Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

FAJAR NUR RAHMAN


132010121032

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS WIRALODRA
2021
Petugas Pertamina RU VI Balongan melakukan patroli dan pembersihan ceceran minyak mentah di sekitar pantai wisata Balongan Indah,
Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (7/11/2020). Pencemaran ceceran minyak mentah yang terjadi sejak dua pekan itu mencemari kawasan pesisir
pantai sepanjang 10 km serta sejumlah objek wisata pantai dan belum ada pihak yang bertanggung jawab

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ceceran hitam yang diduga minyak mentah (crude oil)
ditemukan di Pantai Balongan Indah, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Namun, belum
diketahui asal muasal ceceran minyak tersebut.

Berdasarkan pantauan, Sabtu (7/11), ceceran minyak itu terlihat menggumpal membentuk kristal
hitam di sepanjang bibir Pantai Balongan Indah. Gumpalan itu menimbulkan bau minyak yang
menyengat.

Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indramayu (APPI), Akso Surya Darmawangsa, menjelaskan,
ceceran hitam yang diduga crude oil itu pertama kali ditemukan pada Sabtu (7/11) pukul 08.00
WIB. Melihat hal itu, pihaknya langsung melakukan pembersihan secara swadaya.

"Kita langsung bersihkan sebelum para pengunjung datang," tutur pria yang juga Ketua Pengelola
Pantai Balongan Indah itu.

Penemuan ceceran hitam yang diduga crude oil itu merupakan yang kedua kali dalam sebulan
terakhir. Pada Oktober 2020 lalu, ceceran serupa juga ditemukan di tempat yang sama, termasuk
pula di Pantai Karangsong Indramayu.
Akso menambahkan, pencemaran di Pantai Balongan Indah sebelumnya juga terjadi pada 2018.
Bahkan, saat itu, Pantai Balongan Indah terpaksa harus tutup selama empat bulan.

Akso berharap, pemilik ceceran minyak hitam tersebut bisa mengakui dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, kejadian serupa tidak terulang kembali. Dia juga meminta Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Kabupaten Indramayu serius menyikapi persoalan tersebut.

Selain mencemari lingkungan, lanjut Akso, ceceran minyak itu juga mengancam pariwisata di
Pantai Balongan Indah. Padahal, pantai tersebut selama ini menjadi salah satu objek wisata favorit
di Kabupaten Indramayu. Ratusan bahkan ribuan pengunjung biasa memadati pantai itu, terutama
di hari libur.

Sementara itu, Unit Manager Comrel and CSR PT Pertamina RU VI Balongan, Cecep Supriyatna,
menyatakan, belum mengetahui asal muasal penyebab ceceran minyak yang diduga crude oil itu.
Untuk menentukannya, harus dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu.

"Kita belum tahu sumbernya dari mana," kata Cecep, saat dihubungi Republika melalui telepon
selulernya, Ahad (8/11).

Cecep menyatakan, pihaknya sudah melakukan pengecekan ke Singel Point Mooring (SPM) milik
PT Pertamina RU VI Balongan. Hasilnya, fasilitas tersebut dalam kondisi normal dan tidak ada
kebocoran.

"Kita pun melakukan patroli setiap hari. Bahkan jika ada info seperti itu dari masyarakat, patroli
kita tingkatkan sehari tiga kali," ujar Cecep.

Meski demikian, lanjut Cecep, Pertamina RU VI Balongan tetap berkomitmen untuk secepat
mungkin melakukan penanggulangan setiap ada laporan dari masyarakat soal ceceran minyak.
Untuk itu, pihaknya segera turun untuk meninjau lokasi kejadian dan membantu melakukan
pembersihan ceceran minyak yang masih tersisa.

"Pokoknya komitmen kami, setiap ada laporan warga, kami dahulukan penanggulangannya,
bersihkan dulu. Lain-lainnya itu nomer dua," cetus Cecep.

Dari upaya pembersihan itu, lanjut Cecep, terkumpul ceceran minyak yang bercampur pasir
sebanyak satu unit mobil pick up. Namun, dari campuran itu, minyak murninya diperkirakan hanya
sekitar setengah drum.

Setelah diambil ceceran minyaknya, Pantai Balongan Indah menjadi bersih kembali. Ceceran itu
selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Dari hasil pemeriksaan itu
nantinya bisa diketahui jenis minyak maupun sumbernya.

Hal itu dikarenakan masing-masing unit perusahaan PT Pertamina memiliki jenis minyak yang
berbeda satu sama lain.
 ANALISIS SUMBER ZAT PENCEMARAN

Sumber zat pencemaran yang ada dibibir pantai itu diduga Crude Oil yang terjadi akibat
oil spill (tumpahan minyak). Ceceran minyak itu terlihat menggumpal membentuk kristal
hitam di sepanjang pantai. Ceceran serupa juga ditemukan di tempat yang sama,
termasuk pula di Pantai Karangsong Indramayu.

 DAMPAK PENCEMARAN

Ketika tumpahan Crude Oil terjadi di lingkungan laut, dampak dari limbah dalam bentuk
tumpahan minyak ini secara spesifik menunjukan pengaruh negatif yang penting
terhadap lingkungan pesisir dan perairan laut terutama melalui kontak langsung dengan
organisma perairan, dampak langsung terhadap kegiatan perikanan termasuk pariwisata
laut dan dampak tidak langsung melalui gangguan terhadap lingkungan.

Beberapa dampak yang diakibat oleh pencemaran tumpahan Crude Oil :

1. Kematian organisme, Untuk kasus oil spill di perairan terbuka, konsentrasi minyak di
bawah slick biasanya sangat rendah, dan maksimum akan berada pada kisaran 0.1
ppm sehingga tidak menyebabkan kematian massal organisme terutama ikan-ikan.
Permasalahannya, kebanyakan kasus tumpahan minyak ini terjadi di perairan pantai
atau perairan dalam. Resiko kematian massal akan lebih besar lagi bagi ikan-ikan di
tambak ataupun keramba serta jenis kerang-kerangan yang kemampuan migrasi
untuk menghindari spill tersebut sangat rendah.
2. Perubahan reproduksi dan tingkah laku organisme, Uji laboratorium menunjukkan
bahwa reproduksi dan tingkah lau organisme ikan dan kerang-kerangan dipengaruhi
oleh konsentrasi minyak di air. Banyak jenis udang dan kepiting membangun sistem
penciuman yang tajam untuk mengarahkan banyak aktifitasnya, akibatnya eksposur
terhadap bahan B3 menyebabkan udang dan kepiting mengalami gangguan di dalam
tingkah lakunya seperti kemampuan mencari, memakan dan kawin.
3. Dampak terhadap plankton, Limbah B3 ini akan berdampak langsung pada organisme
khususya pada saat masih dalam fase telur dan larva. Kondisi ini akan menjadi lebih
buruk jika spillage bertepatan dengan periode memijah (spawning) dan lokasi yang
terkena dampak adalah daerah nursery ground. Akan lebih parah lagi ketika lokasi
yang terkena oil spill ini merupakan daerah yang tertutup/semi tertutup seperti teluk
yang tercemar.
4. Dampak terhadap ikan migrasi, Secara umum, ikan dapat menghindari bahan
pencemar, namun uniknya ada beberapa jenis ikan yang bersifat territorial, artinya
ikan tersebut harus kembali ke daerah asal untuk mencari makan dan berkembang
ikan meskipun daerah asalnya telah terkontaminasi limbah B3.
5. Bau lantung (tainting), Bau lantung ini dapat terjadi pada jenis ikan keramba dan
tambang yang tidak memilki kemamuan bergerak menjauhi bahan pencemar minyak
sehingga menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak pada jaringannya.
6. Dampak pada kegiatan perikanan budidaya, Tumpahan minyak ini akan berdampak
langsung pada kegiatan budidaya, bahan selain organisme yang akan terkena dampak,
peralatan seperti jaring dan temali tidak dapa digunakan lagi.
7. Kerusakan ekosistem, Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuary,
lamun, dan terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara ekologis.
Masuknya limbah B3 pada perairan pesisir laut ini dapat mengganggu ekosisitem,
karena wilayah pesisir tersebut merupaka daerah perkembangbiakan, penyedia
habitat dan makanan untuk organisme dewasa bagi habitat lain di sekitarnya.

 NILAI AMBANG BATAS AIR LAUT


Berikut Nilai Ambang Batas (NAB) air laut sesuai dengan Keputusan Mentri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut
Keterangan:

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode
yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional
maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan musim)
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer)
dengan ketebalan 0,01mm
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 o C dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

 SARAN
1. Membuat jalur khusus untuk kapal tangker pengangkut Crude Oil yang tidak melintasi
kawasan pariwisata ataupun kawasan pertambakan ikan warga.
2. Pelabuhan bongkar muat Crude Oil kapal tangker yang jauh dari pemukiman warga,
bibir pantai pariwisata, ataupun kawaan pertambakan ikan warga.
3. Membuat simulasi jika terjadi Oil Spill (tumpahan minyak), agar mengetahui
bagaimana cara mengatasinya, dan cara penaggulangannya agar tidak terjadi
pencemaran yang meluas.
Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti Kementrian Lingkungan Hidup,
Pariwisata, Diknas, Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI AL, Kepolisian,
Perhubungan, PT. Pertamina (Persero), dan Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak
dalam pencegahan dan penanggulangan pencemaran laut ini. Dengan melibatkan
beberapa instansi terkait diharapkan penanggulangan tumpahan minyak di perairan laut
akan menjadi lebih baik, terpadu dan komprehensive. Perlu disadari dan menjadi
paradigma bersama bahwa bumi ini bukan warisan nenek moyang kita tetapi pinjaman
dari anak cucu kita.

Anda mungkin juga menyukai