Bab 5 Minsett
Bab 5 Minsett
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 November sampai dengan 13
Desember di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Badung Mangusada.
RSUD Badung bertempat di jalan Raya kapal, merupakan salah satu pusat
pelayanan kesehatan spesialistik yang paripurma dan bermutu prima yang
menenkankan pada pelayanan yang cepat, tepat, akurat, terpercaya, dan
professional dengan harga yang terjangkau serta senantiasa mengutamakan
kepuasan pelanggan.
RSUD Badung Mangusada merupakan rumah sakit milik pemerintah
kabupaten Badung, terletak di utara Badung dan merupakan RS resmi
berdiri pada tanggal 4 september tahun 2002. Luas RSUD Badung
Mangusada adalah 43.235,00 M2. RSUD Badung Mangusada memiliki
tenaga medis yaitu dokter umum berjumlah 4 orang, dokter gigi berjumlah
42 orang, tenaga keperawatan dan bidan berjumlah 305 orang, tenaga
farmasi 8 orang dan tenaga non kesehatan 70 orang beserta tenaga ahli
gizi. Sedangkan misi yang diemban oleh RSUD Badung adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada keselamatan
pasien,
menyelenggarakan
pendidikan,
pelatihan,
penelitian
dan
32
33
Frekuensi
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
53,3
Tinggi
46,7
Sangat Tinggi
Total
15
100
34
3.2
Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Hasil Penilaian Postur Kerja Tubuh Pada Perawat Saat Hecting di
Ruang IGD RSUD Badung Mangusada
Hasil penelitian ini menunjunkkan bahwa rata-rata perawat berisiko
mengalami MSDs
resiko sedang terjadi pada delapan responden atau 53,3 % dari sampel
yang diteliti dan berisiko tinggi terjadi pada tujuh atau 46,7 % dari
keseluruhan responden penelitian. Posisi tubuh yang tidak ergonomis saat
bekerja menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
alamiah, misalnya pergerakan tangan mengangkat, punggung terlalu
membungkuk dan kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari
pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan
musculoskeletal. Posisi tubuh saat bekerja yang tidak ergonomis terjadi
karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan area kerja tidak sesuai
kemampuan dan keterbatasan pekerja. (Tarwaka, 2009)
Penelitian ini membahas mengenai posisi tubuh perawat IGD RSUD
Badung yang beresiko mengalami keluhan musculoskeletal pada tindakan
hecting. Peneliti menggunakan lembar observasi REBA untuk mengamati
posisi tubuh saat bekerja dan memberikan skor akhir untuk memberi
sebuah indikasi dilakukannya penanggulangan. Metode REBA digunakan
untuk menilai postur pekerjaan yang beresiko mengalami MsDs (Dewi,
2008 ).
35
Terdapat tiga posisi tubuh saat bekerja yaitu posisi tubuh saat duduk,
berdiri, dan membungkuk. Meskipun beberapa tindakan keperawatan
memiliki level risiko REBA yang sama dan dilakukan dengan posisi tubuh
yang sama perbedaannya terdapat pada durasi masing-masing tindakan
keperawatan. Tindakan hecting dilakukan dengan durasi waktu 10 menit
sampai dengan 20 menit bahkan lebih sesuai dengan kondisi luka yang
dihecting, sedangkan tindakan lainya seperti pengambilan darah dapat
dilakukan dengan durasi waktu kurang dari 10 menit (Tarwaka, 2009 ).
Posisi tubuh saat bekerja yang paling sering dilakukan pada tindakan
hecting dilakukan dengan posisi berdiri. Pada posisi berdiri, tinggi
optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Posisi tubuh saat
bekerja dengan posisi berdiri yang menyebabkan beban tubuh mengalir
pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya
gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi posisi
kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang
pinggul akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga
kelurusan antara anggota bagian atas dengan anggota bagian bawah
(Rahmaniyah, 2007).
Agar tinggi optimum dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu
jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar
dan lengan atas vertikal. Berdiri harus dengan posisi yang benar, dengan
tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki
(Elyas, 2012). Selain posisi tubuh berdiri, perawat juga sering
36
dapat
dinaikkan
atau
diturunkan
agar
perawat
dapat
menyesuaikan tinggi tempat tidur sejajar dengan bagian bawah siku lengan
atas saat melakukan tindakan keperawatan. Selain itu, melakukan
peregangan ketika beristirahat juga baik dilakukan untuk mencegah
terjadinya keluhan musculoskeletal (Dewi, 2009).
37
Keluhan muskuloskeletal banyak terjadi pada bagian paha, lutut, dan betis
akibat tingginya aktivitas perawat di ruang IGD. Sebagian besar aktivitas
yang dilakukan perawat dalam posisi berdiri, baik dalam melakukan
tindakan di dalam ruangan maupun mengantar pasien. Hal ini sesuai
dengan 76 teori yang diungkapkan oleh Sastrowionoto (1985) dalam
Maijunidah (2010) yaitu bekerja dengan posisi berdiri terus-menerus
sangat mungkin terjadi penumpukan darah dan cairan tubuh pada kaki
yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal khususnya pada bagian
kaki. Selain melakukan aktivitas dengan posisi berdiri, perawat di ruang
IGD cenderung bekerja dengan posisi tubuh membungkuk. Posisi tubuh ini
sangat berisiko terjadi ketegangan otot (strain) terutama pada ligamentum
interspinosus, diikuti dengan ligamentum flavum. Selain itu, beban
kompresif pada diskus sewaktu fleksi membuat diskus berpotensi dapat
merobek anulus fibrosis, akibatnya nucleus pulposus mampu keluar
melalui robekan ini. Keluarnya nucleus pulposus (hernia nucleus
pulposus) selanjutnya dapat menekan akar saraf spinal, bila pekerjaan
membungkuk itu sering dilakukan, maka ligamen dan otot-otot penyangga
tulang belakang dapat melemah dan seanjutnya meningkatkan tekanan
pada
diskus
invertebral.
Hal
ini
dapat
menyebabkan
keluhan
bahwa
perawat
cenderung
mengalami
keluhan
38