Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah tentang Tragedi Montara. Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Kelautan.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil sehingga malakah ini dapat terselesaikan dengan baik. Secara khusus
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dony Setyawan, S.T., M.Eng. dan;
2. Ibu Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selaku dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Teknologi Kelautan.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi
perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.

Surabaya, 14 Desember 2017

Penulis

Tragedi Montara i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3

TRAGEDI MONTARA.....................................................................................................3

2.1. Montara.............................................................................................................3
2.2. Kronologi Terjadinya Tragedi Montara............................................................5
2.3. Penyebab Terjadinya Tragedi Montara.............................................................5
2.4. Dampak Tragedi Montara.................................................................................7
2.5. Solusi Tragedi Montara...................................................................................11
2.6. Kondisi Montara Terkini.................................................................................12
BAB III............................................................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

Tragedi Montara ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta lokasi eksplorasi migas Montara (Peta oleh PTTEP
AA/www.aupttep.com)............................................................................................3
Gambar 2 Ledakan Montara....................................................................................5
Gambar 3 Pemboran.................................................................................................6
Gambar 4 Produksi rumput laut di Kabupaten Rote Ndao tahun 2003-2010 (Dinas
Perikanan Nusa Tenggara Timur)............................................................................7
Gambar 5 Data statistik hasil produksi 4 komoditas perikanan utama di kelurahan
Oeba tahun 2007-2010 (PPI OEBA, Dinas Perikanan Nusa Tenggara Timur).......8
Gambar 6 Data statistik hasil produksi 4 komoditas perikanan utama di kelurahan
Oeba tahun 2007-2010 (PPI OEBA, Dinas Perikanan Nusa Tenggara Timur).......9
Gambar 7 Hasil Survey Kerugian Petani Rumput Laut.........................................10
Gambar 8 Hasil Survey Kerugian Petani Rumput Laut.........................................10

Tragedi Montara iii


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Delapan tahun yang lalu, tepatnya 21 Agustus 2009, terjadi insiden
meledaknya Unit Pengeboran Atlas milik ladang minyak Montara yang mana
kebocorannya berlangsung berkisar hingga 75 hari berikutnya, dan pada 3
November 2009 kebocoran Unit Pengeboran ini dapat teratasi. Meskipun
secara langsung tidak terdapat korban jiwa dalam insiden ini, akan tetapi lain
halnya dengan dampak yang ditimbulkan. Selama kurang lebih 75 hari
tersebut, jutaan barrel minyak dan gas baku tersebut tumpah dan memasuki
perairan Indonesia, khususnya laut Timor. Tumpahan ini menjadikan
malapetaka tersendiri bagi masyarakat NTT yang mayoritasnya adalah
nelayan dan petani rumput laut. Terdapat tiga sektor kerusakan lingkungan
yang diakibatkan insiden ini, yaitu kerusakan hutan mangrove seluas 1200
hektare, kerusakan padang lamun seluas 1400 hektare, dan kerusakan terumbu
karang seluas 700 hektare. Saat ini, sekitar 13.000 petani rumput laut
Indonesia telah mengajukan gugatan kepada PPTEEP Australia dengan
meminta kemungkinan lebih dari 200 juta dollar Australia ($153 juta). Para
petani meminta kompensasi sebagai akibat dari hilangnya mata pencaharian
karena semakin berkurangnya produksi rumput laut dan dugaan permasalahan
kesehatan yang parah.
Setelah 1 tahun peristiwa itu, penyelesaian kasus pencemaran Laut Timor
ini belum mampu menampakkan arah penyelesaian yang jelas. Sebagai
perbandingan, presiden Amerika Serikat, Obama, dalam waktu 3 bulan telah
mampu memberikan arah yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan
serupa, yakni pencemaran minyak di Teluk Meksiko. Hal tersebut tentunya
menimbulkan pertanyaan, mengenai kemampuan pemerintah kita dalam
memperjuangkan kehidupan masyarakatnya, mengingat dampak pencemaran
di Laut Timor adalah 2 kali lebih parah daripada pencemaran di Teluk

Tragedi Montara 1
Meksiko. Kini Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) yang dipercayai oleh
Pemerintah Daerah telah mempersiapkan berkas-berkas untuk mengajukan
gugatan class action kepada PT. TEP Australasia di pengadilan federal
Australia. Namun hingga kini kasus pencemaran ini masih tidak terselesaikan,
sampai pada detik ini masih tidak ada pertanggungjawaban dan ganti kerugian
dari pihak PT. TEP Australasia ataupun dari Negara Australia dimana PT.
TEP Australasia berada.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Montara?
2. Apa penyebab terjadinya Tragedi Montara?
3. Bagaimana kronologi terjadinya Tragedi Montara?
4. Bagaimana dampak dari Tragedi Montara?
5. Bagaimana solusi yang dilakukan terhadap Tragedi Montara?
6. Bagaiman kondisi Montara tekini?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kronologi dan dampak terjadinya Tragedi Montara serta
mengetahui perkembangan terkini dari penyelesaian Tragedi Montara.

Tragedi Montara 2
BAB II
TRAGEDI MONTARA
4. Montara
Ladang migas Montara terletak di wilayah utara di blok AC / RL3 650 km
sebelah barat dari Darwin di Laut Timor, Australia utara. Montara memiliki
cadangan migas sebesar lebih dari 24 juta barel dan diperkirakan akan
menghasilkan 35,000 bopd minyak mentah kadar sulfur rendah. Lokasi
Montara terletak di sekitar 80 m dari air laut dan memiliki kolom minyak 10
m dan kolom gas 25 m. Montara memiliki empat sumur penghasil minyak,
termasuk sumur gas re-injeksi yang memiliki masa berlaku operasi
produksinya diperkirakan 12 tahun.

Gambar 1 Peta lokasi eksplorasi migas Montara (Peta oleh PTTEP


AA/www.aupttep.com)
Ladang migas Montara pertama kali ditemukan pada bulan Maret 1988
oleh BHP Billiton. Pengembang proyek minyak Australia Coogee Resources
(ACR) mengambil alih sebagai operator lapangan di bulan September 2003.
Pada bulan Desember 2008, PTT Exploration & Productionminyak bumi dan
gas alam explorer berbasis Thailand, mengakuisisi Coogee dengan biaya
sebesar USD 170 Milyar. Perusahaan ini berganti nama sebagai PT TEP
Australasia (PTTEP AA). Kesepakatan itu memberi PTTEP kontrol 100% atas

Tragedi Montara 3
proyek pengembangan Montara, yang meliputi bidang Montara, Skua, Swift
dan Swallow.
Sebanyak sepuluh sumur, sembilan produsen minyak dan satu sumur gas
injeksi juga merupakan bagian dari proyek pengembangan Montara. Produksi
awalnya diharapkan pada tahun 2008, tapi ditunda hingga tahun 2010 karena
perubahan kepemilikan. Pada bulan Agustus 2009, proyek pengembangan
Montara menderita keterlambatan lain sebagai akibat dari PTTEP dilaporkan
karena masalah tumpahan minyak dan gas di sebuah unit pengeboran.
Ladang migas Montara terletak 250 km dari Mungalalu Truscott Airfield
di negara bagian Western Australia, terletak 350 km dari Kupang, terletak 690
km dari Darwin, terletak 629 km dari Broome, terletak 106 km dari Curtier
island dan 148 km dari Ashmore Reef. Ladang migas Montara pertama kali
ditemukan pada bulan Maret 1988 pada puncak Laut Timor. Dalam eksplorasi
pertama, PT TEP AA mengakuisisi aset Montara pada tahun 2009. Ladang
migas Montara terletak amat dekat dengan kawasan penangkapan ikan para
nelayan Indonesia. Menurut sejarah, PT TEP AA mengakuisi semua aset
Montara dari Australia Coogee Resources (ACR), selanjutnya hingga saat ini
Australia Coogee Resources (ACR) berperanan sebagai operator lapangan dari
eksplorasi migas Montara.
Fasilitas-fasilitas tambang Montara terdiri dari:
1. Sebuah Platform kepala sumur tak berawak berkaki empat (WHP)
2. Tiga sumur produksi horisontal
3. Satu sumur gas injeksi kondisi baik
4. Lima sumur bawah laut - Swift-2; Swift North-1; Swallow-1; Skua-11 dan
Skua-10
5. Flowlines, anak tangga dan kontrol pusat yang menghubungkan WHP ke
kapal produksi terapung Storage dan Offloading (FPSO) "Montara
Venture". FPSO Montara memiliki kapasitas operasionalisasi
penyimpanan 750.000 barel migas dan akomodasi untuk 58 orang.
Produksi dimulai pada bulan Juni 2013 dengan antisipasi masa operasi 12
tahun.

Tragedi Montara 4
5. Kronologi Terjadinya Tragedi Montara
Awal mula dari kejadian ini adalah pada saat PTTEP AA selaku operator
dalam proyek ini gagal dalam pengeboran yang dilakukan pada tanggal 21
Agustus 2009 lalu. Akibatnya terjadi blowout dan ledakan sehingga
mengakibatkan terbakarnya unit rig minyak yaitu di Jackup drilling rig west
atlas. Diperkirakan, sebanyak 5000 liter minyak itu bocor setiap harinya di
perairan laut. Tumpahan minyak terus berlanjut hingga 74 hari hingga
akhirnya pada tanggal 3 November 2009, kebocoran berhasil diatasi dengan
melakukan upaya dengan memompa lumpur untuk mematikan sumur hingga
yang kelima kalinya. Namun, kerusakan baru bias diperbaiki 74 hari
berikutnya dengan jutaan barrel minyak dan gas yang telah tumpah ke laut
Indonesia. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini dan sebanyak 96 pekerja
berhasil dievakuasi.

Gambar 2 Ledakan Montara


6. Penyebab Terjadinya Tragedi Montara
Dari data penyelidikan, Secara relevan, belum dilakukan uji tekanan
terhadap cemented casing shoe 9⅝” sesuai dengan standar Konstruksi
Perusahaan, meski terdapat masalah besar yang dialami oleh pekerjaan
penyemenan. Secara khusus, semen di casing shoe kemungkinan telah
dikompromikan karena telah terlalu banyak berpindah sebagai akibat dari
fluida, yang mengakibatkan apa yang dikenal sebagai ‘wet shoe’. Beberapa

Tragedi Montara 5
masalah dalam melakukan pekerjaan semen (cement job) seperti kegagalan
pada sumbat bagian atas dan bawah untuk membuat segel setelah ‘bumping’
atau menabrak, kegagalan katup pelampung dan aliran cairan yang tidak
terduga, seharusnya membuat alarm bell berbunyi.

Gambar 3 Pemboran
Seperti pada bulan April 2009 saat sumur H1 telah ditangguhkan dan West
Atlas rig telah berangkat dari Well Head Platform Montara untuk melakukan
pekerjaan lain, tidak satu pun penghalang control yang baik di sumur H1
dilakukan dan diverifikasi secara memuaskan, dan satu barrier yang harusnya
terpasang hilang. dengan kata lain, sumur H1 dihentikan tanpa memperhatikan
Standar Konstruksi PTTEPAA sendiri atau praktik ladang minyak yang masuk
akal. Ketika rig Atlas Barat kembali ke WHP pada bulan Agustus 2009,
ditemukan bahwa 13⅜ "PCCC (tekanan yang mengandung anti korosi) tidak
pernah dipasang. Tidak adanya PCCC ini telah menyebabkan korosi pada
benang pada casing 13⅜ dan ini, pada gilirannya, menyebabkan
dikeluarkannya PCCH 9⅝" untuk membersihkan benang. sumur H1 akan
terkena udara tanpa penghalang kontrol sekunder di tempat selama sekitar 4
sampai 5 hari, dengan ketergantungan tunggal pada penghalang utama yang

Tragedi Montara 6
belum diuji (disemen 9⅝ "Casing shoe) yang selama ini menjadi masalah
penting selama pemasangannya
Setelah 9⅝ "PCCC telah dihapus, H1 Well ditinggalkan dalam keadaan
tidak terlindungi (dan mengandalkan penghalang utama yang belum teruji)
sementara rig tersebut melanjutkan untuk menyelesaikan kegiatan lain yang
direncanakan sebagai bagian dari operasi pengeboran batch di WHP Montara.
Blowout di H1 Well terjadi 15 jam kemudian.
7. Dampak Tragedi Montara
Tumpahan minyak yang ada di laut sangat merugikan masyarakat yang
ada di pulau timor dan pulau roti. Terdapat dua sumber imformasi yang
menunjukkan dampak tumpahan minyak terhadap kehidupan di pesisir pantai
di Indonesia :
Observasi nelayan, petani rumput laut, dan penduduk di pesisir pnatai
lainnya
Staistik hasil panen/produksi masyarakat sekitar
Terdapat ribuan petani rumput laut di selatan perairan Indonesia, dan
pemerintah Indonesia mencatat hasil produksi rumput laut di setiap kabupaten
di Nusa Tenggara Timur. Salah satu daerah yang mengalami kerugian terbesar
yaitu Kabupaten Rote Ndao.

Gambar 4 Produksi rumput laut di Kabupaten Rote Ndao tahun 2003-2010


(Dinas Perikanan Nusa Tenggara Timur)

Tragedi Montara 7
Berdasarkan data statistik yang dirilis dari dinas perikanan NTT, produksi
pada tahun 2003-2004 cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun pada
tahun 2009 produksi rmput laut cenderung menurun secara signifikan sekitar
29%, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun terjadinya tragedi montara.
Selanjutnya pada tahun 2010 terjadi penurunan yang sangat drastis sebesar
72%.
Selain itu juga ada data statistk hasil laut dari kelurahan Oeba tahun 2007-
2010. Data ini merupakan grafik hasil produksi 4 komoditas perikanan yang
utama di kelurahan Oeba.

Gambar 5 Data statistik hasil produksi 4 komoditas perikanan utama di


kelurahan Oeba tahun 2007-2010 (PPI OEBA, Dinas Perikanan Nusa
Tenggara Timur)
Telah banyak observasi yang telah dilakukan kepada nelayan dan
penduduk di sekitar Pulau Timor dan Roti. Observasi dilakukan pada tahun
2011 oleh salah satu dosen dari Teknik Kelautan yaitu Prof. Mukhtasor
dengan melakukan survey lapangan. Nelayan dan penduduk di selatan pesisir
pulau timor dan roti telah diwawancarai. Pihak penyidik menanyakan kepada
penduduk disana apakah mereka melihat fenomena aneh setelah terjadi. Dan
hasil survey menunjukkan bahwa banyak warga yang melihat keadian aneh di
laut tersebut, seperti adanya tumpahan minyak di laut, banyak ikan, lobster
yang mati, rumput laut mati, dan terumbu karang rusak.

Tragedi Montara 8
Gambar 6 Data statistik hasil produksi 4 komoditas perikanan utama di
kelurahan Oeba tahun 2007-2010 (PPI OEBA, Dinas Perikanan Nusa
Tenggara Timur)
Selain survey yang diadakan oleh Prof Mukhtasor diatas, sebuah survey
juga diadakan pada tanggal 17-21 September 2011.Survey tersebut meliputi
mewawancarai para korban dampak tumpahan minyak dan melihat langsung
dampak dari tumpahan minyak tersebut.

Tragedi Montara 9
Gambar 7 Hasil Survey Kerugian Petani Rumput Laut

Gambar 8 Hasil Survey Kerugian Petani Rumput Laut

Tragedi Montara 10
Jika rata-rata masa pertumbuhan rumput laut dari bibit sampai panen ialah
45 hari ditambah waktu persiapan untuk penanaman kembali maka selama
setahun terjadi 4 kali masa panen. Kerugian mereka selama setahun ialah
sebesar Rp 108.568.000,- per RTPB per tahun.
Petani rumput laut mengalami kerugian meliputi kerugian biaya produksi
dan kerugian hasil produksi. Kerugian biaya produksi diakibatkan oleh
keuntungan dari hasil produksi berbanding dengan biaya operasional.
Kerugian hasil produksi diakibatkan oleh tidak maksimalnya hasil produksi
karena gagal panen.
Hal ini mempengaruhi kehidupan di sekitar pulau tersebut. Dengan
berkurangnya produksi rumput laut maka berkurang pula mata pencaharian
masyarakat sebagai petani rumput laut. Berkurangnya mata pencaharian ini
mempengaruhi kehidupan keluarga dari petani tersebut. Selain itu juga dapat
menurunkan kulitas pendidikan dikarenaka kurangnya biaya untuk menempuh
pendidikan akibat kondisi perekonomian yang menurun.
Dilihat dari data diatas kita dapat menyimpulkan bahwa kerugian yang
dialami petani ruput laut sete;ah kejadian montara sangat besar yaitu 94%, ini
merupakan nilai yang sagat besar karena dalam mempengaruhi kehidupan
masyarkat mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
8. Solusi Tragedi Montara
Solusi yang dapat di ambil:
 Pemerintah harus pro aktif dan selalu memantau pngembangn kejadian ini.
 Upaya hukum harus sellu dilakukan agar kesejahteraan rakyat di timor
terjamin
 Menggalang dukungan internasional agar kasus ini dapat terselesaikan dan
menjadi pealjaran berharaga
 Melakukan pemberdayaan masyarakat terdampak dengan berbagai
pelatihan wirausaha mandiri
Peran mahasiswa yang dapat dilakukan;
 Terus memantau perkembangn upaya pemerintah dalam menangani
kejadian ini

Tragedi Montara 11
 Melakukan kajian2 yang dapt dijadikan masukan bagi pemerintah dalm
menangani kasus ini
 Ikut serta dalam pemberdayaan masyarakat terdampak
Upaya hukum telah dilakukan oleh pemerintah maurupun masyarakat
terdampak. Sayangnya upay hukum yang dilakukan pemrintah dapt dikatakan
telat karena dilakukan 8 tahun setelah kejadian. Upaya yang dilakukan adalah
dengan menggugat 3 pihak pengelola yaitu The Petroleum Authority of
Thailand Exploration and Production Australasia (PTT EP AA) yang
berkedudukan di Australia, The Petroleum Authority of Thailand Exploration
and Production Public Company Limited (PTTEP) dan The Petroleum
Authority of Thailand Public Company Limited (PTT PCL) yang
berkedudukan di Thailand. pemerintah mengajukan tuntutan sebesar Rp 27,4
triliun yang terdiri dari dua komponen. Pertama, komponen ganti rugi
kerusakan lingkungan sebesar Rp 23 triliun dan biaya untuk pemulihan
kerusakan lingkungan sebesar Rp 4,4 triliun. Selain itu, pemerintah juga
meminta penyitaan aset ketiga perusahaan tersebut sebagai bentuk jaminan.
Lalu untuk saat ini, upaya hukum menurut hasjim djalal, pkar hukum laut
mangatakan bahawa upaya malalui UNCLOS dinilai terlalu jauh,tetapi dapat
dilakukan apabila cara2 lainnya tidak membuahkan hasil.
9. Kondisi Montara Terkini
Meski sudah terjadi 8 tahun yg lalu (21 agustus 2009), kasus montara
masih belum terselesaikan hingga kini. Menginggat, banyaknya efek yg
ditimbulkan dari bocornya kilang minyak montara terhadap ekosistem laut.
Perusahaan pelaku/ pemilik dari montara diduga telah merusak hutan
mangrove seluas 1232 hektare. Selain itu, 1429 hektare padang lamun dan 714
hektare terumbu karang ditemukan rusak di tiga titik.
Meskipun sudah dilakukan pembersihan terhadap minyak yang tumpah,
kita tidak bisa begitu saja merubah/ mengharapkan kondisi ekosistem sesuai
keinginan kita. Dalam kasus montara, ditemukan zat hitam timah bercampur
bubuk kimia dispersant jenis korexit 9500 dan 9572 yang berlabel sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia yang turut mencemari ekosistem laut.

Tragedi Montara 12
Insiden ini merupakan pencemaran laut terbesar sepanjang sejarah. Awal
mulanya PT TEP dianggap lalai setelah membiarkan tumpahan minyak dari
kilang montara. Pada 17-18 Desember 2010 PT TEP mengakui bahwa
tumpahan minyaknya telah masuk ke perairan indonesia. Pada 20-21 Januari
2011.
Kurang lebih 13.000 nelayan serta petani rumput laut yang berada di
pesisir wilayah Nusa Tenggara Timur melakukan gugatan ‘Class Acrion’ di
pengadilan Federal Sydney, Australia tentang banyaknya minyak tumpah yang
merusak ekosistem laut di lingkungan nelayan. Sehingga pada 20-21 Januari
2011 PT TEP menyatakan bersedia melakukan verivikasi kerugian sektor
ekonomi sosial nelayan.
Pada 4 maret 2011, muncullah ide penyelesaian sengketa antar kedua
belah pihak dalam suatu nota kesepahaman (MoU). Namun dalam prosesnya,
MoU ini tertunda karena alasan pergantian kabinet menteri energi Thailand.
Setelah vakum 1 tahun, pemerintah indonesia akan melakukan perundingan
guna mencai resolusi kasus montara yang akan diajukan pada pertemuan
pemerintah indonesia dengan PT TEP tanggal 11 juli 2012 di bangkok.
Namun pertemuan pada 11 juli 2012 tidak membuahkan hasil apapun.
Penangan kasus montara ini memang terkesan lambat dan tidak
ditemukannya solusi yang tepat untuk mengangani hal ini. Perkembangan
terakhir adalah pemerintah telah mengajukan gugatan terhadap rehabilitasi
oencemaran laut sebesar Rp 27,5 Triliun kepada PTT Exploration and
Production Company (PTTEP) Australasia Montara ke   Pengadilan Negeri 
Jakarta Pusat pada Rabu, 3 Mei 2017.

2.1.

Tragedi Montara 13
BAB III
PENUTUP
Tragedi Montara merupakan insiden tumpahnya minyak pada 21 Agustus
2009, insiden tersebut berlangsung selama 75 hari. Tragedi ini menjadi ketiga
yang terbesar dalam sejarah Australia. Insiden ini terjadi akibat meledaknya
unit pengeboran di ladang minyak montara yang dimiliki dan dikelola oleh
PTTEP. Dengan jangka waktu yang cukup lama, mengakibatkan tumpahan
minyak memasuki perairan Laut Timor, Indonesia. Hal tersebut berdampak
besar terhadap sektor lingkungan, dan mengakibatkan kerugian besar yang
dirasakan langsung oleh nelayan dan petani rumput laut di NTT. PTTEP
selaku pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut tidaklah begitu
serius untuk menyelesaikan kasus ini terutama dengan petani rumput laut
NTT. Delapan tahun setelah insiden teraebut, tepatnya Januari 2017
Pengadilan Federal Australia mengabulkan gugatan petani rumput laut
terhadap PTTEP, bahwa petani merugi akibat gagal panen rumput laut
damapk dari tumpahan minyak. Namun sampai saat ini belum ada tindak
lanjut dari dikabulkannya gugatan tersebut oleh Pengadilan Federal Australia.

Tragedi Montara 14
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtasor M. 2017. Diskusi Terbuka Tragedi Montara. Departemen Teknik
Kelautan ITS, Surabaya.
https://www.kompasiana.com/1b3las-mk/ladang-migas-montara-dibelit-tragedi-
2009_58889fab2123bda808b4ed77 diakses pada tanggal 13 Desember 2017
pukul 16.05 WIB
https://www.kompasiana.com/1b3las-mk/hampir-8-tahun-lalu-tragedi-montara-di-
cela-timor-akibatkan-pencemaran-laut-terbesar-di-
dunia_5887635be1afbde1048b4568 diakses pada tanggal 13 Desember 2017
pukul 16.46 WIB
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tumpahan_minyak_Montara diakses pada tanggal
13 Desember 2017 pukul 17.08 WIB
https://katadata.co.id/berita/2017/05/05/kasus-minyak-montara-pemerintah-tuntut-
ganti-rugi-rp-27-triliun diakses pada tanggal 14 Desember 2017 pukul 08.36
WIB
http://nasional.kompas.com/read/2012/08/20/09543960/penyelesaian.kasus.monta
ra.cukup.melalui.hukum.australia diakses pada tanggal 14 Desember 2017
pukul 09.01 WIB

Tragedi Montara 15
Tragedi Montara 16

Anda mungkin juga menyukai