Anda di halaman 1dari 34

PROPOPSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK-TALK-WRITE) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA KELAS
VII SMP HARAPAN SUKABUMI PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
TAHUN AJARAN 2013/2014.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengembangan kualitas sumber daya manusia untuk menghadapi persaingan
global ditandai oleh semakin pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
segenap aspek kehidupan manusia. Akibatnya peningkatan kualitas bidang pendidikan,
khususnya yang berorientasi pada penguasaan dan pemanfaatan IPTEK menjadi sangat
penting.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional (undang-undang No. 20 tahun2003),
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara

aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,


pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang

diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Prof. Dr. Made Pidarta,
2007:11).
Pendidikan merupakan satuan tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar
dan perkembangan. Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya
belajar (Dr.Dimyati, Drs. Mudjiono2006:7). Sehingga dalam Pendidikan Guru sebagai
pelaku mendidik dan siswa yang terdidik, dan dalam Belajar Siswa yang bertindak
belajar atau pembelajar.

Adapun pengertian Belajar Menurut sudjana (2008: 28), belajar bukan menghafal
dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai suatu proses belajar dapat ditunjukan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, keterampilannya, kecakapan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lainlain pada individu.
Dalam proses Belajar, siswa dituntut untuk aktif dan memenuhi tiga aspek,
yakni : Asfek Kognitif, Asfek Afektif dan Psikomotor.
Akan tetapi, ketiga aspek tersebut belum terpenuhi dengan baik. Sehingga
kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinksan. Salah satu permasalahan dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah Rendahnya prestasi belajar
matematika.
Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah adalah sangat diperlukan
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam
diri peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika diperlukan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah, peserta didik perlu memiliki
pengetahuan matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan.
Tetapi tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata
pelajaran yang membosankan, menyeramkan bahkan menakutkan, sehingga motivasi
belajar matematika siswa rendah dan banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami
matematika karena matematika bersifat abstrak, sementara alam pikiran kita terbiasa
berfikir tentang obyek-obyek yang konkrit.
Berdasarkan Pengalaman Peneliti, kesulitan belajar matematika juga dapat
mempengaruhi hasil belajar matematika. Ini menyebabkan nilai matematika siswa masih
kurang dari KKM yang sudah di tentukan (Data terlampir), terutama dalam materi
2

Segiempat dan segitiga ada sebanyak % siswa(Data Terlampir) yang belum


memenuhi KKM.
Dengan mengetahui masalah seperti tersebut di atas maka sebagai guru
matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai Strategi pembelajaran dalam
proses belajar mengajar matematika. Guru hendaknya dapat menyusun program
pengajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran yang sebaiknya
diterapkan adalah Strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
Salah satu alternatif Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong
siswa berpikir dan meningkatkan kemampuan Komunikasi Matematik siswa akan
pelajaran matematika adalah Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi
pembelajaran Think-Talk-Write merupakan salah satu Strategi pembelajaran yang
memberikan kebebasan siswa dalam mengutarakan ide-ide mereka kepada temantemannya karena biasanya siswa lebih terbuka dengan temannya. Strategi pembelajaran
ini sudah pernah diteliti oleh Rani Oktapiani (2009) yang berjudul Penerapan Strategi
Think-Talk-Write dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika
siswa SMA (Penelitian Tindakan Kelas X-7 SMA Negeri 1 Cikembar). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Strategi pembelajaran berbasis komunikasi dengan
strategi TTW dapat meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan hasil belajar
siswa.
C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah datlam penelitian


ini adalah Apakah Strategi pembelajaran THINK-TALK-WRITE (TTW) dapat
meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik siswa pada materi Segi empat dan
segitiga?
Rumusan masalah diatas dapat diperinci sebagai berikut :
1. Bagaimana proses/suasana pembelajaran menggunakan Strategi THINK-TALKWRITE pada materi Segi empat dan segitiga untuk meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik siswa kelas VII SMP Harapan Sukabumi ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa terhadap peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematik melalui THINK-TALK-WRITE pada materi Segi empat dan segitiga di
kelas VII Harapan Sukabumi?
3. Bagaimana Respon siswa terhadap Pembelajaran menggunakan Strategi Pembelajaran
THINK-TALK-WRITE pada materi Segi empat dan segitiga di kelas VII Harapan
Sukabumi?
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan
THINK-TALK-WRITE pada materi Segi empat dan segitiga untuk meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik siswa kelas VII SMP Harapan Sukabumi.
2. Memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa terhadap peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematik melalui THINK-TALK-WRITE pada materi
Segi empat dan segitiga.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematik melalui THINK-TALK-WRITE pada materi Segi empat dan segitiga.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi para guru Matematika dalam variasi strategi mengajar
untuk meningkatkan kemampuan siswa serta penguasaan matematika terhadap
materi yang diberikan.

2. Penggunaan THINK-TALK-WRITE dapat menbantu siswa dalam mengembangkan


kemampuan berfikir dan mengutarakan pendapat, membantu siswa dalam proses
pemahaman materi pelajaran, menambah pengalaman siswa dalam kegiatan
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
3. Sebagai bahan rujukan yang berguna bagi penelitian-penelitian lainnya yang
bersangkutan dengan judul ini.

F. KAJIAN PUSTAKA (TEORI)


1. STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW)
a. Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey dalam Abdul Majid (2013) Strategi Pembelajaran terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka .strategi pembelajaran
bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan
termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
Secara sederhana Strategi pembelajaran merupakan suatau rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya dalam pembelajaran.
b. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)
1) Pengertian Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh
Huinker dan Laughin pada dasarnya melalui berfikir, berbicara dan menulis.
Alur kemajuan THINK-TALK-WRITE dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis. Suasana seperti ini efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen
dengan 4-6 siswa.

Strategi Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/


belajar

kelompok

terstruktur.

Strategi

Pembelajaran

Think-Talk-Write

merupakan salah satu dari Strategi pembelajaran kooperatif yang membangun


secara tepat untuk berfikir dan refleksikan dan untuk mengkoordinasikan ideide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.
(a). Think (Berfikir)
Menurut Kamus Inggris-Indonesia bahwa Think artinya berfikir. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, berfikir artinya menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. berfikir adalah aktivitas mental
untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.
Proses berfikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari
luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
informasi dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 :
481). Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berfikir meliputi
tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan
penarikan kesimpulan.
Makna dan proses berfikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang berbeda
yakni panndangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat memandang bahwa
otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta tumbuh alasan-alasan dan nalar.
Bidang filsafat memberikan penekanan lebih besar pada studi tentang berfikir
kritis (critical thinking) melalui analisis terhadap argumen serta aplikasi logik.
Sementara ahli psikologi lebih memfokuskan pengajiannya mengenai berfikir
pada aspek mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli
psikologi kognitif cenderung memberi penekanan pada berfikir kreatif yaitu
bagaimana ide-ide yang merupakan proses berfikir dihasilkan oleh otak manusia
(Suryadi, 2005 : 17).

Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang dilakukan
manusia meliputi lima dimensi yaitu :
1. Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya
pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran
tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.
2. Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar.
Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan berfikir secara
efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan
berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan, terjadi karena
adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat
diprediksi.
3. Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu pembentukan
konsep,

pembentukan

prinsip,

pemahaman,

pemecahan

masalah,

pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara oral.


4. Kemampuan berfikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu :
memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat,
kemampuan menganalisa, kemampuan mengorganisasikan, kemampuan
menganalisa, kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta
kemampuan mengevaluasi.
5. Berfikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan nonprosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut :, kemampuan
menggunakan fakta-fakta, kemampuan berfikir dan bernalar secara fleksibel,
serta menetapkan suatu pemecahan masalah bersifat logis.
Pada tahap Think siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan.
Dalam tahap ini sisea secara individual memikirkan kemungkinan jawaban
(strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasannya sendiri.
7

Menurut Weiderhold (dalam Ansari, 2003) membuat catatan berarti


menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu
belajar rutin membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas
berfikir sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi
pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.
Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu
permasalahan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Menurut
Narode (dalam Ansari, 2003) dalam metode ini teks bacaan seringkali disertai
panduan yang bertujuan untuk mempermudah diskusi dan pengembangan
pemahaman konsep matematika siswa.
(b).Talk (Berbicara)
Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya talk yaitu
berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang
permasalahan pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun
serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok.
Dengan adanya sharing ide-ide dalam diskusi kelompok diharapkan muncul
koneksi-koneksi antar topik dalam matematika khususnya dalam materi Segi
Empat dan Segi Tiga.
Dengan demikian fase talk pada strategi ini memungkinkan siswa untuk
terampil bicara. Pada umumnya menurut Huinker & Laughlin (1996),
berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak. Proses
komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses
komunikasi dapat dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum
menulis. Hal ini mungkin terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan
berkomunikasi, sekaligus mereka berfikir bagaimana cara mengungkapkannya
8

dalam tulisan. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat


kemampuan

siswa

mengungkapkan

idena

melalui

tulisan.

Selanjutnya

berkomunikasi atau berdialog baik antar siwa maupun dengan guru dapat
meningkatkan pemahaman.
(c). Write (Menulis)
Selanjutnya fase write yaitu menuliskan hasil diskusi/berdialog pada lembar
kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti
mengkontruksi ide, setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam pembelajaran membantu
merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang
materi yang ia pelajari (Shield & Swinson, 1996). Pada fase ini kreativitas siswa
sangat diperlukan untuk menuliskan hasil diskusinya. Selain itu Masingila &
Wismowska (1996), mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat
membantu :
1. Kesalahn siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
2. Keterangan nyari dari prestasi siswa.
2. Kelebihan dari Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Menurut Suseli (2010:39), kelebihan dari penggunaan model pembelajaran
Think Talk Write (TTW) yaitu sebagai berikut :
a. Mendidik siswa lebih mandiri
b. Membentuk kerjasama tim
c. Melatih berfikir, berbicara dan membuat catatan sendiri
d. Lebih memberikan pengalaman pribadi
e. Melatih siswa berani tampil
f. Bertukar informasi antar kelompok/siswa
g. Guru hanya sebagai pengarah dam pembimbing
h. Siswa menjadi lebih aktif
3. Aktivitas siswa selama fase ini adalah :
a. Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan.
b. Mengorganisasikan semua langkah demi langkah, baik penyelesaiannya
ada yang menggunakan grafik, diagram, atau tabel agar mudah dibaca dan
ditindak lanjuti
9

c. Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang


ketinggalan
d. Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca
dan terjamin keasliannya.
4. Adapun peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan metode THINKTALK-WRITE ini sebagaimana dikemukakan Silver & Smith (1996:21)
adalah :
a. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan
b.
c.
d.
e.

menantang setiap siswa untuk berfikir.


Mendengarkan secara hati-hati setiap ide siswa.
Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan.
Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi, persoalanpersoalan, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan

kesulitan.
f. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan
memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk
berpartisipasi.
5. Langkah-langkah (sintaks) dalam Startegi pembelajaran Think-TalkWrite (TTW), yaitu sebagai berikut :
A. Pendahuluan
1) Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
2) Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta
tugas-tugas dan aktivitas siswa.
3) Melakukan apersepsi.
4) Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
5) Membagi siswa dalam kelompok kecil (2 - 6 siswa).
B. Kegiatan inti
1) Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah
yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan
sedikit petunjuk.

10

2) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat
catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui
dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah
akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta
didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau
menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
3) Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi
catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara
individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan katakata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam
diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang
diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu
banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang
heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin
(1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when
students working in heterogeneous group to six students, are asked to
explain, summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika
peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2
sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau
merefleksi.
4) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode,
dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada
tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya
melalui diskusi.
11

5) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan


kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
6) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan
atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang
peserta

didik

sebagai

perwakilan

kelompok

untuk

menyajikan

jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.


C. Kegiatan Penutup.
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

2. KOMUNIKASI MATEMATIK
Menurut Hardjana sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid (2013: 281), secara
etimologis, Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu cum, sebuah kata depan
yang artinya dengan, atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang
berarti satu. Dua kata resebut membentuk kata communio yang didalam bahasa
inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabuangan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu
kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman.
Dengan demikian komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan,
percakapan, pertukan pikiran atau hubungan.
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling
menyampaikan informasi dari komunikator kepada komunikan dalam suatu
komunitas.
Dalam matematika, berkomunikasi mencankup ketrampilan /kemampuan
untuk

membaca,

menulis,

menelaah

dan

merespon

suatu

informasi.

Dalam komunikasi matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagi ide
dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Sebagaimana dikatakan

12

Syaban (2008) bahwa: Komunikasi matematika merupakan refleksi pemahaman


matematik dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa-siswa mempelajari
matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka
sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika,
ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dengan dan
mendengarkan

siswa

lain,

dalam

berbagi

ide,

strategi

dan

solusi..

Jadi dalam pembelajaran matematika, ketika sebuah konsep informasi matematika


diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa dilibatkan secara aktif
dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide mereka, menulis, atau berbicara
dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagi ide, maka saat itu sedang terjadi
transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan, atau sedang
terjadi komunikasi matematika.
Peressini dan Bassett (dalam NCTM,1966) berpendapat bahwa tanpa
komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta
tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Ini
berarti, komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan sisiwa
dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan
proses matematika yang mereka pelajari Dalam bagian lain, Lindquist (NCTM, 1996)
berpendapat,
Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa
tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami
bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess
matematika.
Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan
mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar,

13

mengajar, dan meng-assess matematika. Bambang Aryan, M.pd (Komunikasi Dalam


Matematika)

3. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Matematika berasal dari bahasa latin
MANTHANEIN atau MATHEMA yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.
Matematika dalam bahasa Belanda disebut WISKUNDE atau ilmu pasti, yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran
deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan konsep atau pernyataan dalam
matematika bersifat konsisten.
Menurut Gagne dan Briga (1979) Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa
(events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapt berlangsung
dengan mudah. (Abdul Majid, 2013:283)
Secara sederhana istilah pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai
strategi, metode, dan pendekatan kearah tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam
desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan
kepada sumber belajar.
Eman Suherman (2003: 299) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
matematika tidak sekadar untuk mencapai pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika saja, tetapi juga diharapkan muncul nurturant effect ( efek iringan) dari
pembelajaran matematika. Efek iringan dari pembelajaran matematika antara lain:

14

a. Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik


lainnya.
b. Lebih menyadari akan sikap penting dan strategisnya matematika bagi bidang
c.
d.
e.
f.

lain.
Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia.
Lebih mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.
Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah.
Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

Tujuan pembelajaran dalam KTSP (Depdiknas, 2006: 346) yaitu agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau
logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melaksanakan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematis.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang Strategi matematika, menyelesaikan Strategi, dan menafsirkan
hasilnya.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media
lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
f. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pembelajaran matematika merupakan
proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan matematis yang bertujuan
mempersiapkan siswa menghadapi perubahan di sekelilingnya yang selalu
berkembang.
4. SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
15

Materi Segiempat dan segitiga dipelajari di Sekolah Menengah Pertama pada


kelas VII (Tujuh) Semester 2. Segi empat dan segi tiga termasuk kedalam bangun
datar. Bangun datar adalah bangun yang memiliki garis atau disebut sisi dan memiliki
titik sudut. Bangun datar merupakan Salah satu pokok bahasan yang sangat penting
dalam mempelajari geometri.
Segi Empat adalah bangun Datar yang dibentuk oleh empat ruas garis.
Penamaan segiempat sesuai dengan nama-nama titik sudutnya secara berurutan,
misalnya ABCD, BCDA atau DABC. Jenis-jenis bangun segi empat:
1. Jajar Genjang
2. Persegi Panjang
3. Persegi
4. Belah Ketupat
5. Trapesium
6. Layang-layang
Selain segi empat, ada bangun datar yang mempunyai 3 sisi dan 3 titik sudut
yang disebut dengan Segi tiga. Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga
buah segmen garis yang ujung-ujungnya saling bertemu dan membentuk tiga buah
sudut. Bangun tersebut dapat dibentuk dengan cara menghubungkan tiga buah titik
yang tidak segaris. Jenis-jenis segitiga:
1. Jenis Segitiga berdasarkan panjang sisinya
a. Segitiga Sama Kaki
b. Segitiga Sama Sisis
c. Segitiga Sembarang
2. Jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya
a. Segitiga siku-siku
b. Segitiga tumpul
c. Segitiga lancip
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
a. Metode Survei dalam Penelitian Tindakan Kelas
b.
Metode Wawancara dalam Penelitian Tindakan Kelas
2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Harapan Sukabumi
kelas VII. Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan atas rekomendasi dari guru
Matematika sekolah tersebut dan pembelajaran disekolah ini belum pernah
16

menggunakan Strategi THINK-TALK-WRITE untuk meningkatkan Komunikasi


Matematik siswa pada materi Segiempat dan Segitiga.
3. RENCANA PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan setelah materi sebelumnya selesai sekitar pada bulan
Maret 2014.
4. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Observasi (pengamatan)
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

dengan

menggunakan lembar pengamatan tertutup. Kegiatan observasi dilakukan untuk


mengamati seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (kusnandar,
2008:143).
Observasi terhadap aktivitas guru meliputi: (1) menyampaikan tujuan
pembelajaran (2) memotivasi siswa (3) membangkitkan pengetahuan awal siswa
(4) meminta siswa memahami lembar aktivitas siswa (5) meminta masing-masing
siswa mengerjakan lembar aktivitas siswa (6) membentuk kelompok belajar (7)
menjelaskan kerja dan tangngungjawab kelompok (8) membimbing kelompok (9)
meminta kelompok menyiapkan laporan hasil kerja (10) meminta kelompok
melaporkan hasil kerjanya (11) membantu kelancaran diskusi (12) merespon
kegiatan diskusi (13) melakukan evaluasi secara individual (14) memberi
penghargaan.
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilihat dari 3 aspek yaitu: (1) dari proses
perencanaan pembelajaran (2) dari proses pembelajaran dan (3) kegiatan evaluasi
pembelajaran.
b. Tes Hasil Belajar (Komunikasi Matematika)
Tes komunikasi matematika ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (2) ketuntasan belajar individual
siswa, dan (3) persentase ketuntasan belajar klasikal. Selain itu tes komunikasi
matematika juga bertujuan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika

17

siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran matematika dilakukan dengan


menggunakan metode pembelajaran.

c. Angket Respon Siswa


Angket Respon siswa digunakan untuk mengukur kesan, penilaian dan
pendapat siswa terhadap proses pembelajaran. Respon siswa pada proses
pembelajaran dilihat dari diri siswa berupa: memotivasi dan kebutuhan, minat,
harapan serta pengalaman masa lalu. Dari luar diri siswa berupa: cara guru
mengajar, penggunaan lembar aktivitas siswa (LAS), pendekatan pembelajaran
dan suasana belajar.
d. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang
meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden.isi pertanyaan atau
pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi
atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variable-variabel
yang dikaji dalam penelitian. Didalam pedoman wawancara alur pertanyaan yang
ada sebaiknya diformulasikan dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. ( Fitri
Yuliawati, M.Pd, Si dkk 2012: 69)
Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal
yang tidak dapat diketahui melalui observasi. Selain itu juga untuk mempermudah
peneliti melakukan tanya jawab tentang bagaimana respon siswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Secara umum isi pedoman wawancara ini meliputi
kendala apa saja yang dihadapi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan investigasi dan solusi apa yang diambil untuk mengatasi kendala
tersebut, serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
investigasi khususnya terkait dengan kemampuan penalaran matematika siswa.

18

5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


a. Metode Observasi (Pengamatan)
Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah data aktifitas Siswa dan
data Kemampuan menerapkan Pembelajaran. Untuk memeperoleh data
kemampuan menerapkan pembelajaran, ditempuh dengan melakukan pengamatan
terhadap guru dalam menerapkan Strategi Think-Talk-Write. Untuk memperoleh
data aktifitas Siswa, ditempuh dengan melakukan pengamatan selama kegiatan
pembelajaran Strategi Think-Talk-Write.
Pengamatan dilakukan oleh satu pengamat dengan membawa lembar aktifitas
siswa untuk melakukan pengamatan, pengamat duduk agak berjauhan dengan
siswa yang diamati tetapi memungkinkan dapat melihat semua tingkah laku siswa
yang diamati. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan dan konsentrasi
siswa dalam proses belajar pengajaran. Pengamatan terhadap siswa ditunjukkan
pada empat siswa yang masing-masing diambil dari 1 siswa dari kelompok atas, 2
siswa dari kelompok sedang, dan 1 siswa dari kelompok bawah. Pengelompokan
tersebut berdasarkan nilai tes sebelumnya yang dilakukan oleh guru matematika
di kelas VII.
Dalam melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa, pengamat menulis
nomor-nomor kategori yang dominan dilakukan oleh siswa. Adapun kategori
pengamatan aktifitas siswa adalah mendengarkan atau memperhatikan penjelasan
guru atau teman, membaca atau memahami masalah dalam LAS, aktif menjawab
pertanyaan dari guru ataupun temannya, mengerjakan LAS untuk pemecahan
masalah yang terkait dengan materi (inkuiri), bertanya atau berdiskusi antar siswa
dalam kelompok secara berpasangan (masyarakat belajar,bertanya), bertanya atau
berdiskusi kelompok (pemodelan), menanggapi pertanyaan atau pendapat atau

19

jawaban hasil diskusi (penilaian authentic), merangkum materi yang telah


dipelajari.

b. Metode Tes Hasil belajar (Komunikasi Matematik.)


Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data
berupa skor tes hasil belajar siswa. Cara penyekora sebagai berikut:
Pemberian Skor Komunikasi Matematika
Nila
Kategori Kualitatif

Kategori Kuantitatif

Representatif

Penjelasan secara matematika masuk

Kosa kata atau

Jawaban lengkap dan

akal dan benar, meskipun

bahasa sehari-

benar, serta lancar dalam

kekurangan dari segi bahasa.


Melukiskan diagram, gambar, atau

hari.

memberikan bermacam-

Menggambar.

macam jawaban benar

tabel secara lengkap dan benar


Membentuk model matematik,

Model

yang berbeda.

kemudian melakukan perhitungan

matematika atau

secara lengkap dan benar.


Penjelasan secara matematika masuk

persamaan.

Jawaban hampir lengkap

akal dan benar namun ada sedikit

Kosa kata.

dan benar, serta lancer

kesalahan.
Melukiskan diagram, gambar, atau

dalam memberikan
3

tabel secara lengkap namun ada

Menggambar.

bermacam-macam
jawaban benar yang

sedikit kesalahan.
Menggunakan model matematika

berbeda.

dan melakukan perhitungan, namun

Jawaban sebagian

matematika.
ada sedikit kesalahan.
Penjelasan secara matematika masuk Kosa kata.

lengkap dan benar.

akal

Model

dan

benar,

namun

hanya

sebagian lengkap dan benar.


20

Melukiskan diagram, gambar, atau Menggambar.


tabel namun kurang lengkap dan
benar.
Menggunakan model matematika, Model
dan melakukan perhitungan, namun matematika.
hanya sebagian yang benar dan
lengkap.
Menunjukkan

pemahaman

yang Kosa kata


Menggambar
terbatas baik isi, tulisan, diagram, Persamaan.
Jawaban samar-samar
1

gambar,

atau

tabel

maupun

dan prosedural.
penggunaan model matematika dan
perhitungan.
Jawaban diberikan

menunjukkan Kosa kata


Menggambar
Jawaban salah dan tidak tidak memahami konsep, sehingga Persamaan.
0
cukup detil.

informasi yang diberikan tidak cukup


detil.

Pensekoran dilakukan berdasar pedoman pensekoran yang digunakan oleh


peneliti. Data ini diperoleh dari tes akhir yang dilakukan setelah proses
pembelajaran materi sistem persamaan linier dua variabel selesai diterapkan.

c. Metode Angket Respon Siswa


Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan dengan cara menyiapkan
lembar angket respon siswa untuk dibagikan kepada siswa. Lembar angket
diberikan dan diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran dan tes akhir materi
sistem persamaan linier dua variabel.
Dalam perangkat skala sikap setiap pertanyaan diberikanpilihan sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk melihat
21

kecenderungan sikap siswa apakah bersikap positif atau tidak, diberikan


penskoran.
d. Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
umum digunakan untuk mendapat data berupa keterangan lisan dari suatu
narasumber atau responden tertentu. Data yang dihasilkan dari wawancara dapat
dikategorikan sebagai sumber primer karena didapatkan langsung dari sumber
pertama.
e. Dokumentasi
Pengambilan Foto disaat pembelajaran merupakan salah satu teknik
pengumpulan data, karena Foto berguna untuk melengkapi sumber data. Data yang
dihasilkan berupa rekaman kejadian di kelas yang dianggap penting atau
menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

6. TEKNIK ANALISIS DATA


Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang keterlaksanaan
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi, dan
kemampuan penalaran matematika siswa. Data yang terkumpul berupa data hasil
wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui deskripsi atau gambaran singkat
dan pengelompokan data dilakukan ke dalam kualifikasi yang telah ditentukan.
b. Penyajian data

22

Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan


kegiatan penyusunan informal secara sistematik dari reduksi data mulai dari
perencanaan,

pelaksanaan

tindakan,

observasi,

dan

refleksi

sehingga

memudahkan membaca data.


c. Triangulasi
Triangulasi dilakukan untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi data
dilakukan dengan cara mencocokkan semua data yang diperoleh dari semua
sumber yang telah diperoleh, yaitu hasil observasi, hasil wawancara,
dokumentasi, serta tes hasil belajar untuk menarik objektivitas dalam penarikan
kesimpulan.
d. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari
penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil dari semua data
yang diperoleh.

Secara rinci, kegiatan analisis data dari sumber-sumber informasi hasil penelitian
tersebut dilakukan sebagai berikut:

a. Analisis data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran


Analisis data tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi
diperoleh dari data hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Data tentang keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi ini
dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan cara menghitung jumlah persentase
keterlaksanaannya

menggunakan

keterlaksanaan pembelajaran =

rumus

sebagai

berikut:

Persentase

Skor Total
x 100
Skor Maksimal

23

b. Analisis data hasil tes siklus (tes komunikasi matematik)


1. Nilai rata-rata hasil tes siklus
Nilai hasil tes setiap siklus dicari rata-rata kelasnya / mean dengan
menggunakan rumus:
Jumlah Nilai seluruh siswa
x =
Jumlah Siswa
Adapun kualifikasinya sesuai dengan tabel di bawah ini:
Kualifikasi nilai rata-rata hasil tes siklus
No
.
1
2
3
4
5

Rata-rata kelas

Kulaifikasi

80,00 x 100,00
60,00 x < 80,00
40,00 x < 60,00
20,00 x < 40,00
0,00 x < 20,00

Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah

2. Persentase rata-rata tiap indikator kemampuan Komunikasi matematik


Nilai hasil tes setiap siklus dianalisis dengan tahapan sebagai berikut:
(a). Masing-masing butir soal dikelompokkan sesuai dengan indikator
kemampuan Komunikasi Matematik.

Pemberian Skor Komunikasi Matematika

24

Nila
Kategori Kualitatif

Kategori Kuantitatif

Representatif

i
Penjelasan secara matematika masuk

Kosa kata atau

akal dan benar, meskipun

bahasa sehari-

kekurangan dari segi bahasa.


Melukiskan diagram, gambar, atau

hari.

Jawaban lengkap dan


benar, serta lancar
dalam memberikan
4

Menggambar.
bermacam-macam

tabel secara lengkap dan benar


Membentuk model matematik,

Model

kemudian melakukan perhitungan

matematika atau

secara lengkap dan benar.


Penjelasan secara matematika masuk

persamaan.

akal dan benar namun ada sedikit

Kosa kata.

jawaban benar yang


berbeda.
Jawaban hampir
lengkap dan benar,

serta lancer dalam

kesalahan.
Melukiskan diagram, gambar, atau

memberikan

tabel secara lengkap namun ada

bermacam-macam

sedikit kesalahan.
Menggunakan model matematika

jawaban benar yang

Menggambar.

Model
dan melakukan perhitungan, namun

berbeda.

matematika.
ada sedikit kesalahan.
Penjelasan secara matematika masuk Kosa kata.
akal

dan

benar,

namun

hanya

sebagian lengkap dan benar.


Melukiskan diagram, gambar, atau Menggambar.
Jawaban sebagian

tabel namun kurang lengkap dan

lengkap dan benar.

benar.
Menggunakan model matematika, Model

dan melakukan perhitungan, namun matematika.


hanya sebagian yang benar dan
lengkap.
Menunjukkan

pemahaman

yang Kosa kata


Menggambar
terbatas baik isi, tulisan, diagram, Persamaan.
Jawaban samar-samar
1

gambar,

atau

tabel

maupun

dan prosedural.
penggunaan model matematika dan
perhitungan.
Jawaban diberikan

Jawaban

salah

menunjukkan Kosa kata


Menggambar
dan tidak memahami konsep, sehingga Persamaan.

25

(b).Berdasarkan pedoman pensekoran yang telah dibuat, kemudian dihitung


jumlah skor tiap indikator. Selanjutnya dihitung persentasenya dengan

rumus sebagai berikut: Presentase

Skor Total
x 100
Skor Maksimal

(c). Data hasil perhitungan di atas kemudian dikualifikasikan dengan


ketentuan sebagai berikut:
Table Kualifikasi persentase indikator kemampuan Komunikasi Matematik
No
.
1
2
3
4
5

Presentase Kemampuan siswa

Kulaifikasi

80,00 Persentase 100,00


60,00 Persentase < 80,00
40,00 Persentase < 60,00
20,00 Persentase < 40,00
0,00 Persentase < 20,00

Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah

c. Analisis data angket respon siswa


Angket dibagikan kepada seluruh siswa kelas VII SMP Harapan Sukabumi yang
menjadi subjek penelitian. Pedoman penskoran untuk angket yaitu sebagai
berikut.
Penskoran untuk pernyataan positif:
5 = sangat setuju
4 = setuju
3 = ragu-ragu
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju

Penskoran untuk pernyataan negatif:


1 = sangat setuju
26

2 = setuju
3 = ragu-ragu
4 = tidak setuju
5 = sangat tidak setuju

Selanjutnya data hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika


dengan Strategi Think-Talk-Write dianalisis dengan tahapan sebagai berikut:
1. Masing-masing butir pernyataan dikelompokkan sesuai dengan aspek yang
diamati.
2. Berdasarkan pedoman pensekoran yang telah dibuat, kemudian dihitung jumlah
skor tiap-tiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati.
Selanjutnya dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:
Skor Total
x 100
Persentase hasil angket respon siswa = Jumlah siswa x Skor Maks .

3. Data hasil perhitungan di atas kemudian dikualifikasikan dengan ketentuan


sebagai berikut:

Table Kualifikasi persentase angket respon siswa


No
.
1
2
3
4
5

Presentase respon siswa

Kulaifikasi

80,00 Persentase 100,00


60,00 Persentase < 80,00
40,00 Persentase < 60,00
20,00 Persentase < 40,00
0,00 Persentase < 20,00

Sangat baik
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Rendah

d. Analisis data hasil wawancara


Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif. Analisis terhadap hasil wawancara
dengan siswa diharapkan dapat membantu untuk mengetahui hal-hal apa saja

27

yang dirasakan selama pembelajaran, hambatan-hambatan yang dialami, juga


masukan yang positif guna memperbaiki pembelajaran berikutnya.
7. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut, dan dikarenakan Peneliti
akan melakukan penelitian di sekolah lain/ bukan tempat peneliti mengajar maka
diperlukan Survei dan Persiapan Penelitian, yakni:
1. Permohonan ijin ke sekolah yaitu SMP Harapan Sukabumi bahwa peneliti
akan melaksanakan penelitian disekolah tersbut.
2. Peneliti mengadakan pertemuan dengan guru bidang studi matematika untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan penelitian
antara lain:
(a). Menentukan kelas yang menjadi subjek penelitian. Subjek penelitian
adalah siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah tersebar di kelas
VII.
(b).Mengetahui jadwal pelajaran matematika kelas VII yang digunakan untuk
penelitian.
(c). Menentukan kelompok belajar berdasarkan tingkat kemampuannya.
3. Membuat kesepakatan dengan guru bidang studi matematika kelas VII,
mengenai:
(a). Materi yang akan diteliti yaitu materi Segitiga dan Segiempat,
(b).Waktu yang digunakan dalam penelitian,
(c). Peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati pengelolaan
pembelajaran . Peneliti juga dibantu oleh 1 orang sebagai guru dalam
penerapan pembelajaran kontekstual, 2 orang sebagai pengamat untuk
mengamatu pengamati aktivitas siswa, dan 1 orang yang menjadi bagian
dokumentasi.
Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
1. Peneliti Menyusun perangkat yang terdiri dari rencana pelaksanaan
pembelajarn (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS).
2. Peneliti Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari :
- lembar pengamatan aktivitas siswa,
- lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran Strategi Think-Talk-Write,
28

soal tes hasil belajar siswa (Kemampuan Komunikasi) yang diberikan

kepada siswa setiap akhir siklus,


Lembar angket respon siswa, dan
Pedoman Wawancara.

b. Implementasi Tindakan (Acting)


Pada tahap ini, guru melaksanakan

pembelajaran

dengan

Strategi

pembelajaran THINK-TALK-WRITE seperti yang telah direncanakan. Adapun


langkah dalam pembelajaran, yakni;
1) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri 2-6 orang,
mengkomunikasikan

tujuan

pembelajaran

dan

mengecek

kemampuan

prasyarat siswa dan mengingatkan kembali materi sebelumnya yang berkaitan


dengan luas permukaan kubus.
2) Tahap awal dari kegiatan inti ini yaitu Guru menjelaskan tahap-tahap strategi
pembelajaran think-talk-write.
Setelah lingkungan kelas telah dikondisikan dengan baik, guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran seperti yang tertera dalam prosedur pelaksanaan kegiatan
pembelajaran matematika model think-talk-write. Adapun prosedur pelaksanaan
kegiatan pembelajaran matematika model think-talk-write, yaitu:
1) Proses pembelajaran think-talk-write dimulai dengan memberikan pertanyaan
yang dalam hal ini

berupa soal yang memuat suatu permasalahan yang

berkaitan dengan materi yang terkait dalam hal ini adalah luas pemukaan
kubus.
2) Meminta siswa menyelesaikan soal yang telah diberikan. Pengerjaan untuk
pertama soal tersebut dilakukan secara individu. Selama kegiatan belajar
berlangsung guru berkeliling untuk mengamati kegiatan siswa.

29

3) Siswa

diminta

untuk

mendiskusikan

jawaban

masing-masing

siswa

kekelompoknya sehingga didapat satu jawaban yang tepat menurut kelompok


masing-masing.
4) Setelah soal dikerjakan secara kelompok, guru meminta beberapa siswa untuk
mempresentasikan jawaban kelompok mereka di depan kelas.
5) Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil
diskusi kelompok yang di depan kelas. Apabila ada jawaban kelompok yang
berbeda

guru

mempersilahkan

kelompok

yang

lainnya

untuk

mempresentasikan jawaban mereka serta memberikan penjelasan kepada yang


lainnya bahwa jawaban mereka yang lebih tepat.
6) Guru memberikan penjelaskan kepada siswa jawaban mana yang paling tepat
dan menunjukkan cara penyelesaian yang tepat serta memberikan waktu
kepada siswa untuk mencatat hasil yang diperoleh dari diskusi antar kelompok.
7) Setelah proses pembelajaran think-talk-write, berikutnya dilanjutkan dengan
pelaksanaan evaluasi. Siswa diberikan soal yang berkaitan dengan materi luas
permukaan balok. Jumlah soal keseluruhan sebanyak lima butir berbentuk
uraian. Siswa diberikan waktu 30 menit untuk menyelesaikan soal evaluasi.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pembahasan yang menurut siswa
sangat sulit.
8) Pada kegiatan akhir guru menutup pelaksanaan pembelajaran dengan
membimbing siswa menyimpulkan langkah-langkah yang dapat digunakan
dalam penyelesaian soal yang telah dibahas bersama.
c. Pengamatan (Observation)
Observasi atau pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai
upaya mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan
observasi dalam rangka mengamati jalannya pembelajaran, peneliti menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat.

d. Refleksi dan analisis


30

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan untuk memperoleh


perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar berjalan sesuai dengan tujuan
peneliti. Hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis, kemudian observer dan guru
merefleksi siklus pertama untuk dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dan analisis siklus I. Pada siklus
II ini, tindakan yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus
I. Kegiatan pada siklus II juga melalui tahapan yang sama seperti siklus I yaitu
meliputi

perencanaan

tindakan

(Planning),

pelaksanaan

tindakan

(Acting),

pengamatan (Observation), refleksi dan analisis (Reflecting).


Jika pada akhir siklus II tidak terjadi peningkatan kamampuan penalaran
matematika siswa maka dilaksanakan siklus selanjutnya yang tahapannya sama
seperti siklus I dan II. Siklus berhenti ketika sudah terjadi peningkatan kemampuan
penalaran matematika siswa.

DAFTAR PUSTAKA
31

Ansari, Bansu I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan


Kmunikasi Matematika Siswa SMU Melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi,
Bandung: UPI, Tidak dipublikasikan.

Arikunto,suharsimi. 2006. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aryan,

Bambang.

(2007).

Komunikasi

dalam

Matematika.

From

http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/,

September 2013

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMP.


Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakata: Rineka Cipta

Kunandar.

2008.

Langkah

Mudah

Penalitian

Tindakan

Kelas

Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


Marzuki, A. 2006. Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa. Tesis pada PPS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Meylia, Nony. 2013. Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write). From.
http://nonimeylia.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html,
14 Agustus 2013
32

Oktaviani, Rani. 2009. Penerapan Strategi Think-Talk-Write dalam Meningkatkan


Kemampuan memecahkan masalah matematika Siswa SMA (Penelitian Tindakan
Kelas X-7 SMA Negeri 1 Cikembar). Skripsi, Cianjur: UNSUR , Tidak diterbitkan.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta

Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Malang: IMSTEP JICA.

Suseli. 2010. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa yang


menggunakan Think Talk Write(TTW) dengan Metode Ekspositori
(Studi

Eksperimen

Siswa

Kelas

VII

SMP

Negeri

Balongan

Indramayu). IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Susetyo, Budi. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian( Dilengkapi Cara
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika Aditama.

Wildan. (2011). Proposal PENERAPAN METODE THINK-TALK-WRITE


(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF
PADA

KONSEP

ZAT

ADITIF

MAKANAN.

From

http://wildanarchibald.blogspot.com/2011/06/proposal-penerapanmetode-think-talk.html, 14 Agustus 2013


33

Wiyaningrum, P.Esti. 2013. Mempelajari Bidang Datar Segi Empat. Yogyakarta: PT


Citra Aji Parama.
Weti,

Ida.

(2010).

MENINGKATKAN

KEMAMPUAN

KOMUNIKASI

MATEMATIKA MELALUI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW). From


http://kartiniokey.blogspot.com/2010/05/meningkatkan-kemampuankomunikasi.html, 1 September 2013

Yuliawati, Fitri.dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik


Profesional. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madanni, Anggota IKAPI(PEDAGOGIA).

34

Anda mungkin juga menyukai