Disusun Oleh :
Nuzul Ashari
270110140094
Kelas D
Daftar Isi
BAB I........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
BAB II.......................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
2.1 Kondisi Geologi....................................................................................... 2
2.2 Kondisi Curah Hujan................................................................................. 3
BAB III......................................................................................................... 5
HASIL PENELITIAN....................................................................................... 5
3.1 Daerah yang Terkena Longsor dan Pergeseran Tanah.........................................5
3.2 Analisis Kemantapan Lereng.......................................................................9
BAB IV....................................................................................................... 16
PENUTUP................................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Bantarkawung dan sekitarnya, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah
2
merupakan daerah yang mempunyai potensi gerakan tanah yang cukup tinggi (Djadja
dkk, 2009). Sehingga potensi bencana longsor akan sangat besar terjadi pada daerah
tersebut. maka dari itu diperlukan suatu penyelidikan berupa kajian potensi gerakan
tanah pada daerah tersebut. Daerah yang diteliti secara geografis terletak pada
kordinat 10855 sampai 10905 Bujur Timur dan antara 710 sampai 725 Lintang
Selatan
Kegiatan ini berupa pengumpulan data lapangan yang berhubungan dengan
potensi/kerentanan gerakan tanah dan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan penentuan potensi/tingkat kerentanan gerakan tanah serta
kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan sekitar berupa lahan pemukiman serta
sarana-prasarana yang terdapat di daerah ini.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk
melakukan penyelidikan analisis risiko bencana gerakan tanah dan penyiapan tata
ruang bagi pembangunan wilayah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Lokasi mana sajakah yang sterkena longsor dan bagaimana pergerakan tanahnya ?
2. Bagaimana analisa kemantapan lereng pada daerah tersebut ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui lokasi lokasi yang terkena longsor serta pergerakan tanahnya.
2. mengetahui analisa kemantapan lereng pada daerah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Geologi
Menurut Darsoatmodjo, dkk (2008) Secara morfologi daerah penelitian
bervariasi dari pedataran hingga perbukitan yang terjal dan sangat terjal dengan
3
di
Kecamatan
Paguyangan
sebesar 3.158
hujan
terjadi
di
Bantar-kawung
Bumiayu
Tonjong
Larangan
Ketanggungan
hh/mm
hh/mm
hh/mm
hh/mm
hh/mm
Jan
13/142
18/205
18/175
18/288
17/377
Feb
17/497
15/262
25/251
16/350
13/323
Mar
23/394
27/338
20/392
14/180
15/352
April
15/133
19/273
7/61
14/308
13/285
Mei
5/17
6/29
6/25
5/49
4/40
Juni
3/2
5/22
2/19
3/37
2/25
Juli
0
0
Agst
0
4/1
4/2
3/41
2/26
Sept
4/7
0
0
0
0
Okt
19/263
20/514
20/479
8/159
6/141
Nop
24/304
17/403
16/249
12/212
10/236
Des
14/290
22/133
14/157
18/447
13/343
RATA2
11/171
13/182
10/150
8/172
7/178
Tabel 1. Banyaknya Hari Hujan (hh) dan Curah Hujan (mm) di Kabupaten Brebes dan Beberapa Tempat
Pengukuran (Sumber: Kab. Brebes Dalam Angka 2008).
Bulan
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Daerah yang Terkena Longsor dan Pergeseran Tanah
Berikut adalah beberapa daerah yang terkena longsor dan hasil analisis
pergerakan tananhya :
1. Longsor di Kota Bumiayu, berada di tebing Sungai Kali Erang dengan
ketinggian sekitar 7 meter, dinding hampir tegak, satu rumah hancur. Batuan
berupa endapan aluvial. Morfologi berelief sedang, termasuk kedalam
Formasi Kaliglagah (Tpg) yang ditumpangi oleh endapan aluvial. Tebal tanah
No
Uru
t
No.
Lokas
i
1.
BR01
BR02
2.
Kampung
Koordin
at
BT o
108 57
42
108 52
16
LS o
07 12
47
07 12
21
Kedalaman
Test Pit
(cm)
Tanah/
batuan
Tata Guna
Lahan
Kalinusu
150 cm
Lanau
Terlaya
150 cm
Lempung
Hutan kayu
dan bambu
Lempung
pasiran
3.
4
5.
6.
7.
8.
9
10
BR03
BR04
BR05
BR06
BR07
BR08
BR09
BR10
108 54
23
108 50
00
108 48
15
10859
03
108 54
16
10850
30
10849
00
10858
31
07 10
32
0709
30
07 08
00
0710
08
07 09
01
07 13
24
0710
47
0709
34
Sindang
Wangi
Ciputih
150 cm
Pasirr
Panjang
Pengarasan
Kemuning
150 cm
Tambang
Serang
Gunung
Larang
Gardu
150 cm
150 cm
150 cm
Lempung
lanauan
Pasir
Lempung
pasiran
Pasir
150 cm
Lempung
lanauan
Lempung
lanauan
Lempung
150 cm
Lempung
150 cm
Ladang,
semak,pohon
Pohon,
ladang
Ladang,
pemukiman
Ladang dan
pemukiman
Ladang,
pohon
Ladang
Ladang
Ladang,
pemukiman
Tabel 3. Sudut lereng kritis pada tiap lokasi contoh tanah / batuan untuk jenis gerakan tanah
translasi di Daerah Bantarkawung dan Sekitarnya, Kabupaten Brebes.
Sudut
Batuan/tanah
(Tanpa
Rh =0,1
Fs = 1,2
Gempa )
Rh =0,5
Rh=0,9
Lereng
(Dengan
Rh= 0,1
Kritis
Fs =1,2
Gempa)
Rh=0,5
Rh=0,9
23o
21o
19o
2o
1o
0o
2.BR-02 =
Lempung pasiran
(Terlaya)
21o
19o
17o
1o
0o
0o
3.BR-03 = Lempung
pasiran
(Sindangwangi)
21o
20o
19o
2o
1o
0o
4. BR-04 = Pasir
lanauan
(Ciputih)
22o
20o
18o
0o
0o
0o
5. BR-05 =Lempung
lanauan
(Pasirpanjang)
16o
15o
11o
0o
0o
0o
(Pengarasan)
24o
23o
21o
12o ?
11o ?
10o ?
7, CPG 7 =
Lempung lanauan
(Kemuning)
20o
18o
17o
0o
0o
0o
8. CPG 8 =
Lempung lanauan
(Tambakserang)
19o
18 o
17o
0o
0o
0o
9.CPG 9 = Lempung
(Gununglarang)
17o
16 o
15 o
0o
0o
0o
20 o
18 o
16 o
0o
0o
0o
1. BR-01 = Lanau
(Kalinusu)
6. BR-06 =Pasir
10. KA 10 =
Lempung (Gardu)
Analisis dengan menggunakan grafik, dengan cara : Cousin, Janbu, Duncan, Hock
& Bray (Wahyudin, dkk, 2007).
Analisis kemantapan lereng dilakukan untuk mendapatkan besarnya nilai
faktor keamanan (Fs) untuk masing-masing tanah pelapukan dari tiap satuan batuan.
Dari analisis ini diperoleh sudut kritis tiap jenis tanah pelapukan dengan sudut lereng
tertentu.Dari data gerakan tanah yang pernah terjadi di daerah penyelidikan umumnya
dari jenis gerakan tanah translasi, maka dalam melakukan analisis digunakan metoda
Fellenius (1955; Wahyudin, dkk, 2007)) yang dikembangkan dalam bentuk program
Fellenius untuk gerakan tanah translasi sehingga didapatkan nilai factor keamanan
yang sesuai dengan tipe gerakan tanah yang paling banyak terdapat di daerah
penyelidikan. Parameter atau sifat fisik tanah yang digunakan untuk analisa didapat
dari pengujian contoh tanah yang diambil di lapangan dan dianalisa di laboratorium
mekanika tanah dan batuan , untuk mendapatkan harga : Berat isi = ; Kohesi = c ;
Sudut geser dalam = Dalam melakukan analisis kemantapan lereng, tinggi muka air
tanah dari bidang lincir (Rh) diasumsikan sebagai berikut : untuk lapisan tanah kering
Rh = 0, 10 ; setengah jenuh Rh = 0,50 dan jenuh Rh = 0,90. Analisis dilakukan pada
model kemiringan lereng 0o sampai 80o yang hasilnya adalah nilai faktor keamanan
(Fs) tanpa gempa, dan nilai faktor keamanan (Fs) dengan gempa, kemudian dibuat
10
grafik yang menunjukan lereng dalam keadaan kering (Rh = 0,1), setengah jenuh (Rh
= 0,50), serta jenuh (Rh = 0,90), dengan nilai koefisen gempa maksimum 0,20 g
(gravitasi).
Dari grafik grafik tersebut diatas dapat diketahui sudut kemiringan lereng
kritis untuk masing-masing jenis tanah pelapukan batuan dengan asumsi faktor
keamanan Fs = 1,2 (Tabel 3). Sebagai contoh diilustrasikan pada gambar 3.
Potensi kerentanan gerakan tanah menggambarkan kecenderungan suatu
lereng alam untuk terkena gerakan tanah. Dalam menentukan potensi kerentanan
gerakan tanah di daerah penyelidikan digunakan data hasil pengamatan lapangan
meliputi: struktur, jenis batuan, geomorfologi, topografi, kemiringan lereng,
geohidrologi, tata guna lahan dan curah hujan serta hasil analisis kemantapan lereng
dengan menghitung faktor keamanan pada masing-masing tanah pelapukan batuan.
Selain itu data kejadian tanah longsor serta adanya gawir longsoran lama dan peta
Zonasi Kerentanan Tanah regional, juga merupakan parameter dalam menentukan
tingkat kerawanan terhadap tanah longsor. Evaluasi Kerentanan Gerakan Tanah
dilakukan untuk mengetahui:
1 Kestabilan lereng, antara lain dengan analisa kemantapan lereng untuk menentukan
tingkat potensi kerentanan gerakan tanah. Analisa kemantapan lereng ini tidak lepas
dari sifat mekanis tanah, kelerengan dan muka air tanah juga tergantung pada jenis
gerakan tanah yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi.
2 Lokasi/zona yang berpotensi tinggi mengalami gerakan tanah sehingga dapat
diantisipasi upaya penanggulangan secepat mungkin sebelum terjadi bencana gerakan
tanah.
3 Kemungkinan dampak longsoran terhadap lingkungan sekitar berupa pemukiman
serta sarana-prasarana yang ada di daerah itu sehingga dapat diantisipasi sedini
mungkin agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda bila terjadi
bencana gerakan tanah.
Akibat dari tingkat pelapukan yang tinggi pada batuan-batuan Tersier dan
11
Kemiringan
Lereng ()
0
15
6 15
15 <
Potensi Gerakan
Tanah
Sangat Rendah
Rendah
Menengah
Tinggi
Pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah jarang atau hampir
tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah
baru, kecuali pada daerah tidak luas pada tebing sungai. Yang termasuk kedalam zona
ini adalah daerah pedataran sepanjang aliran sungai besar/ utama yang mengalir ke
utara (daerah Pengarasan) dan selatan (daerah Kalilangkap). Luas daerah ini kurang
dari 5% dari seluruh luas daerah penyelidikan. Batuan penyusunnya adalah berupa
endapan aluvial (Qa).
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Termasuk kedalam zona ini adalah daerah yang mempunyai tingkat
kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini gerakan tanah
jarang terjadi kecuali jika mengalami gangguan pada lerengnya. Namun, jika terdapat
gerakan tanah lama umumnya lereng telah mantap kembali. Zona ini berupa daerahdaerah yang relatif jauh dari aliran sungai dan lembah dengan morfologi pedataran,
perbukitan berelief halus sampai sedang. Luas dari Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Rendah di daerah penyelidikan adalah sekitar 25 %.
Batuan penyusun umumnya berupa batuan vulkanik dari Formasi Kaliglagah
(Tpg) dengan tingkat pelapukan yang rendah dan tidak begitu terpengaruh aktifitas
sesar. Batuan-batuan yang berumur Kuarter seperti Formasi Gintung (Qpg), Formasi
Linggopodo (Qpl), Endapan Lahar (Qls) dan Endapan Gunungapi Muda (Qpm) tidak
mengalami pensesaran dan pelapukan yang cukup lanjut. Sehingga pada daerahdaerah yang disusun oleh formasi-formasi batuan tersebut cukup stabil dan memiliki
potensi gerakan tanah rendah. Tata guna lahan umumnya berupa pemukiman
peladangan, tegalan, kebun campuran dan pesawahan. Zona ini berselang seling
dengan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah dan juga terkadang muncul Zona
Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi.
Gerakan Tanah Rendah dan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. Perselingan ini
terutama dikontrol oleh faktor morfologi, litologi dan struktur yang berkembang.
Batuan-batuan Tersier yang tidak terlalu terpengaruh oleh struktur apalagi dengan
relief yang tidak terlalu kasar memiliki kecenderungan untuk memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah menegah. Luas dari zona ini sekitar 50% dari seluruh
daerah penyelidikan.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa parameter yang digunakan, maka daerah penyelidikan
dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) zona kerentanan gerakan tanah, yaitu Zona
Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah, Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah,
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah dan Zona kerentanan Gerakan Tanah
Tinggi. Sebagian besar daerah penelitian berupa Zona Kerentanan Gerakan Tanah
16
Rendah dan Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah, dan sebagian kecil berupa
Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi.
Formasi-formasi batuan yang berumur Tersier terutama yang dikontrol oleh
struktur (zona sesar) dengan yang terjal dengan kemiringan lebih dari 15 memiliki
kecenderungan
yang
relatif
tinggi
akan
terjadinya
gerakan
tanah.
Sesar
Daftar Pustaka
17
18