Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aditia Darmawangsa Putra

NPM : 212042004
Mata Kuliah : PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN WILAYAH
KEMARITIMAN
Dosen Pengampu : DRS. WESLY P., SM.HK.,MSI

TUGAS V RESUME
PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN WILAYAH KEMARITIMAN
V. KONSERVASI LAUT

1. Rezim Perlindungan Lingkungan Laut:


 Pencemaran perairan laut diatur dalam rezim lingkungan laut baik di tingkat
internasional maupun nasional, dengan beberapa konvensi internasional
yang telah diratifikasi.
 Konvensi internasional yang mengatur perlindungan perairan laut meliputi:
o Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes
and Other Matter (London Dumping), yang melarang pembuangan limbah
secara sengaja di laut.
o International Convention for the Prevention of Pollution from Ships
1973/1978, yang mengatur cara pembuangan limbah kapal untuk
mencegah pencemaran laut.
o The International Convention on Oil Pollution Preparedness Response
and Cooperation, yang meningkatkan kerjasama dalam menanggulangi
tumpahan minyak laut.
o United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982, yang
mengatur kewajiban negara untuk melindungi dan melestarikan
lingkungan laut.
 Di tingkat nasional, aturan hukum seperti Undang-Undang RI Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta
peraturan pemerintah terkait turut berperan dalam upaya mengatasi
pencemaran laut.
2. Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Perikanan:
 Upaya konservasi perairan laut diperlukan untuk melindungi sumber daya
perikanan dari berbagai bahaya pencemaran dan aktivitas manusia yang
merusak.
 Indonesia memiliki regulasi seperti UU No. 31 Tahun 2004 dan UU No. 45
Tahun 2009 yang mengatur perlindungan perairan laut dan konservasi
sumber daya perikanan.
 Secara global, berbagai konvensi internasional dan organisasi regional
seperti Regional Fisheries Management Organizations (RFMOs) diatur untuk
mengelola dan melestarikan sumber daya perikanan.
 Pengaturan ini juga termasuk upaya untuk memastikan penangkapan ikan
dilakukan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan prinsip konservasi.
 Melalui kerjasama regional dan internasional, Indonesia aktif dalam
pengelolaan perikanan di laut lepas dan berpartisipasi dalam RFMOs seperti
IOTC, WCPFC, dan CCSBT.
 Regulasi tambahan seperti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan juga
dibuat untuk memastikan penangkapan ikan dan pengangkutan ikan di laut
lepas dilakukan sesuai dengan standar internasional.
3. Laut dan Perubahan iklim
 Perubahan iklim telah menjadi perhatian global yang mendesak, memicu
serangkaian pertemuan tingkat tinggi untuk mengatasi dampaknya yang
merusak. Dampak ekstrim dari perubahan iklim, seperti kenaikan temperatur
global dan perubahan pola cuaca, telah mengganggu berbagai aspek
kehidupan di seluruh dunia.
 Dampaknya yang signifikan terasa di sektor pertanian, ekonomi, dan
terutama di sektor perikanan dan kehidupan masyarakat pesisir. Kenaikan
suhu air laut dan keasaman laut telah menyebabkan degradasi ekosistem
terumbu karang, yang menjadi tempat memancing dan taman ikan. Prediksi
mengejutkan dari penelitian ilmiah memperkirakan bahwa hingga 98%
terumbu karang di berbagai wilayah bisa mengalami kerusakan signifikan
pada tahun 2050, dengan dampak serius bagi keberlanjutan sumber daya
perikanan.
 Selain itu, peningkatan suhu dan keasaman laut juga mempengaruhi rantai
makanan laut, mengancam populasi ikan dan organisme laut penting lainnya.
Di samping itu, kenaikan permukaan air laut mengancam aktivitas nelayan
pesisir, dengan potensi menghancurkan tambak-tambak ikan dan udang
serta pemukiman nelayan di banyak wilayah.
 Selain dampak langsung pada sektor perikanan, perubahan iklim juga
menyebabkan cuaca yang tidak menentu dan gelombang laut yang tinggi,
meningkatkan risiko badai dan topan. Hal ini mengancam kehidupan manusia
di pulau-pulau kecil dan daerah pesisir, serta mengganggu infrastruktur
ekonomi dan sosial yang mendukung kehidupan nelayan.
a. Dampak perubahan Iklim terhadap Lingkungan pasir dan laut
 Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan pesisir
dan laut, memicu berbagai masalah serius yang perlu segera diatasi:
1) Pengasaman Lautan:
Oseanografer memperingatkan bahwa lautan mengalami pengasaman
sepuluh kali lebih cepat daripada masa kepunahan massal 55 juta tahun
yang lalu. Hal ini dapat menyebabkan kepunahan massal spesies laut dan
wabah ganggang beracun jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi.
2) Zona Mati:
Pemanasan global dan limbah pertanian menyebabkan zona-zona mati
tanpa oksigen, yang dapat bertahan selama ribuan tahun. Saat ini, telah
ada lebih dari 400 zona mati di sepanjang pantai, yang jumlahnya terus
meningkat setiap dekade.
3) Pemutihan Terumbu Karang:
Pada tahun 2010, terjadi pemutihan terumbu karang terburuk sejak tahun
1998 di Asia Tenggara dan Samudera Hindia, mengakibatkan kerusakan
signifikan pada terumbu karang dan biota laut.
4) Sirkulasi Lautan:
Prediksi menunjukkan bahwa sirkulasi Samudera Atlantik bisa melambat
bahkan berhenti, menyebabkan perubahan dramatis pada iklim Eropa dan
Amerika Utara.
5) Pemanasan Lautan:
Sekitar 90% panas dari gas rumah kaca yang dihasilkan selama lima
puluh tahun terakhir terserap oleh lautan, menyebabkan pemanasan laut
yang kuat. Ini mengancam eskalasi kenaikan permukaan air laut dan
dapat memicu ledakan metana yang dapat menghasilkan tsunami setinggi
15 meter.
6) Hilangnya Fitoplankton:
Lautan yang memanas telah menyebabkan penurunan populasi
fitoplankton sebesar 40% sejak tahun 1950, mengancam ekosistem laut
dan keseimbangan oksigen di atmosfer.
7) Kenaikan Permukaan Laut:
Diperkirakan bahwa kenaikan permukaan air laut bisa mencapai 4-5 meter
pada akhir abad ini, mengancam puluhan juta orang dan kota-kota besar
di seluruh dunia.
b. Adaptasi Pembangunan Wilayah Pasir dan Kelautan
o Menghadapi ancaman perubahan iklim, diperlukan strategi adaptasi yang
efektif untuk mengelola dan mencegah dampak destruktifnya. Beberapa
poin penting terkait dengan adaptasi pembangunan wilayah pesisir dan
kelautan adalah sebagai berikut:
o Perhatian pada Kawasan Rentan: Penting untuk memperhatikan
kawasan-kawasan yang rentan terhadap ancaman perubahan iklim dalam
pengembangan strategi adaptasi. Ini meliputi identifikasi dan perlindungan
terhadap wilayah-wilayah yang paling terpengaruh.
o Segitiga Terumbu Karang: Wilayah Segitiga Terumbu Karang, yang
meliputi sebagian besar Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini,
Kepulauan Solomon, dan Timor Leste, merupakan pusat
keanekaragaman hayati laut di dunia. Namun, keanekaragaman hayati ini
terancam oleh praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan
dan penangkapan ikan berlebihan.
o Coral Triangle Initiative (CTI): Untuk melindungi sumber daya hayati laut
di Segitiga Terumbu Karang, Presiden RI mengajak lima negara lainnya
untuk bergabung dalam Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini bertujuan
untuk mempersiapkan rencana kerja bersama dengan fokus pada
perlindungan terumbu karang, perikanan, dan ketersediaan pangan.
o Rencana Adaptasi: Rencana adaptasi untuk pengembangan wilayah
pesisir dan kelautan terdiri dari beberapa komponen. Ini termasuk
pengelolaan bentang laut, pendekatan ekosistem dalam pengelolaan
perikanan, penerapan prinsip ketahanan dalam pembangunan jaringan
kawasan konservasi laut, mitigasi bencana, rehabilitasi pesisir, dan
perlindungan spesies yang terancam punah. Semua komponen ini
bertujuan untuk melindungi sumber daya hayati laut dan mengurangi
dampak buruk dari perubahan iklim global.

Anda mungkin juga menyukai