Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

BAB IV
METODOLOGI

4.1. UMUM
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar tidak
terjadi genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang
dapat

menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut.

Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem
yang paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga, sistem
bangunan infrastruktur lainnya. Sehingga apabila cukup banyak limbah cair
yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses
ini disebut dengan sistem drainase.
Pada perencanaan dan pengembangan sistem drainase kota perlu kombinasi
antara perkembangan perkotaan, daerah rural dan daerah aliran sungai (DAS).
Untuk pengembangan suatu wilayah baru di perkotaan, perancangannya harus
disesuaikan dengan sistem drainase alami yang sudah ada maupun yang telah
dibuat.
Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan, air
yang mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak
menimbulkan genangan-genangan yang dapat mengganggu aktivitas di
perkotaan dan bahkan dapat menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama
yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan pemukiman kota.
Namun bagi perkembangan sumber daya air, perlu diperhatikan pula daerah
resapan yang bisa difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma ke
laut karena merupakan sumber air yang dapat dipakai pada musim kemarau.
Ukuran dan kapasitas saluran sistem drainase yang semakin ke hilir semakin
besar, karena semakin luas daerah alirannya. Sebuah sistem drainasi harus
IV-1

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

dirancang dengan usaha-usaha secara terpadu yaitu secara teknis maupun


non teknis. Secara teknis, perencanaan harus berdasarkan atas filosofi bahwa
air harus secepatnya dialirkan dan seminimal mungkin menggenang di suatu
kawasan. Oleh karena itu sistem drainasi dapat berupa:
1. Tampungan (waduk/bozem/retardasi basin),
2. Saluran drainase.
3. Konservasi air (sumur resapan, waduk/danau kota, hutan kota)
Fungsi dari drainase adalah:
Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari
genangan air atau banjir.
Apabila air dapat mengalir dengan lancar maka drainase juga berfungsi
memperkecil resiko kesehatan lingkungan: bebas dari malaria (nyamuk)
dan penyakit lainnya.
Drainase juga dipakai untuk pembuangan air rumah tangga. Semua sistem
aliran pembuangan rumah dialirkan menuju sistem drainase. Dalam
menentukan dimensi sistem drainase, intensitas hujan dengan periode
ulang tertentu di suatu sistem jaringan drainase dipakai sebagai dasar
analisis perhitungan karena kuantitasnya jauh lebih besar dibandingkan
aliran dari rumah tangga atau domestik lainnya.
Di daerah perkotaan dengan permukiman yang padat pelaksanaan konstruksi
maupun dan pemeliharaan sistem drainase di wilayah kota yang sudah padat
sering kali mengalami berbagai kendala antara lain:
Kurangnya lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah
berfungsi untuk tata guna lahan tertentu.
Pemeliharaan saluran juga mengalami kesulitan karena bagian atas sudah
ditutup oleh bangunan.
Sampah terutama sampah domestik banyak menumpuk di saluran
sehingga

mengakibatkan

pengurangan

kapasitas

dan

penyumbatan

saluran. Pemahaman masyarakat bahwa sungai (drainase) sebagai tempat


buangan sudah menjadi budaya yang sulit untuk dihilangkan.
Akibat sampah, sedimentasi, atau tersumbatnya saluran maka perlu
dilakukan pemeliharaan secara kontinyu. Kenyataan di hampir seluruh kota
di Indonesia dana untuk pemeliharaan sangat terbatas.
IV-2

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Sistem

drainase

sering

tidak

berfungsi

optimal

akibat

adanya

pembangunan infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat


keberadaan sistem drainase seperti jalan, kabel telkom, pipa PDAM.
Secara estetika, drainase tidak merupakan infrastruktur yang bisa dilihat
keindahannya karena fungsinya sebagai pembuangan air dari semua
sumber. Umumnya drainase di perkotaan kumuh dari berbau tak sedap.
Pengertian Rencana Sistem Jaringan Drainase Tersier (RSJDT) adalah sebagai
berikut :
RSJDT adalah penjabaran SDMP (Surabaya Drainage Master Plan) sehingga
secara teknis merupakan pedoman bagi pelaksanaan pembangunan dan
pengendalian sistem jaringan drainase tersier di lapangan, dan menjadi
instrument dalam pengelolaan saluran bagi Pemerintah Daerah, Swasta
maupun Masyarakat.
RSJDT adalah rencana yang berisi arahan teknis sistem saluran drainase
tersier dalam bentuk gambar rencana jaringan, yang disusun untuk
perwujudan sistem jaringan drainase tersier di wilayah Sub Sistem
Pematusan Greges.
RSJDT memuat strategi, kebijakan, dan arahan-arahan dalam rangka
mewujudkan suatu pola pengelolaan sistem jaringan drainase tersier yang
terpadu untuk mengatasi permasalah saluran dan banjir di Kota Surabaya,
khususnya di wilayah Sub Sistem Pematusan Greges.

4.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


Pokok permasalahan yang dihadapi adalah :
a) Sedimen dan sampah di saluran menyebabkan kapasitas saluran berkurang.
b) Saluran tertutup dan berbelok memasuki daerah pemukiman padat,
sehingga menghambat kecepatan aliran dan menyulitkan perawatan
saluran.
c) Beberapa saluran sekunder yang ada elevasinya lebih tinggi daripada
elevasi saluran tersier sehingga aliran tidak bisa masuk ke saluran
sekundernya.
d) Kapasitas saluran tersier yang mulai menyempit akibat dari adanya
pembangunan rumah dan perkantoran.
IV-3

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

e) Masih

rendahnya

kesadaran

masyarakat

dalam

memelihara

saluran

drainase di sekitar lingkungan tempat tinggal.

4.3. KETERSEDIAAN DATA


Kegiatan penyusunan Rencana Sistem Jaringan Drainase Tersier (SJDT) pada
Sub Sistem Pematusan Greges, meliputi : identifikasi daerah perencanaan,
pengumpulan data, analisa data teknis dan data sosial ekonomi, menetapkan
standart bentuk saluran, penggunaan rumus-rumus disesuaikan dengan
kondisi topografi wilayah perencanaan dan kebijakan-kebijakan yang ditempuh
berdasarkan peraturan yang berlaku, untuk memperoleh data dimaksud ada
beberapa cara antara lain dengan uraian sebagai berikut :
a) Data Primer
- Survei lapangan
- Wawancara
b) Data Sekunder
Data/informasi dari Dinas/Instansi serta dari Kecamatan dan Kelurahan
juga penjaringan informasi dari masyarakat.
c) Data-data teknis dan sosial ekonomi terkait dengan jaringan pematusan
dan juga data saluran tepi jalan yang diperlukan, serta peta lokasi
banjir/genangan terbaru, setelah adanya program pembangunan saluran di
lokasi perencanaan.
d) Melakukan

evaluasi

serta

analisa

terhadap

pembangunan

dan/atau

peningkatan sarana prasarana drainase yang telah dilaksanakan.

4.4. PENDEKATAN UMUM


Untuk membuat Rencana Sistem Jaringan Drainase Tersier (SJDT) pada Sub
Sistem Pematusan Greges, akan digunakan pendekatan sebagai berikut:
1) Gambaran umum, situasi, dan kondisi eksisting wilayah perencanaan,
meliputi kondisi fisik, tata ruang dan tata guna lahan, sistem saluran yang
ada, genangan banjir serta kondisi sosial ekonomi, masyarakat, untuk

IV-4

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

mengetahui potensi yang ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi


di sekitar wilayah perencanaan.
2) Sistem dan pola aliran air sistem drainase tersier untuk mengetahui
kebutuhan akan fasilitas, kapasitas daya tampung, sarana dan prasarana
penunjang yang diperlukan untuk mewujudkan suatu sistem jaringan yang
terpadu
3) Pola

kehidupan

sosial

kemasyarakatan

untuk

mengetahui

tingkat

keterlibatan, peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan


saluran di wilayah perencanaan.
4) Pekerjaan analisis pada tahap ini selanjutnya diintegrasikan dengan hasil
kajian secara teoritis untuk kemudian menjadi masukan dalam proses
penyusunan rancangan rencana.

4.5. METODOLOGI
Dalam rangka menangani pelaksanaan tersebut, pendekatan teknis disusun
dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
Tahap I

: Tahap Pendataan dan Identifikasi

Tahap II

: Tahap Perencanaan

Tahap III

4.5.1.

Tahap Pelaporan

Tahap Pendataan dan Identifikasi

Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


a) Penyusunan rencana kerja
Rencana kerja merupakan langkah-langkah utama dan strategis yang akan
diambil dalam pelaksanaan pekerjaan untuk mendukung pendekatan
metodologi yang telah disusun. Dalam rencana kerja akan dikerahkan
semua potensi sumber daya menyangkut sumber daya manusia, sumber
daya peralatan, alokasi pendanaan disesuaikan dengan jadwal yang
tersedia.
b) Review studi literatur
Terkait dengan pengumpulan data-data awal termasuk didalamnya adalah
pengumpulan laporan studi terdahulu maupun literatur yang terkait
dengan pekerjaan ini.
IV-5

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Review studi dilakukan terutama dilakukan terhadap laporan-laporan studi


terdahulu yang terkait maupun data lainnya yang telah terkumpul
sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang
kondisi pekerjaan. Kegiatan ini akan sangat penting artinya karena akan
menentukan strategi langkah berikutnya termasuk dalam menentukan
beberapa alternatif awal pemecahan masalah maupun program survey dan
pengumpulan data ke lapangan.
c) Survey/observasi lapangan & pendataan, terdiri dari :
a. Survey primer (lokasi)
- Survey topografi
- Survey sistem jaringan drainase yang ada & jaringan jalan
- Potensi & permasalahan umum
- Survey lingkungan/sosial & ekonomi
- Survey status & kondisi lahan
b. Survey sekunder (instansi)
- Data Hidrologi
- Data Peta Rencana Tataguna Lahan dan RTRK
- Data Lahan, Ekonomi dan Kependudukan
- Data Jaringan Jalan dan Drainase
- SDMP, RTRW, RDTRK, RPJP, RPJM
- Perumahan/pemukiman & jaringan utilitas lain
- Pengelolaan persampahan

4.5.2.

Tahap Perencanaan

Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


a) Kompilasi data hasil survey
Mengkompilasi data hasil survei dan pengukuran dalam bentuk tabel dan
yang akan berisi :
Peta Survei, pengukuran dan pendataan lapangan.
Pemetaan tanah, topographi, kontour tanah/saluran, tingkat kemiringan
yang terkait SJDT.
Updating peta - peta hasil survei, pengukuran dan pendataan lapangan.
Menyusun peta rencana.
b) Identifikasi kondisi drainase
IV-6

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Identifikasi sistem jaringan drainase melalui SDMP :


Saluran drainase primer adalah saluran yang bermuara ke laut, boezem,
Kali Mas dan Kali Wonokromo dengan luas daerah aliran (Catchment Area)
lebih besar dari pada 200 hektar.
Saluran drainase sekunder adalah saluran yang bermuara kesaluran primer
dengan luas maksimum daerah aliran (catchment area) sekitar 200 hektar,
apabila 2 (dua) saluran sekunder bertemu di satu titik maka saluran primer
dimulai pada titik itu, atau batasan luas 200 hektar telah dilampaui dan
belum bertemu saluran sekunder lain maka saluran primer dimulai dari
titik yang mempunyai daerah aliran lebih besar dari 200 hektar, bisa juga
saluran sekunder bermuara ke laut, boezem, Kali Mas dan Kali Wonokromo
asal tidak melebihi batasan luas daerah aliran sebesar 200 hektar
tersebut.
Saluran drainase tersier adalah saluran yang bermuara ke saluran
sekunder dengan luas daerah aliran (catchment area) lebih kecil dari pada
10 hektar, apabila 2 (dua) saluran tersier bertemu di satu titik maka
saluran sekunder bermula dari titik tersebut, atau batasan luas 10 hektar
telah dilampaui dan belum bertemu saluran tersier lain maka saluran
sekunder dimulai dari titik yang mempunyai daerah aliran lebih besar dari
10 hektar, bisa juga saluran tersier bermuara ke laut, boezem, Kali Mas
dan Kali Wonokromo asal tidak melebihi luas daerah aliran sebesar 10
hektar tersebut. Batasan luas daerah aliran 10 hektar tersebut adalah
untuk memudahkan operasi & pemeliharaan oleh masyarakat dengan kerja
bakti membersihkan saluran dengan lebar penampang saluran tersier
sekitar 1,5 s/d 2,0 meter dan kedalaman saluran tersier sekitar 1,5 meter.
Saluran kwarter pinggir jalan dan luas daerah aliran petak kwarter tidak
didefinisikan oleh SDMP, menurut hirarki di awal dari saluran tersier adalah
pertemuan dari 2 kwarter dengan luas petak kwarter yang akan di
tentukan kemudian di dalam tahapan perencanaan.
c) Analisa terhadap berbagai aspek (hasil survey primer & sekunder)
1)

Analisa hidrologi

IV-7

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Untuk keperluan rencana sistem jaringan drainase, data hidrologi yang


diperlukan adalah data curah hujan rerata di daerah pengaliran. Data ini
harus dikumpulkan dengan jangka waktu yang cukup panjang dari
beberapa stasiun penakar hujan sehingga diperoleh hasil perhitungan
yang teliti.
1. Uji Konsistensi Data
Uji konsistensi data dilakukan jika data hujan tidak konsisten karena
perubahan atau gangguan lingkungan disekitar tempat penakar hujan
dipasang, yang memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap trend
semula. Hal tersebut dapat diselidiki dengan menggunakan lengkung
massa ganda.
Apabila terjadi penyimpangan ABC maka dapat dikoreksi menjadi
garis ABC dengan rumus sebagai berikut (Nemec,1973:178) :

dengan :
Hz

: data hujan terkoreksi (mm)

Ho

: data hujan pada stasiun pengamatan (mm)

Tg

: kemiringan garis sebelum penyimpangan

Tg

: kemiringan garis setelah penyimpangan

IV-8

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Gambar 4.1. Lengkung Massa Ganda


2. Curah Hujan Rerata Daerah (Average Basin Rainfall)
Untuk menentukan besarnya curah hujan rerata daerah digunakan
cara polygon Theissen dengan memperhatikan sebaran dari n stasiun
hujan yang tidak merata. Cara ini memberikan bobot tertentu untuk
setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap stasiun hujan
dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu.
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos
penakar

hujan

(pos

pengamatan)

untuk

mengakomodasi

ketidakseragaman jarak.
Daerah pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos
pengamatan terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos
pengamatan yang satu dengan pos pengamatan lainnya adalah linier
dan bahwa sembarang pos pengamatan dianggap dapat mewakili
kawasan terdekat.

IV-9

Batas DPS

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Hasil perhitungan dengan menggunakan metode poligon thiessen


A1

lebih akurat dibandingkan dengan metode rata-rata aljabar. Akan


A3 penentuan titik pengamatan akan mempengaruhi ketelitian
tetapi

hasil yang didapat. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas
antara
500 5000 km2, dan jumlah pos penakar hujan terbatas
A2
dibandingkan dengan luasnya.
Disamping itu metoda ini dipakai apabila stasiun-stasiun pencatat
curah hujan ini terletak didalam daerah tangkapan lokasi pekerjaan
(cacthment area) sehingga dapat diketahui luas yang dapat dicakup

A4

oleh masing-masing stasiun pencatat curah hujan.


P.4

Jika wilayah yang akan dianalisa tidak termasuk dalam pengaruh


P.3

P.2
stasiun
curah hujan atau dalam artian lain bahwa stasiun yang ada

terletak di luar cacthment area, metoda ini agak kurang cocok untuk
digunakan.
Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
1)
P.1

Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos
penakar dibuat garis lurus penghubung.

2)

Tarik garis tegak lurus ditengah-tengah tiap garis penghubung


sedemikian rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen.
Semua titik dalam satu poligon akan mempunyai jarak
terdekat

dengan

pos

penakar

yang

ada

di

dalamnya

dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya. Selanjutnya


curah hujan pada pos tersebut dianggap representasi hujan
pada kawasan dalam poligon yang bersangkutan.

3)

IV-10

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Gambar 4.2. Metode Poligon Thiessen


4)

Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dengan


planimeter dan luas total DAS (A) dapat diketahui dengan
menjumlahkan semua luasan poligon.

5)

Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut


:
(Sosrodarsono, 1983:27)

P1, P2, ., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar


hujan 1, 2, ., n. sedangkan A1, A2, ., An adalah luas areal
poligon 1, 2, ., n. serta n adalah banyaknya pos penakar
hujan.
3. Hujan Rancangan
Hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan yang mungkin
terjadi

di

suatu

daerah

dengan

kala

ulang

tertentu.

Dalam

perencanaan ini, perhitungan hujan rancangan maksimum dipilih cara


Log Pearson III dengan pertimbangan bahwa cara ini lebih fleksibel
dan dapat dipakai untuk semua sebaran data (Pilgrim, 1991:207).
Langkah-langkah

perhitungan

hujan

rancangan

adalah

sebagai

berikut (Soemarto, 1987: 243) :


1.

Hujan harian maksimum diubah dalam bentuk logaritma.


IV-11

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

2.

Menghitung harga logaritma rata-rata dengan persamaan :

3.

Hitung Simpangan Baku(standar deviasi) dengan persamaan :

4.

Hitung koefisien kemencengan (Cs) dengan persamaan :

5.

Hitung harga logaritma XT sesuai persamaan :

6.

Besarnya curah hujan rancangan adalah antilog dari log XT.


Dengan :
log Xi

: nilai logaritma dari hujan rata-rata maksimum daerah.


: rata-rata logaritma hujan rata-rata maksimum daerah.

: simpangan baku (standar deviasi).

Cs

: koefisien kepencengan.

: jumlah data.

: variabel

yang besarnya tergantung

pada

harga

koefisien kepencengan dan harga kala ulangnya.


Log XT

: nilai logaritma dari curah hujan rancangan dengan kala


ulang tertentu.

Tabel 4.1.

Faktor Frekuensi G Untuk Distribusi Log Pearson Tipe III

IV-12

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Sumber: Dr. M. M. A. Shahin / Statistical Analysis in Hydrology

4. Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi


IV-13

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Pengujian parameter yang biasanya dilakukan adalah :


Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov, sering disebut juga uji kecocokan
non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan/selisih
terbesar antara peluang pengamatan (empiris) dengan peluang
teoritis, atau dalam bentuk persamaan dapat di tulis seperti berikut
(Harto, 1993:180):
maks =
Keterangan :
maks

Selisih data probabilitas teoritis dan empiris

Pe

Peluang empiris

Pt

Peluang teoritis

Kemudian dibandingkan antara maks dan cr dari tabel. Interpretasinya


adalah :
1.

max < cr, maka distribusi teoritis yang digunakan dapat

diterima
2.

max > cr, maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat

diterima
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
a. Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya)
dan tentukan besarnya peluang dari masing-masing data tersebut
:
Menghitung peluang empiris dengan rumus dari Weibull

Dalam hal ini :


Pe

= Peluang empiris (%)

= Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan

= Banyaknya data
IV-14

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

b. Tentukan

nilai

masing-masing

peluang

teoritis

dengan

memasukkan persamaan disribusinya.


c. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih tersebarnya
antara peluang pengamatan dengan peluang teoritis.
= maksimum [ PePt ]
d. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov Test) tentukan
harga cr, apabila lebih kecil dari harga cr maka distribusi
teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi
dapat diterima, apabila sebaliknya maka teoritis yang digunakan
untuk menentukan persamaan distribusi tidak dapat diterima.
Tabel 4.2. Nilai Kritis cr untuk Uji Smirnov-Kolmogorov

1
2
3
4
5
6
7

20%
0.9
0.684
0.565
0.494
0.446
0.41
0.381

Level of
15%
0.925
0.726
0.597
0.525
0.474
0.436
0.405

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
N>
50

0.358
0.339
0.322
0.307
0.295
0.284
0.274
0.266
0.258
0.25
0.244
0.237
0.231
1,07
N0,5

0.381
0.36
0.342
0.326
0.313
0.302
0.292
0.283
0.274
0.266
0.259
0.252
0.246
1,14
N0,5

Significance ()
10%
5%
0.95
0.975
0.776
0.842
0.642
0.708
0.564
0.624
0.51
0.563
0.47
0.521
0.438
0.486
0.445
0.411
7
0.388
0.432
0.368
0.409
0.352
0.391
0.338
0.375
0.325
0.361
0.314
0.349
0.304
0.338
0.295
0.328
0.286
0.318
0.278
0.309
0.272
0.301
0.264
0.294
1,22
1,36
0,5
N
N0,5

1%
0.995
0.929
0.829
0.734
0.669
0.618
0.577
0.543
0.514
0.486
0.468
0.45
0.433
0.418
0.404
0.391
0.38
0.37
0.361
0.352
1,63
N0,5
IV-15

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Sumber: Bonnier, 1980


Uji Chi-Kuadrat
Tes

uji

chi-Square

dimaksudkan

untuk

menentukan

apakah

persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari


distribusi statistik sampel data yang dianalisa.
Persamaan yang digunakan dalam uji chi-Square adalah (Shahin,
1976:186):

2hitung

dengan :
2hitung

= Parameter chi-kuadrat terhitung

OF

= Nilai yang diamati (observed frequency)

EF

= Nilai yang diharapkan (expected frequency)

= Jumlah kelas distribusi

= Banyaknya data

Jumlah kelas distribusi dihitung dengan rumus (Shahin, 1976:186) :


K = 1 + 3,22 log n
Sedangkan

harga

derajat

kebebasan

dapat

dicari

dengan

persamaan (Shahin,1976:186) :
Dk = k 1 m
dengan :
K

: Jumlah klas distribusi

: Banyaknya data

Dk : Derajat kebebasan
K

: Jumlah klas distribusi

: Parameter, untuk chi-Square = 2

Besarnya

nilai

kritis

(Xcr2)

dapat

dilihat

pada

Lampiran

3.

Interpretasinya :
IV-16

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

1.

2hitung

< Xcr2 , maka distribusi teoritis yang digunakan dapat

diterima
2.

2hitung > Xcr2 , maka distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat

diterima.

PROSEDUR UJI CHI-KUADRAT :


a. Menentukan jumlah kelas dengan memasukkan nilai n (jumlah
data) dalam rumus .
b. Menghitung nilai yang diharapkan (EF: expected frequency) dari
masing-masing kelas.
c. Jumlahkan data pengamatan dalam

tiap-tiap kelas sebesar OF

(OF: observed frequency).


d. Tiap-tiap kelas dihitung nilai:

e. Jumlahkan seluruh nilai dari point (d) untuk menentukan nilai ChiKuadrat hitung.
f.

Tentukan derajat kebebasan v = K m 1 (nilai m = 2, untuk


distribusi normal dan binomial, dan nilai m = 1, untuk distribusi
poisson) dan nilai untuk menentukan besarnya nilai Chi-Kuadrat
kritis (X2cr)

g. Bandingkan nilai X2 hitung dengan X2 kritis, jika X2hit >X2Cr maka


distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima dan sebaliknya.

IV-17

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Tabel 4.3. Nilai Kritis untuk Distribusi Chi-Kuadrat

1
2
3
4

Derajat Kepercayaan
0.975
0.950 0.050 0.025

0,995

0,99

0,000039

0,00015

0,00098

0,0039

0,0100

0,0201

0,0506

0,103

0,0717
0,207

0,115
0,297

0,216
0,484

0,352
0,711

0,412

0,554

0,831

1,145

0,676

0,872

1,237

1,635

0,989

1,239

1,690

2,167

1,344

1,646

2,180

2,733

1,735

2,088

2,700

3,325

2,156

2,558

3,247

3,940

2,603

3,053

3,816

4,575

3,074

3,571

4,404

5,226

3,565

4,107

5,009

5,892

4,075

4,660

5,629

6,571

4,601

5,229

6,262

7,261

5,142

5,812

6,908

7,962

1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6

0.01

0.005
7,879

3,841

5,024

6,635

5,991

7,378

9,210

10,59

11,34

7
12,83

11,14

5
13,27

8
14,86

11,07

3
12,83

7
15,08

0
16,75

0
12,59

2
14,44

6
16,81

0
18,54

2
14,06

9
16,01

2
18,47

8
20,27

7
15,50

3
17,53

5
20,09

8
21,95

7
16,91

5
19,02

0
21,66

5
23,58

9
18,30

3
20,48

6
23,20

9
25,18

7
19,67

3
21,92

9
24,72

8
26,75

5
21,02

0
23,33

5
26,21

7
28,30

6
22,36

7
24,73

7
27,68

0
29,81

2
23,68

6
26,11

8
29,14

9
31,31

5
24,99

9
27,48

1
30,57

9
32,80

6
26,29

8
28,84

8
32,00

1
34,26

7,815
9,488

9,348

IV-18

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
3
0

5,697

6,408

7,564

8,672

6,265

7,015

8,231

9,390

6,844

7,633

8,907

10,117

7,434

8,260

9,591

10,851

8,034

8,897

10,283

11,591

8,643

9,542

10,982

12,338

9,260

10,196

11,689

13,091

9,886

10,856

12,401

13,848

10,520

11,524

13,120

14,611

11,160

12,198

13,844

15,379

11,808

12,879

14,573

16,151

12,461

13,565

15,308

16,928

13,121

14,256

16,047

17,708

13,787

14,953

16,791

18,493

27,58

30,19

33,40

35,71

7
28,86

1
31,52

9
34,80

8
37,15

9
30,14

6
32,85

5
36,19

6
38,58

4
31,41

2
34,17

1
37,56

2
39,99

0
32,67

0
35,47

6
38,93

7
41,40

1
33,92

9
36,78

2
40,28

1
42,79

4
36,17

1
38,07

9
41,63

6
44,18

2
36,41

6
39,36

8
42,98

1
45,55

5
37,65

4
40,64

0
44,31

8
46,92

2
38,88

6
41,92

4
45,64

8
48,29

5
40,11

3
43,19

2
46,96

0
49,64

3
41,33

4
44,46

3
48,27

5
50,99

7
42,55

1
45,72

8
49,58

3
52,33

7
43,77

2
46,97

8
50,89

6
53,67

Sumber: Bonnier, 1980

5. Debit Banjir Rancangan


Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainasi, terlebih dahulu harus
dihitung jumlah air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang
akan dibuang melalui saluran drainasi tersebut. Debit banjir (Qb)
adalah debit air hujan (Q1) ditambah debit air kotor (Q2). Untuk
memperoleh

debit

banjir

rancangan,

maka

debit

banjir

hasil

perhitungan ditambah dengan kandungan sedimen yang terdapat

IV-19

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

dalam

aliran

banjir

sebesar

10%

sehingga

diperoleh

hasil

(Sosrodarsono,1994:328) :
QRanc = 1,1 x Qbanjir
QRanc = 1,1 x ( Q1 + Q2 )
Dalam perhitungan ini, kecepatan aliran banjir dianggap konstan
meskipun konsentrasi sedimen tinggi.
Debit Akibat Curah Hujan
Untuk menghitung debit air hujan dalam mendimensi saluran drainasi
digunakan

metode

rasional,

karena

dapat

digunakan

untuk

perencanaan drainasi daerah pengaliran yang relatif sempit (Suyono


Sosrodarsono, 1983:144). Bentuk umum dari persamaan Rasional
(jika daerah pengaliran kurang dari 0,8 km2 ) adalah sebagai berikut
(Sosrodarsono, 1983:144) :

Dua komponen utama yang digunakan pada metode rasional ialah


waktu konsentrasi (Tc) dan intensitas curah hujan (I). Metode rasional
memperkirakan

debit

limpasan

dengan

pendekatan

koefisien

pengaliran, yang merupakan perbandingan antara debit puncak


(debit maksimum) yang dihasilkan dengan intensitas hujan, namun
metode rasional terlalu menyederhanakan proses yang rumit.
Untuk itu, digunakan metode rasional modifikasi yang merupakan
pengembangan dari metode rasional untuk intensitas curah hujan
yang

lebih

lama

dikembangkan

dari

sehingga

waktu

konsentrasi.

konsep

metode

Metode
rasional

ini
ini

telah
dapat

menghasilkan hidrograf untuk memperhitungkan koefisien limpasan,


koefisien tampungan, intensitas hujan dan luas daerah aliran dalam
menghitung debit limpasan. Maka rumus rasional termodifikasi (jika
daerah pengaliran lebih dari 0,8 km2) adalah sebagai berikut
(Subarkah,1980:197) :

dengan :
Q

= debit banjir maksimum (m3/det)

= koefisien pengaliran
IV-20

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

= intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir (mm/jam)

= luas daerah pengaliran (ha)

Cs = Koefisien Tampungan

Koefisien Tampungan

Apabila daerah bertambah besar maka pengaruh tampungan dalam


pengurangan debit puncak banjir semakin nyata. Untuk menghitung
pengaruh

tampungan

pada

metode

rasional

modifikasi,

maka

persamaan rasional yang ada (Q = C.I.A) dikalikan dengan koefisien


tampungan Cs. Dimana rumus dari koefisien tampungan adalah
sebagai berikut:
Cs =
Dengan:
Tc

= Waktu konsentrasi (jam)

Td = Waktu pengaliran/Drain flow time (jam)

Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir


dari suatu titik terjauh pada suatu DAS hingga titik pengamatan aliran
(outlet). Waktu konsentrasi terdiri dari dua bagian yaitu waktu yang
diperlukan air larian sampai ke sungai terdekat (To), dan waktu yang
diperlukan aliran air sungai sampai ke lokasi pengamatan (Td).
Maka, rumus yang digunakan untuk menentukan waktu konsentrasi:
Tc = To + Td
Dengan:
Tc

= Waktu konsentrasi (jam)

To

= Overland flow time/Waktu aliran air permukaan (runoff)

untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran/sungai terdekat.


Rumusnya adalah sebagai berikut (Suripin,2003:82):

To =

menit

Nilai dari To juga dapat ditentukan dengan menggunakan gambar


dibawah ini, ( Subarkah, 1980; 197).
IV-21

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Gambar 4.3. Diagram Perkiraan Overland time of flow nomograph


(To)
Sumber: Subarkah, 1980;198
Td

= Drain flow time/Waktu aliran dimana air jatuh pada titik

awal ke outlet pengamatan. Td dapat diperkirakan dari kondisi


hidrolik

pada

saluran.

Jika

aliran

dimana

parameter-parameter

hidroliknya sulit ditentukan maka Td dapat diperkirakan dengan


menggunakan kecepatan aliran yang ditentukan dari Rumus dari Td
adalah :
Td =

menit

Dimana :
n

= Angka kekasaran manning

= Kemiringan lahan

= Panjang pengaliran di atas permukaan lahan (m)

Ls = Panjang pengaliran didalam saluran/sungai (m)


V

= Kecepatan aliran rerata (m/dt).


IV-22

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Tabel 4.4. Perkiraan kecepatan air (untuk saluran alami)


Kemiringan rata-rata dasar saluran

Kecepatan rata-rata

(persen)
Kurang dari 1

(meter/dt)
0.4

12

0.6

24

0.9

46

1.2

6 10

1.5

10 15
2.4
Sumber : B.U.D.S (Bandung Urban Development and Sanitation Project)
dalam Subarkah 1980;198
Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di permukaan akibat hujan (limpasan) pada suatu daerah
dengan jumlah curah hujan yang turun di daerah tersebut.

Besarnya

koefisien pengaliran dipengaruhi oleh:


Kemiringan daerah aliran
Struktur geologi tanah
Jenis permukaan tanah
Klimatologi
Untuk

menentukan

harga

koefisien

pengaliran

adalah

(Subarkah,1980:51):

dengan :
Cm

= koefisien pengaliran rata-rata

Ai

= luas masing-masing tata guna lahan

Ci

= koefisien pengaliran masing-masing tata guna lahan

= banyaknya jenis penggunaan tanah dalam suatu pengaliran


IV-23

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Tabel 4.5. Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan

IV-24

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Jenis Pemakaian Tata Guna Tanah


Jenis Permukaan/Tata Guna
Tanah
1. Perumputan
- Tanah pasir, slope 2 %
- Tanah pasir, slope 2 - 7 %
- Tanah Pasir, slope 7 %
- Tanah gemuk, slope 2 %
- Tanah gemuk, slope 2 - 7 %
- Tanah gemuk, slope 7 %
2. Perkantoran
- Pusat kota
- Daerah pinggiran
3. Perumahan
- Kepadatan 20 rumah/ha
- Kepadatan 20 - 60 rumah/ha
- Kepadatan 60 - 160 rumah/ha
4. Perindustrian
- Industri ringan
- Industri berat
5. Pertanian
6. Perkebunan
7. Pertamanan, kuburan
8. Tempat bermain
9. Jalan
- Beraspal
- Beton
- Batu
10. Daerah yang dikerjakan

Koefisien Pengaliran
0.05 - 0.1
0.10 - 0.15
0.15 - 0.32
0.13 - 0.17
0.17 - 0.22
0.25 - 0.35
0.75 - 0.95
0.50 - 0.7
0.50 - 0.60
0.60 - 0.80
0.70 - 0.90
0.50
0.60
0.45
0.20
0.10
0.20

0.60
0.90
0.55
0.30
0.25
0.35

0.70 - 0.95
0.80 - 0.95
0.70 - 0.85
0.10 - 0.30

Sumber : Subarkah, 1980:50

Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan (I) menyatakan besarnya curah hujan dalam
periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam.
Untuk

mendapatkan

intensitas

hujan

selama

waktu

konsentrasi

digunakan rumus Mononobe (Sosrodarsono,1983:145):

dengan :
IV-25

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

R24

= curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)

= intensitas hujan (mm/jam)

tc

= waktu konsentrasi (jam)

Desain Hidrograf
Metode

Rasional

modifikasi

ini

diaplikasikan

untuk

menampilkan

hidrograf. Bentuk dari hidrograf ditunjukkan oleh gambar 4.3. dibawah


ini :
Debit

Qp

Tc

Tc+Td
Waktu

Gambar 4.4. Desain Hidrograf Metode Rasional Modifikasi


Untuk daerah tangkapan dimana waktu terjadinya banjir puncak (Te)
lebih besar daripada waktu konsentrasi, maka hidrograf ditunjukkan
pada Gambar 3.24 Situasi ini pada umumnya terjadi ketika debit rerata
outlet pada daerah tangkapan tersebut kurang dari 50% dari debit
inflow.

IV-26

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Debit

Qp

Tc

Te

Tc+Td

Waktu

Gambar 4.5. Desain Hidrograf bila Te > Tc

Debit puncak Qp didapatkan dari :


Qp = Cs. C . Ie. A
Dimana:
Cs
Te

=
= Waktu banjir puncak/durasi terjadinya genangan (jam).
Ditentukan dari data pengamatan lapangan tentang lama
terjadinya genangan.

Ie

= Curah hujan rerata yang terjadi pada waktu banjir puncak

(mm/jam).
6. Perhitungan Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada daerah studi pada awal perencanaan dimulai dan
pada tahun-tahun yang akan datang harus diperhitungkan untuk
menghitung air buangan. Untuk memproyeksikan jumlah penduduk
pada tahun-tahun yang akan datang digunakan :
Pertumbuhan Eksponensial
IV-27

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Pertumbuhan ini mengasumsikan pertumbuhan penduduk secara terusmenerus setiap hari dengan angka pertumbuhan konstan. Pengukuran
penduduk ini lebih tepat, karena dalam kenyataannya pertumbuhan
jumlah

penduduk

juga

berlangsung

terus-menerus.

Ramalan

pertambahan penduduknya adalah :


Pn

= Po. em

Dengan :
Pn

= jumlah penduduk pada tahun ke n

Po

= jumlah penduduk pada awal tahun

= interval waktu

= bilangan logaritma

Pertumbuhan Geometri
Pertumbuhan ini mengasumsikan besarnya laju pertumbuhan yang
menggunakan dasar bunga berbunga dimana angka pertumbuhannya
adalah sama tiap tahun. Ramalan laju pertumbuhan Geometris adalah
sebagai berikut :
Pn

= Po (1 + r)n

Dengan :
Pn

= jumlah penduduk pada tahun ke n

Po

= jumlah penduduk pada awal tahun

= angka pertumbuhan penduduk

= interval waktu (tahun)

7. Perhitungan Debit Air Kotor


Debit air kotor berasal dari air buangan hasil aktivitas penduduk yang
berasal dari rumah tangga, bangunan gedung, pabrik dan sebagainya.
Untuk memperkirakan jumlah air harus diketahuii kebutuhan air bersih
rata-rata dan jumlah penduduk kota. Air buangan rumah tangga
diperkirakan sebesar 90 % dari kebutuhan rata-rata air bersih,
sedangkan untuk fasilitas sosial, pemerintahan dan industri diperkirakan
70 90 % kebutuhan air bersih.
Debit air kotor yang merupakan aliran buangan rumah tangga dianalisa
dengan menggunakan rumus:
QK = 150 liter/jiwa/hari x 70% x Penduduk x A
IV-28

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Penghitungan pertumbuhan penduduk digunakan untuk menghitung


resapan jumlah air buangan yang akan ditampung maisng-masing
saluran. Untuk lingkungan daerah studi perhitungan jumlah penduduk
diproyeksikan sama dengan evaluasi dan revisi RTRW Kota Surabaya
dengan pendekatan perhitungan Metode Pertumbuhan Eksponensial.

2)

Analisa topografi
Sebagai peta dasar, dipakai peta topografi produksiBakosurtanal edisi
terbaru, serta peta geologi dan topografi dari Jawatan Topografi (Jantop)
TNI Angkatan Darat. Peta tersebut dianggap dapat memberikan
gambaran umum tentang bentuk topografi dan batas vegetatif maupun
geologis daerah studi dalam skala 1 : 50.000.
Setelah diperbesar menjadi skala 1 : 25.000, maka dilengkapi dengan
data hasil survei lapangan untuk kemudian dilakukan kompilasi peta dan
data secara tematis guna mengekstrak tampilan drainase yang ada,
batas-batas permukiman, tata guna lahan dan bangunan vital lainnya
seperti jalan, instalasi bangunan sosial dan pemerintah yang dianggap
vital,

sehingga

menjadi

sebuah

peta

yang

diharapkan

dapat

memberikan gambaran lebih jelas tentang pola drainase, sebaran


daerah

rawan

banjir

serta

batas-batasnya

dengan

standar

penggambaran yang berlaku.


Kemudian dalam skala 1 : 10.000 dilengkapi dengan hasil survei di
lapangan untuk memperoleh detail grafis situasi seperti jalan, bangunan
vital, instalasi dan batas genangan banjir serta hal-hal lain yang
dianggap perlu. Peta tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang posisi bangunan yang direncanakan untuk
menggambarkan posisinya terhadap daerah di sekitarnya.
Untuk melengkapi data-data dan informasi yang diperlukan di atas maka
perlu dilakukan survei langsung di lapangan menggunakan alat-alat
survei.Penggunaan alat survei disesuikan dengan kebutuhan.Koordinat
titik-titik vital seperti bangunan vital dan posisi yang sulit didapat
dengan pengukuran poligon atau triangulasi, dapat dilakukan dengan
IV-29

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

alat GPS, dilengkapi dengan sketsa maupun survei planimetris untuk


detail-detail yang diperlukan. Semua data lapangan dibukukan dengan
rapi dan akan menjadi dokumen proyek.
Selanjutnya, hasil survei dipindahkan pada peta dasar yang sudah
disiapkan sebelumnya yang selanjutnya dilakukan seleksi dan kompilasi
seperlunya. Diharapkan semua data yang disajikan relevan dengan
maksud kegunaan peta tersebut.
Pekerjaan survei pengukuran topografi yang harus dilaksanakan adalah
meliputi :
o Pengumpulan peta topografi lokasi studi, skala 1:50.000 dan atau
1:25.000
o Pemasangan patok kayu
o Pemasangan patok BM dan CP
o Peralatan (alat ukur) yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
- Theodolit T2 dan sejenisnya
- Theodolit T0 dan sejenisnya
- Waterpass NaK2 atau Ni2
- Mistar ukur dengan skala yang harus sama
- Payung, rollmeter, dan lain-lain.
o Pengukuran Poligon dan Waterpass
o Pengukuran Situasi Trase dan Cross Section saluran
o Titik referensi dan proyeksi yang digunakan dalam pelaksanaan
pengukuran harus mengacu (sama) dengan titik referensi yang
terdahulu atau menggunakan datum standar.
o Alat GPS yang digunakan cukup hanya pada 1 titik, alat tersebut kita
gunakan untuk referensi horisontal (x,y) dengan menggunakan
proyeksi UTM. Jika lokasi berada di dekat pantai, maka disarankan
untuk mengacu pada mean sea level (MSL).
o Metode dan tata laksana pengukuran harus sesuai dengan standar
dan kriteria perencanaan (KP) yang berlaku, SNI.
o Penghitungan dan evaluasi data ukur
Hasil pengukuran dari lapangan harus segera dihitung sehingga bila
terjadi

kesalahan

dapat

dengan

segera

dilakukan

pengukuran
IV-30

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

ulang.Sebelum memulai perhitungan koordinat, maka terlebih dahulu


diadakan pengecekan hasil ukur, ketelitian sudut ukur dan lain-lain.
Pada hakekatnya, survei pengukuran topografi dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran kondisi topografi yang lengkap dan jelas sesuai
dengan keadaan lapangan yang sebenarnya.Secara umum pekerjaan
yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan berikut :
1) Inventarisasi bench mark (BM) yang ada dan penambahan BM baru.
2) pengukuran situasi trase, potongan memanjang dan potongan
melintang sungai dengan jarak antar profil 50 m untuk bagian yang
lurus dan 25 m atau sesuai kebutuhan untuk bagian ruas sungai yang
berbelok-belok ;
3) perhitungan data hasil survei pengukuran topografi ;
4) penggambaran & pemetaan hasil survei pengukuran topografi,
dengan ketentuan :
penggambaran peta indeks, skala : 1 : 10.000 ;
penggambaran peta situasi trase sungai, skala 1 : 1.000 ;
penggambaran penampang memanjang sungai, dengan skala
vertikal 1:1000 dan skala horisontal 1 : 1.000, serta penggambaran
penampang melintang sungai dengan skala vertikal = skala
horisontal = 1 : 1000.
Lingkup pekerjaan tersebut di atas mencakup berbagai kegiatan yang
bilamana dijabarkan secara lebih rinci adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran pengikatan
Dimaksudkan untuk mendapatkan titik-titik referensi posisi horisontal
dan vertikal. Apabila di lokasi pekerjaan sudah ada titik referensi
berupa BM, maka untuk penambahan BM baru (bilamana diperlukan)
harus diikat terhadap titik referensi yang telah ada tersebut.
2) Pemasangan patok Bench Mark & Control Point serta Patok Kayu
3) Pengukuran poligon
4) Pengukuran waterpass (sipat datar)/ levelling
5) Pengukuran situasi trase sungai/ kali
6) Pengukuran penampang melintang dan memanjang sungai
7) Ketelitian pengukuran
IV-31

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Pengukuran

untuk

jaringan

poligon

utama

dilakukan

dengan

menggunakan alat EDM yang mempunyai ketelitian untuk sudut 8n


dimana n adalah jumlah titik sudut poligon, sedangkan untuk jarak
linier harus mencapai ketelitian 1 : 10.000 untuk poligon cabang yang
diukur dengan alat Wild T2, dengan ketelitian sudut 10n dimana n
= banyaknya titik sudut poligon.
8) Penggambaran
Setelah

dilakukan

dilanjutkan

pekerjaan

dengan

pengukuran

pekerjaan

di

perhitungan

lapangan
data

maka

ukur,

yang

selanjutnya diikuti dengan penggambaran hasil pengukuran.Hasil


pekerjaan penggambaran adalah sebagai berikut :
penggambaran peta indeks, skala : 1 : 10.000 ;
penggambaran peta situasi trase kali, skala 1 : 1.000 ;
penggambaran

penampang

memanjang

kali,

dengan

skala

vertikal 1:1000 dan skala horisontal 1 : 1.000, serta


penggambaran penampang melintang kali dengan skala vertikal
= skala horisontal = 1 : 100.
3)

Analisa pendekatan perencanaan partisipatif


Pendekatan perencanaan partisipatif dalam pembangunan merupakan
salah satu bentuk perencanaan yang melibatkan berbagai masyarakat
sebagai salah satu subyek atau pelaku perencanaan pembangunan.
Penyelidikan lapangan : faktor yang mempengaruhi keterlibatan
masyarakat di Kel. Kedungdoro, Genteng, Embong Kaliasin terhadap
permasalahan saluran jaringan drainase tersier.
Perumusan masalah :
Bagaimanakah kondisi eksisting saluran drainase dan permasalahan
banjir pada kawasan studi?
Bagaimanakah
kontribusi

masyarakat

permasalahan banjir?
Bagaimanakah keterlibatan

masyarakat

setempat
terhadap

terhadap
penanganan

permasalahan banjir?
Bentuk upaya partisipatf apa yang harus dilakukan terhadap
permasalahan SJDT?

IV-32

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Identifikasi

daya

dukung

keseluruhan

aspek

yang

bisa

memungkinkan terselenggaranya aktifitas dalam mencapai tujuan


dan target yang telah ditetapkan.
Pendekatan partisipatif dalam pekerjaan ini menghasilkan beberapa
informasi yang berkaitan dengan kondisi nyata di lapangan antara lain
data demografis, kepemilikan tanah, penggunaan air, pendapatan dan
harapan masyarakat mengenai pembangunan jaringan drainase tersier
& kemampuan masyarakat untuk partisipasi dalam pembentukan
kelompok swadaya masyarakat (kelembagaan).
4) Analisa jaringan drainase tersier
Metode perencanaan jaringan drainase tersier terbagi menjadi 2 (dua)
bagian yaitu :

perhitungan debit banjir untuk mengetahui debit banjir dengan tata


guna lahan eksisting dan rencana

perhitungan kapasitas saluran.


Metode perhitungan debit banjir :

a. Metode perhitungan debit banjir yang menggunakan Metode Rasional


Metode perhitungan kapasitas saluran : Perhitungan kapasitas saluran
eksisting dan rencana menggunakan perumusan muka air normal.
Perumusan muka air normal ini dipergunakan apabila saluran tidak
dipengaruhi oleh efek air balik (back water)
Skala prioritas pembangunan saluran tersier :
Urutan skala prioritas pembangunan saluran tersier disusun dengan
jangka waktu 10 tahun dengan didasarkan pada :
a.

Lama dan tinggi genangan air yang terjadi

b.

Aksesibilitas daerah yang dilayani saluran

c.

Akibat yang ditimbulkan


Saluran yang berada di wilayah yang memenuhi kriteria tersebut akan
mendapat prioritas penanganan lebih dahulu.
Hasil yang didapat dari analisa jaringan drainase tersier adalah bisa
diketahui:
IV-33

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

a.

Kapasitas eksisting, kapasitas rencana dan dimensi saluran rencana.

b.

Rencana pembangunan dan pembiayaan.

c.

Rencana pemeliharaan dan pengelolaan.

a) Perencanaan terhadap berbagai aspek :


1)

Rencana geometris & arahan teknis (gambar rencana jaringan)


Rencana geometris dan arahan teknis yang berupa gambar rencana
SJDT dan arahan teknis.
2) Rencana SJDT yang terpadu (arah aliran, distribusi air, dimensi,
kapasitas, daya tampung, sarana & prasarana penunjang)
Rencana sistem jaringan drainase tersier yang terpadu adalah
tersambung ke jaringan primer dan sekunder, dan memperhatikan
kepentingan prasarana lainnya, berisi :
o Arah aliran.
o Distribusi air eksisting dan rencana.
o Dimensi eksisting dan rencana.
o Daya tampung eksisting dan rencana.
o Sarana dan prasarana penunjang (bangunan air) bisa berupa :

Gorong - gorong dan jembatan.

Pintu air.

Pompa air.

Reservoir mini bisa terpusat atau linier.

3) Rencana

pembangunan,

pengelolaan

(O&P),

pengendalian

dan

pengawasan SJDT
Rencana pelaksanaan pembangunan, pengelolaan, pengendalian &
pengawasan SJDT
Dasar dan strategi :
Keterlibatan masyarakat sangat membantu pemerintah kota dalam
operasi

&

pemeliharaan

saluran

drainase.

Selain

itu

karena

masyarakat yang lebih tahu kondisi & permasalahan saluran yang


ada di sekitarnya.
Pembentukan lembaga swadaya masyarakat yang siap diserahi
tanggung jawab operasi & pemeliharaan bagi setiap SJDT.
IV-34

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Dinas terkait (DPP Banjir & BAPPEKO) perlu melakukan pembinaan


pada masyarakat dengan pendekatan partisipatif.
Rencana pemeliharaan dan pengolaan
1. Pemeliharaan rutin saluran drainase meliputi :
a. Pembabatan rumput, tumbuhan air, dan semak.
b. Pembersihan sampah dan kotoran.
c. Perbaikan kerusakan saluran.
2. Pemeliharaan berkala saluran drainase meliputi :
a. Perbaikan fisik saluran drainase berupa perbaikan tanggul saluran
dan bangunan pelengkapnya seperti gorong-gorong.
b. Pengerukan lumpur.
c. Membuang akar-akar yang kuat, tunggang, atau pohon yang
dapat merusak tanggul saluran.
d. Membongkar bangunan liar yang berdiri di atas saluran atau pada
garis sempadan saluran yang telah ditetapkan.

4.5.3.

Tahap Pelaporan

Jenis laporan yang harus diserahkan kepada Pengguna Jasa :


1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Akhir
3. Album Peta
4. Laporan Executive Summary

IV-35

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Mulai

Pekerjaan Persiapan
Penyusunan rencana kerja
Reviw studi literatur
Pengumpulan Peta-Peta yang terkait dengan daerah pekerjaan(Peta Rencana Tataguna Lahan dan RTRK)
Pengumpulan Peta Garis/Berkontur skala 1:25000
Pengumpulan data-data penunjang (Data hidrologi, jaringan drainase existing, daerah genangan)
Pengumpulan dokumen penunjang (SDMP, RTRW, RDTRK, RPJP, RPJM).

Pekerjaan Survey Lapangan


Survey topografi
Survey sistem jaringan drainase yang ada & jaringan jalan
Potensi & permasalahan umum
Survey lingkungan/sosial & ekonomi
Survey status & kondisi lahan
Melakukan survey inventariasi kondisi inlet dan outlet sistem drainasi
Mengumpulkan info dan data di sekitar daerah banjir
Melakukan Survey inventarisasi kondisi drainase existing dengan menggunakan Peta Garis/Berkontur skala 1:25000

Pekerjaan Perencanaan ( Analisa dan Pengolahan Data)


Kompilasi data hasil survey dan pengukuran dalam bentuk tabel.
Melakukan Identifikasi kondisi drainasi
Melakukan analisa dari berbagai aspek :
Analisa hirologi
Analisa topografi
Analisa pendekatan perencanaan partisipatif
Analisa jaringan drainase tersier (perhitungan debit banjir dan kapasitas saluran.
Menentukan skala prioritas pembangunan saluran tersier
Rencana pembangunan, pengelolaan (O&P), pengendalian dan pengawasan SJDT

IV-36

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

Pekerjaan Penggambaran
1. Membuat peta sistem jaringan drainasi tersier
eksisting
2. Membuat peta rencana SJDT dan arahan teknis.
3. Membuat
peta
rencana
pemeliharan
dan
pengelolaan saluran

Pekerjaan Pelaporan
Laporan Pendahuluan
Laporan Akhir
Album Peta
Laporan Executive Summary

Selesai

Gambar 4.6 Diagram Alur Pikir


Pelaksanaan Pekerjaan SJDT

IV-37

LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Studi Sistem Jaringan Drainase Tersier

IV-38

Anda mungkin juga menyukai