Anda di halaman 1dari 9

Nama : Recsi Korintus

NIM:2002050010
Prodi : Sosial Ekonomi Perikanan
DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT
TERHADAP INDONESIA AKIBAT TUMPAHAN
MINYAK MONTARA DI LAUT TIMOR
• Pendahuluan
Pencemaran laut akibat tumpahan minyak yang terjadi di perairan
Indonesia akibat meledaknya ladang minyak PTTEP Australasia di
Platform Montara telah memperoleh perhatian dari berbagai pihak baik
dari masyarakat di pesisir laut timor, Pemerintah Republik Indonesia,
Pemerintah Australia dan PTTEP Australasia masing-masing pihak telah
melakukan pemetaan terhadap pencemaran yang terjadi.
Peristiwa tumpahan minyak yang terjadi di ZEE Australia hingga melewati ZEE Indonesia
diawali pada tanggal 21 Agustus 2009. Awalnya, terjadi ledakan di the Montara Well Head
Platformyang berlokasi di blok West Atlas-Laut Timor perairan Australia, terjadi tumpahan
minyak dengan estimasi tumpahan 2.000 barel/hari (318.000 liter/hari), yang berdampak pada
kebocoran minyak (light crude oil) dan gas hydrocarbon. Pada tanggal 31 Agustus 2009,
butiran kecil minyak (small patches weathered oil) telah memasuki wilayah ZEE Indonesia.
Jejak tumpahan minyak mentah tersebut (weathered light crude oil) memasuki sebagian
kecil Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang berbatasan dengan Zona Ekonomi Eksklusif
Australia. pada tanggal 21 September 2009, diperoleh informasi bahwa sebagian tumpahan
minyak telah berada pada lokasi 51 mil laut di tenggara pulau Rote (Rotendau) Indonesia.
Saat petugas kilang menyuntikkan lumpur ke dalam sumur Montara untuk menekan
kebocoran tak terkendali dari 2.600 meter di bawah permukaan laut, terjadi kebakaran (1
November 2009). Kebocoran tersebut akhirnya dapat ditanggulangi pada tanggal 3
November 2009 pukul 17.15 waktu setempat. Bersamaan dengan keberhasilan ini,
kebakaran pada Montara wellhead platform dan sekitar rig pengeboran West Atlas di Laut
Timor berhasil dipadamkan.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat


menarik suatu permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini,
yaitu Bagaimanakah dampak pencemaran lingkungan laut
terhadap Indonesia akibat tumpahan Minyak Montara di Laut
Timor?
Pihak-pihak yang terkait dengan kasus minyak Montara ini. Perusahaan minyak yaitu PTTEP Australisia yang menyebabkan
terjadinya ledakan di padang minyak Montara sebenarnya bukan milik perusahaan Australisia. PTTEP ini sebenarnya adalah
milik Thailland dan merekalah yang mempunyai hak operasional untuk eksplorasi sumur minyak. Pada kasus Montara ini kita
tidak dapat menyalahkan semuanya ke Australia karena mereka sendiri juga korban karena, mereka juga terkena dampak
tumpahan minyak diwilayah perairan mereka yang cukup luas. Awalnya Australia mempunyai konsei eksplorasi sumur minyak
Montara kemudian, mereka menyerahkan haknya kepada PTTEP Australisia.
Sehingga pada kasus ini dalam upaya penanganannya, Pemerintah Indonesia melakukan komunikasi dengan Pemerintah
Australia dan Pemerintah Thailland.

Komunikasi yang dilakukan dengan Pemerintah Australia berguna untuk mendapatkan informasi tentang proses
penanggulangan dan dampak yang tejadi pada beberapa negara. Komonikasi ini dilakukan dengan mengirim Tim Kementrian
Perhubungan ke Darwin Australia Focal Point. Komunikasi Intergovermental antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
Thailland dan antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Thailland untuk mengambil tindakan yang akan dilakukan
karena seperti diketahui bahwa perusahaan Thailland berdiri di tanah Australia.

Hasil dari komunikasi Intergovermental ini,


Pemerintah mengajukan klaim ganti rugi kepada PTTEP Australisia dengan nominal biayanya ± Rp.291 Miliar atau setara
dengan ± US$ 30 Juta. PTTEP Australasia beranggapan tidak terjadi kerusakan lingkungan di wilayah perairan Indonesia
akibat tumpahan minyak Montara. Pandangan PTTEP Austalasia ini didasarkan pada penelitian yang menyatakan bahwa tidak
ada bukti yang menunjukkan adanya minyak dari sumur Montara disepanjang garis pantai pulau Timor dan pulau Rote.
Sedangkan Pemerintahan Australia menggumumkan bahwa tumpahan minyak Montara tidak mencemari perairan Indonesia,
dimana 98,6% terjadi di laut Australia. Berdasarkan analisis GC, hasil Chromatologram menunjukan bahwa terball yang
ditemukan diperairan ZEE Indonesia yang mengandung minyak mentah memiliki karakteristik yang sama sepeti minyak yang
berasal dari Montara. Minyak yang ditemukan diperairan Indonesia ini memiliki rantai C13-C34.
• Kebocoran yang terjadi menimbulkan dampak pencemaran pada Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dampak
pencemaran terbesar dirasakan oleh delapan kabupaten/kotamadya di NTT, yaitu: Kabupaten Kupang, Kota madya Kupang,
Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Sumba Timur,
Kabupaten Sabu Raijua, dan Kabupaten Belu. Kebocoran minyak ini menyebabkan kerugian baik secara ekonomi maupun
materi. Korelasi antara minyak yang ada di Montara dan minyak yang ditemukan di perairan Indonesia menyebabkan
terganggunya ekosistem yang berdampak besar pada Wilayah Pengelolaan Perikanan ( WWP ), Taman Nasional Laut Sawu,
pengembangan daerah perikanan, wilayah distribusi dugong, wilayah distribusi kura-kura dan wilayah terumbu karang.
Perairan di Laut Timor yang terkena tumpahan minyak menimbulkan efek toksik pada mahkluk hidup laut karena didukung
oleh PAH Laut Timor yang tinggi sekiiar 705,100-932,800 ppm. Kerusakan lingkungan berimbas juga pada ekonomi dan
sosial, masyarakat mengalami kerugian yang tidak sedikit. Misalnya penurunan hasil perikanan, terganggunya kenyamanan
masyarakat pesisir, terganggunya pertumbuhan rumput laut hasil budidaya ( terhambatnya pertumbuhan rumput laut dan
kematian rumput laut ), rusaknya ekosistem terumbu karang, ladang lamun dan mangrove. Apakah dengan keadaan yang
sudah terjadi, PTTEP Australisia dan Pemerintah Australia masih beranggapan bahwa Laut Timor tidak mendapatkan
dampak dari tumpahan minyak Montara? Kasus ini tidak selamanya dilihat dari sisi ekonominya namun disini lebih ke sisi
ekologinya. Efek yang terjadi bisa dalam jangka waktu yang pendek atau jangka waktu yang panjang.
Pemerintah dapat menggunakan Hukum Internasional dalam membantu menyelesaikan kasus minyak
Montana di Laut Timor. Kewajiban-kewajiban tersebut diatur dalam UNCLOS 1982, khususnya pada Pasal
56, Pasal 60, dan Pasal 194 Ayat ( 2) “klaim ganti rugi diselesaikan melalui perundingan antara kedua
negara” pemerintah kita sudah mencoba mengunakan upaya ini namun hasilnya nihil bahkan mereka
beranggapan bahwa Laut Timor tidak mengalami dampak dari tumpahan minyak Montara namun pada
kenyatannya Indonesia mengalami kerugian yang amat besar akibat dari tumpahan minyak Montara ini.
Pemerintah dapat menggunakan hukum UNCLOS Pasal 139 yang dapat membantu menyelesakan kasus ini
karena, dalam pasal ini mengatakan bahwa negara yang menyebabkan kerugian negara lain akibat
kegiatannya harus dikenakan ganti rugi atas dampak yang merugikan negara tersebut. pemerintah Indonesia
maupun Pemerintah Australia tentunya memahami Hukum Internasional tersebut. Dari kejadian ini
seharusnya dibentuk suatu konvensi internasional atau aturan hukum internasional khusus dalam kerusakan
lingkungan ( darat dan laut ) akibat dari pengeboran minyak lepas pantai seperti MARPOL yang khusus
mengatur tentang pencemaran minyak dari kapal. Sehingga jika dikemudian hari terdapat kasus yang sama
dapat diambil jalan hukum yang tegas juga sehingga masalah dapat diselesaikan secara cepat dan tepat.
Simpulan

Dari hasil penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan, antara lain bahwa menurut
Pemerintah Republik Indonesia, Kasus Minyak Montara yang terjadi di Laut Timor juga
berakibat pada wilayah perairan Indonesia khususnya di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Hanya saja, PTTEP Australasia, berdasarkan partnership researchdengan beberapa
perguruan tinggi di Australia, menyatakan bahwa dampak dari Kasus Minyak Montara tidak
menimbulkan dampak negatif ke wilayah perairan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai