Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA PROFESI

KASUS MELEDAKNYA KILANG MINYAK MONTARA

Disusun Oleh:
Chelsea Rosari Mahakintha S
116012

AKADEMI KIMIA INDUSTRI SANTO PAULUS


SEMARANG
2016/2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam harus dijamin kelestariannya antara lain dengan tetap
mempertahankan lingkungan laut. Pada kondisi yang menghubungkan bagi
hakikat laut, juga sistem pengelolaan dalam mengupayakan sumber daya alam
yang ada. Tumbuhnya kesadaran yang diciptakan mengordinasikan laut ataupun
dalam memenuhi kebutuhan dari laut, merupakan langkah untuk mewujudkan
pelestarian lingkungan laut, sekalian sumber yang terkandung dalam laut tidak
terbatas. Didalam mengupayakan laut misalnya penangkapan ikan, jenis ikan yang
berlebihan dengan menggunakan pukat harimau sangatlah berbahaya dan dapat
menimbulkan kepunahan itu tidak dapat dirasakan dalam jangka waktu yang
pendek
Pencemaran lingkungan laut sangat mendapat perhatian dunia dewasa ini,
apakah itu secara Nasional, Regional maupun Internasional disebabkan karena
dampak yang ditimbulkannya terhadap kelestarian lingkungan dan manfaat dari
sumber daya alam yang ada di laut menjadi terganggu baik untuk kepentingan
nasional negara pantai maupun bagi umat manusia keseluruhannya.
Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas
manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah
pencemaran laut dapat mempengaruhi semua negara pantai baik yang sedang
berkembang maupun negara-negara maju, sehingga perlu disadari bahwa semua
negara pantai mempunyai kepentingan terhadap masalah pencemaran laut.
B. Tujuan
Dapat menganalisa pelanggaran etika profesi pada kasus pencemaran Laut Timor
yang disebabkan oleh meledaknya kilang minyak di Montara.
ISI
A. Deskripsi Kasus
Pada 21 Agustus 2009 silam, Kilang minyak Montara yang terletak di Blok
Atlas Barat Laut Timor itu meledak, yang mengakibatkan wilayah perairan Laut
Timor tercemar serta merembes sampai ke wilayah pesisir Pulau Timor bagian
barat Nusa Tenggara Timur serta pulau-pulau lainnya di wilayah provinsi
kepulauan ini. Ironisnya, pada saat bencana tersebut terjadi, pemerintah tidak
bisa memberikan angka valid terhadap kerugian yang dikibatkan oleh
pencemaran minyak Montara tersebut. Bencana tumpahan minyak ini
mengakibatkan 90 persen wilayah perairan yang kaya minyak dan biota laut itu
tercemar. Petaka tumpahan minyak mentah dari kilang Montara yang kemudian
dikenal sebutan "Montara Timor Sea Oil Spill Disaster" itu disertai pula dengan
zat timah hitam bercampur bubuk kimia dispersant jenis Corexit 9500 dan 9572
yang sangat beracun untuk menenggelamkan tumpahan minyak ke dasar Laut
Timor.
B. Kronologi Kasus
Bermula dari ledakan yang terjadi di rig West Atlas pada tanggal 21 Agustus
2009, yaitu ketika sebuah platform sumur minyak Montara di Laut Timor yang
terletak sekitar 690 km arah barat Darwin mengalami kegagalan dalam
pengeboran minyak sehingga mengakibatkan ledakan yang terjadi pada salah
satu pipa penyalur minyak dari dasar laut ke permukaan. Lokasi kilang minyak
tersebut memang berada dalam yurisdiksi Australia, namun yang menjadi
masalah adalah ketika tumpahan minyak tersebut memasuki yurisdiksi negara
lain yang dalam hal ini adalah Indonesia. Ledakan kilang minyak tersebut
tersebut mengakibatkan perairan Australia Barat, Timor Leste dan Indonesia
tercemar oleh minyak mentah, dimana tumpahan minyak tersebut berlangsung
selama 74 hari, hingga 3 November 2009. Tumpahan minyak tersebut
menggenangi areal seluas 2500 mil persegi pada 30 Agustus 2009; kemudian
pada 3 September 2009 mulai memasuki wilayah Indonesia dengan posisi pada
tanggal 29 September 2009 berada sejauh sekitar 50 mil dari batas wilayah
perairan laut antara Indonesia-Australia.
C. Penyebab Peristiwa
Kegagalan dalam pengeboran minyak sehingga mengakibatkan ledakan yang
terjadi pada salah satu pipa penyalur minyak dari dasar laut ke permukaan
D. Dampak Peristiwa
Muncul penyakit aneh yang menimpa masyarakat pesisir Nusa Tenggara
Timur bahkan sampai ada yang meninggal dunia, akibat mengonsumsi ikan
dan biota laut lainnya dari Laut Timor yang sudah terkontaminasi dengan
minyak mentah, zat timah hitam, dan bubuk kimia sangat beracun dispersant
jenis Corexit 9500.
Wilayah perairan budidaya rumput laut milik masyarakat NTT terkontaminasi
dengan minyak mentah, zat timah hitam dan bubuk kimia dispersant yang
bersumber dari ladang minyak Montara.
Hasil tangkapan nelayan dan petani rumput laut mengalami penurunan drastis
sampai ke titik 85 % yang mengakibatkan banyak anak nelayan tidak bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena ekonomi
keluarga tidak mendukung.
Rusaknya terumbu karang sampai seluas sekitar 65.000 hektare.
Terdampar dan matinya 44 ikan paus di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Laut Timor dan sekitarnya merupakan jalur migrasi aneka jenis ikan,
termasuk paus.
E. Pihak yang Bertanggungjawab
PTT Exploration and Production Australian selaku operator harus
bertanggungjawab serta wajib memberikan ganti rugi atas pencemaran Laut
Timor.
Pemerintah Australia selaku regulator bertanggungjawab secara adminitratif
karena telah mengeluarkan lisensi kepada Perusahaan PTT Exploration and
Production Australian untuk melakukan pengeboran minyak mentah di laut
lepas.
F. Langkah Penanganan
1. Semprotan dispersant yang mempunyai efek menenggelamkan minyak
mentah ke dasar laut. Langkah ini mungkin saja menyelamatkan ikan
permukaan dan burung-burung, tapi akan membahayakan ikan dan biota laut
yang ada di kedalaman dan terumbu karang. Ilmuwan Australia, Jamie
Oliver, berpendapat bahwa langkah itu bisa menjadi pemecahan masalah
yang memunculkan masalah baru.
2. Sumur dimatikan, yakni menutupnya dengan lumpur atau semen melalui
pengeboran samping. Pemerintah Australia telah menempatkan drilling rig
tambahan milik West Triton Australia di dekat Montara Well Head Platform,
untuk melakukan pengeboran relief well yang akan memotong original well
pada kedalaman 2,6 kilometer di bawah permukaan laut dan melakukan
injeksi heavy mud. Operasi penyelamatan berlangsung setelah 5 kali
percobaan, dan kebocoran berhasil ditutup menggunakan lumpur sebanyak
3400 barel yang dipompakan ke sumur minyak.
G. Prinsip Hukum Internasional yang dilanggar
Dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut atau United
Nations Convention on the Law of the Sea) disingkat UNCLOS, yang berlaku
sejak tahun 1994, didalamnya terdapat prinsip prinsip Hukum Laut
mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di
dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan
sumber daya alam laut. Prinsip prinsip hukum (UNCLOS, 1994) yang
dilanggar dalam kasus Meledaknya Kilang Minyak Montara antara lain :
General Prohibition to Pollute Principle
Prinsip ini menentukan bahwa pada prinsipnya suatu negara dilarang untuk
melakukan tindakan di dalam negerinya sedemikian rupa sehingga
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan di tingkat global.
Polluter Pays Principle
Prinsip ini menetapkan setiap orang yang melakukan pencemaran atau
perusakan terhadap lingkungan, bertanggung jawab untuk menanggulangi
pencemaran dan pemulihan lingkungan, maka pihak Montara memiliki
kewajiban untuk memberikan ganti rugi atas terjadinya pencemaran minyak di
Laut Timor.
The Good Neighbourliness Principle
Prinsip ini menentukan bahwa suatu negara di dalam wilayahnya tidak boleh
melakukan tindakan sedemikan rupa sehingga menyebabkan gangguan
lingkungan pada negara lain.
The Prohibition of Abuse of Rights
Prinsip ini menentukan bahwa negara tidak boleh menyalahgunkan haknya
untuk melakukan tindakan-tindakan yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan lingkungan secara global.
H. Etika Profesi yang Dilanggar
Pelanggaran prinsip dasar etika profesi yaitu memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban, keahlian, keadilan, dan tanggung jawab.
Pelanggaran moral dengan melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap
masyarakat nelayan dan petani rumput laut di pesisir kepulauan NTT.
Pelanggaran prinsip etika Engineering, yaitu :
Melindungi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat
Mengutamakan kepentingan masyarakat
Menjaga pelestarian lingkungan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus pencemaran laut akibat dari tumpahan minyak dapat berpengaruh
pada beberapa sektor, diantaranya lingkungan pantai dan laut, ekosistem biota
pantai dan laut, dan mengganggu aktivitas nelayan sehingga mempengaruhi
kesejahteraan mereka. Pengaruh-pengaruh tersebut antara lain dapat mengubah
karakteristik populasi spesies dan struktur ekologi komunitas laut, dapat
mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serta reproduksi organisme
laut, bahkan dapat menimbulkan kematian pada organisme laut.
B. Saran
Sebaiknya, sedini mungkin Pemerintah RI mengambil langkah-langkah yang
diperlukan guna menjamin kepentingan nasional Indonesia, yaitu untuk
mengkoordinasioan pembuatan suatu rezim hukum laut baru, melalui
mekanisme multilateral, yang mengatur pencemaran minyak di laut yang
berasal dari anjungan migas lepas pantai (offshore oil exploration and
exploitation) guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kasus Montara
serupa di wilayah jurisdiksi Indonesia dikemudian hari.
Hendaknya ada usaha dari pemerintah untuk pembentukan tim independen
yang melibatkan para pakar (geologi, lingkungan, perikanan, pertambangan),
tokoh masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (Indonesia, Australia,
dan dunia internasional) untuk identifikasi dampak sosial ekonomi dalam
rangka menyusun kompensasi yang layak bagi korban pencemaran.
DAFTAR PUSTAKA

https://prezi.com/gjf4ihxvpdd8/tanggung-jawab-para-pihak-dalam-pencemaran-
minyak-mentah-lin/#
http://www.bergelora.com/nasional/hukum/307-ledakan-kilang-montara-cemari-90-
persen-laut-timor.html
https://www.academia.edu/8239053/ANALISIS_KASUS_PENCEMARAN_MINYA
K_MONTARA_DI_LAUT_TIMOR
https://id.wikipedia.org/wiki/Konvensi_Perserikatan_Bangsa
Bangsa_tentang_Hukum_Laut

Anda mungkin juga menyukai