Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dan setiap orang berbeda skala dan
tingkatannya, hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan karakteristik nyeri yang
dirasakannya (Aziz, 2006).
Nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh mekanik, termal,
kimia atau elektrik pada ujung-ujung syaraf (Mubarak, 2007).
B. ETIOLOGI
Penyebab nyeri menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) yaitu:
1. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal, kimiawi, maupun
elektrik )
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau dingin
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan jaringan
yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase.
3. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung
saraf reseptor akibat pembengkakan.
4. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark
miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.
5. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis
dan sudah mengalami perubahan fungsi. Pada lansia cendrung memendam nyeri yang
dialam, karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang harus
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
diperiksa
6. Jenis kelamin
(Gill,1990, dalam Tarwoto dan Wartonah, 2006) menggungkap laki-laki dan wanita
tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor
budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri)
7. Kebudayan

Orang belajar dari budaya, bagaimana seharusnyamereka merespon nyeri (contoh :


suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari
kesalahannya sendiri)
8. Makna nyeri
Berhubung dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana
mengatasinya
9. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut (Gill, 1990, dalam Tarwoto dan Wartonah, 2006), perhatian
yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
10. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
11. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensai nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan kopingnya
12. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa sebelumnya dan saat ini
nyeri yang lama timbul kembali, maka itu lebih mudah mengatasi nyerinya.
13. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri menurut Firmallah (2011) yaitu:
1. Nyeri berdasarkan waktu:
a. Nyeri akut
Selang waktu lebih singkat dengan tanda-tanda klinis antara lain berkeringat
banyak, tekanan darah naik, nadi naik, pucat dan dengan respon pasien,
umumnya menangis, teriak atau mengusap daerah yang nyeri.
b. Nyeri Konik
Mempunyai selang waktu yang lebih lama dan dapat berlangsung lebih dari enam
bulan.
2. Nyeri berdasarkan intensitasnya
a. Nyeri berat : 7-10
b. Nyeri sedang : 3-6
c. Nyeri ringan : 0-3
3. Nyeri berdasarkan tempatnya:
a. Pheriperal pain

Nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kulit mukosa
b. Deep pain
Nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ
tubuh visceral
c. Refered pain
Nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang
ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri
d. Central pain
Nyeri yang terjadi karena perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord,
batang otak, talamus, dan lain-lain
4. Nyeri berdasarkan sifatnya
a. Incidental pain
Nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
b. Steady pain
Nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu lama
c. Proxymal pain
Nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya
10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut Mubarak (2007) yaitu:
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Nadi meningkat
8. Pernafasan meningkat
9. Depresi

E. PATOFISIOLOGI
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang
berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu
yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptorreseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang
dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah
histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen.
Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel.
Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat
(slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat (Corwin, 2009).

Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di


korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di
neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas
atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah
mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim
oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau traktus
paleospinotalamikus (Corwin, 2009).
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak
melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di
reticular activating system dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi
sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik somatik tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti (Corwin, 2009).
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A
delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat
ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang
disebut daerah grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan
melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik.
Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi yang difus
dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan nyeri (Corwin,
2009).

F. PATHWAY

(Corwin, 2009)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Mubarak (2007) yaitu:
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipovolemik
6. Hipertermia
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
I. PENATALAKSANAAN
1. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien
menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga
secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
2. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah. Hipnosis diri dapat
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan dapat
mengurangi ditraksi. Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.
3. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik
air), distraksi pernafasan (bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
4. Terapi dengan pemberian analgesik
Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun terdapat nyeri.

5. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
dekubitus.

KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Faktor faktor pencetus
Dalam mengkaji perawat perlu memastikan lokasi nyeri secara jelas meliputi dimana
nyeri itu dirasakan, misalnya nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah. Untuk dapat
lebih memperjelas dapat pula digunakan istilah istilah seperti proximal, distal,
medial dan lateral. Intensitas nyeri dinyatakan nyeri ringan, sedang, berat atau sangat
nyeri. Waktu dan durasi dinyatakan dengan sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama
terasa, apakah nyeri berulang, bila nyeri berulang maka dalam selang waktu berapa
lama, dan kapan nyeri berakhir. Kualitas nyeri dinyatakan sesuai dengan apa yang
diutarakan pasien misalnya nyeri seperti dipukul pukul, nyeri seperti diiris iris
pisau, dll. Perilaku non verbal pada pasien yang mengalami nyeri dapat diamati oleh
perawat misalnya ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkeram, memejamkan mata
rapat rapat, menggigit bibir bawah, dll. Perawat perlu melaporkan faktor pencetus
nyeri, misalnya nyeri terasa setelah latihan / bekerja berat, nyeri timbul pada saat
hujan / udara dingin, dll.
2. Riwayat nyeri
Riwayat nyeri sebelumnya merupakan data yang penting untuk diketahui. Riwayat
nyeri harus meliputi lokasi, intensitas, durasi, dll. Perawat perlu mengetahui berapa
lama pasien telah menderita nyeri, bagaimana pengaruhnya terhadap aktifitas sehari
hari, cepat, atau lambat dan hal hal apa saja yang dapat mengurangi nyeri.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri
Berbagai faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain lingkungan, umur, kelelahan,
riwayat sebelumnya, mekanisme pemecahan masalah, kepercayaan / agama, budaya
dan tersedianya orang orang yang memberi dukungan.
Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebih
misalnya kebisingan, cahaya sangat terang dan kesendirian. Toleransi terhadap nyeri
meningkat sesuai dengan pertambahan usia, misal semakin bertambah usia seseorang
maka semakin bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula pemahaman

terhadap nyeri dan usaha mengatasinya. Kelelahan juga meningkatkan nyeri dan
banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur.
4. Pengkajian karakteristik nyeri dengan pengekatan PQRST
Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri,
apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila
beraktivitas.
Quality : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau gambaran klien. Apakah seperti
terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
Region : dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah rasa
sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar / menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
Severity ( scale ) of pain : seberapa jauh rasa nyeri dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri deskriptif dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi aktivitas sehari hari.
Time : berapa lama nyeri berlangsung ( bersifat akut atau kronis ), kapan, apakah ada
waktu waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.
5. Perhitungan skala nyeri
a.
Skala numerik digunakan untuk pasien dewasa
0
: no pain / tidak nyeri.
13
: mild = nyeri ringan tidak mengganggu aktivitas.
46
: moderate = nyeri sedang mengganggu aktivitas.
79
: severe = nyeri berat tidak bisa melakukan aktivitas.
10
: nyeri sangat berat
b.
Skala ekspresi wajah digunakan untuk pasien anak anak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan menurut NANDA (2015) yaitu:
1. Nyeri akut b.d abses, prosedur bedah, trauma, luka bakar
2. Nyeri kronis b.d fraktur, cedera otot, keletihan, kontusio, cedera tabrakan
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, penurunan kekuatan otot, kontraktur
4. Gangguan pola tidur b.d perubahan lingkungan, imobilisasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d abses, prosedur bedah, trauma, luka bakar
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri klien
berkurang dengan kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan bahwa rasa sakit dapat terkontrol atau dihilangkan.
b. Pasien tampak santai, dapat beristirahat, tidur dan ikut serta dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Intervensi :
a. Evaluasi nyeri catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 10).
Rasional : sediakan informasi mengenai kebutuhan atau efektifitas hipertensi
b. Kaji TTV, perhatikan thakikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan

Rasional : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan


c. Dorong penggunaan teknik relaksasi
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan koping
d. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri
Rasional : kehadiran keluarga disamping pasien dapat memicu adanya koping

2.

yang baik
e. Berikan obat analgetik
Rasional : dapat memblok proses perjalanan nyeri
Nyeri kronis b.d fraktur, cedera otot, keletihan, kontusio, cedera tabrakan
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri klien
berkurang dengan Kriteria hasil :
a. Pasien akan mengungkapkan keefektifan pereda nyeri.
b. Pasien dapat mengubah posisi.
c. Pasien dapat menggunakan obat secara teratur.
Intervensi :
a. Evaluasi nyeri catat karakteristik, lokasi dan intensitas (skala 0 10).
Rasional : sediakan informasi mengenai kebutuhan atau efektifitas hipertensi
b. Kaji TTV, perhatikan thakikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan
Rasional : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
c. Dorong penggunaan teknik relaksasi
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan koping
d. Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri
Rasional : kehadiran keluarga disamping pasien dapat memicu adanya koping

3.

4.

yang baik
e. Berikan obat analgetik
Rasional : dapat memblok proses perjalanan nyeri
Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, penurunan kekuatan otot, kontraktur
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, hambatan
mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
a. Pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri
b. Pasien tidak lemas
Intervensi:
a. Kaji aktivitas dan mobilitas pasien
Rasional : untuk bisa mengetahui perkembangan dari pasien
b. Kaji intensitas nyeri
Rasional : untuk mengukur tingkat rentang gerak pasien
c. Bantu aktifitas pasien
Rasional : untuk memperlancar aktivitas pasien
d. Berikan terapi sesuai program
Rasional : untuk memberikan pengobatan
Gangguan pola tidur b.d perubahan lingkungan, imobilisasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan tidur
tercukupi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
a. Kebutuhan tidur tercukupi
b. Pasien tampak segar
c. Tidak sering terbangun pada saat tidur
Intervensi :

a. Kaji pola tidur pasien


Rasional : untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien setiap hari
b. Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang. Batasi pengunjung
Rasional : agar pasien lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak
c. Berikan terapi distraksi
Rasional : dapat menenangkan pikiran dan lingkungan sekitar
d. Berikan obat diazepam
Rasional : untuk membantu menenangkan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Firmallah, I. 2011. https://www.scribd.com/doc/54701895/LP-NYERI didapatkan pada
tanggal 1 Agustus 2016
Mubarak, W. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek.
Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

Oleh
Riris Risca Megawati
N116049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2016

Anda mungkin juga menyukai