Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanaman yang terdapat di dunia ini sangat banyak jumlahnya. Tanaman tersebut
terbagi dalam beberapa famili, genus, dan spesies. Indonesia memiliki keragaman
flora yang banyak tumbuh di hutan hujan tropis. Salah satu tanaman yang banyak
dijumpai di beberapa wilayah Indonesia adalah tanaman yang termasuk dalam
famili Rutaceae. Rutaceae merupakan salah satu famili tanaman yang terdiri dari
130 genus yang terdapat di dalam tujuh subfamili. Beberapa genus dari tanaman
yang termasuk dalam famili Rutaceae diantaranya adalah Citrus (16 spp.),
Fortunella (4 spp.), dan Poncirus (1 sp.). Citrus merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di Asia bagian selatan, Jepang, dan Indonesia.
Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.
Minyak atsiri yang juga disebut minyak eteris merupakan minyak yang mudah
menguap dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai sumber penghasilnya.
Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia tunggal murni, melainkan merupakan
campuran zat-zat yang memiliki sifat fisika dan kimia berbeda-beda (Lutony dan
Rahmayanti, 2000).
Beberapa metode isolasi minyak atsiri seperti penyulingan, pengepresan, ekstraksi
dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak padat. Namun, sebagian besar
minyak atsiri diperoleh melalui metode penyulingan yang dikenal juga dengan
hidrodestilasi. Meskipun proses pengambilan minyak atsiri melalui metode
penyulingan merupakan model tertua, tetapi hingga kini masih banyak dilakukan
oleh para perajin minyak atsiri di berbagai negara, khususnya negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia.
Minyak atsiri dari kulit jeruk nipis banyak digunakan sebagai flavoring agent
untuk berbagai makanan dan minuman, seperti : minuman beralkohol dan non
1

alkohol, roti panggang, kembang gula, puding, gelatin desert, permen karet, dan
bahan obat-obatan. Minyak atsiri ini juga digunakan dalam parfum, kosmetik dan
sebagai bahan pewangi sabun. Karenanya produksi dan konsumsi minyak ini juga
cukup besar (Guenther, 1990).
Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Citrus
sebagian besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon
teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik. Komposisi senyawa yang terdapat di
dalam minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus Citrus
diantaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol, linalol, -pinen, mirsen , -pinen,
sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, -kariofilen, dan -terpineol (Chutia
dkk., 2009).
Buah jeruk nipis adalah salah satu komoditi yang banyak jumlahnya serta dalam
kenyataannya buah jeruk nipis kurang dimanfaatkan dengan baik, selain itu pula
kulit jeruk selama ini hanya dianggap sebagai sampah atau limbah. Hal ini
menarik minat penulis untuk mencoba membuat makalah mengenai cara
memproduksi minyak atsiri dengan bahan dasar buah jeruk dan kulit jeruk yang
bertujuan untuk meningkatkan nilai jual jeruk.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih,
terutama dalam pengolahan buah jeruk nipis sebagai minyak atsiri sehingga
pemanfaatan buah jeruk nipis jauh lebih tinggi nilai jualnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana cara pengolahan Minyak atsiri kulit jeruk nipis ?
2. Metode apa yang digunakan pada pembuatan minyak atsiri kulit jeruk ?
3. Jenis pelarut apa yang paling baik untuk mengkstrak minyak atsiri kulit jeruk ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk pemenuhan tugas yang diberikan dalam mata kuliah Proses Teknologi
Terapan untuk minyak atsiri
2.

Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang pengolahan minyak atsiri dari


kulit jeruk nipis

3. Mengetahui cara pengolahan Minyak Atsiri


4. Mengetahui metode pengolahan yang terbaik untuk digunakan
5. Untuk mengetahui jenis pengekstrak terbaik dalam ekstraksi minyak atsiri kulit
jeruk nipis

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kulit jeruk nipis dapat dimanfaatkan sebagai bahan minyak atsiri
2. Mengetahui kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri kulit jeruk nipis
3. Mengetahui kegunaan minyak atsiri kulit jeruk nipis

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Minyak Atsiri
Minyak yang ada di alam dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : minyak
mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan, serta
minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri dikenal juga dengan nama eteris atau
minyak terbang (volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak atsiri mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya
larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Dalam bidang industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan kosmetik,
parfum, antiseptik, obat-obatan, flavour agent dalam makanan atau minuman serta
sebagai pencampur rokok kretek. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai
bahan astiseptik internal dan eksternal, untuk bahan analgesik, haemolitik atau
sebagai antizymatik serta sebagai sedavita dan stimulans untuk obat sakit perut.
Minyak atsiri yang baru diekstraksi biasanya tidak berwarna atau berwarna
kekuning-kuningan.
Minyak atsiri dapat menguap pada suhu kamar dan penguapannya semakin besar
seiring dengan kenaikan suhu. Umumnya minyak atsiri larut dalam alkohol encer
yang konsentrasinya kurang dari 70%. Daya larut tersebut akan lebih kecil jika
minyak atsiri mengandung fraksi terpene dalam jumlah besar. Sifat minyak atsiri
ditentukan oleh persenyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama
persenyawaan tak jenuh (terpene), ester, asam dan aldehida serta beberapa jenis
persenyawaan lainnya.

2.1.1 Kandungan Minyak Atsiri Secara Umum


Unsur-unsur dasar; karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), ka-dang-kadang
juga terdiri atas nitrogen (N) dan belerang (S). Resin dan lilin dalam jumlah kecil
yang merupakan komponen tidak dapat menguap. Hidrokarbon sebagian besar (4
unit isoprene), politerpen, parafin, olefin dan hidrokarbon aromatik. Kom-ponen
hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari setiap jenis
minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen. Oxygeneted
Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan alkohol,
aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted
hydrocarbon ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
2.1.2 Kegunaan Minyak Atsiri
Kegunaan utama minyak atsiri bagi manusia terutama untuk kesehatan. Minyak
atsiri mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai industri. Secara
umum, penggunaan minyak atsiri bisa dengan berbagai cara :
1. Dikonsumsi melalui mulut (oral), antara lain berupa jamu yang
mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).
2. Dipakai diluar tubuh, antara lain pemijatan, lulur, obat luka / memar,
untuk parfum / pewangi.
3. Dihirup melalui hidung / pernapasan (inhalasi / aroma terapi), antara
lain wangi wangian (parfum) atau aromatik untuk keperluan aroma
terapi.
4. Kesehatan / kebersihan lingkungan, misalnya sebagai pestisida nabati,
antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir (repellent)
nyamuk, dan anti jamur.

2.2 Keberadaan Minyak Atsiri dalam Kulit Buah Citrus

Minyak atsiri buah sitrus terdapat dalam kantung kantung minyak berbentuk
oval, balon dalam kelenjar atau gelembung dengan ukuran diameter bervariasi
dari 0,4 0.6 mm. Kantung minyak tersebut tidak memiliki saluran dan tidak
berhubungan dengan sel sekitarnya, atau dengan dinding luar sel, tidak memiliki
dinding tetapi dibatasi oleh runtuhan jaringan yang terdegradasi.
Kantung atau kelenjar minyak ini terdistribusi secara tidak teratur pada bagian
luar kulit buah yang telah masak serta berwarna (flavedo), dan terutama terletak di
bagian luar mesokarp, dibawah epikarp dan hipoderm, dan di atas mesokarp
bagian dalam, yaitu di bagian kulit yang sedikit berwarna (albedo). Albedo ini
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin, pentosan, gula, glikosida, zat
yang memunyai rasa pahit, dan mineral.
Agar minyak dapat diekstraksi dengan cara penyulingan, maka tindakan awal
yang harus dilakukan adalah merusak jaringan dengan cara mencacah atau
merajang dengan cara hati hati untuk mencegah kehilangan minyak akibat
semburan. Tetapi apabila dinding kelenjar minyak disobek, maka minyak yang
terdapat terdorong keluar dengan tenaga tertentu dan mencapai jarak tertentu. Hal
ini penting artinya di dalam berbagai proses ekstraksi. Tenaga pengepresan yang
diberikan bervariasi dengan tingkat kematangan dan tingkat kesegaran kulit.
Kantung minyak tidak seluruhnya terletak sama jauh dibawah kutikula dan juga
tidak sama ukuran besarnya. Rendemen minyak yang dihasilkan pada setiap
proses yang menggunakan tekanan, tergantung dari besarnya tenaga tekan yang
diberikan. Dengan tekanan besar, maka kantung minyak yang berukuran lebih
kecil dan terletak lebih cenderung lebih sulit rusak. Hanya dengan penyulingan
terhadap bahan yang berukuran kecil dapat diperoleh seluruh minyak yang
terdapat di dalam kulit. Jika buah dibiarkan layu setelah dipetik, maka kulit
6

menjadi bersifat lebih kuat dan elastis, sehingga penyobekan kantung minyak
lebih sukar dan daya semburan minyak berkurang. Perubahan yang sama terjadi
secara lebih lamban jika buah dibiarkan menjadi layu di atas pohon. Rendemen
minyak yang dihasilkan dari kulit buah semacam ini akan lebih rendah daripada
yang diperoleh dari buah dalam keadaan segar.
Dinding yang membentuk kantung minyak sebagian besar terdiri dari selulosa,
dan pektin berupa koloid. Kantung sendiri tidak hanya mengandung minyak,
tetapi juga cairan yang kaya akan pektin, dan dengan metode pemisahan minyak,
maka minyak tersebut bergabung dengan larutan koloid ini. Produk hasil
pengepresan dimana air digunakan sebagai media pembawa (carrier), bukan hanya
merupakan campuran air dan minyak , tetapi merupakan emulsi encer yang secara
bertahap akan memisah menjadi lapisan tebal berupa emulsi supernatan dan
hancuran sel.
Lapisan emulsi tebal ini sulit dipecahkan, dan masalah ini merupakan salah satu
hambatan dalam memproduksi minyak bermutu baik dengan menggunakan mesin
pres. Untuk mengatasi hal tersebut telah digunakan 3 macam proses : pertama,
penyaringan melalui karet busa (sponge) atau bahan seperti wol, yang akan
menyerap bahan-bahan koloid dan mempermudah pemisahan campuran minyak
dan air. Prosedur ini telah berhasil diterapkan pada proses sponge dengan presan
tangan dan dalam mesin Calabrian bergamot yang lebih tua; dalam kedua kasus
ini , proporsi zat koloid yang kontak dengan minyak relatif kecil. Kedua, adalah
dengan cara penyulingan ; akan tetapi cara ini cenderung mengakibatkan
kerusakan minyak, terutama jika didalamanya terdapat asam. Ketiga, cara
sentrifugasi; walaupun proses ini memiliki berbagai keunggulan, namun memiliki
kelemahan karena sulit memperoleh pemisahan dan hasil yang sempurna. Akan
tetapi sekarang hal ini sudah dapat diatasi, sehingga metode ini sangat baik
digunakan untuk rekoveri minyak kulit sitrus secara otomatis.
2.3 Pengertian buah citrus (jeruk)

Jeruk nipis adalah salah satu tanaman herbal yang banayak mengandung vitamin
C. Pengertian umumnya jeruk nipis adalah tumbuhan perdu yang menghasilkan
buah dengan nama yang sama. Selain banyak mengandung vitamin C jeruk nipis
juga memiliki banyak manfaat bagi kebutuhan kita.
Selain sebagai pelengkap rasa, jeruk nipis juga dapat digunakan sebagai obatobatan dan sebagai kosmetika yang berbahan alami sehingga tidak menimbulkan
efek samping. Jeruk nipis sudah lama dikenal khasiatnya. Tidak sedikit orang
yang menggunakan jeruk nipis sebagai obat tradisional yang terkenal khasiatnya
sanagat ampuh menyambuhkan berbagai macam penyakit.
Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti pengepresan dingin, menggunakan bahan pelarut, maupun dengan distilasi.
Cara yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan metode distilasi uap/air.
Prinsip dasar metode distilasi adalah uap dari air digunakan untuk mengangkat
minyak atsiri dari dalam jaringan kulit jeruk dan kemudian didinginkan dengan air
mengalir.

2.4 Kandungan Senyawa dan Manfaat Minyak Atsiri Jeruk


Minyak atsiri jeruk terdiri atas banyak senyawa yang sifatnya mudah menguap.
Tiap varietas jeruk memiliki variasi komposisi kandungan senyawa yang berbeda
sehingga menyebabkan perbedaan aroma yang ditimbulkan. Walaupun demikian,
minyak atsiri jeruk umumnya

mengandung senyawa dominan yang dikenal

dengan nama limonen. Kandungan senyawa limonen bervariasi antar varietas


jeruk, yaitu antara 70-92%. Berdasarkan hasil uji preferensi terhadap aroma
minyak atsiri jeruk, diperoleh data minyak atsiri asal jeruk manis, purut, lemon,
nipis, jari budha/kuku harimau, dan jeruk siem madu yang paling disukai
konsumen. Aroma yang kurang disukai adalah minyak atsiri asal jeruk besar dan
8

siem. Manfaat bagi kesehatan disebabkan adanya kandungan senyawa penyusun,


antara lain :

Limonen: melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorok dan

batuk serta menghambat sel kanker


Linalool : Bersifat sebagai penenang (sedatif).
Linalilasetat : Bersifat sebagai penenang (sedatif).
Terpineol : Bersifat sebagai sedatif.
Sitronela : Sebagai penenang dan pengusir nyamuk.

2.5 Cara Pengolahan (Mengambil) Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk


Minyak atsiri dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu penyulingan, ekstraksi
dengan pelarut menguap (solvent extraction), ekstraksi dengan lemak dingin
(enfleurasi), ekstraksi dengan lemak panas (maserasi) dan pengepresan (pressing).
Secara umum metode pengambilan minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu cara mekanik dan cara fisika-kimia.
2.5.1 Cara Mekanik
Metode yang sering disebut expression ini merupakan cara cold pressing tidak ada
panas yang dibutuhkan pada cara ini. Prosesnya adalah penekanan/pemerasan
(squeezing). Bahan dasar yang bisa diambil minyaknya dengan pengepresan
secara mekanik biasanya berupa biji-bijian atau kacang-kacangan maupun buahbuahan (citrus oil). Beberapa buah yang mengandung citrus oil diantaranya
bergamot, grapefruit, lemon, lime, mandarin, orange, dan tangerine. Ada tiga cara
yang berbeda untuk memungut citrus oil :
1. Sponge, dulu dilakukan secara manual (dengan tangan). Daging buah
dipisahkan, kulit buah dan biji direndam dalam air panas. Setelah lebih elastis
kemudian sponge/busa ditempelkan pada kulit buah lalu diperas/ditekan.
Minyak atsiri yang keluar akan terserap oleh sponge. Setelah jenuh,
dikumpulkan dengan cara memeras sponge.

2. Equelle a piquer, cara ini lebih hemat tenaga daripada sponge. Metode ini
tidak lagi dilakukan dengan cara manual tapi dengan alat yang yang diputar
dan dilengkapi paku-paku pada pinggirnya untuk menusuk oil cells pada kulit
buah. Minyak atsiri dan pigmen dapat dikeluarkan dari kulit buah, kemudian
minyak atsirinya dapat dipisahkan.
3. Machine abrasion, hampir sama dengan cara b Mesin dapat melepaskan kulit
buah dan memasukkannya ke dalam centrifuge dengan menambahkan air.
Pemisahan secara sentrifugal ini berjalan sangat cepat, tetapi karena minyak
atsiri bercampur dengan zat-zat lain, kemungkinan dapat terjadi perubahan
karena pengaruh enzim.
2.5.2 Cara Kimia-fisika
1. Distilasi (Penyulingan), ada beberapa jenis distilasi :
Prinsipnya penyulingan destilasi merupakan suatu proses pemisahan komponenkomponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan
perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponenkomponen senyawa tersebut. Pada dasarnya terdapat dua jenis penyulingan yaitu :
a. Hidrodestilasi adalah penyulingan suatu campuran yang berwujud cairan yang
tidak saling bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Proses
ini dilakukan dengan bantuan air maupun uap air. Hidrodestilasi memiliki 3
jenis metode berdasarkan cara penanganan bahan yang diproses yaitu : destilasi
air, destilasi uap dan air serta destilasi uap langsung.
b. Fraksinasi adalah penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna hingga
hanya membentuk satu lapisan. Proses ini dilakukan tanpa menggunakan uap
air. Fraksinasi memiliki 3 jenis metode yaitu kohobasi, rektifikasi dan destilasi
fraksinasi.
2. Ekstraksi Pelarut, yang dapat berupa :
a. Maserasi
10

b. Enfleurage
c. Pelarut mudah menguap
d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2
Keterangan :
a. Penyulingan/Destilasi Air (Perebusan)
Dengan tipe penyulingan air ini, bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau
mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan
kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat dididihkan dengan api secara
langsung. Metode ini disebut juga metode perebusan. Ketika bahan direbus,
minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui
kondensor untuk dikondensasi. Alat yang di gunakan untuk metode ini disebut alat
suling perebus. Contoh bahan yang diproses dengan netode ini : bunga mawar,
bunga-bunga jeruk.
Destilasi air dapat dijalankan pada tekanan di bawah 1 atmosfir sehingga air bisa
mendidih pada suhu yang lebih rendah dari 100oC. Biasanya dilakukan bila bahan
atau minyak atsiri rentan terhadap suhu. Contoh : neroli.
b. Penyulingan/Destilasi Uap dan Air (Pengukusan)
Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam wadah yang kontruksinya
hampir sama dengan dandang pegukus, sehingga metode ini disebut juga
pengukusan. Air dididihkan pada bagian bawah alat . Minyak atsiri akan ikut
bersama aliran uap yang kemudian dialirkan ke kondensor. Alat yang digunakan
dalam metode ini disebut alat suling pengukus. Temperatur steam harus dikontrol
agar hanya cukup untuk memaksa bahan melepas minyak atsirinya dan tidak
membakar bahan. Uap yang dipakai bertekanan > 1 atm dan bersuhu > 100oC,
sehingga waktu distilasi bisa lebih cepat mengurangi kemungkinan rusaknya
minyak atsiri. Cara ini menghasilkan minyak atsiri dengan mutu yang tinggi.
11

c. Penyulingan/Destilasi Uap Langsung


Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari suatu pembangkit uap. Uap yang
dihasilkan lazimnya memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer.
Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam alat penyulingan sehingga
minyak atsiri akan menguap terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke
kondensor untuk dikondensasi. Alat yang digunakan dalam metode ini disebut alat
suling uap langsung.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok pada ketiga alat penyulingan
tersebut. Namun pemilihan tergantung pada metode yang digunakan, karena
reaksi

tertentu

dapat

terjadi

selama

penyulingan.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi hidrodestilasi adalah :


1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman
yang disebut hidrodifusi.
2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari minyak atsiri.
3. Peruraian terjadi oleh panas.
d. Kohobasi
Sistem kohobasi adalah proses penyulingan yang diulang kembali, artinya air
keluaran sisa ini dimasukkan ke ketel lagi untuk diproses ulang menjadi kukus,
kemudian kukus dilewatkan pipa ke tabung destilasi. Dalam tabung destilasi
kontak dengan bahan baku menghasilkan kukus air dan minyak atsiri, kemudian
dipisahkan oleh separator menghasilkan minyak atsiri dan air limbah (sisa).
Bila rose oil dipungut dengan cara water distillation, maka phenyl ethyl alcohol
yang dikandungnya akan larut dalam air. Senyawa ini tidak ikut bersama minyak
atsiri. Bau minyak atsiri menjadi berbeda disebut incomplete oil . Untuk
mendapatkan minyak atsiri yang lengkap (complete oil), phenyl ethyl alcohol
dipisahkan dari air dengan cara distilasi kemudian ditambahkan ke dalam

12

incomplete oil dengan perbandingan yang tepat. Rose oil yang lengkap ini disebut
Rose Otto.
e. Rektifikasi
Bila essential oil hasil distilasi mengandung impurities (pengotor), dapat
dimurnikan dengan re-distilasi memakai steam atau vacuum. Pemurnian dengan
cara ini disebut rectification. Ct. eucalyptus oil, dijual sbg double distilled.
f. Destilasi Fraksinasi
Proses distilasi normal, tetapi minyak atsiri dikumpulkan secara batch (menurut
fraksinya).
Pada proses pengambilan minyak atsiri dengan ekstraksi, bahan-bahan minyak
atsiri yang akan diambil minyaknya di tambahkan dengan bahan atau zat pelarut
(solvent) yang dapat mengikat minyak yang terdapat dalam bahan atsiri. Zat
solven yang bercampur dengan minyak atsiri tersebut selanjutnya akan dipisahkan
untuk diambil minyak atsirinya.
Ekstraksi pelarut untuk memungut minyak atsiri, tidak hanya memakai chemical
solvent seperti hexan, tetapi juga dengan solven padat misalnya fat/ solid oil.
Selain itu bisa juga dengan CO2.
Ekstraksi pelarut terutama cocok untuk bahan-bahan dengan kandungan minyak
atsiri yang sangat rendah, juga untuk bahan yang bersifat thermolabile. Dengan
tipe proses seperti ini senyawa non volatil misalnya waxe dan pigmen ikut
terekstraksi.
a. Maserasi (Ekstraksi dengan lemak panas)
Bahan terutama bunga direndam dalam minyak panas untuk memecah sel-sel
yang mengandung minyak atsiri kemudian minyak panas akan menyerap minyak

13

atsiri. Minyak yang mengandung minyak atsiri dipisahkan dari bahan dengan
penyaringan atau dekanter.
b. Enfleurasi (Ekstraksi dengan lemak dingin)
Kaca dalam frame (disebut chassis) dilapisi dengan lemak binatang/ tumbuhan
yang tidak berbau dan murni. Kemudian bunga segar yang baru dipetik
ditempelkan pada lemak lalu ditutup. Minyak atsiri akan terserap oleh lemak,
bunga diganti dengan yang segar lagi sampai lemak menjadi jenuh dengan minyak
atsiri. Setelah jenuh bunga diambil (defleurage). Campuran lemak dan minyak
atsiri ini disebut Pomade. Pamade dicuci dengan alkohol hingga minyak atsiri
larut dalam alkohol. Dengan cara distilasi akan diperoleh minyak atsiri. Cara ini
sangat mahal dan memerlukan tenaga yang cukup banyak. Bahan yang diproses
dengan cara ini contohnya tuberose dan jasmine.
c. Solvent extraction (Pelarut mudah menguap)
Minyak atsiri dapat diekstraksi memakai hexan, metanol, etanol, petrloleum eter,
atau benzen. Benzen sekarang tidak dipakai lagi karena bersifat carcinogenic (bisa
menyebabkan kanker). Minyak atsiri yang diambil dengan cara ini mempunyai
aroma hampir sama denga aslinya. Minyak atsiri banyak yang dipungut dengan
cara ini, akan tetapi banyak yang tidak mau memakainya untuk aroma terapi??
Karena ada sisa solvent pada produk akhir minyak atsiri. Solven yang tertinggal 6
20%. Dengan memakai hexan, solven yang tersisa hanya 10 ppm. Hasil akhir
cara ini disebut concrete. Concrete dapat dilarutkan dalam alkohol untuk
memisahkan solvennya. Bila alkohol diuapkan akan dihasilkan absolute. Absolute
atau concrete dapat dipakai untuk perfume tapi tidak untuk skin care. Contoh
tanaman yang diproses dengan cara ini adalah jasmine, hyacinth, narcissus,
tuberose.
d. Ekstraksi Hiperkritikal CO2

14

Cara ini relatif baru dan mahal, tetapi menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas
yang baik. CO2 menjadi hypercritical pada 33oC dan tekanan 200 atm, pada
kondisi ini tidak benar-benar gas atau cair. CO2 pada kondisi ini merupakan
solven terbaik karena suhunya rendah dan waktunya sangat singkat/ instan. CO2
bersifat inert dan dengan menurunkan tekanan akan segera dapat memisahkan
minyak atsiri dari solvennya. Perlu alat yang mahal, biaya investasi mahal.

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Minyak atsiri dapat dibuat dari kulit jeruk nipis.
2. Minyak atsiri kulit jeruk nipis mengandung senyawa :
Limonen
Linalool
Linalilasetat
Terpineol
Sitronela
3. Minyak atsiri mengandung paling banyak senyawa Limonen sebanyak
70 92% yang berfungsi untuk memperlancar peredaran darah,
meredakan radang tenggorokan / batuk, dan menghambat pertumbuhan
sel kanker.
4. Minyak atsiri kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara sederhana yaitu
destilasi uap / air.

16

Anda mungkin juga menyukai