Selama abad ke sembilan, pendidikan di amerika masih didominasi oleh teori pendidikan
yang menjadi prinsip dasar dalam paham idelisme. Pada akhir abad ke 19, semangat
perubahan merasuki kehidupan masyarakat amerika, semangat untuk bangkit atau
bisa
dikatakan sebagai pendekatan yang radikal terhadap pendidikan anak. Pendampingan oleh
Francis w parker, dan sebagai seorang dari ribuan orang lain pada waktu itu, pendidikan
progresif memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan di Amerika. Hal ini mendapat
pujian dari beberapa pendidik dan selebihnya mengutuki hal tersebut, aliran pendidikan
progresifisme terus berlanjut hingga terjadinya perang dunia II. Setelahnya, meskipun
dipraktekkan sebagai aliran yang kecil atas aliran perkembangan sekolah, arah visi
pendidikan mulai semakin tidak nampak; dimana pada akhirnya, dengan ada persaingan
diantara penganut aliran humanisme, behaviorisme, dan esensialisme, aliran progresive
pendidikan menjadi semakin sulit ditemukan di sekolah negeri. Hal ini terjadi tidak
sepenuhnya akibat persaingan dari beberapa teori-teori sekolah diatas, akan tetapi karena
adanya dorongan aliran dari pendidikan progresif asli yang mengalami perubahan. Hal itu
memberi pengaruh terhadap pendidikan Amerika yang sekarang dinilai tidak hanya dengan
metode sekolah atau dengan kurikulum yang sangat mirip dengan kehidupan sosial, tetapi
dengan keyakinan yang mengarahkan sekolah untuk berkomitmen dalam mengubah tatanan
sosial masyarakat Amerika itu sendiri. Akhirnya aliran progresivisme pendidikan membuat
sesuatu yang berbeda, dimana aliran tersebut memudar dan muncul kembali sebagai
neoprogressivism.
Aliran Pendidikan Progresivisme
kita harus mengakui bahwa kesulitan besar dalam mencoba untuk merepresentasikan sesuatu
seperti pergerakan skolastik luas sebagai pendidikan progresif yang cepat dan singkat. Kita
mulai mengetahuinya dengan adanya novel pedagogis tulisan dari Francis W. Parker yang
diperkenalkan di sekolah dari Quincy, massachusetts, pada tahun 1873. Dari quincy kernel
pemikiran parker yang progresif parker akhirnya tersebar ke seluruh daerah amerika, dan
sebelum setengah abad telah berlalu, hal ini telah berkembang menjadi kekuatan potensial di
sekolah-sekolah di Amerika.
Dengan hampir seluruh fitur ornamennya yang dihilangkan, aliran progresivisme
pendidikan mencoba untuk melakukan beberapa hal: untuk membuat kehidupan sekolah lebih
dekat sebagai representatif dari kehidupan nyata: untuk memperkenalkan fungsi belajar
1
kedalam silabus sekolah dasar di daerah pedalaman; untuk mengkapitalisasi dalam proyek
sebagai metode belajar yang prinsipal; dan untuk mengatur kembali kepuasan pribadi dari
pengalaman sekolah sebagai nilai yang mendesak dan bersifat standar dalam proses
pembelajaran. Aliran pendidikan progresivisme selalu menaruh perhatian dalam hubungan
antara sekolah dan masyarakat sosial, dan di akhir perkembangannya pada tahun 1930
beberapa pendidik pada aliran progresif misalnya George S. Counts ( 1889-1975 ), memulai
untuk mempromosikan tentang pendidikan, dan pendidik sebagai pemberi pengaruh yang
vital dalam usaha untuk membentuk kembali kehidupan sosial, untuk membuat kembali
kehidupan sosial sebagai tempat yang terbaik dimana semua suku bangsa dapat dipersiapkan
untuk kehidupan yang seutuhnya dan penuh dengan kepuasan. Walaupun kata (panacea) obat
mujarab sudah jarang terdengar, hal ini ada hubungannya dengan aliran pendidikan
progresivisme, sisi pembentukan kembali tatatan sosial, dan siap menjadi pendidikan yang
terkenal sebagai suatu obat mujaarab bagi kehidupan sosial.
Catatan dimana pendidikan progresivisme asli berakhir, rekonstruksi sosial adalah di
mana neogprogressivism dimulai. Neoprogressivism berfokus pada titik tertentu salah
satunya adalah pengenalan yang terlambat dari kalangan yang lebih tua ketika
teknik
pedagogik direvitalisasi tanpa melupakan hal yang paling utama, konsentrasi pada misi
sosial sekolah dan pada pekerja pendidikan sebagai instrumen untuk rekonstruksi sosial
Neoprogresivisme dan Pendidikan
Peran pendidikan sosial dan budaya ini telah dibuktikan dengan begitu saja dan begitu
meyakinkan dan hal itu merupakan warisan intelektual kita yang jika diperdebatkan lagi,
akan menjadi hal yang sia-sia. Sekolah tidak diragukan lagi sebagai kendaraan yang penting
untuk transmisi kebudayaan. Ketika menerima ini sebagai sesuatu yang diberikan, pada saat
yang sama juga kita perlu mengakui bahwa sekolah sendiri tidak bertanggung jawab atas
semua transmisi budaya, bagimananapun juga, hal ini membuat sekolah menanggung beban
yang sangat besar akan hal itu. dan hal itu dibuat lebih berat lagi oleh para pembela sebuah
keyakinan sosial liberal, yang ketika diterjemahkan ke dalam dunia pendidikan, digambarkan
sebagai massa neoprogresivism. Kepercayaan ini dihilangkan untuk membuat sebuah
penyelidikan penting: apa itu budaya? siapa yang memiliki kewajiban untuk mendefinisikan
itu? apakah kebudayaan sekolah bertanggung jawab untuk mentransmisikan keadaan tunggal
atau jamak? dimana nilai-nilai budaya yang sekolah diharapkan untuk mentransmisikannya ?
apakah sekolah merupakan bagian dari konspirasi budaya? dan apa komitmen yang harus
2
dibuat oleh sekolah terhadap adanya pluralisme budaya? dengan jawaban atas pertanyaanpertanyaan ini dan yang lainnya, kita harus fokus teori neoprogressive sekolah.
Sekolah sebagai agen kebudayaan. Pendidikan adalah sesuatu yang kolektif dan
digunakan oleh masyarakat untuk mengatur para pemuda di dalam sistem nilai dan
menyelesaikan peradaban sebagai bagian didalamnya. Dengan demikian hal itu adalah
kegiatan sekunder, subordinat kehidupan peradaban yang didalamnya terdapat partisipasi,
yang pada umumnya tampil sebagai pola dasarnya. Ketika para pemuda disuguhkan
pendidikan yang mustahil dengan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata, maka
beberapa instruksi didalamnya di perkenalkan di dalam kebudayaan masyarakat, dimana hal
tersebut mengambil tempat diluar jalur resmi sekolah . Ini mempersulit dan membingungkan
baik sekolah dan masyarakat, mereka dimaksudkan untuk melayani. namun bahkan dalam
masyarakat di mana evolusi budaya menemukan aliran skolastik normal, peradaban itu harus
mencapai bentuk aslinya-kepribadian kolektif harus mencapai kedewasaan-sebelum hal itu
dapat membuat pendidikan yang dadalamnya tercermin hal tersebut. Ketika peradaban
mencapai dewasa, dengan demikian, inersia merupakan adalah karakteristik dari semua
pencapaian kebudayaan.-terutama sehubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pendidikan dan sekolah-memungkinkan hal tersebut untuk dilestarikan itu struktur
dan
dan sosiologi bagi siapa yang begerak didalamnya. Beberapa sekolah bergantung sangat besar
pada disposisi siswa itu sendiri terhadap pendidikan.
Transmisi Budaya. jika ini adalah pengkajian yang akurat dari warisan budaya
pendidikan ini, hal ini juga satu bagian dalam kisah budaya dimana para pendidik dari aliran
neoprogressive bersemangat
menulis ulang kisah transmisi budaya tersebut diajukan dalam salah satu dari dua sumber: di
bagian pertama, semua perkembangan budaya ini kita warisi, mereka menyatakan dengan
4
tanda kebencian, mungkin tidak lebih dari sebuah pengumpulan yang disengaja dari
keberagaman dan tradisi yang tidak teratur yang yang dapat dibenarkan baik secara sosial
maupun psikologis. Untuk membuat kesimpulan dengan cara yang berbeda, kita mungkin
hanya menjadi korban pergeseran budaya. Jika ini yang menjadi masalahnya, kita harus
sangat cepat untuk menjadi sebagai jajaran reconstructionists sosial, untuk sesorang yang
harus melestarikan tema budaya agar utuh dan menopang nilai-nilai umum yang prinsipal
adalah kecelakaan sejarah.
Penafsiran ini memiliki kelemahan, namun, dan mereka merongrong kemasukakalannya.
Memimpin kelemahan adalah pengabdian terhadap kecerdasan itu sendiri. Sejarah
memberitahu kita, jika itu memberitahu kita bahwa nenek moyang kita adalah orang-orang
punya tujuan, keyakinan, dan tekad. Mereka tidak akan membiarkan diri mereka tersapu oleh
angin dari penyimpangan sosial. Mereka meletakkan kehendak mereka pada budaya dan
terinfeksi dengan nilai-nilai mereka sendiri yang tersuling dan disahkan dan menjadi
penganut dari aliran tersebut. Siapapun yang mempelajari sejarah politik atau ekonomi harus
mengenal definisi nilai budaya yang dibuat oleh generasi penerus yaitu orang-orang yang
memiliki otoritas politik dan kekuatan ekonomi untuk membuat nilai-nilai yang berlaku bagi
mereka. Inti dari semua ini, rekonstruksionis sosial menyatakan, bahwa budaya,merupakan
inti umum nilai sosial yang diajarkan dalam sekolah dan mereka memberikan dukungan
kepada lembaga sekolah, yaitu pada pada orang yang lemah dan tak berdaya yaitu pada
bagian sosial, ekonomi, dan politiknya.
Akhirnya, neoprogressives berargumen, filsuf sosial rentan terhadap kesalahan dalam
mengajarkan bahwa hanya hanya ada satu budaya, padahal dalam kenyataannya ada banyak.
Sekarang perdebatan dibawa sampai ke tingkat bawah dan masyarakat Amerika dan sekolah
melayani hal tersebut . Tidak ada definisi tunggal tentang budaya Amerika, mereka menduga
keras, kecuali seperti yang diucapkan oleh mereka yang ingin mempertahankan kontrol atas
rakyat yang besar dan menjaga mereka tetap di tempat mereka. Dimensi budaya Amerika
adalah plural dan luas: di mana salah satu tradisi budaya yaitu sekolah harus bertugas untuk
melestarikan dan mengkomunikasikannya, memang banyak dan semuanya memiliki nilai
substansial. Akidah neoprogressivism dibangun di atas doktrin pluralisme budaya, dan semua
pernyataan para cendekiawan yang ingin membuat suatu kesatuan budaya, mereka
mengatakan ini adalah bagian dari konspirasi untuk mengangkat kepentingan pribadi
segelintir orang dan menghalau kepentingan yang logis dari sekian banyak orang. Sebuah
karena mereka hanya melaksanakan arahan dari atasan mereka, yaitu seorang pengawas yang
mengelola sekolah dan menetapkan tujuan mereka. Tapi pengawas, juga memiliki alasan
yang baik. Mereka mengikuti kebijakan diratifikasi oleh dewan pendidikan. Dan dewan
pendidikan menanganani kebijakan sosial yang seimbang dengan kepentingan Negara USA.
Semua ini meskipun mungkin telah berkontribusi terhadap tingkat efisiensi sosial dan
solidaritas, hl ini berakhir dengan mengorbankan siswa, dalam sistem tersebut, tidak ada
pilihan lain selain menghilangkan kebutuhan dan kepentingan merekea sebagai manusia.
Pada saat yang sama budaya yang kaya dan beragam mewakili kehidupan masyarakat
Amerika, dimana arsitek utamanya mengatakan, telah terjadi peleburan, dan beberapa
diantaranya terlihat dengan adanya
untuk memimpin 'kelas bawah' atau 'kelas orang yang kurang beruntung' untuk menjadi puas
dalam posisi mereka sebagai orang yang 'kurang beruntung".
Beberapa kritikus sekolah Amerika berelaborasi dengan beberapa orang yang fasih
berbicara, Richard Prattc mengakui, hal ini mungkin benar. Sekolah masih belum punya
kesungguhan untuk menggenakan atribut ketidaksempurnaan sekolah untuk berkonspirasi.
"Ini adalah kesimpulan saya", katanya, "bahwa kritikan terhadap penghapusan konsekuensi
yang tidak direncanakan dan kurikulum tersembunyi telah muncul sebagai penolakan
terhadap akun sosiologis sekolah yang mendukung teori kausal yang berpendapat bebasdan
kurikulum tersembunyi telah muncul dari penolakan terhadap akun sosiologis sekolah yang
mendukung teori kausal yang berpendapat bebas, disengaja, oportunistik, dan pembelajaran
tentang aksi rahasia manusia yang
'konsekuensi yang dimaksudkan. Oleh karena itu, teori konspirasi bersandar pada keyakinan
bahwa tidak ada kurikulum tersembunyi atau konsekuensi yang tidak diinginkan lebih
tepatnya, beberapa kelompok telah bersekongkol untuk mengajukan tentang 'apa yang
disebut' konsekuensi sekolah yang tidak diinginkan ".
Para korban konspirasi ini, jika ada, adalah orang-orang dalam masyarakat Amerika yang
sudah terdidik sesuai dengan tema budaya yang umum, telah secara efektif dipisahkan dari
semuanya. Mereka telah dididik tidak dengan mengikuti ajaran kedaulatan pendidikan yang
populer tetapi oleh program pendidikan yang dimaksudkan untuk membentuk mereka untuk
tujuan sosial umum. Dan dalam hal semacam ini sekolah neoprogressives menyatakan,
subversif dari setiap kebijakan yang menegaskan persamaan kesempatan pendidikan, mereka
telah pergi, itu mungkin saja ketika kebijakan pendidikan menganut pluralisme budaya.
ketika Sekolah di barisan belakang, membaca arah pun malahan pengatur, metamorfosis
budaya adalah dimulai lambat, terputus-putus, dan proses kadang-kadang mengalami proses
yang tidak menentu yang disebut evolusi budaya.
Ketika masyarakat sudah benar-benar pluralistik, sekolah dapat mengambil budayanya
dari masyarakat itu sendiri; ketika kebijakan sosial tidak dapat disebut lagi dalam pluralisme
dan akhirnya memutuskan untuk menumbangkannya, maka sekolah harus melakukan yang
terbaik
untuk
memimpin
pertempuran
untuk
memperbaikiapa
yang
bagi
aliran
dasar fundamental pluralisme skolastik ini, sekolah harus berusaha untuk memperoleh
kerjasama dari semua komunitas budaya.
tidak terbatas hal berikut: kontrol sekolah akan menjadi kontrol masyarakat asli, di mana
suara-suara yang sebelumnya dibungkam karena status minoritas mereka sekarang akan
memiliki peran di dalam pembentukan kebijakan, dalam membentuk curiculum, dan dalam
mendefinisikan nilai-nilai yang diajarkan. Hak-hak minoritas dan nilai-nilai akan dijamin
dengan mengadopsi prosedur pengangkatan yang akan memberikan preferensi tertentu dari
seseorang guru karena jenis kelamin, ras atau agama mereka. Populasi sekolah akan mewakili
keseimbangan rasial masyarakat, dan kurikulum sekolah akan mengakui, menghormati, dan
mengajarkan berbagai bahasa yang ada dalam masyarakat. Konvensional Amerika Inggris
akan memberikan tempat kepada bahasa skolastik resmi dan menaruhnya ke dalam bahasa
dan nilai-nilai etnis siswa. Program reguler dalam kurikulum akan diajarkan, tentu saja, tapi
dalam bahasa asli atau bahasa yang disukai oleh siswa. Pada akhirnya, sekolah akan
dibebaskan dari dominasi bahasa Inggris, meskipun bahasa Inggris, menurut dugaan aliran
neoprogressives , akan berlanjut menjadi sesuatu yang penting dalam skolastik dan akan tetap
menjadi pilihan bahasa bagi kebanyakan siswa.
Dilema Dalam Demokrasi Pendidikan
Para pendukung pluralisme budaya, untuk sebagian besar dari jajaran neoprogresivism, yakin
bahwa sekolah multikultural sangat penting dalam masyarakat demokratis. Jika kita
mengakui hal ini, kita tetap ditinggalkan dengan dilema, dan dilema ini, tidak merupakan hal
baru dalam hidup dan lembaga Amerika, hal ini ditemukan dalam legitimasi tetapi terjadi
persaingan antara ambisi pengembangan pribadi dan solidaritas sosial.
Bagaimanapun program pendidikan yang mengadopsi premis dasar bahwa kebaikan
yang umum dilayani dengan baik mengikuti akidah tujuan bersama yang bertujuan untuk
kesatuan sosial sekaligus merekomendasikan rencana untuk sekolah yang menginstruksikan
siswa untuk meninggalkan kepercayaan dalam prinsip-prinsip sosial umum yang bertujuan
untuk memastikan tatanan sosial diandalkan, dan pada akhirnya, akan menjadi kehidupan
yang lebih baik bagi semua orang? Hak individu untuk menjadi diri mereka sendiri, untuk
mengikuti disposisi mereka sendiri, dan untuk mewujudkan bakat asli mereka tentu saja harus
dihormati dalam pendidikan yang benar-benar demokratis. Tetapi masyarakat memiliki hak,
10
juga, dan untuk kepentingan kesejahteraan umum, program pendidikan harus mencoba yang
terbaik untuk menyatukan masyarakat demi tujuan bersama. Ini adalah satu hal untuk
menghibur harapan pluralisme budaya untuk membawa perubahan dalam sikap pemuda
Amerika terhadap budaya yang berbeda dari pada mereka dan untuk memberikan laporan
seimbang dari kontribusi yang diberikan kepada masyarakat Amerika oleh komunitas budaya
yang beragam; itu adalah hal lain untuk menginstruksikan anak-anak negeri ini untuk
menolak anggapan bahwa mereka adalah penerima manfaat dari budaya umum yang
bertujuan cukup universal menawarkan kesetaraan kesempatan bagi setiap orang dalam
masyarakat. neoprogressivism, seperti telah kita lihat, mengikuti doktrin pluralisme budaya
untuk menyelesaikan dilema pendidikan demokratis. Esensialisme, seperti akan kita lihat,
memiliki rumus pendidikan yang sangat berbeda untuk resolusi.
Gambar 5.3
Neoprogresivisme sebagai Teori Pendidikan
Tema
Tujuan Pendidikan
Kurikulum
pluralisme kebudayaan
Kurikulum sekolah tidak harus didominasi oleh penguasa atau orang
yang memiliki jabatan dalam kebudayaan. Semua perlengkapan
Metode
Peran guru
budaya
Guru mesti mempertunjukkan sikap hormat, dalam memberi arahan
dan dalam berkata-kata, untuk semua kebudayaan. Guru sekolah
harus menjadi perwakilan dari keberagaman budaya dalam
komunitas
ESSENSIALISME
11
esensialisme ini telah terkubur dalam tradisi pendidikan Barat, dengan tanda modernitas
tersembunyi, seseorang harus menetapkan asal-usul itu sebagai teori independen sekolah
selama periode dalam sejarah pendidikan Amerika ketika aliran pendidikan progresivisme
masih bersuara dalam pendidikan Amerika. Masuk dengan begitu cepat dan langsung,
esensialisme sebagai teori pendidikan menjadi imbangan terhadap pendidikan progresivisme.
Pendiri Essentialistic Pendidikan Masyarakat adalah William C. Bagley (1874-1946), seorang
profesor pendidikan di perguruan tinggi, columbia University. Sebagai badan yang
menyebarkan pandangan pendidikan essentialistic dan nilai-nilai itu ia mendirikan sebuah
jurnal pendidikan, Sekolah dan Masyarakat.
Keluhan yang diajukan di jurnal dan di tempat lain untuk melawan kevakuman pendidikan
progessivisme, dan dalam beberapa waktu kemudian Bagley adalah seseorang yang
mengusahan sesuatu dengan giat behadapan dengan aliran pendidikan progresivisme. Di
dalam Education and Emergent Man ia mengajukan tuntutan itu dengan sangat baik untuk
merusak tidak hanya pada intelektual tetapi juga pada standar moral. Setelah Perang Dunia II,
para kritikus pendidikan Amerika menjadi lebih banyak dan lebih fasih. Daftar kritikus
panjang dan tuduhan mereka semua ditujukan ke arah kesimpulan yang sama: Pendidikan di
Amerika Serikat telah kehilangan arah dan mengabaikan satu hal yang seharusnya paling
berharga: transmisi warisan sosial dan intelektual.
Inti umum untuk budaya dasar. Papan sentral dalam platform esensialisme adalah
bahwa ada inti umum untuk budaya dasar dan bahwa kewajiban sekolah adalah untuk
mengkomunikasikan inti ini di dengan baik, secara bertanggung jawab. Membuat orang
berpengetahuan tentang warisan dan nilai-nilai masyarakat, essentialists menyatakan, adalah
cara yang paling mujarab untuk mendidik mereka. Tema ini berjalan melalui buku-buku
berikut, semua ilustrasi dari teori pendidikan essentialistic, dan meskipun buku-buku ini,
sering terbatas pada hiperbola, mereka menawarkan alasan untuk berpikir tentang prospek
dan arah pendidikan Amerika :Bernard I. Bellss Crisis in Education, Albert Lynds Quackery
In the Public Schools, Arthur E Bestors Educational Wastelands and The Restoration of
Learning, Mortimer Smiths and Madly Teach and the Diminished Mind, James D. Koerners
The Case For Basic Education, Roberth Hutchins The Conflict In Education, Paul Woodings
Lets Talk Sense About Our Schools, dan H.G Rickovers Education and Freedom.
Beberapa sarjana telah mengadopsi tesis bahwa esensialisme adalah filosofi
pendidikan dan telah mencoba untuk membuatnya identik dengan realisme atau humanisme
13
agama atau rasional. Meskipun filsuf pendidikan dari aliran ini mungkin setuju untuk
berpijak pada aliran essentialistic, akan sangat sulit untuk menunjukkan kecocokan filosofis
diantara mereka dan esensialisme. Jadi kita
sebagai teori pendidikan, tanpa adanya tali penghubung yang memimpin ke satu atau
beberapa filsafat pendidikan.
Esensialisme dan politik konservatif. Ada godaannya, juga, untuk mencari asosiasi
intim antara esensialisme dan teori pollitical konservatif, Banyak buku-buku tentang filsafat
pendidikan, saat membuka gulungan pendirian tempat penyimpann dokumen aliran
pendidikan esensialis, ada beberapa nama, antara lain, seperti konservatif terkenal sebagai
Edmund Burke di Inggris, dan russell Kirk dan William F Buckley di Amerika. Satu tentu
saja akan salah dalam mempertahankan bahwa orang yang menjelaskan pemikiran
konservatif akan menahan kecenderungan konservatif mereka dari pendidikan, sehingga
sebagian besar dari mereka akhirnya bersahabat dengan esensialisme, tetapi akan salah juga
untuk mengeluarkan dari esensialisme siapa saja yang menyimpang dari reservasi konservatif
orang sosial, politik dan ekonomi liberal untuk mendapat
essentialistic; inti umum adalah kemampuan untuk menjamin keseimbangan sosial. Fungsi
utama dari semua sekolah adalah untuk mengambil inti budaya ini dengan serius dan
mengkomunikasikan itu akan menjadi nyata dan menjadi pengabdian. Preposisi seperti itu,
kita tak perlu menambahkan, memiliki akidah yang mampu membuatnya menarik bagi orangorang sosial liberal, meskipun, cukup jelas, pada dasarnya hal ini menjijikkan bagi humanis
dan neoprogresivisme, karena tidak memiliki sertifikasi dari hipotesis ilmiah yang akhirnya
ditolak oleh aliran behavorists.
Essensialisme : Tujuan dan Pelaksanaan
Tujuan pendidikan, menurut teori esensialis, adalah untuk mempersiapkan orang-orang untuk
hidup. Tapi hidup adalah kompleks dan besarnya tuntutan hidup memiliki jarak yang
melampauhi kompetensi dari setiap sekolah. Namun tidak ada alasan untuk putus asa, untuk
sekolah dapat membuat kontribusi. Fungsi-fungsi pendidikan yang berada di luar lingkup
sekolah seharusnya ditanggung oleh lembaga-lembaga sosial lainnya. tentang kontribusi
sekolah, para esensialis dikonfirmasi menyatakan, hal itu terpaku pada obyek instruksi yang
membahana. Apa yang khusus ditolak dalam esensialisme adalah kepastian, terutama yang
paling menonjol dalam neoprogresivisme, bahwa sekolah harus menjadi agen aktif budidaya
14
perubahan sosial, apalagi, harus bertanggung jawab atas pendidikan total kaum masyarakat
muda.
16
Esensialisme tidak memiliki ruang untuk pedagogi yang lembut. Sekolah harus
memenuhi program pembelajarannya yang disertifikasi oleh kebutuhan sosial dan
pendidikan kesusilaan. Mereka harus disusun menjadi masuk akal, kurikulum yang berbicara
akademis, dan guru harus dilengkapi dengan keterampilan pedagogis unggul untuk
memastikan instruksi yang efektif. Sekolah, esensialis mengatakan dengan satu suara, tempat
untuk belajar, dan itu adalah usaha guru, menggunakan metode terbaik yang mereka miliki,
untuk menawarkan instruksi kompeten siswa mereka.
Esensialisme Mengindikasikan Pendidikan yang Kontemporer
tuntutan utama yang menggambarkan perlawanan terhadap pendidikan kontemporer oleh
esensialis adalah, seperti yang telah dikatakan, advokasi untuk rekonstruksi sosial. Kita tahu
bagaimana teori sekolah ini akan meredupkan aktivisme sosial di sekolah-sekolah dan
mengembalikan mereka ke apa yang disebut fungsi instruksional yang tepat dalam kaitannya
dengan dasar-dasar, alat pembelajaran. Tetapi ada tuntutan lain juga, dan meskipun kita tidak
bisa berharap untuk menemukan dan melaporkan semuanya di sini, beberapa hal harus
menjadi perhatian kita.
Essentialists menyayangkan kurangnya standar di sekolah-sekolah Amerika. Mereka
menunjuk ke pengungkapan baru-baru ini digambarkan oleh uji kompetensi negara yang
bermacam-macam dan hasil ujian beberapa perguruan tinggi. Mereka menerimanya, juga,
pada kesaksian pendidik mereka dari sekolah SMA dan perguruan tinggi pendidik dan
kesaksian ini meyakinkan mereka bahwa pencampaian konvensional dari sekolah sedang
berhilangan oleh ratusan ribu orang muda. Kurangnya prestasi, mereka menegaskan, bukan
karena
penurunan dalam kapasitas intelektual generasi muda bangsa. Itu haknya, lebih
tepatnya, kurangnya budidaya akademik yang serius dan bertanggung jawab. Dan penyebab
skolastik besar di sini adalah inovasi. Terpikat oleh inovasi, guru telah tergoda untuk
memungkinkan standar pendidikan otentik memburuk. Dan esensialis, yang menyetujui
perubahan pedagogik ketika nilainya dapat disertifikasi, bertanya-tanya dengan suara keras
mengapa inovasi harus selalu disertai dengan serangan terhadap standar kesusilaan
pendidikan.
Disamping adannya kecenderungan untuk berinovasi demikian dengan karakteristik
dari pendidikan kontemporer, sebuah doktrin pendidikan saat ini dipromosikan oleh berbagai
filsuf pendidikan mendefinisikan "kesetaraan kesempatan pendidikan" yang berarti bahwa
semua siswa harus memiliki pola skolastik yang sama. Tingkat terendah dari keseragaman
17
skolastik, tuntutan essentialists, telah menjadi korban orang-orang berbakat, dan karena
mereka diabaikan di sekolah, mereka dikurangi ke tingkat
pendidikan atau teori pendidikan yang mendiskontokan prestasi dan bakat, essentialists
menyatakan, berkonspirasi untuk meruntuhkan efektivitas instruksional sekolah.
Kurangnya
tujuan
pendidikan
yang
jelas,
program
sekolah,
essentialists
mempertahankan, mudah mendapat kritikan kepada hampir pada setiap mode dan bentuk
pedagogisnya. Sebagai hasilnya sekolah diisi dengan kurikulum yang berisi pendidikan nilainilai yang susah untuk dihentikan, dan bukannya mempersiapkan siswa untuk urusan yang
serius tentang kehidupan, sekolah mengizinkan atau mendorong mereka untuk menghabiskan
waktu mereka pada kegiatan tanpa penggantian akan pendidikan yang layak
Essentialists memiliki kecenderungan, juga, untuk melihat dari dekat tentang
pendidikan guru Amerika. Apa yang mereka temukan membuat mereka sedih. Keluhan
mereka menjadi tinggi hingga dakwaan tentang persiapan yang profesional dan pendidikan
dari seorang guru. Ini adalah isi tuntutannya: jika guru kurang dan tidak cukup
berpendidikan, jika mereka sendiri tidak berhubungan dengan dasar pembelajaran dan dasardasar budaya, dapatkah mereka dapat diharapkan untuk berkomunikasi tentang sesuatu yang
penting ini kepada anak didiknya?
Essentialists tidak menyokong dengan bebas akan sekolah atau menutup mata mereka
terhadap keniscayaan perubahan sosial, tetapi mereka yang fasih akan hal ini membuat
permohonan untuk peningkatan substansial dari standar pendidikan ini. Mereka ingin sekolah
menjadi agen untuk instruksional yang serius-untuk mengajar apa yang dapat diajarkan.
Mereka ingin kurikulum hanya menyertakan mata pelajaran dengan nilai akademik yang
cukup besar, dan mereka ingin guru mendidik dengan baik dan pedagogis yang efisien untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa.
Tidak ada apa-apa, essentialists menyatakan, lebih penting masyarakat daripada
pendidikan manusia. Tetapi pendidikan ini harus bersuara, dan sejauh ini sekolah memiliki
tanggung jawab untuk itu, mereka harus menjadi rumah bagi budaya intelektual. Tanggung
jawab mereka, sementara kurang memberikan promosi beasiswa, untuk menyiapkan instruksi
yang kompeten untuk siswa, untuk orang-orang yang akan menjadi pemimpin untuk generasi
masyarakat mendatang.
Gambar 5.4
18
Kurikulum
kesejahteraan umum
Pendidikan dasar : membaca, menulis, berhitung dan menghitung.
Kemampuan berkomunikasi adalah hal yang esensial untuk
keberhasilan sekolah dan kehidupan sosial yang layak. Kurikulum
Metode
Peran guru
19