
bermacam-macam
Model
matematika atau
persamaan.
Kosa kata.
kesalahan.
Melukiskan diagram, gambar, atau
memberikan
bermacam-macam
sedikit kesalahan.
Menggunakan model matematika
Menggambar.
Model
dan melakukan perhitungan, namun
berbeda.
matematika.
ada sedikit kesalahan.
Penjelasan secara matematika masuk Kosa kata.
akal
dan
benar,
namun
hanya
benar.
Menggunakan model matematika, Model
pemahaman
gambar,
atau
tabel
maupun
dan prosedural.
penggunaan model matematika dan
perhitungan.
Jawaban diberikan
Jawaban
salah
25
Skor Total
x 100
Skor Maksimal
Kulaifikasi
Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah
2 = setuju
3 = ragu-ragu
4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju
Kulaifikasi
Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah
27
pembelajaran
dengan
Strategi
tujuan
pembelajaran
dan
mengecek
kemampuan
berkaitan dengan materi yang terkait dalam hal ini adalah luas pemukaan
kubus.
2) Meminta siswa menyelesaikan soal yang telah diberikan. Pengerjaan untuk
pertama soal tersebut dilakukan secara individu. Selama kegiatan belajar
berlangsung guru berkeliling untuk mengamati kegiatan siswa.
29
3) Siswa
diminta
untuk
mendiskusikan
jawaban
masing-masing
siswa
guru
mempersilahkan
kelompok
yang
lainnya
untuk
perencanaan
tindakan
(Planning),
pelaksanaan
tindakan
(Acting),
DAFTAR PUSTAKA
31
Aryan,
Bambang.
(2007).
Komunikasi
dalam
Matematika.
From
http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/,
September 2013
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakata: Rineka Cipta
Kunandar.
2008.
Langkah
Mudah
Penalitian
Tindakan
Kelas
Sebagai
Eksperimen
Siswa
Kelas
VII
SMP
Negeri
Balongan
Susetyo, Budi. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian( Dilengkapi Cara
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika Aditama.
KONSEP
ZAT
ADITIF
MAKANAN.
From
Ida.
(2010).
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN
KOMUNIKASI
34