Aminore Primer GG
Aminore Primer GG
PENDAHULUAN
Pubertas adalah perubahan fisik, emosional dan karakteristik seksual dari
fase anak-anak dan remaja. Transisi ini terjadi pada remaja perempuan
meliputi perubahan payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut aksilla, percepatan perkembangan dan dimulainya menstruasi atau
menarke yang merupakan peristiwa penting pada seorang perempuan.
Umumnya siklus pertama menstruasi terjadi pada usia antara 12 atau 13
tahun, dengan 98 % remaja perempuan sudah mengalami menarke sebelum
usia 15 tahun. Jarak yang normal antara siklus menstruasi antara 21-45 hari
dengan durasi haid 2-7 hari.1,2
Amenorea adalah masa ketika seorang perempuan tidak mengalami
menstruasi pada usia reproduksi. Secara umum amenorea terjadi pada saat
perempuan sedang hamil dan menyusui. Diluar masa tersebut amenorea
terjadi pada masa kanak-kanak dan setelah menopause.1
Amenorea diklasifikasikan sebagai amenorea primer dan sekunder
berdasarkan kapan terjadinya (sebelum atau sesudah menarke). Amenorea
didefinisikan primer ketika menarke tidak terjadi di usia 16 tahun pada
seorang
anak
perempuan
dengan
perkembangan
tanda-tanda
seks
sekundernya sempurna, atau di usia 14 tahun tanpa perkembangan tandatanda seks sekunder. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab
yang lebih berat dan sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan genetik.1,2
Angka kejadian amenorea yang bukan disebabkan oleh kehamilan,
laktasi dan menopause umumnya hanya berkisar antara 3-4%. Angka
kunjungan penderita amenorea primer pertahun umumnya tidak terlalu
banyak. Data yang berasal dari pusat rujukan hanya menunjukkan sekitar
10-15 kunjungan per tahunnya. Data dari RS Dr. Cipto Mangunkusumo
menunjukkan jumlah yang semakin meningkat tiap tahunnya. Pada tahun
2001, paling tidak terdapat kurang dari 10 kunjungan per tahun. Namun
pada tahun 2010 didapatkan hampir 50 kunjungan pertahun . Amenorea
1
primer terjadi pada sebanyak 42 % pasien RSCM yang berumur 17-20 tahun
sedangkan pasien yang berumur 16 tahun atau kurang hanya sebesar 13,3 %
(2001-2009). Penyebab amenorea primer yang sering adalah< disgenesis
gonad (50,4%), gangguan pada hipofisis atau hipotalamus (27,8%), dan
abnormalitas pada traktus genitalia (21,8%)1,2
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya
amenorea primer pada perempuan dan bagaimana pemeriksaan yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan berdasarkan
etiologinya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Amenorea primer berasal dari dua suku kata, yaitu amenorea yang
berarti tidak datangnya haid pada seorang wanita dan primer yang menyatakan
bahwa wanita tersebut belum pernah mengalami haid sebelumnya3.
Amenorea primer didefinisikan 1:
- Tidak terjadinya siklus haid pada umur 14 tahun disertai dengan tidak
adanya perkembangan tanda seksual sekunder (perkembangan payudara dan
-
semakin meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2001, paling tidak terdapat
kurang dari 10 kunjungan per tahun. Namun pada tahun 2010 didapatkan hampir
50 kunjungan pertahun . Penyebab amenorea yang paling sering adalah:
disgenesis gonad (50,4 %), gangguan apada hipofisis atau hipotalamus (27,8%),
dan abnormalitas pada traktus genitalia (21,8 %)1,4.
C. Etiopatogenesis
Evaluasi penyebab amenorea dilakukan berdasarkan pembagian 4
kompartemen, yaitu5:
Kompartemen I
Kompartemen II
Kompartemen III
Kompartemen IV
muskular dan tuba fallopi yang normal; tipe B, dengan karakteristik rudimenter
uteri yang asimetris dan tidak adanya tuba fallopi atau hipoplasia tuba fallopi.
Anomali urologik sering muncul ( 15-40%) dan malformasi skeletal (10-15%),
terutama pada tipe B2,6.
d. Sindrom Insensitivitas Androgen
Sindrom Insensitivitas Androgen (SIA) adalah penyebab ketiga paling sering
dari amenorea primer setelah disgenesis gonad dan agenesis mullerian. Pasien
dengan SIA memiliki kariotipe normal laki-laki (46,XY) dan testis yang
memproduksi testosterone dan AMH. Meskipun, mutasi yang tidak aktif pada
gen yang mengkode reseptor androgen intraseluler (yang berlokasi di lengan
panjang
kromosom
X,
Xq)
menghasilkan
insensitivitas
dalam
end
Pada kasuskasus yang meragukan, perlu diperhatikan dua tanda klinik yang
penting yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk menduga sindrom Turner,
yaitu tubuh yang pendek yang disertai dengan pertumbuhan tanda-tanda seks
sekunder yang sangat minimal atau tidak ada sama sekali6.
c. Sindrom Swyer
Penderita berfenotip wanita dengan kariotipe XY dengan sistem Mulleri
yang teraba, kadar testoteron wanita normal dan kurangnya perkembangan
seksual dikenal sebagai sindroma Swyer. Terdapat vagina, uterus, dan tuba
falopii, tetapi pada usia pubertas gagal terjadi perkembangan mammae dan
amenorea primer. Gonad hampir seluruhnya berupa berkas-berkas tak
berdiferensiasi kendati pun terdapat kromosom Y yang secara sitogenetik
normal. Pada kasus ini, gonad primitif gagal berdiferensiasi dan tak dapat
melaksanakan fungsi-fungsi testis, termasuk supremasi duktus Mulleri. Sel-sel
hillus dalam gonad mungkin mampu memproduksi sejumlah androgen; maka
dapat terjadi sedikit virilisasi, seperti pembesaran klitoris pada usia pubertas.
Pertumbuhan normal; tidak terdapat cacat penyerta. Transformasi tumor pada
gonadal ridge dapat terjadi pada berbagai usia, ekstirpasi gonadal streaks harus
dilakukan segera setelah diagnosis dibuat, tanpa memandang usia5,6
d. Premature Ovarian Failure
Keadaan ini seringkali terjadi, yaitu berupa habisnya folikel ovarium
yang terjadi lebih awal dari semestinya. Sekitar 1% wanita akan mengalami
kegagalan ovarium sebelum usia 40 tahun, dan pada wanita dengan amenorea
primer, frekuensi berkisar antara 10%-28%. Etiologi POF tidak diketahui pada
kebanyakan kasus. Kemungkinan merupakan akibat kelainan genetik dengan
8
Mengingat
dapat
digunakan
uji
provokasi.
Kadang-kadang
adanya
makan
merupakan
penyebab
sering
lainnya
yang
dari
para
atlit
wanita
mungkin
baik.
Hanya
tingkat
latihan
kerasnya.
Pemberian
terapi
hormonal
bisa
13
Adanya karakteristik seksual sekunder. Apakah rambut aksila dan pubisada dan ada
perkembangan payudara (lihat stadium Tanner). Jika tidak ada karakteristik seksual
sekunder, biasanya ada penundaan dalam pubertas karena malnutrisi(stunting),
penyakit kronis pada masa kanak-kanak, aktivitas fisik yang berlebihan yang
dikombinasikan dengan kurangnya asupan energi.
Usia ibu dan kakak perempuan saat menarche.Usia yang lebih tua saat menarche
bersifat herediter.
Penyakit kronis (di masa kecil) dan / atau riwayat penyakit mayor dalam 3 tahun
terakhir. Penyakit kronis yang melemahkan dapat menyebabkan anovulasi melalui
disfungsi hipotalamus.
14
Nyeri abdomen siklik. Bersama dengan massa abdominal, gejala ini bisa
mengindikasikan septum vagina atau himen imperforata
Berat badan. Penurunan berat badan yang berat Misalnya karena penyakit kronis
mempengaruhi fungsi hipotalamus.
Tabel 1.Temuanan amnesis dan pemeriksaan fisik yang terkait dengan amenorea9
Pemeriksaan
15
Analisa Kromosom11
Analisis kromosom sebaiknya dilakukan pasa wanita dengan amenorea primer
yang mana dicurigai terdapat abnormalitas kromosom. Buccal smears atau sampel
darah dapat digunakan untuk pemeriksaan ini.
Profil Hormon11
16
adanya
- Human
Chorionic
E. Penatalaksanaan
17
18
itu, suplementasi kalsium dan vitamin D sangat disarankan. Secara khusus, pada
atlet dengan trias atlet perempuan target terapi adalah untuk memulihkan menstruasi
melalui pengurangan aktivitas fisik, peningkatan berat badan, suplementasi kalsium
dan terapi estrogen.2,6
Sehubungan
dengan
sindrom
Kallmann,
target
terapi
adalah
untuk
20
F. Prognosis
21
KESIMPULAN
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi
pada wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder
normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual
sekunder. Gangguan yang ada bisa terjadi pada kompartemen I (gangguan pada uterus),
kompartemen II (gangguan pada ovarium), kompartemen III (gangguan pada hipofisis
anterior) atau pada kompartemen IV (gangguan pada sistem syaraf pusat). Penanganan
terhadap amenorea primer disesuaikan dengan kelainan yang terjadi. Kelainan yang
diakibatkan oleh kelainan endokrinologik, maka diberikan pengobatan yang berupa
pemberian hormonal. Bila kelainan bersifat psikis, maka pengobatan yang diberikan
adalah mengeliminasi trauma psikis, bila perlu bekerjasama dengan ahli jiwa.
Sedangkan kelainan yang diakibatkan oleh kelainan anatomik bisa diberikan dengan
memperbaiki kelainan anatomis selama hal itu dimungkinkan.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
22
Metabolism,
Growth
and
Reproduction:
Primary
and
Secondary
23