Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN

Kumpulan Materi Referensi Keperawatan Anak, Jiwa, Medikal Bedah, Maternitas, Komuniitas

TAG: EVALUASI
NOV112014NOCOMMENTS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. DG.


R. DI KELURAHAN MACCINI AYO KEC LAWU
MAROS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. DG. R.
DI KELURAHAN MACCINI AYO KEC LAWU MAROS
Pengkajian
a. Identitas
1. Nama
: Ny. R
2. Usia
: 65 tahun
3. Tempat Asal : Maccini Ayo
4. Keluarga yang dapat dihubungi / penanggung jawab : Tn. G
I.
Fisik/ Biologis
a. Pandanagan Lansia tentang kesehatannya: Ny. R merasa dirinya sakit tetapi sakitnya tidak
terlalu parah, keluhannya yang sering adalah merasa nyeri pada daerah ekstremitas kanan bawah.
b. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia :
Ny R. Hanya mampu melakukan pekerjaan yang rutin seperti mandi, BAB, BAK sendiri, cuci
pakaian sendiri, sapu kamar sendiri selain itu jalan-jalan di sekitar rumahnya.
c. Kekuatan fisik lansia
Kekuatan otot dan sendi:
Kekuatan pada masing masing anggota ektremitas berbedabeda,
Kedua tangan kekuatannya cukup kuat.
Kaki kiri kekuatan cukup kuat
Kaki kanan sering terasa nyeri dan terasa betul pada cuaca dingin.
Penglihatan
Penglihatan pada jarak 1 meter cukup jelas namun terjadi penurunan penglihatan dibandingkan
lima tahun yang Pendengaran
Pendengaran
Pendengaran kedua telinga cukup jelas. Dengan suara frekwensi rendah klien minus mendengar.
d. Kebiasan lansia merawat diri pada Ny. R masih baik dalam arti klien mampu merawat
diri dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. Kebiasaan makan, minum,istirahat/tidur,buang air besar/kecil
Kebiasaan makan : selera makan klien minus, makanan yang disediakan hanya porsi yang
dimakan, makanan yang dikonsumsi kadang- kadang nasi/ bubur, klien mengatakan suka makan
makanan ringan.
Kebiasaan minum : Minum klien setiap hari cukup banyak.

Kebiasaan tidur : Cukup, siang hari kadang kadang tidur sebentar kemudian terbangun lagi
dan pada malam hari tidur cukup mulai jam 21.00 05 .00, namun malam juga sering terbangun
karena sering kencing dan melakukan shalat malam.
Kebiasaan BAB : Klien mengatakan BAB teratur saja, frekwensinya kadang-kadang 1 x
sehari.
f. Perubahanperubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
Klien mengatakan bahwa kemampuannya untuk berjalan sudah berkurang, sering terasa kaku
pada kedua lututnya, badan juga tampak membungkuk.
g. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
Ny.R adalah lansia yang rajin berobat, minum obat teratur sesuai dengan dosis yang diberikan.
Bila ada keluhan yang berarti klien tidak segansegan berobat.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pandang, perabaan, ketok dan dengar pada systemsystem :
a.

d.
e.
f.
g.

Integumen
Terjadi perubahan pada kulit yaitu tampak keriput, perubahan pigmentasi, turgor dan tekstur
cukup baik.
b. Muskuloskletal
Klien mengatakan sering terasa nyeri pada ekstremitas kanan bawah terutama bila cuaca.
c. Respirasi
Tidak ada keluhan yang berarti.
Kardiovaskuler
Tidak ada keluhan yang berarti
Perkemihan
Frekuensi BAB klien dan BAK lancar
Persyarafan
Tidak ada keluhan yang berarti.
Fungsi sensoris
Penglihatan berkurang dibandingkan lima tahun yang lalu.
Pendengaran, agak berkurang dengan frekuensi yang rendah
Pengecapan, sensitifitas pengecapan berkurang, terjadi perubahan nafsu makan.
Penciuman, masih baik.

II. Psikologis
a.

Daya ingat, cukup baik pada masalah jangka pendek dan jangka panjang kadangkadang ada
yang terlupakan.
b. Proses pikir
Cukup baik
c. Alam perasa
Cukup baik
d. Orientasi
Cukup baik
III. Sosial Ekonomi
Kesibukan lansia mengisi waktu luang adalah membuat kerajinan tangan
( menyulam )
Sumber keuangan kadang dari penyantun yang datang kadang dari tetangga klien.
Sebelumnya klien tinggal dengan majikannya.

Kegiatan organisasi yang diikuti klientidak ada.


Pandangan lansia terhadap lingkungan sekitarnya cukup baik dan dia merasa nyaman berserta
dengan teman- teman sewismanya.
Klien cukup sering untuk bersosialisai dengan teman satu wisma.
Yang sering mengunjungi klien ada tetangga yang dekat dengan klien.
IV Spritual
Klien adalah orang yang taat sekali beribadah, menjalankan sholat lima waktu dan rutin puasa
senin dan kamis.
Klien jarang mengikuti kegiatan keagamaan oleh karena kelemahan yang terjadi.
Dalam menyelesaikan masalah, ,klien hanya berdao dan sholat.
Manjalani kehidupannya kilien sangat optimis dan klien berharap diakhir hidupnya kilien tetap
bahagia.

RIWAYAT KESEHATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat Klien/ Data Biografis
N
R
tahun

:
Tempat dan tanggal lahir

Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku / Agama
: Makassar/ Islam
Pendidikan
: SR
Status
: Janda
Alamat/ telepon
: Maccini Ayo
Orang paling dekat
: Tn. G
2. Riwayat Keluarga
Pasangan hidup
: Tn. D
Umur
: 85 tahun
Pekerjaan
: Nelayan
Kematian
: Meninggal
Tahun Meninggal
: 2002
Penyebab kematian
: Sakit Usia lanjut
Anak-anak yang hidup
: 6 orang
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini
: Saat ini klien tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya
: Bertani
pendapatan
:Tidak ada keperluannya
(ditanggung anaknya)
4. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinmggal
: Rumah milik pribadi
Jumlah kamar
: 2 buak kamar
Jumlah Orang yang tinggal di rumah : 5 orang
Derajat privasi
: Baik

Ny.
: 65

5. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat
: Tidak ada yang specifik
6. Sumber/system pendukung yang diberdayakan
Puskesmas, Pustu atau tenaga kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
7. Deskripsi Hari khusus (termasuk kebiasaan ritual waktu tidur)
Tidur siang
: Setelah sholat Zuhur ( sebentar sebentar )
Tidur malam : Mulai jam 21.00 s/d jam 05.00.
8. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu : sakit persendian dan pandangan mata kabur
Staus kesehatan selama 5 tahun yang lalu
: Perubahan penglihatan
Keluhan keluhan kesehatan utama
: Klien mengatakan sekarang sering sakit
persendian, kadang-kadang kalau sakit sampai tidak bisa jalan.
Pengetahuan / pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan : baik

Obat Obatan
Nama obat
: Tidak jelas nama obat yang diberikan
Dosis
: 3 kali sehari
Waktu menggunaannya
: Pagi, siang dan sore
Dokter yang menginstrusikan : Dari Puskesmas
Masalahmasalah dengan ketaatan yang rumit dengan jumlah dan jenis obat yang banyak
Efek samping tak menyenangkan
: Tidak ada
Alergi ( catatan agen dan reaksi sfecifik )
Obat obatan
: Tidak ada
Makanan
: Tidak ada

Nutrisi
Jadwal makan tidak bermasalah, hanya jumlah yang dimakan sedikit berkurang dibanding
biasanya
9. Status Kesehatan yang lalu
Penyakit masa kanakkanak
: Sering batuk pilek
: Tidak pernah mengalami sakit yang serius
Traum
: Tidak pernah terjadi trauma
Perawatan di RS
: Tidak pernah
Operasi
: Tidak pernah
Riwayat obstetric
: G6 P6 A0
10. Riwayat Keluarga

Keterangan :

: Laki laki

: Perempuan
: Garis perkawinan
: Garis Keturunan
: Klien
11.Tinjauan system
Umum
Ny.R merasa nyeri pada daerah ekstremitas kanan bawah lebih terasa pada cuaca dingin,
penglihatan agak bertkurang dibandingkan lima tahun lalu.
b. Kepala
Tidak ada keluhan yang berarti
c. Mata
Klien mengatakan terjadi penurunan penglihatan dibanding lima tahun lalu.
d. Telinga
Klien masih mampu mendengar dengan nada yang sedang tapi jika memanfaatkan suara dengan
frekwensi yang rendah, klien minus mendengar.
e. Mulut dan Tenggorokan
a.

Klien mengatakan giginya sudah tanggal semua sehingga susah untuk mengunyah makanan ,
kesulitan menelan kadang terjadi bila makanan yang dikonsumsi tidak lembut, terjadi juga
perubahan pada suara klien yaitu nada yang cukup rendah/ pelan.
f. Hidung dan sinus
Tidak ada keluhan
g. Payudara
Tidak ada kelainan dan tampak sudah tidak kencang lagi.
h. Leher
Tidak ada keluhan yang serius hanya klien mengatakan sedikit agak terbatas gerakan
lehernya/pelan.
i. Kardiovaskuler
Tidak ada kelainan bunyi jantung 1 dan 2 masih terdengar baik, klien berjalan sedikit miring.
j. Pernafasan
Tidak ada keluhan yang serius hanya apabila klien terlalu banyak aktivitas tampak seperti
kelelahan.
k. Gastrointestinal
Klien mengatakan tidak bisa mengunyah makanan oleh karena gigi sudah tanggal, klien juga
mengatakan nafsu makan berkurang, pola defekasi masih normal
l. Genitoreproduksi wanita
Tidak ada keluhan penting.
m. Muskuloskletal
Klien mengatakan sekarang sering merasa nyeri pada daerah ekstremitas kanan bawah.
n. Sistem syaraf pusat
Tidak ada keluhan yang berati.
o. Sistem Endokrin
Terjadi perubahan pigmentasi kulit, perubahan rambut.
p. Psikososial
Klien mengatakan bahwa keadaannya sekarang biasabiasa saja, bila ada sesuatu yang membuat
klien sedih klien hanya bisa berdoa, sholat malam dan puasa senin- kamis, Kesulitan dalam
konsentrasi juga terjadi, stress saat ini tidak ada, bila berbicara tentang kematian dan masa
depan klien menyatakan mau meninggal dalam keadaan bahagia dan tampak klien merasa
optimis sehingga dalam kehidupan sehari harinya biasa saja.

Data Subjektif :
1
2.

Klien mengatakan nyeri


pada daerah ektremitas
kanan bawah.
Data Objektif :

3.

Proses penuaan

Penurunan fungsi tubuh

Kekuatan otot tangan


dan kaki
5

5
Terganggu system
muskuloskletal

5
4
Kedua kaki nampak
atropi

Ekspresi
wajah
nampak meringis saat
nyeri
Data subjektif :
Klien mengatakan terjadi
perubahan
pada
penglihtan dibandingkan
lima tahun.
Klien megatakan terjadi
gangguan pendengaran
bila frekwensi rendah,
klien minus mendengar.
Data Subjektif :
Klien mengatakan
porsi makannya sudah
berkurang.
Klien
mengatakan
minus nafsu makan.
Data Objektif :
Porsi makan yang
diberikan
tidak
dihabiskan, hanya
porsi yang dihabiskan.

Klien
nampak
kesulitan
menguyah
makanan.
Nampak caries pada
gigi geraham bawah.

Berkurangnya masa otot


Perubahan degeneratif jar.
Connective

Kekuatan otot menurun


Endurance dan koordinasi
menurun.
ROM terbatas

Gangguan mobilitas fisik


Proses penuaan

Penurunan fungsi tubuh

Gangguan
mobilitas fisik
Risiko cedera
fisik
Perubahan nutrisi
( minus dari
kebutuhan tubuh )

Gg.sist
Sist.
Penglihatan
n

Penurunan
Sensitivitas
Pada cahaya
Respon me
lambat.
Lap.

Gg.
Pendengara

Minus
koordinasi
gerakan
tubuh

Pandang
Tremor
Menyempit
Risiko cedera
Proses penuaan

Penurunan fungsi tubuh

Gg. sist
Pencernaan

Gg. sist
persyarafan

Kehilangan
Gigi

Sensitivitas
indra penge
c

apan

kesulitan
proses me

Rasa lapar
menurun
ng

unyah
Tidak ada nafsu makan

Intake minus

Perubahan nutruisi
( minus dari kebutuhan
tubuh )

B. Masalah Keperawatan / Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi system muskuloskletal.


2. Risiko cedera fisik berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan / persayarafan.
3. Perubahan nutrisi ( minus dari kebutuhan tubuh ) berhubungan dengan penurunan nafsu makan,
kehilangan organ pencernaan ( gigi )

C. Rencana Tindakan keperawatan


DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Tanggal

: 28/12 /04

Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan penurunan
fungsi sist.
Muskuloskletal
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Klien mengatakan nyeri
pada daerah ektremitas
kanan bawah.
Data Objektif :
Kekuatan otot tangan dan
kaki
5

5
4
Kedua kaki nampak
atropi
Ekspresi wajah nampak
meringis saat nyeri
Tanggal : 28/12/04
Risiko
cedera
fisik
berhubungan
dengan
penurunan
fungsi
penglihatan
dan
pendengaran
ditandai
dengan
Data subjektif :
Klien mengatakan terjadi

TUJUAN

INTERVENSI

Gangguan
1. Bina hubungan
1.
mobilitas fisik
saling percaya
dapat berkurang
2. Kaji kemampuan
dengan criteria :
dan kelemahan
Keluhan
secara fungsional .
klien berkurang. 3. Kaji derajat
Tidak terjadi
mobilisasi klien
kekakuan gerakan
dengan
2.
lagi.
memanfaatkan
Kelemahan
skala
berkurang.
ketergantungan ( 0Bisa melakukan
4) atau dengan
aktivitas latihan
skala tingkat
3.
yang ringan.
kemandirian.( 0-5 )
Aktivitas sehari
atau ( A- E )
hari tidak
4. Jelaskan pada klien4.
terganggu lagi.
tentang proses
Cedera fisik dapat
penuan dan
diatasi dengan
mamfaat latihan
kriteria :
bagi tubuh.
Keluhan
5. Ajarkan dan
5.
penglihatan kabur
demonstrasikan
tidak lagi, air mata laithan ROM
berlebihan jadi
aktif/pasif
berkurang dan
6. Bantu untuk
6.
gemetaran tidak
melakukan latihan
lagi.
rentang gerak
Penggunaan lensa
( ROM aktif atau
kontak kadangfasif )
kadang saja bila
7. Anjurkan klien
7.
sangat diperlukan.
untuk latihan
Aktivitas sehari
memanfaatkan
hari tidak
ektrimitas yang
8.
terganggu lagi.
tidak sakit.
Perubahan nutrisi 8. Ajarkan klien
( minus dari
teknik relaksasi.
kebutuhan tubuh ) 9. Buatkan rencana
dapat diatasi
aktivitas klien
dengan criteria :
sehingga istirahat 9.
Klien tidak lagi
klien tidak
mengeluhkan susah terganggu
mengunyah
10 Beri kesempatan

RASIONALISA
SI

IMPLEMENTASI

Hubungan saling Jam :


1. Membina hubungan saling
percaya
percaya
mempermudah
Memperkenalkan diri,
dalam penggalian tujuan interaksi,dll
masalah lebih
Hasil : Hubungan saling percaya
lanjut.
terbina.
Pengkajian
Jam ;
kemampuan dan
2 .Mengkaji kemampuan dan
kelemahan berguna
kelemahan secara fungsional .
untuk pengembilan
Hasil : Kemapuan klien hanya
intervensi selanjutnya mampu mandi,
Mengetahui sampai
makan,BAB,BAK, dan cuci
sebatas mana
pakaian sendiri.
kemandirian klien
Jam :
Dengan penjelasan 3 Mengkaji derajat mobilisasi klien
akan meningkatkan
dengan memanfaatkan skala
pengetahuan dan
ketergantungan ( 0-4) atau
klien akan mau
dengan skala tingkat
mengikuti anjuran
kemandirian.
Klien dapat
Hasil : Derajat kemandirian klien
mencontoh dan
5/A
melaksanakan latihan Jam
secara mandiri
4 Menjelaskan pada klien tentang
Mengurangi
proses penuan dan mamfaat
kesalahan dalam
latihan bagi tubuh.
melakukan latihan
Hasil : Klien memahami
dan mengurangi
Jam
beban latihan.
5. Mengajarkan dan demonstrasikan
Agar tidak
laithan ROM aktif/pasif melalui
menimbulkan stress
latihan okopasi.
baru.
Hasil : Klien bisa melakukan
Relaksasi akan
latihan gerakan yang ringan saja.
mengurangi nyeri
yang dirasakan
Jam
sehingga klien tidak 6. Membantu untuk melakukan
takut melakukan
latihan rentang gerak ( ROM
latihan.
aktif atau fasif )
Jadwal yang
Hasil : Klien merasakan mudah
dibuatkan akan
setelah dibantu melakukan
membimbing klien
latihan
dalam melakukan
Jam

perubahan pada penglihtan


dibandingkan lima tahun
yang lalu.
Klien mengatakan terjadi
gangguan
pendengaran
bila frekwensi rendah,
klien minus mendengar.
Tanggal : 28/12/04
Perubahan nutrisi ( minus
dari kebutuhan tubuh )
berhubungan
dengan
penurunan nafsu makan,
kehilangan
organ
pencernaan ( gigi )
ditandai dengan
Data Subjektif :
Porsi makan yang
diberikan tidak dihabiskan,
hanya porsi yang
dihabiskan.
Klien nampak kesulitan
menguyah makanan.
Nampak caries pada gigi
geraham bawah.
Data Objektif :
Riwayat
peningkatan/penurunan
BB
: ada
Pola konsumsi makanan :
frekwensi 3 kali sehari,
kadang-kadang
klien
puasa senin dan kamis.
Makan dilakukan secara
bersama-sama
dengan
lansia yang lain.
Pada tanggal pengkajian
klien hanya makan bubur
porsi saja.

makanan, nafsu
klien untuk
aktivitas sehingga
7. Mengnjurkan klien untuk latihan
makan bertambah.
melakukan
klien dapat istirahat
memanfaatkan ektrimitas yang
BB
aktivitas secara
dan meluangkan
tidak sakit.
berkembang/berub optimal sesuai
waktu untuk yang
Hasil : memahami anjuran.
ah naik.
kemampuan.
lainnya.
Jam
Pola konsumsi
11.Bantu klien dalam 10.Meningkatkan
8. Mengajarkan klien teknik
makanan jadi
aktivitas sehari
kemampuan dan
relaksasi.
teratur dan
hari yang dirasa
harga diri klien.
Hasil : klien mengikuti apa yang
makanan yang
berat bagi klien. 11.Mengurangi stress
diajarkan dan mengatakan merasa
disajikan
12.Libatkan
klien dan mencegah
enak.
dihabiskan 1 porsi. keluarga/teman/pe
terjadinya kecelakaan Jam:
Gangguan pola
mbina dalam
.
9. Membuatkan rencana aktivitas
tidur klien dapat
kegiatan latihan 12.Peran kleuarga
klien sehingga istirahat klien
teratasi dengan
dan aktivitas sehari penting agar dalam
tidak terganggu.
kriteria :
hari.
aktivitas sehari-hari
Hasil : TAK ( latihan Okupasi )
Klien tidur dengan13. Lakukan
klien tetap kooperatif bisa dilakukan tiap pagi setelah
tenang, tidak sering kolaborasi dengan
dalam bekerjasaama.
makan pagi
terjaga
tiem kesehatan
13.Menjaga dan
jam:
lain bila ada
menyempurnakan
10. Memberi kesempatan klien
keluhan.
perawatan yang
untuk melakukan aktivitas secara
1. Kaji tingkat
dinerikan.
optimal sesuai kemampuan.
penurunan
1. Dengan pengkajian
Hasil : klien tetap melakukan
penglihatan mata
diharapkan akan
aktivitas yang bisa dilakukan
klien dan
dapat dengan mudah
sendiri
penurunan fungsi
menentukan
Jam :
persyarafan klien.
intervensi yang akan 11. Membantu klien dalam aktivitas
2. Jelaskan pada klein diberikan.
sehari hari yang dirasa berat
tentang proses
2. Dengan penjelasan
bagi klien.
penuaan dan
klien dapat
Hasil : Aktivitas dapat
dampaknya pada
memahami dan
dilaksanakan dengan baik.
mata dan syaraf.
kahirnya dapat
Jam :
3. Jelaskan kebutuhan kooperatif dalam
12.Melibatkankeluarga/teman/pembi
klien akan
segala tindakan.
na dalam kegiatan latihan dan
keamanan dan
3. Supaya klien
aktivitas sehari hari
keselamatan akibat mengetahui apa saja
Hasil : Peran serta teman dan
penurunan fungsi
yang dilakukan untuk pembina selalu ada.
tersebut.
mengatasi masalah
Jam :
4. Ciptakan
nya.
1. Kaji tingkat penurunan
lingkungan
4. Dengan lingkungan
penglihatan
mata klien
ruangan yang
ruangan yang cukup
dan
penurunan
fungsi
cukup :
pencahayaan dan
pencahayaannya,
lantai yang tidak licin persyarafan klien.
lantai tidak
akan meminimalkan
Hasil : Penurunan
licin/basah dan ada terjadinya cedera.
penglihatan pada jarak
pagar untuk
5. Mencegah terjadinya
meter klien masih bisa lihat
berpegang tangan.
injuri.
tapi minus jelas.Dan tremor
5. Hindari lantai
6. Memudahkan klien
terjadi bila tangan kiri
kamar mandi dan
melihatn dan
WC yang licin
menjangkau tanpa
memegang sesuatu.
serta beri
memerlukan banyak
Jam :
pegangan.
bantuan.
2.
Jelaskan pada klein tentang
6. Dekatkan barang 7. Meminimalkan
proses penuaan dan
barang keperluan
cedera.
dampaknya pada mata dan
klien.
8. Peran serta keluarga
7. Ajarkan cara
dan teman se wisma
syaraf.
memanfaatkan alat sangat membantu

8.

9.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

1.
2.

abntu pindah
dalam mengurangi
( turun dari tempat risiko kecelakanaan.
tidur, bangun pada9. Untuk meningkatkan
malam hari untuk
fungsi yang
3.
BAB/BAK.
terganggu dan
Libatkan
memberikan therapy
keluarga/teman se 1. Dapat
wisma untuk saling menentukasn
tolong menolong.
Kolaborasi dengan intervensi yang
tiem kesehatan lain akan diberikan.
2. Agar klien
daalm hal
pengobatan atau
mengetahui dan
tindakan lainnya.
klien akan
Kaji kebutuhan
mengerti apa
4.
nutrisi dan
yang
terjadi
/
perubahan nutrisi
dampak dari
yang terjadi.
Jelaskan pada
prose penuaan
klien tentang
tersebut.
proses penuan
3.
Dengan makan
hubungan dengan
makanan dengan
proases sist
porsi kecil
pencernaan.
Anjurkan klien
tapisering akan
untuk makan
melatih abdomen
makanan dalam
beradaptasi
porsi kecil tapi
dengan makanan
sering dan makan
dan tidak
biscuit.
Anjurkan klien
membuat klien 5.
untuk tidak makan
merasa
makanan yang
bosan/enek.
keras dan sulit
4.
Makanan yang
untuk
keras akan
ditelan/makan.
Anjurkan klien
membuat trauma
untuk makan
pada organ mulut
makanan yang
oleh karena gigi 6.
banyak
sudah banyak
mengandung serat
yang tanggal.
dan batasi
makanan yang
5. Serat berfungsi
tinggi alori.
untuk
Anjurkan semua
mempermudah
klien untuk makan
dalam proses
secara bersama
BAB dan kalori
sama
Kolaborasi untuk
yang tinggi akan 7.
penyajian makanan menyebabkan
yang hangat dan
dengan menu yang penambahan BB.
6. Menghilangkan
bervariasi
stress dan
Kaji pola tidur
klien.
meningkatkan
Jelaskan tyentang

Hasil : Klien mamahami


penjelasan yang diberikan.
Jam :
Jelaskan kebutuhan klien
akan keamanan dan
keselamatan akibat
penurunan fungsi tersebut.
Hasil : Klien mengerti dan
mampu menyebutkan ulang
yang dijelaskan walaupun
dengan bantuan.
Jam :
Ciptakan lingkungan
ruangan yang cukup :
pencahayaannya, lantai
tidak licin/basah dan ada
pagar untuk berpegang
tangan.
Hasil : lingkungan cukup
pencahayaannya dengan
lampu, lantai tidak licin dan
basah serta
diruangan disiapkan
pegangan.
Jam :
Hindari lantai kamar
mandi dan WC yang licin
serta beri pegangan.
Hasil: Daerah sekitar WC
dan Kamar mandi tidak
licin ( Kering )
Jam :
Dekatkan barang barang
keperluan klien.
Hasil : Barang
barang yang diperlukan
klien dekat dengan klien
yaitu disamping tempat
tidur.
Jam :
Ajarkan cara memanfaatkan alat
abntu pindah ( turun dari tempat
tidur, bangun pada malam hari
untuk BAB/BAK.
Hasil : klien bisa mengerti dan
melaksanakan hal hal yang
telah dianjurkan.
Jam :

proses penuaan
8.
selera makan.
denga peurbahan 7. Makanan yang
pola tidur pada
hangat dfan
klien.
bervariasi akan
3. Anjurkan pada
membuat selera
lansia untuk
menyediakan
makan
9.
temapat tidur yang
bertambah.
nyaman dan bersih. 1. Memastikan pola
4. Beri / ciptakan
tidur klien berubah.
lingkungan yang 2. Meningkatkan
cukup ventilasi,
pengetahuan klien
1.
bebas dari bau
dan hubungannya
bauan.
dengan perubahan
5. Latih lansia untuk
tidur yang terjadi.
latihan fisik yang 3. Lingkungan yang
ringan ( sesuai hobi nyaman dan bersih
dan kemampuan )
dapat meningkatkan
pada siang hari
kenyamanan klien
2.
beberapa jam
saat tidur.
sebelum klien tidur 4. Membantu sirkulasi
6. Ajarkan /
udara sehingga udara
demonstrasi teknik yang di hirup betul
relaksasi pada
betul bersih.
klien sebelum
5. Latihan bertujuan
tidur.
memperlancar
3.
7. Tingkatkan
sirkulasi dan
regimen
kelenturan otot.
kenyamanan waktu 6. Membantu
tidur mis : mandi
menginduksi tidur.
hangat dan minum 7. Meningkatkan efek
segelas susu hangat relaksasi, susu
sebelum tidur.
mempunyai kualitas
8. Anjurkan lansia
soporifik, sintesis
untuk kosongkan
serotinin
KK sebelum tidur.
neurotransmitter yang 4.
9. Anjurkan berdoa
membantu pasien
sebelum tidur.
tertidur dan tidur
10. Kolaborasi bila
lebih lama.
terjadi gangguan 8. Mengurangi

Libatkan keluarga/teman se
wisma untuk saling tolong
menolong.
Hasil : Semua klien yang ada di
wisma 3 saling tolong menolong.
Jam :

Kolaborasi dengan tiem


kesehatan lain daalm hal
pengobatan atau tindakan
lainnya.

Jam :
Kaji kebutuhan nutrisi dan
perubahan nutrisi yang terjadi.
Kebutuhan nutrisi klien perhari
kira- kira 5500 kalori, dan
perubahan terjadi dibuktikan
terjadi penurunan BB.
Jam :
Jelaskan pada klien tentang
proses penuan hubungan dengan
proases sist pencernaan.
Hasil : klien mengerti
tentanproses penuaan dan
dampaknya terhadap nutrisi klien.
Jam :
Anjurkan klien untuk makan
makanan dalam porsi kecil tapi
sering dan makan biscuit.
Hasil ; Makanan yang tidak
dihabiskan disimpan oleh klien
kemudian dimakan lagi pada jam
tertentu, dan klien suka makan
biscuit yang dicelupkan di air
putih
Jam :
Anjurkan klien untuk tidak
makan makanan yang keras dan
sulit untuk ditelan/makan.
Hasil : klien mematuhi anjuran
dengan tidak memakan makanan
terbangun pada
yang keras.
malam harinya.
Jam :
9. Memberikan rasa
5. makan makanan yang banyak
aman,membuat
mengandung serat dan batasi
perasaan jadi tenang
makanan yang tinggi kalori.
dan aman.
Hasil : klien suka makanan
10. Membantu prose
seperti sayuran ( daun pepaya )
pengobatan bagi
dan buah ( pisang )
klien.
Jam :
6. Anjurkan semua klien untuk
makan secara bersama sama
Hasil : semua klien yang ada di
wisma selalu makan bersama
sama di meja makan.
Jam :

7. Kolaborasi untuk penyajian


makanan yang hangat dan dengan
menu yang bervariasi

1.

Jam :
Kaji pola tidur klien.
Hasil : klien mengatakan
kalau tidur siang sebentarsebentar saja dan malam
sering terbangun
Jam :
Jelaskan tyentang proses
penuaan denga peurbahan pola
tidur pada klien.
Hasil : klien mengerti penjelasan
yang diberikan.
Jam :
Anjurkan pada lansia untuk
menyediakan temapat tidur yang
nyaman dan bersih.
Hasil : Tempat tidur klien rapi
dan bersih
Jam :
Beri / ciptakan lingkungan yang
cukup ventilasi, bebas dari bau
bauan.
Hasil : Jendala kamar terbuka.
Jam :
Latih lansia untuk latihan fisik
yang ringan ( sesuai hobi dan
kemampuan ) pada siang hari
beberapa jam sebelum klien tidur.
Hasil : Klien melakukan aktivitas
latihan gerak sebelum tidur.
Jam :
Ajarkan / demonstrasi teknik
relaksasi pada klien sebelum
tidur.
Hasil : Klien bisa mengikuti
latihan yang telah diajarkan.
Jam :
Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur mis : mandi hangat
dan minum segelas susu hangat
sebelum tidur.
Hasil : Klien minum susu yang
telah dibuat.
Jam :
Anjurkan lansia untuk
kosongkan KK sebelum tidur.
Hasil : Klien memahami anjuran
untuk mengosongkan KK
Jam :
Anjurkan berdoa sebelum tidur.
Hasil : kilien mengatakan selalu

berdoa sebelum tidur.


Jam :
10. Kolaborasi bila terjadi gangguan

CATATAN PERKEMBANGAN
N
O

DX

HARI/TGL

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Jam ; 09.00

II

III

1. Mengkaji kemampuan dan kelemahan secara


S : Klien
mengatakan
fungsional .
Masih merasakan kaku pada
Hasil : Kemapuan klien hanya mampu mandi, persendiannya.
makan,BAB,BAK, dan cuci pakaian sendiri.
O : Tidak nampak kekauan gerakan ,
Jam; 09. 45
kekuatan otot cukup.

Jam :12.00

2. Mengulangi kembali penjelasan pada klien


tentang proses penuan dan mamfaat latihan
bagi tubuh.
Hasil : Klien memahami

Aktivitas dapat dilakukan


sendiri.
A : Gangguan

Jam 09.55
3. Mengulang kembali penjelasan pada klien
tentang proses penuaan dan manfaat latihan
bagi tubuh.
Hasil : Klien memahami.

Jam ; 10.10
4. Melanjutkan kembali latihan ROM aktif
/pasif melalui latihan okupasi.
Hasil : Klien mampu melakukan latihan
secara aktif.

mobilitas fisik teratasi

P:
Jam :
S : Klien mengatakan masih
terjadi gangguan pada
penglihtannya yaitu pandangan
jadi kabur, air mata sering keluar.
O : klien tidak memanfaatkan
kacamata.
A: Risiko
persisten.

cedera

masih

P : Pertahannkan intervensi
Jam :

Jam : 10. 15

S:

5. Mengajarkan klien teknik relaksasi.

Klien mengatakan minus nafsu

Hasil : klien mengikuti apa yang diajarkan

dan mengatakan merasa enak.


jam: 10.30

makan.

6.Memberi kesempatan klien untuk melakukan


aktivitas secara optimal sesuai kemampuan.

Klien mengatakan masih susah


menguyah
karena
sebagian
giginya sudash tanggal dan
terdapat caries.

Hasil : klien tetap bisa melakukan aktivitas


yang bisa dilakukan sendiri

O : Porsi makan tidak dihabiskan


hanya porsi yang dimakan.

Jam : 10.35
7. Membantu klien dalam aktivitas seharihari
yang dirasa berat bagi klien.
Hasil : Aktivitas dapat dilaksanakan dengan
baik.
Jam :
1. Mengkaji ulang tingkat penurunan
penglihatan mata klien
Hasil : Penurunan penglihatan pada mata
kabur pada jarak 3 meter, mata sering berair
Jam :
2. Menjelaskan kembali tentang proses
penuaan dan dampaknya pada mata
Hasil : Klien memahami penjelasan yang
diberikan.
Jam :
3. Menjelaskan kembali tentang keamanan dan
keselamatan akibat penurunan fungsun
tersebut.
Jam :
5. Menghindari lantai kamar mandi dan WC
yang licin
Hasil : Klien mengerti dan lantai kamar
mandi tidak licin
Jam :
7. Melibatkan keluarga/tetangga untuk saling
tolong-menolong.
Hasil : Keluarga/tetangga saling membantu
Jam :
1. Mengkaji ulang kebutuhan nutrisi dan

A: Nutrisi minus dari kebutuhan


masih terjadi.
P: Pertahankan intervenmsi

perubahan nutrisi yang terjadi.


Hasil : Klien mengeluh minus nafsu makan
dan berat badan menurun.
Jam :
3. Menganjurkan klien untuk makanmakanan
dalam porsi kecil tapi sering.
Hasil : Klien mengerti dan
akanmelakukannya.
Jam :
5. Menganjurkan makan makanan yang banyak
mengandung serat dan membatasi makanan
yang tinggi kalori.
Hasil : klien makan pepaya dan mengatakan
suka makan sayur, pisang dan buah-buahan.
Jam :
6. Menganjurkan Klien untuk makan bersama
dengan anggota keluarga lain
Hasil : Klien mengerti dan akan
melaksanakannya.

N
O

DX

II

III

HARI/TGL
28 12 04

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Jam :

Jam :

1. Mengkaji ulang tingkat penurunan


penglihatan klien.

S : Klien mengatakan penglihatannya


masih kabur dan mata sering
berair.
Hasil : Masih terjadi penurunan penglihatan
pada mata (Kabur), mata sering berair.
O:

Jam :

Tidak memanfaatkan kacamata.

2. Menjelaskan kembali tentang proses penuaan


Mata klien sering berair.
dan napak dampaknya pada mata.
A : Risiko cedera masih persisten.
Hasil : Klien memahami penjelasan yang
diberikan.
P : Pertahankan intervensi.
Jam :

Jam :

3. Menjelaskan kembali tentang keamanan dan


keselamatan akibat penurunan fungsi
tersebut.

S:

Hasil : Klien mengerti

Klien mengatakan nafsu makan


sudah mulai berkembang/berubah
naik.

Jam :
5. Menghindari dari lantai kamr mandi dan WC
yang licin.
Hasil : Lantai kamar mandi tidak licin.
Jam :

Klien mengeluh kalau


makannya susah menguyah.
O : Porsi makan hanya porsi
yang dihabiskan.
A: Nutrisi minus dari kebutuhan
belum teratasi.
P : Pertahannkan intervensi

7. Menganjurkan keluarga/tetangga untuk saling


membantu apabila ada yang butuh bantuan.
Hasil : Keluarga/anak klien selalu
memperhatikan kebutuhan klien.
Jam :
1.

Mengkaji ulang kebutuhan nutrisi dan


perubahan nutrisi yang terjadi.
Hasil : Klien mengatakan nafsu makannya
sudah mulai menigkat.
Jam :
3. Menganjurkan klien untuk makan
makanan dalam porsi kecil tapi sering
Hasil : Klien mengerti dan akan
melaksanakannya.
Jam :
5. Menganjurkan makan makanan yang
banyak mengandung serat dan membatasi
makanan yang banyak mengandung kalori.
Jam :
6. Menganjurkan klien untuk tetap makan
bersama anggota kelurga lain.
Hasil : klien mengerti dan akan
melaksanakannya.

Daftar pencarian:
penglihatan menurun pendengaran menurun pinggang terasa sakit dan mengalar ke kaki kiri
Diagnosa keperawatan, askep bosan s/d hospitality, bakteri yg tersimpan di telor pecah& bahaya
nyA, contoh askep diaper rash pada anak yang lengkap dari pengkajian sampai evaluasi catatan
perkembangan, contoh nyata sehari hari tiem managemen, penyeluhan tentang nyeri dan rasa
nyaman, rasional untuk klein miokard akut dengan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi
perifer, spa arti sfecifik, tindakan keperawatan menurut para ahli yg terbaru naseng yuli

NOV112014NOCOMMENTS

IMPLEMENTASI KISTA OVARIUM


E. IMPLEMENTASI

PRE OPERASI

Hr/Tgl

No. Dx

Jam

Implementasi

20 Juni 2011

1.

14.00

Mengkaji tingkat dan intensitas nyeri (0-10), dengan hasil yaitu


skala yang dirasakan pasien 7

2.

14.05

Mengkaji dan memantau terus tingkat kecemasan klien, dengan


hasil yaitu pasien tidak cemas lagi setelah diberikan penjelasan

14.10

Mengatur posisi senyaman mungkin, dengan hasil yaitu pasien


dengan posisi berbaring setengah duduk.

14.15

Mengajarkan dan melakukan tehnik relaksasi, dengan hasil yaitu


pasien diajarkan teknik napas dalam

14. 20

Memberikan kesempatan untuk menjelaskan tentang apa yang


dia rasakan, dengan hasil yaitu pasien menjelaskan mengenai
semua yang dirasakan dengan jelas.

14.25

Memberikan penjelasan tentang semua permasalahan yang


berkaitan dengan penyakitnya, dengan hasil yaitu pasien
menjelaskan mengenai semua permasalahan yang dihadapi

14.30

Membina hubungan yang terapeutik dengan klien, dengan hasil


yaitu telah terbina hubungan yang harmonis antara perawat dan
pasien

14.35

Berkolabarasi untuk pemberian terapi analgesic, pasien diberikan


obat penghilang rasa nyeri, yaitu ketorolak 1 ampul/ IV

Hr/tgl

No.
Dx

Jam

Pre Op
Kistektomi
hari I

14.05

POST OPERASI
Implementasi
Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan
intensitas. (0-10)

22 Juni 2011
3

14.10

Memantau dan observasi terus tentang keadaan luka


operasinya.

14.15

Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi


kebutuhannya.

14.20Membantu klien menemukan posisi yang nyaman.

14.25

14.30Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul


nyeri.

14.35

Berkolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat


analgetik.

14.40

Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

14.45

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

14.50

Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

15.00

Melakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan


antiseptik.

15.05

Meningkatkan asupan makanan yang bergizi

15.10

Mengisolasikan dan menginstruksikan individu dan


keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati
pasien

15.15

Berkolaborasi dalam pemberian antibiotika.

Hr/tgl

No.
Dx

Jam

Implementasi

Pre Op
Kistektomi
hari II

14.05

Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan


intensitas. (0-10)

14.10

Memantau dan observasi terus tentang keadaan luka


operasinya.

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

23 Juni 2011

14.15

Mengkaji tingkat kemampuan


memenuhi kebutuhannya.

pasien

dalam

14.20Membantu klien menemukan posisi yang nyaman.

14.25

14.30Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul


nyeri.

14.35

Berkolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat


analgetik.

14.40

Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

14.45

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

14.50

Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

15.00

Melakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan


antiseptik.

15.05

Meningkatkan asupan makanan yang bergizi

15.10

Mengisolasikan dan menginstruksikan individu dan


keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati
pasien

15.15

Berkolaborasi dalam pemberian antibiotika.

Hr/tgl

No.
Dx

Jam

Implementasi

Pre Op
Kistektomi
hari III

14.05

Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan


intensitas. (0-10)

14.10

Memantau dan observasi terus tentang keadaan luka


operasinya.

14.15

Mengkaji tingkat kemampuan


memenuhi kebutuhannya.

14.20Membantu klien menemukan posisi yang nyaman.

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

24 Juni 2011

pasien

dalam

14.25

14.30Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul


nyeri.

14.35

Berkolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat


analgetik.

14.40

Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.

14.45

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

14.50

Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

15.00

Melakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan


antiseptik.

15.05

Meningkatkan asupan makanan yang bergizi

15.10

Mengisolasikan dan menginstruksikan individu dan


keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati
pasien

15.15

Berkolaborasi dalam pemberian antibiotika.

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

F. EVALUASI
PRE OPERASI
Hr/tgl

NO. Dx

20 Juni 2011

Jam

Evaluasi

14.00S : Pasien mengatakan masih merasa nyeri pada daerah abdomen


O : Pasien tampak meringis kesakitan sambil memegang daerah
yang sakit, dengan skala nyeri 6. dan tanda-tanda
vital : TD : 110/80 mmHg, N : 78 x/menit, S : 36,5 oC,
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi, pasien masih merasa nyeri.
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Mengkaji tingkat dan intensitas nyeri (0-10)

2. Mengatur posisi senyaman mungkin.


3. Mengajarkan dan melakukan tehnik relaksasi.
4. Berkolabarasi untuk pemberian terapi analgesik.
2

14.05S : Pasien mengatakan tidak cemas lagi mengenai tindakan yang


akan dilakukan
O : Pasien tampak tidak gelisah lagi, tenang, dan siap untuk
dioperasi, dengan tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N :
78 x/menit, S : 36,5 oC, RR : 20 x/menit
A : Masalah keperawatan teratasi, pasien tidak cemas lagi.
P : Intervensi dihentikan
POST OPERASI

Hr/tgl

No. Dx

Pertama Post
Op Kistektomi

Hari I
22 Juni 2011

Jam

Evaluasi

14.05

S: Pasien mengatakan nyeri pada tempat luka operasi

O: Pasien tampak meringis kesakitan sambil memegang daerah


yang sakit, pasien tampak berbaring total di ranjang, skala nyeri
8, pasien tampak berhati-hati dalam bergerak. dengan tandatanda vital : TD: 100/ 60 mmHg, N:80 x/menit, S : 36,8 0C,
RR : 22 x/menit
A: Masalah belum teratasi, pasien masih merasa nyeri dan tampak
meringis kesakitan.
P: Intervensi dilanjutkan :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan intensitas. (010)

2. Bantu klien menemukan posisi yang nyaman.


3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul nyeri.
4. Kolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat analgetik.
2

14.15

S: Pasien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti


biasanya (makan,mandi, berpakaian sendiri)
O : Pasien tampak berbaring total di tempat tidur, pasien tampak
dimandikan, dibantu makan, diambilkan minuman oleh
keluarganya.
A: Masalah belum teratasi, pasien belum bisa melakukan
perawatan diri sendri secara mandiri.
P: Intervensi dilanjutkan:
1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
2. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

14.10

S :
O:
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan:
1. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
2. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya

3. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.


4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5. Isolasikan dan menginstruksikan individu dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum mendekati pasien
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
Hr/tgl

No. Dx

Post OP

Jam
14.05

Kietektomi

Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyeri pada tempat luka operasi
O: Pasien tampak meringis kesakitan sambil memegang daerah

Hari II

yang sakit, pasien tampak berbaring total di ranjang, skla nyeri


6, pasien tampak berhati-hati dalam bergerak. dengan tanda-

23 Juni 2011

tanda vital : TD : 110/ 80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36 oC,


RR : 20 x/menit.
A: Masalah belum teratasi, pasien masih merasa nyeri dan tampak
meringis kesakitan.
P: Intervensi dilanjutkan :
1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan intensitas.
(0-10)
2. Membantu klien menemukan posisi yang nyaman.
3. Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul nyeri.
4. Berkolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat
analgetik.
2

14.15

S: Pasien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti


biasanya (makan,mandi dan berpakaian sendiri)

O : Pasien tampak berbaring total di tempat tidur, pasien tampak


dimandikan, dibantu makan, diambilkan minuman oleh
keluarganya.
A: Masalah belum teratasi, pasien belum bisa melakukan
perawatan diri sendri secara mandiri.
P: Intervensi dilanjutkan:
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3

14.10

S :
O:
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan:
1. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
2. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya
3. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.
4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5. Isolasikan dan menginstruksikan individu dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum mendekati pasien
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.

Hr/tgl

No. Dx

Post Op

Jam
14.05

Kistektomi

Evaluasi
S: Pasien mengatakan nyeri pada tempat luka operasi
O: Pasien tampak meringis kesakitan sambil memegang daerah

hari III

yang sakit, pasien tampak berbaring total di ranjang, skla nyeri

24 Juni 2011

3, pasien tampak berhati-hati dalam bergerak. dengan tandatanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, S : 36,5 oC,
RR : 20 x/menit.
A: Masalah belum teratasi, pasien masih merasa nyeri dan tampak
meringis kesakitan.
P: Intervensi dilanjutkan :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lama dan intensitas. (010)
2. Bantu klien menemukan posisi yang nyaman.
3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam bila timbul nyeri.
4. Kolaborasi dalam penatalaksanaan pemberian obat analgetik.
2

14.15

S: Pasien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti


biasanya (makan, mandi, dan berpakaian sendiri)
O : Pasien tampak berbaring total di tempat tidur, pasien tampak
dimandikan, dibantu makan, diambilkan minuman oleh
keluarganya.
A: Masalah belum teratasi, pasien belum bisa melakukan
perawatan diri sendri secara mandiri.
P: Intervensi dilanjutkan:
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi

kebutuhannya
2. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3

14.10

S :
O:
A: Masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan:
1. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
2. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya
3. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.
4. Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5. Isolasikan dan menginstruksikan individu dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum mendekati pasien
6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.

Daftar pencarian:
Peno reseptor terletak di bagian, asam mefenamat un trombopheblitis, implementasi kista
ovarium post operasi, jual alinamin injeksi di jakarta
OCT102014NOCOMMENTS

SATUAN ACARA PENYULUH


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan
diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan SAP
terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup. Dewasa ini
kegiatan penyuluhan kesehatan dan promosi kesehatan gencar dilakukan karena untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit yang menular ataupun berbahaya.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan maupun promosi kesehatan, perlu dibuat SAP (Satuan
Acara Penyuluhan) untuk mempermudah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dan juga
berfungsi sebagai acuan bagaimana acara tersebut akan berjalan. Selain itu SAP juga berfungsi
untuk mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan acara yang akan dilakukan.
Dengan demikian, sebelum membuat suatu kegiatan yang sasarannya adalah kelompok
atau masyarakat, terlebih dahulu wajib membuat penyusunan SAP agar kegiatan bisa berjalan
dengan baik dan lancer sesuai rencana.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian dari SAP?
2. Bagaimana tahap-tahap penyusunan SAP?
3. Bagaimana contoh SAP?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari SAP dan proposal
2. Untuk mengetahui tahap-tahap penyusunan SAP dan proposal
3. Untuk mengetahui contoh dari SAP dan proposal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian SAP
SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan
diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan SAP
terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup.
B. Tahap-tahap penyusunan SAP
Kegiatan penyuluhan adalah tahap yang dilakukan penyuluh atau pemateri dan peserta
penyuluhan atau masyarakat untuk mengetahui perkembangan kesehatan di lingkungan mereka.
Materi penyuluhan tersebut dibatasi oleh pokok bahasan dan subpokok bahasan yang ada pada
suatu SAP. Tahap kegiatan itu terdiri atas tahap pendahuluan (introduction), tahap penyajian
(presentation), dan tahap penutup (test and follow up). Berikut ini akan diuraikan secara singkat
pengertian tahap tersebut.
1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan adalah tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian
materi yang akan disuluhkan. Pada tahap ini penyuluh menjelaskan secara singkat tentang materi
yang akan diajarkan dalam pertemuan tersebut, manfaat materi tersebut dalam kehidupan seharihari, hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah diketahui masyarakat, serta tujuan
yang wajib dicapai masyarakat pada akhir pertemuan.

2.

a.
b.
c.

3.

a.

b.
c.

C.

Tahap ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mental masyarakat agar memerhatikan secara
sungguh-sungguh selama tahap penyajian. Tahap pendahuluan ini biasanya membutuhkan waktu
5 sampai 10 menit atau sekitar 5% dari waktu penyuluhan.
Tahap Penyajian
Tahap penyajian merupakan kegiatan belajar mengajar yang utama dalam suatu pengajaran.
Di dalamnya tercakup bagian-bagian sebagai berikut.
Uraian (explanation), baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal seperti penggunaan grafik,
gambar, benda sebenarnya (realita), model, dan demonstrasi gerak.
Contoh dan non-contoh yang praktis serta konkret dari uraian konsep
Latihan merupakan praktik bagi masyarakat untuk menerapkan konsep abstrak yang sedang
dipelajari dalam bentuk kegiatan fisik. Sebagian besar (80-90%) dari waktu kegiatan penyuluhan
diberdayakan dalam tahap penyajian ini.
Tahap Penutup
Tahap penutup merupakan tahap terakhir suatu penyuluhan. Tahap ini meliputi 3 kegiatan,
yaitu:
Pelaksanaan tes hasil penyuluhan untuk dijawab atau dikerjakan peserta penyuluhan.
Seringkali tes tersebut dilaksanakan secara tidak formal dan tidak tertulis, tetapi diajukan secara
lisan untuk dijawab atau dikerjakan oleh peserta penyuluhan yang ditunjuk sebagai sampel.
Namun tes tersebut dapat juga dijawab atau dikerjakan oleh semua peserta didik dan hal ini
berarti akan menyita waktu pengajaran.
Umpan balik yang berupa informasi atau hasil tes
Tindak lanjut yang berupa petunjuk tentang apa yang wajib dilakukan atau dipelajari peserta
penyuluhan selanjutnya, baik untuk memperdalam materi yang telah dipelajari dalam pertemuan
tersebut maupun untuk mempersiapkan diri dari wabah penyakit yang menular di lingkungan
masyarakat.
Tahap penutup ini hanya membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit atau 10-15% dari waktu
pengajaran.
Dari uraian tentang kegiatan penyuluhan tersebut tampak bahwa didalamnya tercakup
komponen metode penyuluhan. Untuk menjelaskan suatu konsep abstrak penyuluhan dapat
memanfaatkan ceramah, sedangkan untuk memberikan contoh dalam bentuk kegiatan fisik
penyuluhan memanfaatkan metode demonstrasi. Itulah sebabnya sebagian orang tidak
memanfaatkan istilah metode penyuluhan ketika mereka sudah memanfaatkan istilah kegiatan
penyuluhan.
Media Dan Alat Penyuluhan
Media adalah sarana yang diberdayakan untuk menyalurkan materi penyuluhan agar dapat
dilihat, dibaca, atau didengar oleh peserta penyuluhan. Jenis media yang sering diberdayakan
dalam pengajaran adalah buku atau bahan cetak, papan tulis, foto, boneka simulasi, transparansi,
serta proyektor (over head proyektor-OHP). Di samping itu, kadang-kadang diberdayakan pula
slide pretsentasi dan proyektor LCD (LCD projector) serta kaset video dan pemutarnya (video
set). Fungsi dari media tersebut adalah menyalurkan materi pengajaran kepada peserta
penyuluhan.

D.

1.
2.
3.

A.

B.

Alat penyuluhan adalah benda yang diberdayakan dalam penyuluhan sehingga


memungkinkan terjadinya kegiatan penyuluhan. Contoh alat penyuluhan seperti penggaris,
papan tulis, alat-alat olah raga yang diberdayakan dalam pendidikan jasmani, dan kalkulator
yang diberdayakan untuk menghitung. Benda-benda tersebut tidak dimaksudkan untuk
menyalurkan materi penyuluhan.
Evaluasi Dan Referensi
Evaluasi adalah alat ukur yang diberdayakan untuk mengukur hasil belajar peserta
penyuluhan cara melaksanakan pengajaran. Alat ukur tersebut dapat berbentuk:
Karangan (essay test)
Tes objektif. Untuk tujuan instruksional dalam kawasan kognitif
Tes kinerja (performance test). Untuk tujuan instruksional yang mengandung kawasan
psikomotor.
Cara pelaksanaan bisa berbentuk tulisan atau lisan untuk kawasan kognitif dan bentuk kerja
(praktikum) untuk kawasan psikomotor.
Referensi adalah buku atau bahan yang dijadikan acuan untuk menyajikan materi dalam
SAP.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi SAP (Satuan Acara Penyuluhan) adalah seperangkat acara penyuluhan yang akan
diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran, pemateri, dan konsep acara. Penyusunan SAP
terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pendahuluan, tahap penyajian dan tahap penutup.
SARAN
Sebaiknya kita sebagi tenaga medis khususnya perawat wajib mempelajari
dan memahami SAP (Satuan Acara Penyuluhan)agar kegiatan penyuluhan khususnya
dokumentasi keperawatan dapat mendapatkan data yang lengkap dan dapat di pertanggung
jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://sahabatsejatimayah.blogspot.com/2012/07/penyusunan-sap-dan-proposal-komunitas.html

Contoh SAP

Topik
Penyuluh
Kelompok Sasaran

PENYUSUNAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CACAR AIR (VARICELLA SIMPLEX)
: Cacar Air (Varicella simplex)
: Mahasiswa
: Masyarakat Desa Sumber Sari, Malang

Tanggal/Bln/Th
: 21/10/2014
Waktu
: 60 menit
A. LATAR BELAKANG
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh
infeksi virus varicella-zoster. Virus ini menginfeksi manusia dengan sifat sistemik, maksudnya
virus ini menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan bersifat lokal. Cacar air merupakan penyakit
kulit yang umum dikenal masyarakat. Hampir semua orang dari anak-anak sampai dewasa
pernah terkena cacar air. Yang perlu diperhatikan adalah virus ini menyerang ketika ketahanan
tubuh melemah atau kondisi tubuh sedang tidak fit.
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada masalah yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan
pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau
punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi. Penyakit ini lebih berat dan sering menimbulkan komplikasi pada bayi, dewasa, dan orang
dengan daya tahan tubuh yang jelek. Setelah sakit, pasien kebal seumur hidup. Jika andaatau
orang terdekat anda mengalami :
1. Kondisi badan terasa menurun atau tidak fit, lemah dan mudah capek
2. Mulai merasakan demam dan flu ringan
3. Mulai merasakan nyeri di pergelangan sendi dan ngilu, tapi tidak semua penderita
mengalaminya, ada yang hanya demam beberapa hari.
4. Muncul bentol kemerahan seperti gelembung yang berisi air dipermukaan kulit. Umumnya,
muncul pertama kali di daerah dada.
Hal yang wajib diperhatikan dan pengobatan dalam penyakit cacar air ini, yaitu:
Segera periksakan penderita cacar air ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Umumnya dokter akan memberi beberapa obat seperti obat penurun panas untuk mengatasi
demam,vitamin untuk menambah daya tahan tubuh, dan antivirus cacar air baik obat maupun
salep sperti salah satunya adalah Asiklovir.
Mandi secara teratur pagi dan sore. Gunakan sabun yang mengandung antispetik yang banyak
dijual atau dengan resep dokter yang bisa dibeli di apotik.
Hindari penggunaan bedak tabur saat gelembung pecah. Hal ini dikarenakan pemberian bedak
akan menambah perluasan penyebaran cairan dari cacar air yang berisi virus ke kulit yang sehat.
Pakailah saleo yang telah di resepakn dokter sperti Asiklovir atau salep betadine, agar luka cepat
mengering.
Hindari menggaruk luka bekas cacar air yang telah mengering agar tidak membekas.
Jika ada bekas cacar air di wajah atau kulit maka cara untuk menghilangkannya sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.
5.
6.
B.
1)

2)
a.
b.
c.

Apabila noda bekas penyakit cacar tersebut agak dalam, maka mungkin perlu dilakukan melalui
operasi. Baik operasi pembedahan maupun dengan teknik dermabrasi dengan mengggunakan
laser. Cara ini dilakukan untuk merangsang terjadinya regenerasi kulit. Namun cara ini tentunya
akan memakan biaya yang tidak kecil.
Berjemurlah dibawah terik matahari pagi, terutama sebelum pukul 8 pagi,sekitar 15 hingga 20
menit. Arahkan wajah pada matahari,sedangkan untuk mata sebaiknya kenakan kacamata
pelindung. Hal ini penting agar kulit mendapatkan asupan vitamin E dari sinar ultraviolet yang
sangat berguna dalam membantu kulit untuk melakukan regenerasi.
Buat masker wajah dari bahan-bahan alami atau herbal, sperti lidah buaya ataupun jeruk, dan
ambil sarinya untuk ditempelkan ke wajah. Biarkan selama sekitar 20 menit, setelah itu bilas
dengan air hangat. Lakukan hal ini setidaknya pada pagi dan malam sebelum tidur.
Buat jus yang terbuat dari sari lidah buayaataupun jeruk lemon dan minum sehari sekali.
Saringlah minum yang banyak mengandung vitamin c, terutama unutk membantu proses
pemulihan tubuh dan meningkatkan kesegaran kulit.
Untuk mempercepat menghilangnya bekas cacar, minumlah air puith yang banyak, setidaknya 2
liter setiap hari.
TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan, para warga dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan
terutama untuk menurunkan angka kejadian cacar air.
Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 230 menit, diharapkan peserta mampu:
Mengulangi lagi pengertian dari cacar air.
Menyebutkan tentang gejala dari cacar air.
Menyebutkan cara perawatan dan mengobati cacar air.

C. KEPANITIAAN
Ketua Pelaksana
Sekretaris
Bendahara
Seksi Acara
Seksi Humas
Seksi Pubdekdok
Seksi Konsumsi
D. KEGIATAN
1. Acara

:
:
:
:
:
:
:

NO POKOK
SUB POKOK ALOKASI METODE
BAHASAN BAHASAN
WAKTU
(MENIT)
1. Pembukaan

2. Pe
tu 2.
ga
s3.

3.

E.
F.
G.
H.

Penjelasan
Penyebab
mengenai
Gejala
cacar air
Preventif
Perawatan Cara perawatan
dan
pada kulit
pengobatan
Penutup

30

-Ceramah
Diskusi

20

demonstrasi

ALAT
EVALUASI
PERAGA

-LCD

Post test

Post test

petugas acara
Moderator
: Dapit Riau Malaka
Notulen
: Kamariah
Penyaji
: Namira Hidayat
Observer
: Kamariah
Fasilitator
: Toriq Azis
Pengorganisasian
Pemateri
: Menyajikan materi
Moderator
: Mengatur jalannya diskusi
Notulis
: Mencatat hasil diskusi
Fasilitator
: Mendampingi peserta penyuluhan
Observer
: Mengobservasi jalannya penuluhan tentang ketepatan waktu,
ketepatan masing-masing peran.
METODE
Ceramah dan tanya jawab.
MEDIA
Powerpoint dan Leaflet
EVALUASI
Menjawab pertanyaan dari pemateri
SUMBER PUSTAKA
Adman, Fuad Pencegahan Cacar Air(Online)
Oswari, E. 2000. Penyakit dan Penanggulangannya. Gaya Baru: Jakarta
Rendle, Jhon dkk. 194. Penyakit Anak. Binarupa Aksara: Jakarta

LAMPIRAN MATERI
CACAR AIR (VIRACELLA SIMPLEX)
A. PENGERTIAN
Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah
cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Cacar air atau Varicella
simplex adalah suatu penyakit menular yang dikarenakan oleh infeksi virus varicella-

zoster (virus cacar air). Virus ini menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan bersifat lokal. Cacar air
merupakan penyakit kulit yang umum dikenal masyarakat. Hampir semua orang dari anak-anak
sampai dewasa pernah terkena cacar air. Yang perlu diperhatikan adalah virus ini menyerang
ketika ketahanan tubuh melemah atau kondisi tubuh sedang tidak fit. Cacar air menular melalui
udara saat pasien bersin, batuk atau melalui sentuhan langsung dengan cairan cacar.
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang dikarenakan oleh
virusvarisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai
anak,yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat
meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat, adakalanya cacar
air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang
mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa yang menderita
infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin
menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil.
B. GEJALA
Cacar air dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Waktu
inkubasi untuk cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah
padamulanya, yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini
biasanya timbul di badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita
infeksi cacar air mengalami demam dan merasa minus sehat dan mungkin merasa gatal sekali.
Siapapun yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit. Siapapun yang pernah
menderita cacar air dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat
menderita infeksi cacar air sebelum usia 12 tahun.
Cacar air berbeda dengan cacar biasa. Bekas gelembung yang ditimbulkan itu pada umumnya
akan hilang, kecuali satu dua buah yang gelembungnya terkena infeksi dan merusak seluruh
lapisan kulit.
Gejalanya demam dan lesu, kemudian demamnya menurun lalu timbul bercak-bercak merah
yang mempunyai gelembung kecil diatasnya. Isi gelembung biasanya bening, tetapi bila terkena
infeksi akan bernanah. Gelembung yang bernanah inilah kadang-kadang menimbulkan bekas
setelah sembuh.
C. PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya
penderita
gangguan
sistem
kekebalan),
bisa
diberikan immunoglobulin
zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak
yang berusia 12-18 bulan.
D. PERAWATAN DAN PENGOBATAN
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan
tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan Asiklovir berupa tablet 800 mg per hari

setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang
mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama
6 hari. Larutan PK sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga diberdayakan.
Hal yang wajib diperhatikan dalam mengobati penyakit cacar air ini, yaitu:
Segera periksakan penderita cacar air ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Umumnya dokter akan memberi beberapa obat seperti obat penurun panas untuk mengatasi
demam,vitamin untuk menambah daya tahan tubuh, dan antivirus cacar air baik obat maupun
salep sperti salah satunya adalah Asiklovir.
Mandi secara teratur pagi dan sore. Gunakan sabun yang mengandung antispetik yang banyak
dijual atau dengan resep dokter yang bisa dibeli di apotik.
Hindari penggunaan bedak tabur saat gelembung pecah. Hal ini dikarenakan pemberian bedak
akan menambah perluasan penyebaran cairan dari cacar air yang berisi virus ke kulit yang sehat.
Pakailah saleo yang telah di resepakn dokter sperti Asiklovir atau salep betadine, agar luka cepat
mengering.
Hindari menggaruk luka bekas cacar air yang telah mengering agar tidak membekas.
Jika ada bekas cacar air di wajah atau kulit maka cara untuk menghilangkannya sebagai
berikut:
1. Apabila noda bekas penyakit cacar tersebut agak dalam, maka mungkin perlu dilakukan melalui
operasi. Baik operasi pembedahan maupun dengan teknik dermabrasi dengan mengggunakan
laser. Cara ini dilakukan untuk merangsang terjadinya regenerasi kulit. Namun cara ini tentunya
akan memakan biaya yang tidak kecil.
2. Berjemurlah dibawah terik matahari pagi, terutama sebelum pukul 8 pagi,sekitar 15 hingga 20
menit. Arahkan wajah pada matahari,sedangkan untuk mata sebaiknya kenakan kacamata
pelindung. Hal ini penting agar kulit mendapatkan asupan vitamin E dari sinar ultraviolet yang
sangat berguna dalam membantu kulit untuk melakukan regenerasi.
3. Buat masker wajah dari bahan-bahan alami atau herbal, sperti lidah buaya ataupun jeruk, dan
ambil sarinya untuk ditempelkan ke wajah. Biarkan selama sekitar 20 menit,setelah itu bilas
dengan air hangat. Lakukan hal ini setidaknya pada pagi dan malam sebelum tidur.
4. Buat jus yang terbuat dari sari lidah buaya ataupun jeruk lemon dan minum sehari sekali.
5. Saringlah minum yang banyak mengandung vitamin c, terutama unutk membantu proses
pemulihan tubuh dan meningkatkan kesegaran kulit.
6. Untuk mempercepat menghilangnya bekas cacar, minumlah air putih yang banyak, setidaknya 2
liter setiap hari.

Daftar pencarian:
suatu acara penyuluhan kesehatan, SAP Varicella, tujuan pembuatan satuan acara penyuluhan, 3
tahapan kegiatan tahap pendahuluan penyajian dan penutup dalam sap, S A P cacar air, sap
penyakit cacar air, makalah satuan acara penyuluhan, kumpulan soal soal Pilihan ganda tentang
cacar air, foto acara penyuluhan, tahap tahap satuan acara penyuluhan, cara menyusun
penyuluhan keperaeatan, contoh makalah varicella, alat dan bahan dalam askep varicella, yang
merupakan tahap penyajian dalam penyuluhan adalah, sap penyuluhan pdf, saatuan acara
penyuluhan konsep belajar, SAP tentang varicella, sap varisela, teknik pembuatan SAP pdf, tahap

penyusunan Satuan acara penyuluhan pdf, Satuan Acara Penyuluhan Keperawatan Preventif
Kaki Gajah, tahap tahap menyusun sap promkes, satuan acara penyuluhan pdf, satuan acara
penyuluhan syok kardiogenik, Satuan acara promosi kesahatan masyarakat, satuan asuhan
perencanaan, satuan acara penyuluhan kds, promosi kesehatan cacar air, ppt penyakit cacar,
contoh sap keperawatan pdf, contoh sap cacar air, contoh program perencanaan acara
penyuluhan, contoh penyuluhan kesehatan, contoh makalah tentang satuan acara penyuluhan
kesehatan, contoh kumpulan satuan acara penyuluhan, cara penyeluhan penyakit cacar air, cara
pembuatan SAP kesmas ppt, definisi satuan acara penyuluhan menurut ahli, kumpulan contoh
satuan acara penyuluhan, LP TENTANG CACAR, Pilihan ganda tentang cacar air, perencanaan
satuan acara penyuluhan, penyusunan SAP proposal, penyuluhan tentang penyakit cacar air,
pendidikan dan penyuluhan kesehatan media dan sarana serta pembuatan SAP, pdf satuan acara
penyuluhan, observer penyajian materi, observer dlm penyuluhan, cara membuat sap penyuluhan
promkes
OCT102014NOCOMMENTS

askep ruang pulih sadar


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KAMAR BEDAH
A. DEFINISI
Adalah suatu aktifitas askep pada pasien yang akan dilakukan operasi di kamar bedah baik
operasi elektif maupun operasi cito, yang dibagi menjadi tiga fase yaitu pra, intra dan post
operatif.
Di kamar bedah ada beberapa personil yang berperan dalam jalannya operasi :
a. Operator operasi (ahli bedah)
b. Dokter anestesi
c. Asisten anestesi
d. Asisten operator
e. Instrumentator
f. Sirculating nurse
g. Tehnisi lain
B. ASUHAN KEPERAWATAN PRA OPERATIF DI KAMAR BEDAH
Fase ini dimulai dari pasien masuk kamar bedah dan dilakukan tmbang terima pasien sampai
pada persiapan pasien di ruang persiapan.
Pada saat timbang terima perlu diteliti lagi oleh sirculating nurse :
a) Identitas pasien
b) Validasi data
c) Telaah catatan pasien
Informed content, yang benar dan telah ditanda tangani oleh pasien dan keluarga
Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan diagnostik
d) Cek list praoperatif

1.
a.

b.

c.
2.
a)
b)
c)
3.
a)
b)
c)
4.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
C.

Kemudian dengan memanfaatkan pengkajian yang telah dilakukan oleh perawat di ruangan
rawat, sirkulasi nurse melakukan pengkajian ulang.
FOKUS PENGKAJIAN
Status fisiologis
Tingkat sehat sakit
Tingkat kesadaran (komposmentis, apastis, somnolens, delirium, sopor, koma)
Status psikososial (ekspresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah komunikasi verbal,
mekanisme koping)
Subyektif : pasien/keluarga banyak Tanya tentang operasi; pasien/keluarga banyak bertanya
tentang keberhasilan operasi dan kemungkinan kegagalan dari operasi; pasien mengatakan takut
akan kematian; pasien sulit untuk diajak komunikasi.
Obyektif : pasien kelihatan tegang; kulit teraba dingin; pandangan kosong; pasien menangis
dan tampak asing; perubahan suara; peningkatan frekuensi pernafasan dan jantung; tremor atau
gemetar.
Status fisik : area yang akan dioperasi, kondisi kulit dan efektifitas persiapan, pencukura,
pergerakan sendi
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Takut b/d kurangnya pengetahuan tentang jalannya operasi/lingkungan asing
Cemas b/d kemungkinan kegagalan operasi/kecacatan/kematian
Resiko cedera: jatuh b/d penurunan kesadaran; proses pemindahan pasien
TUJUAN
Cemas pasien/keluarga berkurang atau hilang
Rasa takut pasien/keluarga berkurang atau hilang
Pasien tidak cedera; merasa aman dan nyaman
FOKUS INTERVENSI
Ucapkan salam pada pasien dan keluarga
Perkenalkan nama dan identitas
Berikan penjelasan tentang operasi dan prosedurnya
Berikan penjelasan tentang fasilitas yang ada di kamar bedah (lampu, mesin pembiusan, dsb)
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang bagaimana mendapatkan informasi tentang
pasien
Memastikan pasien dalam keadaan aman pada saat proses pemindahan
Berikan support mental pada pasien dan keluarga
Anjurkan pasien dan keluarga untuk berdoa dalam menghadapi operasi
Persilahkan keluarga pasien untuk menunggu diruang tunggu
ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF DI KAMAR BEDAH
Fase ini dimulai saat pasien masuk dari ruang persiapan ke kamar operasi dan dilakukan
pembedahan. Tujuan dari askep intra operatif dikamar operasi adalah untuk melakukan
pemantauan keadaan umum pasien saat proses pembedahan berlangsung serta menjamin
keselamatan pasien pada saat operasi berlangsung.

1.

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Pada saat pasien masuk kamar operasi perlu dilakukan pengkajian dan implementasi untuk
keamanan pasien :
FOKUS PENGKAJIAN
Subyektif
:
Obyektif
: pasien tidak sadar karena dilakukan anestesi umum; efek anestesi (sekresi
lender berkembang/berubah naik, tidak ada reflek batuk), cianosis, suara nafas ngorok, posisi
pasien pada saat pembedahan, suhu tubuh pasien, keadaan luka sayat operasi, lebar luka cm,
lama pembedahan, perdarahan cc, urine . Cc, tekanan darah minus dari 90 untuk systole;
nadi takikardi kecil sampai tidak teraba. Pasien dalam proses pembedahan dengan memanfaatkan
alat electrocouter.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Resiko tinggi infektif berishan jalan napas b/d akumulasi secret berlebihan; lidah jatuh
Resiko tinggi b/d menurunnya/tidak adanya reflek batuk
Resiko tinggi infeksi b/d adanya luka sayat operasi
Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d perdarahan/terapi cairan yang
tidak adekuat
Resiko tinggi terjadi aberasi kulit/combustio b/d pemasangan alat elektrocouter yang tidak
adekuat
Resiko tinggi hipotermi b/d pemajanan lingkungan, dehidrasi
TUJUAN
Tidak terjadi infektif jalan nafas
Tidak terjadi aspirasi
Tidak terjadi infeksi
Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tidak terjadi aberasi kulit/combustio
Tidak terjadi hipotermi
FOCUS INTERVENSI
Kaki efektifitas jalan napas
Lakukan pemasangan NGT
Lepaskan gigi palsu
Lakukan pemasangan orofaringeal tube
Lakukan suction bila sekresi berlebihan
Monitor tanda-tanda vital (nadi, RR, satursi oksigen)
Berdihkan daerah yang akan dilakukan operasi dengan air dan sabun pemerikasaan bila
diperlukan pencukuran ulang.
Lakukan cuci tangan sebelum operasi dengan benar
Pastikan penggunaan alat-alat operasi dalam keadaan steril
Lakukan teknik antiseptic pada pasien dengan benar
Tutup daerah sekitar luka operasi dengan memanfaatkan kain steril
Monitor jumlah pengeluaran cairan (darah, urin)
Monitor jumlah pengeluaran cairan (darah, urin)

n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.

D.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
E.

Monitor turgor kulit pasien


Lakukan pemasangan iv chateter pada daerah yang lain jika diperlukan
Pasang netral elektrocouter sesuai dengan prosedur
Awasi alat elektrocouter selama proses pembedahan berlangsung
Pasang penghangat tubuh diatas meja operasi
Pasang selimut pada area pasien yang terbuka
Monitor suhu tubuh
Implementasi lain dilakukan oleh circulation nurse adalah mendokumentasikan semua tindakan
yang dilakukan dan yang terjadi pada saat operasi berlangsung, dan bersama scrub nurse
menghitung jumlah instrument bedah, barang habis pakai (kasa, jarum sachset, benang) sebelum
dan sesudah operasi dilakukan.
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF DI KAMAR BEDAH
Fase ini dimulai saat pasien keluar dari kamar operasi ke ruang pulih sadar. Setelah pasien
keluar dari kamar operasi petugas kamar operasi menginformasikan semua kejadian baik secara
verbal maupun secara tertulis pada catatan perawatan.
Pada fase ini adalah masa kritis bagi pasien post operasi, karena berbagai kejadian
membahayakan pasien bias terjadi : jalan napas tidak efektif, spasme otot laring setelah ektubasi,
jatuh karena kesadaran belum pulih sepenuhnya.
Untuk menghindari kejadian tersebut maka perlu dilakukannya tindakan oleh petugas ruang
pulih sadar :
Monitor kondisi jalan napas
Melakukan monitor vital sign (TD, nadi, RR, Kesadaran, Oksigen)
Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
Pasang pengaman pada samping tempat tidur
Ciptakan lingkungan terapeutik
Selimuti pasien untuk menghindari hipotermi
EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan yang telah dilakukan apakah sudah
sesuai dengan yang direncanakan, semua tindakan didokumentasikan dalam catatan keperawatan
termasuk keadaan pasien.

PENGELOLAAN KEPERAWATAN PASIEN


DI RUANG PULIH SADAR
1. PENGERTIAN
Adalah suatu langkah pengelolaan standar keperawatan di ruang pulih sadar.
2. STANDART FASILITAS
a. Oksigen sentral
b. Suction sentral
c. Laringoskop
d. Endotrakeal
e. Orofaringeal
f. Monitor TTV

g.
h.
i.
j.
3.
a.
b.
c.
d.

Stetoskop
Sungkup
Ambubag
Monitor EKG
PROSEDUR
Siapkan keperluan dan mengecek fungsi alat sehingga siap pakai
Lakukan timbang terima dari kamar operasi
Cek ; identitas pasien, catatan medic, advis medis, perlengkapan pasien.
Lakukan monitor pasien secara kontinu 1x/5menit pada 15 menit pertama, 1x/10 menit pada 30
menit pertama :
Dengan parameter aldrette score untuk pasien anestesi umum
Dengan parameter bromage score untuk pasien regional anestesi
Dengan parameter steward score untuk pasien pasien anak dengan anestesi umum
Monitor tanda-tanda alergi atau reaksi obat lain untuk pasien lokal anestesi
Lakukan pencatatan di CM 16 dan buku ekspedisi ruang pulih sadar
Informasikan ke operator operasi dan anestesi jika terjadi hal-hal yang membahayakan pasien.
Lakukan timbang terima dengan petugas di ruangan pengambilan pasien sesuai dengan
prosedur

Daftar pencarian:
manfaat ruang pulih, ruang pulih sadar, yang dimaksud ruang pulih
OCT102014NOCOMMENTS

ASKEP PNEUMONIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
ASUHAN KEPERAWATANPNEUMONIA
Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas semester tiga mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah

Disusun Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Akhmad Aji Mulyanto


P17420313047
Dewi Aisyah
P17420313055
Ika Safitri
P17420313062
Loly Risqiani
P17420313069
Nur Huda Al Fauzi
P17420313076
Siti Nurrohmah Widhawati
P17420313084
Wiwik Nurhikmah
P17420313091
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga makalah Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pneumonia ini telah selesai tepat pada waktunya. Guna untuk memenuhi
nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah semester 3.
Terimaksih kami ucapkan kepada Bapak Ahmad Baequny, yang mana telah membantu
kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Dan juga pihak pihak lain yang telah
membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan di Indonesia. Saya ucapkan
terimakasih.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Pekalongan, 19 Agustus 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..
i
KATA
PENGANTAR
ii
DAFTAR
ISI
iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....
1
B. Rumusan Masalah..
1
C. Tujuan .
2

D. Manfaat ..
2
BAB II : LANDASAN TEORI
1.1 Definisi Pneumonia ..
3
1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan .
3
1.3 Etiologi Pneumonia ..
8
1.4 Manifestasi Klinis .
10
1.5 Patofisiologi .
11
1.6 Klasifikasi Pneumonia
12
1.7 Pemeriksaan Diagnosis ..
13
1.8 Komplikasi ..
14
1.9 Pathways Keperawatan .
14
STUDI KASUS PNEUMONIA
16
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA ..
16
BAB III : PENUTUP
2.1 Kesimpulan ..
21
DAFTAR PUSTAKA
.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadi
pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas
yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada
masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi
baru lahir dikarenakan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di
seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah)
kematian yang dikarenakan oleh bakteri Streptococcuspneumoniae, dan lebih dari 90% dari
kematian ini terjadi di negara-negara berkembang.
Pneumonia sering terjadi pada anak usia 2 bulan 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit juga disertai
penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia berat ditandai dengan
adanya gejala seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya,
kejang dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara nafas
tambahan pada paru) saat inspirasi. Masalah terbnyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan
kematian terbanyak pada bayi yang berusia minus dari 2 bulan. Apabila anak diklasifikasikan
menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk
setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C.
1.

D.

Olehkarenaitu,
penulistertarikuntukmembahasmasalah pneumonia,
agar
dapatmemberikanmanfaatuntukkitasemua.
RumusanMasalah
Apa itu pneumonia?
Bagaimanaanatomifisiologi system respirasi?
Apasajaetiologi pneumonia?
Bagaimanapatofisilogiasmabronkial?
Bagaimanaklafikasi pneumonia?
Bagaimanapenatalaksanaan pneumonia?
Bagaimanadiagnonis pneumonia?
Apasajakomplikasi pneumonia?
Bagaimanaasuhankeperawatan pneumonia?
Tujuan
TujuanUmum
Mengetahuiasuhankeperawatanunutukpasien pneumonia.
2. TujuanKhusus
a. Mengetahui pengertian pneumonia.
b. Mengetahui bagaimana anatomidanisiologi pneumonia.
c. Mengetahui etiologi pneumonia.
d. Mengetahui patofisilogi pneumonia.
e. Mengetahuiklasifikasi pneumonia..
f. Mengetahuipenatalaksanaan pneumonia.
g. Mengetahui diagnosis pneumonia.
h. Mengetahuikomplikasipneumona.
i. Mengrtahuiasuhankeperawatan pneumonia.
Manfaat
1. BagiPenulis
Penulisdapatmengetahuisecaradalammengenai
pneumonia
dandapatmengetahuiasuhankeperawatannya.
2. BagiLingkungan
Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit pneumonia.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Defenisi Pneumonia
Pneumonia
adalahpenyakitinflamasipadaparu
yang
dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat yang masukdalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium, menyebabkan
sekumpulan gejala dan tanda khas biasanya dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada

foto rontgen dada. Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak
purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (anonima 2012)
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
kemampuan menyerap oksigen menjadi minus. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita pneumonia
bisa meninggal (anonim a. 2012).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus
terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan mengganggu pertukaran gas setempat. Istilah pneumonia lazim dipakai bila
peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering, sedangkan
istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (anonim b. 2011)
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak
dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga
akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea,
bronkus, dan bronkiolus.
a. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara
ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir
yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan
selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi
memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering
membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os.
Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke
cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale
dan
kedalam
bulbus
olfaktorius
nervus
cranialis
I
olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi.
Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
Lubang hidung
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha
media dan inferior

Sinus frontalis, diantara concha media dan superior


Ductus
nasolacrimalis,
dibawah
concha
inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis
posterior.
b. Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
c.

Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan
struktur yang lengkap terdiri atas:cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago
cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea.
Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea
berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas
adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah
adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea.Membrana Tyroide mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat
pada
bagian
belakang
V
cartilago
thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan
dan
cartilago
arytenoidea
di
bagian
belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang
dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot
tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluarmasuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus
udara cranialis.
Gambaran klinis
Laring dapat tersumbat oleh:
Benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
Pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi
Infeksi, misalnya difteri
Tumor, misalnya kanker pita suara.
d. Trachea atau batang tenggorok

alergi

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai
kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua
bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
e. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus

lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah minus lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara
ke
tempat
pertukaran
gas
paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
f. Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
1.3 Etiologi Pneumonia
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan
dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada
berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan.
Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara,
antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal
dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan
baik pola kuman di suatu tempat.
Pneumonia yang dikarenakan oleh infeksi antara lain :
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif
seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
1.
2.
3.
4.

2. Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox
(cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan,
hantavirus.
3. Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.Selain
dikarenakan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non infeksi :
Pneumonia Lipid : Dikarenakan karena aspirasi minyak mineral
Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti
berillium
Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora
aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula
Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
Pneumonia karena radiasi
Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
Virus sinsisial pernafasan
Adenovirus
Virus parainfluenza
Virus influenza
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui :
Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia
lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki ,
Gizi minus, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan
tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan
penyakit kronik menahun. Selain faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga
mempengaruhi resiko dari pneumonia :
1. Individu yang mengidap HIV
2. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung
4. Karena muntah air akibat tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi
Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau
aspirasi benda asing. Organisme utama penyebab pnuemonia bakteri pada bayi berusia minus
dari 3 bulan adalah streptococcus pneumonia, streptococcus grup A, staphylococcus, basil gramnegatif, basil enterik, dan chlamydia. Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5
tahun, S.
Pneumoniae,
H.
Influenzae (menurun
sejak
diberikan
vaksin),
dan staphylococcus merupakan organisme umum penyebab pneumonia bakteri. Pneumonia virus

lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus
pada bayi adalah RSV. Adeno associated virus, virus influenza dan parainfluenza merupakan
organisme yang biasanya menyebabkan pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar.
Pneumonia
mikoplasma
mirip
dengan
pneumonia
virus,
kecuali
bahwa
organisme mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih
sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun (Mary E. Muscari, 229).
1.4 Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernapasan
Nyeri pleuritik
Napas dangkal dan mendengkur
Takipnea
b. Bunyi napas diatas area yang mengalami konsolidasi
Mengecil, kemudian menjadi hilang
Krekels, rhonki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
k. Area sirkumoral
Dasar kuku kebiruanMasalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati.
1.5 Patofisiologi
1. Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi yang
peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah
(hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
2. Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi, pembersihan
mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai
penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
3. Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan,
fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas selular dan humoral. Pertahan
ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis,
kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan.
4. Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah dan
setiap harimembersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan
inflamasi yang bermakna.

5.

Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN
dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor
nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
6. Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi/perfusi
dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini membantu membasmi
mikroorganisme intrasel seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses
patologis kerusakan paru.
7. Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang
mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic
inflamatory response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
8. Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat memengaruhi patofisiologi dan perjalanan
klinis penyakit. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang sangat
tepat.
1.6 Klasifikasi Pneumonia
Sistem klasifikasi lain yang penting diberdayakan untuk pneumonia adalah klasifikasi klinis
kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia,
Suksion subglotis kontinu
Variasi/rotasi postural
Gunakan sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih kontroversial)
Bilas mulut dengan klorheksidin
Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang lalu
Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
Temperatur > 38,30C
Penurunan status mental, sianosis
Imunosupresi, kondisi penyerta
Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
SDP < 4000 atau > 3000/L
Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2> 50
Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
Perlindungan empiris paling sering diberdayakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada
sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila
kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap, usia,
faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum dirangkum
dalam tabel dibawah.
Tipe pasien
Pengkajian pasien
Antibiotika empiris
Pasien rawat jalan

Imunokomperen
Diperkirakan

terdapat

Makrolida,
doksisiklin

fluoroqulnolon

pneuminiae
yang
terhadap PCN

resisten Amoksilin/klavulanat
doksisiklin

Aspirasi
Usia 18 sampai 40 tahun
Pasien rawat inap

Bangsal medis umum

Penyakit paru

Beta laktam dengan makrolida


fluoroquinolon sama seperti
pseudomonas dengan makrolida
fluoroquinolon dengan aminoglikos

Aspirasi

Fluoroquinolon dengan klindamisin

ICU

1.7
Pemeriksaan Diagnosis
1. Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrat
(bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pneumonia mycoplasma
chest X-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3. Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy, apirasi
transtrakheal,fiberoptic bronchoscopy, ataubiopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan,
seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus
aureus,
A.
Hemolytic
streptococcus , dan hemophilus influenzae.
4. Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus
5. Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6. LED: berkembang/berubah naik
7. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar):
tekanan saluran udara berkembang/berubah naik dan kapasitas pemenuhan udara menurun,
hipoksemia
8. Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin mungkin berkembang/berubah naik
1.8
Komplikasi
Kadang-kadang pneumonia berperan penting dalam penambahan masalah medis yang
disebut komplikasi. Komplikasi yang penting sering dikarenakan oleh pneumonia karena bekteri
daripada virus. Komplikasi yang penting meliputi :
1. Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orng yang menderita pneumonia sering kesulitan
bernapas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar

tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
napas dengan bilevel tekanan positif, dalam masalah lain pemasangan endotracheal tube kalau
perlu dan ventilator dapat diberdayakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal napas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respons inflamasi dalam paru-paru segera
diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan
kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, wajib membuat ventilasi mekanik yang
membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi
karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.
Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptococcus pneumonia merupakan
salah satu penyebabkan individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif
dirumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu
mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat meyebabkan
kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
2. Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru-apru akan menyebabkan bertambahnya
(effusi pleura)cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme
itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada
pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan periksa,
tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini, sering
memerlukan selang pada dada. Pada kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika
cairan tidak dapat dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak
menembus dengan baik ke dalam rongga pleura.
Bakteri akan menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada
paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas
terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya
antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses wajib dikeluarkan oleh
ahli bedah atau ahli radiologi.
1.9
Pathways Keperawatan

1.
1.

2.

3.

4.

STUDI KASUS PNEUMONIA


Ny. R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni
Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas 1,
klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga mengtakan nyeri dada
pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. pada saat pengkajian klien mengatakan
nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8,intesitasnyerisetiap 20 menit, hidung memerah, retraksi
interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas dan teraba
panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C, nadi 100 x/menit, dari
hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit 15000 ml.
ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA
PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien:
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat.
Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia(malnutrisi)
Neurosensori

5.

6.

7.

8.

2.
a.
b.
3.

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)


Tanda : perusakan mental (bingung)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (berkembang/berubah naik oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan)
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda : sputum: merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahap berkembang/berubah naik dengan konsolidasi
bunyi nafas menurun
warna: pucat/sianosis bibir dan kuku
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar .
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigendarah.
RENCANA KEPERAWATAN
No Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Setelah diberikan asuhan keperawatan 224 jam diharapkan bersihan

Batuk efektif
Nafas normal (12-20x/menit)
Bunyi nafas bersih
Sianosis

No Dx
2.

Setelah diberikan askep selama 324 jam diharapkan gangguan per


Sianosis
Nafas normal (12-20x/menit)
Sesak
Hipoksia
Gelisah

4. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan pedoman atau prosedur teknik yang telah ditentukan.
5. EVALUASI
Kriteria keberhasilan:
Berhasil
Tuliskan kriteria keberhasilannya dan tindakan dihentikan
Tidak berhasil
Tuliskan mana yang belum berhasil dan lanjutkan tindakan.

BAB III
PENUTUP
2.1

Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada
masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi
baru lahir dikarenakan pneumonia.

Pneumonia
adalahpenyakitinflamasipadaparu
yang
dicirikandenganadanyakonsolidasiakibateksudat yang masukdalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Pneumonia dapat dikarenakan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta : Salemba
Medika
Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonim . 2012.Asuhan Keperawatan Pneumonia. Http://sains.wordpress.com. Diakses tanggal 02
Desember 2012 jam 21:08 WIB
Anonim . 2012. Definisi Pneumonia. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 02 Desember 2012 jam
21:20 WIB
http://meilanyhartanti.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-pneumonia.html
a

Daftar pencarian:
Apa penyebap balsem di taruh dilubang hidung, aspirasi benda asing makalah d3 keperawatan,
cara hitung tonisitas oksimetazolin hcl, cara mudah injeksi ppc dlm diagnosa diftery, contoh
askep pneumonia berat, letak nodul pada vocal nodul di ligamentum vocale adalah, pemeriksaan
diagnostik enyretnaambarwati, perhitungan tonisitas tetes hidung oksimetazolin hcl, soal ganda
bilas bronkus
MAY052014NOCOMMENTS

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN


KEPERAWATAN DIARE ( GASTROENTERITIS )
DEFINISI
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar. Diare
yang dikarenakan oleh masalah kesehatan biasanya jumlahnya sangat banyak, bisa
mencapai lebih dari 500 gram/hari.Orang yang banyak makan serat sayuran, dalam
keadaan normal bisa menghasilkan lebih dari 500 gram, tetapi konsistensinya normal
dan tidak cair.Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya
bisa mencapai lebih dari 90%.
ETIOLOGI
1. DIARE OSMOTIK

Diare osmotik terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat diserap ke dalam
darah, tertinggal di usus.
Bahan tersebut menyebabkan peningkatan kandungan air dalam tinja, sehingga terjadi
diare. Makanan tertentu (buah dan kacang-kacangan) dan heksitol, sorbitol juga
manitol (pengganti gula dalam makanan dietetik, permen dan permen karet) dapat
menyebabkan diare osmotik. Kekurangan laktase juga bisa menyebabkan diare
osmotik. Laktase adalah enzim yang secara alami ditemukan dalam usus halus, yang
mengubah gula susu (laktosa) menjadi glukosa dan galaktosa, sehingga dapat diserap
ke dalam aliran darah. Jika orang mengalami kekurangan laktase minum susu atau
makan produk olahan susu, maka laktosa tidak akan diubah tapi terkumpul di usus dan
menyebabkan diare osmotik. Beratnya diare ini tergantung dari jumlah bahan osmotik
yang masuk.
Diare akan berhenti jika penderita berhenti memakan atau meminum bahan tersebut.
2. DIARE SEKRETORIK
Diare sekretorik terjadi jika usus kecil dan usus besar mengeluarkan garam (terutama
natrium klorida) dan air ke dalam tinja.
Hal ini juga bisa dikarenakan oleh toksin tertentu seperti pada kolera dan diare
infeksius lainnya.
Diare bisa sangat banyak, bahkan pada kolera bisa lebih dari 1 liter/hari.
Bahan lainnya yang juga menyebabkan pengeluaran air dan garam adalah minyak
kastor dan asam empedu (yang terbentuk setelah pengangkatan sebagian usus kecil).
Tumor tertentu (misalnya karsinoid, gastrinoma dan vipoma, juga dapat menyebabkan
diare sekretorik.
3. SINDROMA MALABSORBSI
Sindroma Malabsorbsi juga bisa menyebabkan diare.
Penderita sindroma ini tidak dapat mencerna makanannya secara normal.
Pada malabsorbsi yang menyeluruh, lemak tertinggal di usus besar dan menyebabkan
diare sekretorik, sedangkan adanya karbohidrat dalam usus besar menyebabkan diare
osmotik.
Malabsorbsi mungkin juga dikarenakan oleh beberapa keadaan seperti:
Sariawan non-tropikal
Insufisiensi pankreas
Pengangkatan sebagian usus
Aliran darah ke usus besar yang tidak adekuat
Kekurangan enzim tertentu di usus halus
Penyakit hati.
4. DIARE EKSUDATIF
Diare eksudatif terjadi jika lapisan usus besar mengalami peradangan atau membentuk
tukak, lalu melepaskan protein, darah, lendir dan cairan lainnya, yang akan
meningkatkan kandungan serat dan cairan pada tinja.

Diare ini dapat dikarenakan oleh berbagai macam penyakit seperti:


Kolitis ulserativa
Penyakit Crohn (enteritis regional)
Tuberkulosis
Limfoma
Kanker.
Jika mengenai lapisan rektum, penderita akan merasakan desakan untuk buang air
besar dan sering buang air besar, karena rektum yang mengalami peradangan lebih
sensitf terhadap peregangan oleh tinja.
5. PERUBAHAN PASASE USUS
Perubahan pasase usus bisa menyebabkan diare.
Untuk mendapatkan konsistensi yang normal, tinja wajib tetap berada di usus besar
selama waktu tertentu. Tinja yang terlalu cepat meninggalkan usus besar, akan
berbentuk encer/cair. Tinja yang terlalu lama berada di usus besar, konsistensinya
keras dan kering.
Banyak keadaan dan pengobatan yang dapat mempersingkat keberadaan tinja dalam
usus, diantaranya:
Hipertiroid
Pengangkatan sebagian usus halus atau usus besar
Pembedahan perut
Pengobatan tukak yang memotong saraf vagus
Operasi bypass pada usus halus
Obat-obat antasid dan pencahar yang mengandung magnesium, prostaglandin,
serotonin bahkan kafein.
6. PERTUMBUHAN BAKTERI BERLEBIH
Pertumbuhan bakteri berlebih adalah pertumbuhan bakteri alami usus dalam jumlah
yang sangat banyak atau pertumbuhan bakteri yang secara alami tidak ditemukan di
usus.
Hal ini bisa menyebabkan diare.
Bakteri alami usus memegang peranan penting dalam proses pencernaan. Karena itu,
gangguan pada bakteri usus bisa menyebabkan diare.
GEJALA
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering ke toilet dan
terganggunya aktivitas sehari-hari; diare yang berat juga dapat menyebabkan
kehilangan cairan (dehidrasi) dan kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium,
magnesium dan klorida.
Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun dan dapat
menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan kelainan serius
lainnya.

Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang dengan kondisi lemah
dan penderita diare yang berat.
Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan keseimbangan
asam-basa dalam darah.
DIAGNOSA
Pertama-tama, dipastikan dulu apakah diarenya timbul tiba-tiba dan untuk sementara
waktu atau menetap. Dilihat juga apakah:
penyebabnya adalah perubahan makanan
terdapat gejala lain seperti demam, nyeri dan ruam kulit
ada orang lain yang juga memiliki gejala yang sama.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan contoh tinja.
Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya, ditemukannya lemak,
darah atau zat-zat yang tidak dapat dicerna, dan jumlahnya dalam 24 jam.
Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja untuk:
mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya
menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik
mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba dan Giardia.
Bila secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar, maka pencahar yang
diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja.
Untuk memeriksa lapisan rektum dan anus dapat dilakukan sigmoidoiskopi.
Kadang-kadang perlu dilakukan biopsi (pengambilan contoh lapisan rektum untuk
pemeriksaan mikroskop).
PENGOBATAN
Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada penyebabnya.
Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan penyebabnya, misalnya
permen karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk menghentikan diare.
Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang berhenti minum kopi atau
minuman cola yang mengandung cafein.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat , codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
Kadang-kadang, bulking agents yang diberdayakan pada konstipasi menahun
(psillium atau metilselulosa) bisa membantu meringankan diare
Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin , attapulgit aktif
dan Bismuthsubsalicylate
Pemberian Antibiotik dengan indikasi penyebab diare sudah dipastikan bakteri.
Antibiotik diberikan dengan tujuan untuk menghilangkan bakteri penyebab diare,
antara lain
Golongan sefalosporin : Cefixime , Ceftriaxone , Cefotaxime
Golongan kuinolon : Ciprofloxacin
Golongan lain : Erythromycin , Metronidazole , Paromomycin , Trimethoprim +

Sulfamethoxazole ,Vancomycin , Tetracycline , Rifaximin


Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di
rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air,
gula dan garam.
PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuanmasalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
pemeriksaanfisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
a) Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh berkembang/berubah
naik,anoreksia kemudian timbul diare
b) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebihdari 4 kali dengan konsistensi encer.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
d) Riwayat penyakit yang diderita
e) riwayat pemberian imunisasi
f) Riwayat psikososial keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga,kecemasan berkembang/berubah naik jika orang tua tidak mengetahui
prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan
bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
Kebutuhan dasar :
1. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang
2. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien
3. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akanmenimbulkan rasa tidak nyaman
4. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya
5. Pola Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibatdistensi abdomen.
Pemerikasaan fisik.
1. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentissampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan
agak cepat
2. Pemeriksaan sistematik
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,

berat badan menurun, anus kemerahan


Perkusi : adanya distensi abdomen
Palpasi : Turgor kulit minus elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus
3. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
4. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat
badanmenurun
5. Pemeriksaan penunjang
6. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif
DI A G N O S A K E P E R A W A T A N
1. Devisit volume cairan dan elektrolit minus dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi minus dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mualdan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Minus pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan
INTERVENSI
Diagnosa 1
Devisit volime cairan elektrolit minus dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
output cairan yang berlebihan
Tujuan :
Devisit Cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil :
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab,
balancairanseimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan
outputcairan(balancairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum
yang banyak minus lebih 2000 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapicairan,pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberiancairan rendah sodium.
Diagnosa 2 :
Gangguan kebutuhan nutrisi minus dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual
dan muntah.
Tujuan :

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien berkembang/berubah naik, diet habis 1 porsi yang disediakan,
mual, muntah tidak ada.
Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen
(palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil
tapi sering.Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien
Diagnosa 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan memanfaatkan sabun
nonalkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi
bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
antifungisesuai indikasi.
Diagnosa 4 :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi
klien.Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberiantherapi analgetik sesuai indikasi.
Diagnosa 5 :
Minus pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
Tujuan :
Pengetahuan keluarga berkembang/berubah naik
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
keluargatidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui
pendidikankesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum
dimengertinya.Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
Diagnosa 6 :
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak
denganklien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
Libatkankeluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mendampingi klien.
EVALUASI
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh
3. Integritas kulit kembali normal
4. Rasa nyaman terpenuhi
5. Pengetahuan kelurga berkembang/berubah naik
6. Cemas pada klien teratasi.
ANALISA DATA
1. Sympton :
Ds :
klien mengatakan BAB mencret 3x di sertai muntah dan konsentrasi cair
Do :
kelopak mata sedikit cekung
turgor jelek
bising usus 16x / menit
konsistensi BAB cair
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Mengiritasi usus > Absorpsi terganggu > Peristaltic
usus > Merangsang usus untuk mengeluarkan cairan berlebihan > Mencret
> Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
Problem :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit
2. Symptom :
Ds :
klien mengatakan BAB mencret 3x di sertai muntah dan konsentrasi cair
Do :

kelopak mata sedikit cekung


turgor jelek
bising usus 16x / menit
konsistensi BAB cair
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Mengiritasi usus > Absorpsi terganggu > Peristaltic
usus > Merangsang usus untuk mengeluarkan cairan berlebihan > Mencret
> Gangguan pola eliminasi BAB
Problem :
Gangguan pola eliminasi BAB
3. Symptom :
Ds :
suami klien mengatakan istrinya tidak mau makan
Do :
berat badan menurun
BB awal : 55 Kg
BB saat sakit : 52 Kg
Klien lemah
Etiologi :
Masuknya bakteri kedalam usus > Fungsi usus terganggu > Peristaltic usus > Sari
sari makanan terbuang melalui feces > Penyerapan nutrisi berkurang
Problem :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Symptom :
Ds :
klien mengatakan kulit anus klien kemerahan dan perih
Do :
kulit anus kemerahan
Etiologi :
Frekuensi BAB sering > Feses bersifat asam > Memudahkan terjaddinya iritasi
> Potensial gangguan integritas kulit
Problem :
Gangguan integritas kulit
PROSES KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DIARE
1. Diagnose keperawataan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit sehubungan dengan sekresi cairan
yangberlebihan di tandai dengan :
Ds :
klien mengatakan BAB mencret 3x di sertai muntah dan konsentrasi cair

Do :
kelopak mata sedikit cekung
turgor jelek
bising usus 16x / menit
konsistensi BAB cair
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan elektrolit dapat terpenuhi dengan kriteria :
klien mengatakan BAB sudah jarang tidak mencret lagi dengan frekuensi BAB 1x /
hari
kelopak mata tidak cekung
turgor kulit baik
konsistensi feces lembek
bising usus normal 12x / menit
Intervensi :
observasi tanda-tanda vital
anjurkan kepada keluarga klien untuk pemberian minum setiap klien BAB
observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasionalisasi :
dengan mengobservasi tanda-tanda vital diharapkan dapat mengetahui keadaan
umum klien sehingga dapat mempermudah melakukan tindakan selanjutnya
dengan menganjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan mnum setiap klien
BAB diharapkan klien mau minum sehingga dapat mengganti cairan yang keluar
dengan mengobservasi tanda-tanda dehidrasi diharapkan dapat mengetahui derajat
dehidrasi klien
dengan berkolaburasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena diharapkan
dapat mengganati cairan yang keluar
dengan memberikan therapy obat sesuai advice dokter diharapkan klien tidak
muntah lagi
2. Diagnose keperawatan :
Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan absorpsi yang terganggu ditandai
dengan :
Ds :
klien mengatakan BAB mencret 3x di sertai muntah dan konsentrasi cair
Do :
kelopak mata sedikit cekung
turgor jelek
bising usus 16x / menit
konsistensi BAB cair
Tujuan :

Gangguan pola eliminasi dapat terpenuhi dengan kriteria :


suami pasien mengatakan frekuensi BAB normal dengan konsistensi feces lembek
kelopak mata tidak cekung
bising usus normal
Intervensi :
observasi frekuensi BAB
anjurkan kepada suami klien untuk melakukan tirah baring klien
berikan therapy sesuai advice dokter
Rasionalisasi :
dengan mengobservasi frekuensi BAB diharapkan mengetahui perkembangan pola
BAB klien dan dapat mempermudah melakukan tindakan selanjutnya
dengan menganjurkan kepada keluarga klien tirah baring diharapkan menurunkan
motilitas usus
dengan memberikan therapy obat sesuai advice dokter diharapkan klien tidak sering
BAB mencret lagi
3. Diagnose keperawatan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan penyerapan usus
terganggu ditandai dengan :
Ds :
suami klien mengatakan istrinya tidak mau makan
Do :
berat badan menurun
BB awal : 55 Kg
BB saat sakit : 52 Kg
Klien lemah
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria :
Suami klien mengatakan istri klien mau makan
Berat badan berkembang/berubah naik
Klien segar
Porsi makan habis 1 mangkok / 1 porsi
Intervensi :
Anjurkan pada klien pemberian makanan sedikit tapi sering
Sajikan makanan yang menarik
berikan makanan sesuai diit klien
Rasionalisasi :
dengan menganjurkan pemberian makanan sedikit tapi sering diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan menyajikan makanan yang menarik diharapkan klien tertarik untuk makan
dengan memberikan makanan sesuai diit diharapkan terhindar dari makanan yang
dapat membuat klien mencret

4. Diagnose keperawatan :
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan frekuensi BAB sering ditandai dengan :
Ds :
klien mengatakan kulit anus klien kemerahan dan perih
Do :
kulit anus kemerahan
Tujuan :
Gangguan integritas kulit dapat terpenuhi dengan kriteria :
suami klien mengatakan kulit di daerah anus klien tidak kemerahan lagi
Intervensi :
anjurkan pada suami klien untuk mengganti pakaian setiap klien BAB
anjurkan pada klien untuk pemberian cream ruam popok
Rasionalisasi :
dengan menganjurkan mengganti pakaian setiap klien BAB diharapkan mengetahui dapat
memberikan rasa nyaman pada klien dan mengurangi resiko integritas kulit
dengan menganjurkan pemberian cream ruam popok diharapkan dapat mengurangi kemerahan
dan lecet pada kulit daerah anus klien
Semoga Materi ini Bermanfaat Bagi Setiap Pembaca

Daftar pencarian:
laporan pendahuluan gastrointeritis pada anak, pengertian paregorik, 6 diagnosa keperawatan
tema gastroenteritis, pemenuhan gizi pada sindrom mal absorbsi, klasifikasi sindrom malabsorbsi
pdf, kasus askep malabsorpsi, diagnosa keperawatan diare, diagnosa diare sekretorik,
ciproflaxcin untuk bab lembek, asuhan keperawatan malabsorbsi, askep tentang penyakit
sindroma malabsorbsi, askep sindrom malabsorbsi kasus, askep sindrom malabsorbsi, askep
malabsorpsi, Askep malabsorbsi, 6 diagnosa keperawatan tema gastrointeritis, Pola aktivitas
diare
APR042014NOCOMMENTS

CONTOH SILABUS Keperawatan JIWA

Mata kuliah
Semester
Beban studi
Tempat /kuliah
Koordinator
Tim
2.
3.

RANCANGAN SILABUS
MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA
TAHUN AKADEMIK 20./20.
: Keperawatan Jiwa I
: IV (empat)
: 4 SKS
: Ruang kuliah
:
: 1.

A. DESKRIPSI MATA AJAR

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
1.
2.
3.

Mata kuliah ini membahas tentang konsep kesehatan jiwa, masalah kesehatan jiwa dalam
rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa, dan penekanannya pada upaya pencegahan primer,
sekunder, dan tertier kesehatan jiwa. Ditujukan pada klien dengan masalah adaptasi
biopsikososial spiritual dan gangguan jiwa dengan memanfaatkan pendekatan proses
keperawatan melalui komunikasi terapeutik serta memanfaatkan berbagai terapi modalitas.
Pengalaman belajar diperoleh melalui pengalaman belajar ceramah, penelaahan masalah,
simulasi roleplay, praktika dan penugasan perorangan untuk meningkatkan pemahaman dan
ketrampilan klinis mahasiswa dalam memberikan askep jiwa.
TUJUAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan peserta didik mampu :
Melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
Membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
Melaksanakan managemen stress, psikoterapi supportif, dan pendidikan kesehatan pada psien
dengan masalah psikososial
Melaksanakan tindakan kolaboratif pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
Melaksanakan terapi modalitas keperawatan
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
Melaksanakan dokumentasi askep pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan
kesehatan jiwa
LINGKUP BAHASAN
Konsep dasar kesehatan jiwa
Konsep dasar keperawatan jiwa dan Model konsep keperawatan jiwa
Hubungan terapeutik perawat klien
Proses keperawatan jiwa
Askep jiwa anak dan remaja, dan lansia
Askep pada klien dewasa dengan berbagai masalah
Terapi modalitas
EVALUASI
Penugasan
: 20%
Ujian Tengah Semester
: 30 %
Ujian Akhir Semester
: 50 %

PROGRAM PEMBELAJARAN
HARI/ TANGGAL/ POKOK BAHASAN

Senin 10.30-12.30

Senin 07.30-11.30

Sabtu 07.30-11.30

Selasa 10.30-12.30

Konsep dasar keperawatan jiwa

Konsep dasar keperawatan jiwa

..

..

Model Konseptual Keperawatan Jiwa

Model Konseptual Keperawatan Jiwa

..

..

Trend issue kesehatan jiwa

Trend issue kesehatan jiwa

Proses keperawatan jiwa

Proses keperawatan jiwa

..

Model Stress Adaptasi

Model Stress Adaptasi

..

Hubungan Terapeutik Perawat-Klien

Hubungan Terapeutik Perawat-Klien

..

Askep pada Klien dengan Halusinasi

Askep pada Klien dengan Halusinasi

..

NO

Mata Kuliah
Kelas/Semester
Tanggal
Waktu
A. Materi Pokok

RENCANA PEMBELAJARAN
: Keperawatan Jiwa
: Kep.A / IV (empat)
: . April 2014
: 2 x 40 menit

Model Stress Adaptasi


B. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menerapkan model stress adaptasi dalam pemberian keperawatan
C. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Stress
2. Mahasiswa dapat membedakan macam-macam stress
3. Mahasiswa dapat menyusun apa saja sumber stressor
4. Mahasiswa dapat memanfaatkan pandangan para ahli tentang stress
5. Mahasiswa dapat menanggapi perubahan-perubahan akibat stress
6. Mahasiswa dapat menggambarkan model stress kesehatan
7. Mahasiswa dapat memanfaatkan tahapan stress
8. Mahasiswa dapat mengontrol bagaimana cara reaksi tubuh terhadap stress
9. Mahasiswa dapat mengordinasikan/menetapkan faktor pengaruh respon terhadap stressor
10. Mahasiswa dapat mengelola manajemen stress
11. Mahasiswa dapat mendengarkan tentang konsep adaptasi
12. Mahasiswa dapat Membandingkan macam-macam adaptasi
13. Mahasiswa dapat memperjelas rentang respon stress adaptasi
14. Masiswa dapat menunjukkan proses keperawatan stress managemen stress untuk perawat
15. Mahasiswa dapat berlatih membuat asuhan keperawatan stress adaptasi

RENCANA PEMBELAJARAN
: Keperawatan Jiwa
: Kep.A / IV (empat)
: . April 2014
: 2 x 40 menit

Mata Kuliah
Kelas/Semester
Tanggal
Waktu
D. Materi Pokok
Asuhan Keperawatan (ASKEP) Pada Pasien Halusinasi
E. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dan membuat Asuhan Keperawatan (ASKEP) pada
Pasien Halusinasi
F. Tujuan Instruksional Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Halusinasi.


Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis Halusinasi.
Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis Halusinasi.
Mahasiswa dapat menggambarkan tabel intensitas dan proses terjadinya Halusinasi.
Mahasiswa mampu menjelaskan intensitas dan proses terjadinya Halusinasi.
Mahasiswa mampu membandingkan proses terjadinya Halusinasi tahap I, II, III, dan IV.

7. Mahasiswa mampu menguasai konsep dasar keperawatan Halusinasi.


8. Mahasiswa mampu menyusun langkah-langkah dalam pembuatan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Halusinasi.
9. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Halusinasi.
10. Mahasiswa dapat menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien Halusinasi.
11. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan tujuan tindakan keperawatan untuk pasien
Halusinasi.
12. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip tindakan keperawatan pada pasien Halusinasi.
13. Mahasiswa bersedia memperhatikan 4 hal yang dilakukan dalam melakukan tindakan
keperawatan pada pasien Halusinasi.
14. Mahasiswa bersedia berlatih melakukan 4 hal yang dilakukan dalam melakukan tindakan
keperawatan pada pasien Halusinasi.
15. Mahasiswa mampu mempraktekkan 4 hal yang dilakukan dalam melakukan tindakan
keperawatan pada pasien Halusinasi.
16. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga
pasien.
17. Mahasiswa dapat menjelaskan 3 tahapan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien.
18. Mahasiswa mampu menguasai konsep dan aturan penkes keluarga untuk merawat pasien
Halusinasi.
19. Mahasiswa dapat mengemukakan argumentasi mengenai peran perawat dalam
psikofarmakoterapi pada pasien Halusinasi.
20. Mahasiswa dapat memilih dan memutuskan pemberian psikofarmakoterapi sesuai jenis-jenis
Halusinasi yang diderita pasien.
21. Mahasiswa dapat mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga pasien.
22. Mahasiswa akan selalu menunjukkan sikap kepercayaan diri dalam menerapkan askep pada
pasiean Halusinasi
23. Mahasiswa dapat saling memberi penilaian mengenai hasil pembuatan Askep pada Pasien
Halusinasi.

RENCANA PEMBELAJARAN
: Keperawatan Jiwa
: Kep.A / IV (empat)
: . April 2014
: 2 x 40 menit

Mata Kuliah
Kelas/Semester
Tanggal
Waktu
G. Materi Pokok
Trend dan issue keperawatan jiwa
H. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu memahami trend dan issue keperawatan jiwa yang ada saat ini
I. Tujuan Instruksional Khusus
16. Mahasiswa dapat memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar

17. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan antara trend dan issue


18. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian trend dan issue keperawatan jiwa
19. Mahasiswa dapat menyebutkan kecenderungan trend dan issue keperawatan jiwa
20. Mahasiswa dapat menjelaskan kecenderungan trend dan issue keperawatan jiwa
21. Mahasiswa dapat membandingkan kecenderungan trend dan issue keperawatan jiwa dengan
sistem nilai yang ada di masyarakat
22. Mahasiswa dapat mendiskusikan trend dan issue keperawatan jiwa yang terjadi di masyarakat
23. Mahasisswa dapat memikirkan gagasan/ide tentang kecenderungan trend dan issue keperawatan
jiwa
24. Mahasiswa dapat menunjukkan sikap tidak setuju dengan trend bunuh diri pada anak dan
penggunaan NAPZA
25. Mahasiswa dapat memikirkan dampak dari impementasi pelayanan keperawatan mental psikiatri.

RENCANA PEMBELAJARAN
: Keperawatan Jiwa
: Kep.A / IV (empat)
: . April 2014
: 2 x 40 menit

Mata Kuliah
Kelas/Semester
Tanggal
Waktu
J. Materi Pokok
Hubungan Terapeutik Perawat-Klien
K. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menerapkan hubungan terapeutik antara perawat dan klien*
L. Tujuan Instruksional Khusus
26. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Hubungan Terapeutik
27. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan hubungan Terapeutik
28. Mahasiswa dapat membandingkan bermacam-macam teknik komunikasi
29. Mahasiswa dapat membedakan dimensi komunikasi
30. Mahasiswa dapat menggambarkan tabel prinsip teori kesadaran diri menurut Johari Widow
31. Mahasiswa dapat mempraktekkan kemampuan menjadi model melalui roleplay
32. Mahasiswa dapat merangkaikan 8 area komunikasi secara selaras
33. Mahasiswa dapat memanfaatkan tahapan hubungan terapeutik dalam bermain peran (roleplay)
34. Mahasiswa dapat memperhatikan contoh cara berkomunikasi non verbal
35. Mahasiswa dapat berlatih cara komunikasi terapeutik
36. Mahasiswa dapat saling memberi penilaian mengenai level komunikasi dalam roleplay

Daftar pencarian:
keperawatan jiwa semester 4, role play tentang kasus NAPZA, asuhan keperawatan stress
adaptasi, pengkajian keperawatan jiwa pdf free, aspek keselamatan jika terkena arcylamide, Mata
kuliah keperawatan jiwa, prinsip tindakan keperawatan pada pasien halusinasi, role play
halusinasi pada gangguan jiwa perawat dan pasien, manajemen stres untuk pasien halusinasi,
Role Play tentang kasus yang terkait trend dan issue dalam keperawatan, silabus jiwa, silabus

jiwa 1 untuk D3 keperawatan, soal kasus tentang halusinasi d3 keperawatan jiwa, soal kasus
terapi modalitas, soal pilihan ganda tentang laksative dengan jawabannya, trend dan issue
penggunaan tes oraquick untuk pasien HIV, trend dan isu penanganan penanggulangan aids,
trend pada lansia, artikel tren dan isu keperawatan jiwa tentang halusinasi, issue halusinasi,
hubungan terapeutik perawat- klien dalam mata kulia keperawatan jiwa, askep komonitas d3
pada lansia, askep role play jiwa tema berduka, asuhan keperawatan askep tentang stress, contoh
askep stres adaptasi, contoh makalah model stres adaptasi kesehatan jiwa, contoh silabus
keperawatan jiwa, contoh soal beserta jawabannya konseptual kep jiwa, contoh soal dan jawaban
kasus jiwa gangguan pada lansia, contoh soal kasus keperawatan jiwa berhubungan dengan
terapiotik, contoh soal kasus lansia beserta jawaban, contoh soal keperawatan jiwa pada lansia,
contoh soal konsep keperawatan jiwa, contoh soal trend issu keperawatan jiwa, contoh soal ujian
trend dan isu kesehatan, contoh tindakan terapeotik tentang penyalah gunaan pisotropika, Tujuan
intruksional khusus pengkajian jiwa demensia

Posts navigation
Older posts
Newer posts

ARTIKEL TERAKHIR:

Etiologi Laporan Pendahuluan Dispepsia

Laporan Pendahuluan Gadar Dispepsia

Laporan Pendahuluan Pada Askep Dispepsia

Pathway Diare Cair Akut

Laporan Pendahuluan Dispepsia Beserta Pathway

Lp Dispepsia Beserta Pathway

Pathway Pada Gga

Contoh Lp Sindrom Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Lengkap

Laporan Pendahuluan Askep Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Pada Anak

Lp Febris Dispepsia

Pengertian Laporan Pendahuluan Dispepsia

Laporan Pendahuluan Tentang Penyakit Dispepsia

Pathway Askep Diare

Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Dispepsia

Laporan Pendahuluan Dispepsia Sindrom

Lp Dispepsia Lengkap Dengan Pathway

Laporan Pendahuluan Dan Askep Dispepsia

Pathway Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

Pathway Diare Cair Akut Pada Anak

Clinical Pathway Diare

Clinical Pathway Diare Akut

Laporan Pendahuluan Dispepsia Download

Pathway Diare Pada Anak

ARCHIVES
Archives

KUNJUNGAN:

PENCARIAN TERAKHIR:
komplikasi gastritis, pengertian obat tetes hidung, pathway typoid mual, soal pilihan ganda
pengkajian pada sistem perkemihan, asuhan keperawatan paronychia, pathway
kemoterapi, resume asuhan keperawatan, apa itu anksiolitika,Soal ukom 2015 tentang nyeri
dada,pathway sc, laporan pendahuluan histerektomi pdf, pathway ulkus peptikum pdf, soal
pilihan ganda tentang pengkajian pada sistem perkemihan, soal dan jawaban sistem
perkemihan,patofisiologi memandikan, ILMU PENYAKIT DALAM DIABETES
MELLITUS,soal soal pengkajian sistem perkemihan pilgan, soal soal pengkajian sistem
perkemihan, contoh kasus askep penyakit jantung bawaan pada anak doc,patofisiologi gea
pdf, askep fraktur dengan komplikasi syndrom kompartement, askep anemia berdasarkan nic noc
atau nanda beserta studi kasus, pathway ameloblastoma,fraktur collum tali, lp kista ovarium
WordPress Theme | Viral by Hash Themes

Anda mungkin juga menyukai