Persoalan sampah sudah menjadi persolan yang rumit terutama di wilayah perkotaan.
Tumpukan volume sampah rumah tangga baik sampah organik maupun sampah
anorganik setiap harinya sudah menjadi pemandangan umum. Hal ini berdampak pada
pembuangan sampah akhir (TPA) cepat habis, sementara perluasan TPA selalu
mengalami kendala terutama pertentangan keras dari warga yang berdekatan. Memang
bisa dimaklumi siapa yang mau setiap hari warga yang berdekatan dengan TPA
mencium bau tidak sedap.
berdampak pada berkurangnya tumpukan sampah di TPA. Selain itu, hasil pengelolaan
sampah dengan cara fermentasi tersebut yang berupa kompos dapat digunakan sebagai
pupuk organik untuk tanaman di rumah warga. Dengan memakai pupuk buatan sendiri
berarti sudah menghemat pengeluaran rumah tangga. Apalagi pembuatan kompos ini
dikembangkan yang lebih besar lagi, sehingga menjadi produk kompos skala bisnis yang
di kemas dan berlabel, akan mengdatangkan penghasilan yang cukup besar.
Di dalam rumah (dapur) disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk
tempat sampah organik (sayuran, kulit buah) dan sampah anorganik (plastik, kertas).
Atau pada waktu memasak, agar sampah dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik pada kantong plastik yang berbeda.
2.
Sediakan bak plastik atau drum yang dibawanya diberi lubang, untuk
mengeluarkan kelebihan air. Agar kelembaban terjaga di atas bak/drum nantinya
ditutup dengan goni, triplek atau karton
3.
Dasar bak/drum diberi tanah atau pasir untuk menyerap kelebihan air, dan tidak
boleh kena air hujan dan kena sinar matahari langsung. Jadi hasus diletakan di bawah
atap.
Cara Pembuatan:
1.
2.
Tambahkan sedikit kompos yang sudah jadi, tanah, dan dolomite (kapur), dan
dipercikan air sedikit. Campuran kompos, tanah dan dolomite tersebut mengandung
mikroba yang akan merubah sampah menjadi kompos.
3.
Pembuatan kompos dapat dilakukan sekaligus atau secara berlapis setiap hari.
Setelah dapat 1 minggu campuran di aduk-aduk secara merata.
4.
Pada minggu 1 dan minggu 2 mikroba bekerja mengurai sampah, sehingga suhu
meningkat sekitar 40C.
5.
Pada minggu ke 5 dan minggu ke 6 suhu kembali normal, yang berarti proses
pengomposan berhenti. Tanda kompos berhasil dengan baik, campuran menjadi
kehitaman. Kompos tidak berhasil jika campuran basah dan berbau busuk.
6.
Sebaiknya kompos diayak dipisahkan kompos yang halus dengan yang kasar,
kompos yang kasar dapat sebagai campuran dalam pembuatan kompos berikutnya.
7.
8.
Agar sampah lebih cepat berproses menjadi kompos dapat ditambahkan bioactivator berupa larutan Efective Microorganism (EM-4) yang bisa dibeli di toko
pertanian atau membuat sendiri.
Kegunaan Kompos
Kompos sangat efektif sebagai pengganti pupuk anorganik, yang selama ini banyak
digunakan petani. Penggunaan pupuk anorganik mempunyai dampak yang kurang
ramah lingkungan karena mengandung bahan-bahan kimia. Penggunaan kompos
sangat ramah lingkungan karena dibuat dari bahan-bahan organik, seperti dedaunan,
sayuran, kulit buah.