Anda di halaman 1dari 19

NEOPROGRESSIVISME

Selama abad ke sembilan, pendidikan di amerika masih didominasi oleh teori pendidikan
yang menjadi prinsip dasar dalam paham idelisme. Pada akhir abad ke 19, semangat
perubahan merasuki kehidupan masyarakat amerika, semangat untuk bangkit atau

bisa

dikatakan sebagai pendekatan yang radikal terhadap pendidikan anak. Pendampingan oleh
Francis w parker, dan sebagai seorang dari ribuan orang lain pada waktu itu, pendidikan
progresif memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan di Amerika. Hal ini mendapat
pujian dari beberapa pendidik dan selebihnya mengutuki hal tersebut, aliran pendidikan
progresifisme terus berlanjut hingga terjadinya perang dunia II. Setelahnya, meskipun
dipraktekkan sebagai aliran yang kecil atas aliran perkembangan sekolah, arah visi
pendidikan mulai semakin tidak nampak; dimana pada akhirnya, dengan ada persaingan
diantara penganut aliran humanisme, behaviorisme, dan esensialisme, aliran progresive
pendidikan menjadi semakin sulit ditemukan di sekolah negeri. Hal ini terjadi tidak
sepenuhnya akibat persaingan dari beberapa teori-teori sekolah diatas, akan tetapi karena
adanya dorongan aliran dari pendidikan progresif asli yang mengalami perubahan. Hal itu
memberi pengaruh terhadap pendidikan Amerika yang sekarang dinilai tidak hanya dengan
metode sekolah atau dengan kurikulum yang sangat mirip dengan kehidupan sosial, tetapi
dengan keyakinan yang mengarahkan sekolah untuk berkomitmen dalam mengubah tatanan
sosial masyarakat Amerika itu sendiri. Akhirnya aliran progresivisme pendidikan membuat
sesuatu yang berbeda, dimana aliran tersebut memudar dan muncul kembali sebagai
neoprogressivism.
Aliran Pendidikan Progresivisme
kita harus mengakui bahwa kesulitan besar dalam mencoba untuk merepresentasikan sesuatu
seperti pergerakan skolastik luas sebagai pendidikan progresif yang cepat dan singkat. Kita
mulai mengetahuinya dengan adanya novel pedagogis tulisan dari Francis W. Parker yang
diperkenalkan di sekolah dari Quincy, massachusetts, pada tahun 1873. Dari quincy kernel
pemikiran parker yang progresif parker akhirnya tersebar ke seluruh daerah amerika, dan
sebelum setengah abad telah berlalu, hal ini telah berkembang menjadi kekuatan potensial di
sekolah-sekolah di Amerika.
Dengan hampir seluruh fitur ornamennya yang dihilangkan, aliran progresivisme
pendidikan mencoba untuk melakukan beberapa hal: untuk membuat kehidupan sekolah lebih
dekat sebagai representatif dari kehidupan nyata: untuk memperkenalkan fungsi belajar
1

kedalam silabus sekolah dasar di daerah pedalaman; untuk mengkapitalisasi dalam proyek
sebagai metode belajar yang prinsipal; dan untuk mengatur kembali kepuasan pribadi dari
pengalaman sekolah sebagai nilai yang mendesak dan bersifat standar dalam proses
pembelajaran. Aliran pendidikan progresivisme selalu menaruh perhatian dalam hubungan
antara sekolah dan masyarakat sosial, dan di akhir perkembangannya pada tahun 1930
beberapa pendidik pada aliran progresif misalnya George S. Counts ( 1889-1975 ), memulai
untuk mempromosikan tentang pendidikan, dan pendidik sebagai pemberi pengaruh yang
vital dalam usaha untuk membentuk kembali kehidupan sosial, untuk membuat kembali
kehidupan sosial sebagai tempat yang terbaik dimana semua suku bangsa dapat dipersiapkan
untuk kehidupan yang seutuhnya dan penuh dengan kepuasan. Walaupun kata (panacea) obat
mujarab sudah jarang terdengar, hal ini ada hubungannya dengan aliran pendidikan
progresivisme, sisi pembentukan kembali tatatan sosial, dan siap menjadi pendidikan yang
terkenal sebagai suatu obat mujaarab bagi kehidupan sosial.
Catatan dimana pendidikan progresivisme asli berakhir, rekonstruksi sosial adalah di
mana neogprogressivism dimulai. Neoprogressivism berfokus pada titik tertentu salah
satunya adalah pengenalan yang terlambat dari kalangan yang lebih tua ketika

teknik

pedagogik direvitalisasi tanpa melupakan hal yang paling utama, konsentrasi pada misi
sosial sekolah dan pada pekerja pendidikan sebagai instrumen untuk rekonstruksi sosial
Neoprogresivisme dan Pendidikan
Peran pendidikan sosial dan budaya ini telah dibuktikan dengan begitu saja dan begitu
meyakinkan dan hal itu merupakan warisan intelektual kita yang jika diperdebatkan lagi,
akan menjadi hal yang sia-sia. Sekolah tidak diragukan lagi sebagai kendaraan yang penting
untuk transmisi kebudayaan. Ketika menerima ini sebagai sesuatu yang diberikan, pada saat
yang sama juga kita perlu mengakui bahwa sekolah sendiri tidak bertanggung jawab atas
semua transmisi budaya, bagimananapun juga, hal ini membuat sekolah menanggung beban
yang sangat besar akan hal itu. dan hal itu dibuat lebih berat lagi oleh para pembela sebuah
keyakinan sosial liberal, yang ketika diterjemahkan ke dalam dunia pendidikan, digambarkan
sebagai massa neoprogresivism. Kepercayaan ini dihilangkan untuk membuat sebuah
penyelidikan penting: apa itu budaya? siapa yang memiliki kewajiban untuk mendefinisikan
itu? apakah kebudayaan sekolah bertanggung jawab untuk mentransmisikan keadaan tunggal
atau jamak? dimana nilai-nilai budaya yang sekolah diharapkan untuk mentransmisikannya ?
apakah sekolah merupakan bagian dari konspirasi budaya? dan apa komitmen yang harus
2

dibuat oleh sekolah terhadap adanya pluralisme budaya? dengan jawaban atas pertanyaanpertanyaan ini dan yang lainnya, kita harus fokus teori neoprogressive sekolah.

Sekolah sebagai agen kebudayaan. Pendidikan adalah sesuatu yang kolektif dan
digunakan oleh masyarakat untuk mengatur para pemuda di dalam sistem nilai dan
menyelesaikan peradaban sebagai bagian didalamnya. Dengan demikian hal itu adalah
kegiatan sekunder, subordinat kehidupan peradaban yang didalamnya terdapat partisipasi,
yang pada umumnya tampil sebagai pola dasarnya. Ketika para pemuda disuguhkan
pendidikan yang mustahil dengan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata, maka
beberapa instruksi didalamnya di perkenalkan di dalam kebudayaan masyarakat, dimana hal
tersebut mengambil tempat diluar jalur resmi sekolah . Ini mempersulit dan membingungkan
baik sekolah dan masyarakat, mereka dimaksudkan untuk melayani. namun bahkan dalam
masyarakat di mana evolusi budaya menemukan aliran skolastik normal, peradaban itu harus
mencapai bentuk aslinya-kepribadian kolektif harus mencapai kedewasaan-sebelum hal itu
dapat membuat pendidikan yang dadalamnya tercermin hal tersebut. Ketika peradaban
mencapai dewasa, dengan demikian, inersia merupakan adalah karakteristik dari semua
pencapaian kebudayaan.-terutama sehubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pendidikan dan sekolah-memungkinkan hal tersebut untuk dilestarikan itu struktur

dan

metodenya untuk puluhan tahun-terkadang sampai berabad-abad-tanpa ada perubahan yang


sifatnya substansial.

Tujuan pendidikan. Perhatian yang ditujukan pada tujuan pendidikan mensyaratkan


tidak adanya penyesalan. Beberapa para ahli teori pendidikan mempertahankan bahwa
personalitas guru diperhitungkan lebih besar dari pengaturan petunjuk di dalam silabus
mereka, dan hal itu dianggap hal yang bagus yang meyakinkan fakta-fakta yang ditunjukkan
dalam bagian ini. Dalam hal guru mengajar, kesan yang terdalam yang ditinggalkan pada
siswanya dapat diperoleh dari rasa yang mereka punya, sikap, dan juga penampilan , akan
tetapi kebanyakan dari semua berasal dari kualitas pikiran guru tersebut. Pada saat yang
sama, bagaimanapun mereka mengenal semua gurunya dengan baik, akan tetapi para siswa
itu hampir tidak berdaya tanpa kerja sama dari orang tua. Respon anak terhadap apa yang
guru dan sekolah tawarkan ditentukan oleh nilai-nilai yang disampaikan kepadanya di rumah.
kesimpulan ini mendapat dukungan dari hasil pengalaman praktis ,dan mereka menunjukkan
fakta dasar yang sama: bahwa proses pendidikan didominasi oleh latar belakang psikologi

dan sosiologi bagi siapa yang begerak didalamnya. Beberapa sekolah bergantung sangat besar
pada disposisi siswa itu sendiri terhadap pendidikan.

Pengalaman Bermasyarakat dan pengalaman Pribadi. Untuk memahami kehidupan


alam yang nyata dari sekolah sebagai agent kebudayaan, kita harus menaruh perhatian dari
watak siswa dan guru. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah dan dalam beberapa hal
watak dapat dikenal sebagai ketidaksempurnaan. Masalahnya dapat diatasi. Watak dan atitut
berakar pada pengalaman, dan setiap kehidupan setiap orang ada dua jenis pengalaman yang
dapat ditemukan yaitu: pengalaman pribadi dan pengalaman dalam bermasyarakat.
Pengalaman pribadi ditemukan di dalam pengaruh yang kuat dari hal yang khas dari
seseorang tersebut. Akan tetapi pengalaman bermasyarakat bukan hanya milik seseorang saja
tetapi juga untuk komunitas sosial, tetapi lebih dari itu, pengalaman bermasyarakat telah
melekat pada tradisi kebudayaan. Untuk sampai tingkat tertentu, tampaknya, masyarakat
memiliki pandangan universal, dengan semua anggotanya berpikir sepanjang garis umum
yang sama; ada pesan yang sama yang membentuk inti variasi pribadi yang tidak akan ada
habisnya.
Kedua sisi kehidupan manusia memiliki pengaruh pada pendidikan. Tetapi dunia pribadi
guru hanya memiliki dampak pada siswanya sendiri. Tetapi untuk dunia pribadi siswa hanya
signifikan dalam mempengaruhi kehidupan pribadinya saja. Tradisi umum-pengalaman
bermasyarakat-di sisi lain, hal itu menjadi tanda bagi setiap orang, dan pengaruhnya
meningkat ketika dimultiplikasikan. Ketika kita berbicara tentang pendidikan untuk seluruh
negara selama jangka waktu yang lama, variasi dari sekolah privat ditekan dan adanya
elemen umum, yang ole beberapa ahi disebut "spirit of age", yang tetap sebagai faktor
penentu kebudayaan. Determinasi kebudayaan menjadi sebuah fakta publik, dan hal itu
mengungkapkan nilai-nilai paling mendasar dalam masyarakat. Nilai paling mendasar itu
menjadi lambang kebudayaan, dan sistem pendidikan suatu masyarakat menyanggupi untuk
menjadi pendamping dan sebagai alat komunikasi diantara mereka. Sekolah diselenggarakan
untuk menjaga nilai-nilai hidup dalam kehidupan setiap orang dalam masyarakat.

Transmisi Budaya. jika ini adalah pengkajian yang akurat dari warisan budaya
pendidikan ini, hal ini juga satu bagian dalam kisah budaya dimana para pendidik dari aliran
neoprogressive bersemangat

untuk menulisnya kembali. Dan determinasi mereka untuk

menulis ulang kisah transmisi budaya tersebut diajukan dalam salah satu dari dua sumber: di
bagian pertama, semua perkembangan budaya ini kita warisi, mereka menyatakan dengan
4

tanda kebencian, mungkin tidak lebih dari sebuah pengumpulan yang disengaja dari
keberagaman dan tradisi yang tidak teratur yang yang dapat dibenarkan baik secara sosial
maupun psikologis. Untuk membuat kesimpulan dengan cara yang berbeda, kita mungkin
hanya menjadi korban pergeseran budaya. Jika ini yang menjadi masalahnya, kita harus
sangat cepat untuk menjadi sebagai jajaran reconstructionists sosial, untuk sesorang yang
harus melestarikan tema budaya agar utuh dan menopang nilai-nilai umum yang prinsipal
adalah kecelakaan sejarah.
Penafsiran ini memiliki kelemahan, namun, dan mereka merongrong kemasukakalannya.
Memimpin kelemahan adalah pengabdian terhadap kecerdasan itu sendiri. Sejarah
memberitahu kita, jika itu memberitahu kita bahwa nenek moyang kita adalah orang-orang
punya tujuan, keyakinan, dan tekad. Mereka tidak akan membiarkan diri mereka tersapu oleh
angin dari penyimpangan sosial. Mereka meletakkan kehendak mereka pada budaya dan
terinfeksi dengan nilai-nilai mereka sendiri yang tersuling dan disahkan dan menjadi
penganut dari aliran tersebut. Siapapun yang mempelajari sejarah politik atau ekonomi harus
mengenal definisi nilai budaya yang dibuat oleh generasi penerus yaitu orang-orang yang
memiliki otoritas politik dan kekuatan ekonomi untuk membuat nilai-nilai yang berlaku bagi
mereka. Inti dari semua ini, rekonstruksionis sosial menyatakan, bahwa budaya,merupakan
inti umum nilai sosial yang diajarkan dalam sekolah dan mereka memberikan dukungan
kepada lembaga sekolah, yaitu pada pada orang yang lemah dan tak berdaya yaitu pada
bagian sosial, ekonomi, dan politiknya.
Akhirnya, neoprogressives berargumen, filsuf sosial rentan terhadap kesalahan dalam
mengajarkan bahwa hanya hanya ada satu budaya, padahal dalam kenyataannya ada banyak.
Sekarang perdebatan dibawa sampai ke tingkat bawah dan masyarakat Amerika dan sekolah
melayani hal tersebut . Tidak ada definisi tunggal tentang budaya Amerika, mereka menduga
keras, kecuali seperti yang diucapkan oleh mereka yang ingin mempertahankan kontrol atas
rakyat yang besar dan menjaga mereka tetap di tempat mereka. Dimensi budaya Amerika
adalah plural dan luas: di mana salah satu tradisi budaya yaitu sekolah harus bertugas untuk
melestarikan dan mengkomunikasikannya, memang banyak dan semuanya memiliki nilai
substansial. Akidah neoprogressivism dibangun di atas doktrin pluralisme budaya, dan semua
pernyataan para cendekiawan yang ingin membuat suatu kesatuan budaya, mereka
mengatakan ini adalah bagian dari konspirasi untuk mengangkat kepentingan pribadi
segelintir orang dan menghalau kepentingan yang logis dari sekian banyak orang. Sebuah

pendidikan yang ideal merupakan salah satu yang membuat

setiap ketentuan tentang

pluralisme kebudayan agar bisa berkembang.

Sekolah dan Konspirasi Kebudayaan. Interpretasi dermawan bahwa budaya Amerika


berevolusi pada abad kesembilan belas ke titik di mana kematangannya direkomendasikan
sebagai isi dasar untuk sekolah di negara itu, dan bahwa sejak saat itu disimpan dalam
kurikulum oleh resistensi alami manusia untuk mengubah, atau dengan sederhana sosial
inersia, adalah masuk akal dan beberapa teori pendidikan mengatakan, secara substansial
benar. penafsiran ini, bagaimanapun, ditolak dalam doktrin liberal neoprogressivism. Doktrin
liberal berbicara tentang Kurikulum yang tersembunyi, subversif demokrasi otentik, dengan
dasar yang terkubur dalam ideologi conservativism ekonomis dan didalam kebijakan
pendidikan yang bertujuan untuk efisiensi sosial.
Aliran Conservativism, mungkin memiliki satu pendapat, yaitu berkomitmen untuk
melestarikan unsur-unsur terbaik dalam tradisi dan untuk menjaga tradisi itu hidup dalam
mata tatanan kehidupan sosial. Tapi rekonstruksionis sosial tidak yakin. Mereka menuduh
bahwa convervatives dengan menyamarkan motivasi mereka di dalam pernyataan tentang
kebaikan bersama, dan bukan mengabadikan tujuan sosial asli demokratis, dan dan dengan
demikian merata beroperasi pada prinsip-prinsip kemanfaatan dan kepentingan. Memisah
antara tradisi budaya yang umum dari kepentingan yang khusus-hal itu selalu susah dan dapat
dengan mudah menjadi sebuah latihan khayalan diri sebagai salah satu altruisme sosial. Jadi,
dalam analisis terakhir, tuduhan dibacakan, sekolah Amerika, yang didominasi oleh ideologi
konservatif, telah berusaha untuk melindungi kepentingan industri, modal dan kekayaan,
atau, dengan menggunakan kata-kata Michael Katz, telah berkomitmen pada hal yang tidak
dapat diubah ke arah pembentukan perkumpulan manusia . Dengan demikian mereka telah
melupakan kebutuhan dan kepentingan rakyat umat manusia yang sah. Dihadapkan pada
pilihan diantara pendidikan untuk kebebasan atau pendidikan untuk penindasan, mereka telah
memilih bagian yang terakhir.
Dalam Sejarah pendidikan di Amerika, kritikus neoprogressive paling vokal menegaskan,
sebuah catatan yang diilustrasikan oleh guru yang berperan sebagai agen yang mengatur
siswanya dan melalui didirikannya keterampilan dan nilai-nilai dari masa lalu secara tertib,
terciptalah kestabilan dalam model kehidupan mereka. Dan semua penduduk amerika-kota,
imigran baru, petani, buruh pabrik, orang Indian Amerika, dan kulit hitam-terjebak dalam
sebuah jaringan skolastik yang tidak terpisahkan. Guru sendiri hampir tidak harus disalahkan,
6

karena mereka hanya melaksanakan arahan dari atasan mereka, yaitu seorang pengawas yang
mengelola sekolah dan menetapkan tujuan mereka. Tapi pengawas, juga memiliki alasan
yang baik. Mereka mengikuti kebijakan diratifikasi oleh dewan pendidikan. Dan dewan
pendidikan menanganani kebijakan sosial yang seimbang dengan kepentingan Negara USA.
Semua ini meskipun mungkin telah berkontribusi terhadap tingkat efisiensi sosial dan
solidaritas, hl ini berakhir dengan mengorbankan siswa, dalam sistem tersebut, tidak ada
pilihan lain selain menghilangkan kebutuhan dan kepentingan merekea sebagai manusia.
Pada saat yang sama budaya yang kaya dan beragam mewakili kehidupan masyarakat
Amerika, dimana arsitek utamanya mengatakan, telah terjadi peleburan, dan beberapa
diantaranya terlihat dengan adanya

pengecualian kebijakan pendidikan yang akhirnya

melebur menjadi sebuah tulisan.


Hal ini berisi tanggapan yang keras, penilaian yang tidak terpuji terhadap usaha
pendidikan selama satu abad tersebut dan salah satunya oleh ketidakberartinya daya tarik
ilmiah yang bersifat universal. Namun ada pendapat dari orang yang fasih neoprogresivisme
mengeluarkan usul bahwa kebijakan pendidikan amerika telah mengalami konspirasi untuk
satu abad atau lebih. Silberman menyebut sekolah "tanpa berpikir" dalam keinginan mereka
untuk mencari kecocokan dan didalam tekanan mereka terhadap bawaan rasa ingin tahu dan
bakat siswa. Disisi lainnya bahkan lebih parah karena mereka menyusun tuntutan atas
terjadinya konspirasi. Ketika konspirasi bekerja, sekolah menjadi alat kontrol sosial atau,
seperti Freire mengatakan bahwa sekolah menjadi lembaga yang menetramkan masayarakat.
Sekolah, menurut pendapat Illich, akan satu langkah melampauhi beberapa tuntutan kaum
liberal, tidak ada hal lain yang lebih selain memperkuat status quo dan, dengan demikian,
secara konstitusional tidak mampu memajukan perubahan sosial. Jika perubahan adalah
promosi yang berharga, dan Illich percaya akan hal itu, maka rumus untuk mendapatkan
perubahan sosial harus mencakup penghapusan sekolah. Apa yang akan menggantikan
mereka sebagai lembaga sosial tidak sepenuhnya jelas. Holt mengambil sikap yang sama:
"Saya berpikir bahwa sekolah dan pendidikan, dengan keadaan mereka yang sangat alami,
bertujuan, terstruktur, dan cara kerjanya, dan dimaksudkan untuk menjadi hambatan bagi
anak-anak miskin, dirancang dan dibangun bukan untuk membawa mereka keatas di dunia
tetapi untuk menjaga mereka tetap berada di bawah itu dan membuat mereka berpikir bahwa
itu merupakan kesalahan mereka sendiri ". Green menempatkan isu konspirasi seluruhnya
dengan ringkas: " ini merupakan pendapat yang kadang-kadang berkembang, misalnya,
bahwa hal ini adalah maksud dari kebijakan pendidikan didalam masa Amerika kontemporer
7

untuk memimpin 'kelas bawah' atau 'kelas orang yang kurang beruntung' untuk menjadi puas
dalam posisi mereka sebagai orang yang 'kurang beruntung".
Beberapa kritikus sekolah Amerika berelaborasi dengan beberapa orang yang fasih
berbicara, Richard Prattc mengakui, hal ini mungkin benar. Sekolah masih belum punya
kesungguhan untuk menggenakan atribut ketidaksempurnaan sekolah untuk berkonspirasi.
"Ini adalah kesimpulan saya", katanya, "bahwa kritikan terhadap penghapusan konsekuensi
yang tidak direncanakan dan kurikulum tersembunyi telah muncul sebagai penolakan
terhadap akun sosiologis sekolah yang mendukung teori kausal yang berpendapat bebasdan
kurikulum tersembunyi telah muncul dari penolakan terhadap akun sosiologis sekolah yang
mendukung teori kausal yang berpendapat bebas, disengaja, oportunistik, dan pembelajaran
tentang aksi rahasia manusia yang

menyalahkan perbuatan untuk mengangkat tentang

'konsekuensi yang dimaksudkan. Oleh karena itu, teori konspirasi bersandar pada keyakinan
bahwa tidak ada kurikulum tersembunyi atau konsekuensi yang tidak diinginkan lebih
tepatnya, beberapa kelompok telah bersekongkol untuk mengajukan tentang 'apa yang
disebut' konsekuensi sekolah yang tidak diinginkan ".
Para korban konspirasi ini, jika ada, adalah orang-orang dalam masyarakat Amerika yang
sudah terdidik sesuai dengan tema budaya yang umum, telah secara efektif dipisahkan dari
semuanya. Mereka telah dididik tidak dengan mengikuti ajaran kedaulatan pendidikan yang
populer tetapi oleh program pendidikan yang dimaksudkan untuk membentuk mereka untuk
tujuan sosial umum. Dan dalam hal semacam ini sekolah neoprogressives menyatakan,
subversif dari setiap kebijakan yang menegaskan persamaan kesempatan pendidikan, mereka
telah pergi, itu mungkin saja ketika kebijakan pendidikan menganut pluralisme budaya.

Sekolah dan pluralisme kebudayaan. teori neoprogressive sekolah dimulai dengan


mendukung pluralisme budaya sebagai suatu kebutuhan mendasar bagi masyarakat
demokratis sejati. jika, sebagai juru bicara utama untuk teori ini sekolah menduga,
masyarakat Amerika kekurangan dalam komitmennya terhadap pluralisme, bagian dari
kegiatan merekonstruksi sekolah harus ditujukan untuk mengubah ini sentimen fundamental
tidak demokratis dalam masyarakat. Sekolah dapat berharap untuk mendapatkan moral
masyarakat yang mereka layani tetapi, menurut teori ini, sekolah memiliki teori sosial. Dalam
hubungan ini, tentu saja, perdebatan kuno dihidupkan kembali sebagai azimuth pada nilainilai, kebudayaan, tradisi apakah yang sudah dianut oleh masyarakat? dalam kedua kasus kita
harus berpikir, perubahan dalam hal peraturan menjadi naskah budaya adalah mungkin, tetapi
8

ketika Sekolah di barisan belakang, membaca arah pun malahan pengatur, metamorfosis
budaya adalah dimulai lambat, terputus-putus, dan proses kadang-kadang mengalami proses
yang tidak menentu yang disebut evolusi budaya.
Ketika masyarakat sudah benar-benar pluralistik, sekolah dapat mengambil budayanya
dari masyarakat itu sendiri; ketika kebijakan sosial tidak dapat disebut lagi dalam pluralisme
dan akhirnya memutuskan untuk menumbangkannya, maka sekolah harus melakukan yang
terbaik

untuk

memimpin

pertempuran

untuk

memperbaikiapa

yang

bagi

aliran

neoprogresivisme disebut sebagai monolit budaya. Dari pembelajaran tentang masyarakat


majemuk, menurut teori sosial liberal, memenuhi spesifikasi sebagai berikut: dengan berbagai
komunitas budaya yang masih ada, orang-orang ada didalam masyarakat harus memiliki hak
untuk memilih dari antara mereka, dan hambatan mereka untuk memilih secara bebas harus
dieliminasi. Ketika berbagai komunitas budaya terbentuk dan diakui, dan ketika mereka dapat
diakses dengan mudah, mereka harus menghormati kebebasan untuk keberagaman budaya di
masyarakat budaya lainnya. Dengan kata lain, ketika komunitas budaya memiliki
kemandirian dalam tindakan, mereka harus siap untuk memberikan kemerdekaan yang sama
ini kepada orang lain. Dan dalam evolusi berbagai komunitas budaya, ide dari masyarakat
umum, mengatakan bahwa budaya yang mayoritas, adalah hak dan bukan merupakan hak
istimewa: Status minoritas dari mayoritas. Komunitas-komunitas budaya ini berinteraksi
diantara mereka sendiri dan juga dengan komunitas yang lebih besar, mereka adalah sebuah
kesatuan yang hadir, apologis liberal mengatakan, agar ada keseimbangkan pengaruh dalam
perumusan kebijakan sosial dan politik yang luas dan, pada gilirannya, diharapkan dapat
bekerja sama dengan masyarakat umum dalam memajuan tujuan umum masyarakat .
Dengan pluralisme didirikan sebagai praktek sosial, sekolah memasukkan sebagai
gambaran. Tanggung jawab mereka adalah untuk membantu membenarkan dan membentuk
kebijakan pendidikan yang ramah terhadap pluralisme. Selain persahabatan, bagaimanapun
juga, sekolah memiliki kewajiban untuk memperkenalkan semua siswa untuk dan mengatur
mereka dalam keragaman pola budaya dan nilai-nilai. Konsisten dengan penyimpangan
budaya ini, program pendidikan harus mampu berkomitmen terhadap pengembangan budaya
orang secara otonom. Menurut teori sekolah ini sekolah, kebudayaan orang yang otonom
dilengkapi untuk membuat pilihan sehubungan dengan komunitas budaya mereka yaitu
masuk atau menjauhkan diri dari bergabung didalamnya. Dalam semua ini, sekolah harus
mengadopsi filosofi scocial yang mengangkat dan mempromosikan nilai keanekaragaman
budaya dan mengecilkan keutamaan dalam keseragaman dan kesesuaian. bergerak dari ini
9

dasar fundamental pluralisme skolastik ini, sekolah harus berusaha untuk memperoleh
kerjasama dari semua komunitas budaya.

Prinsip dasar pluralisme kebudayaan. prinsip-prinsip pluralisme asli diterapkan ke


sekolah

dalam dukungan pembuatan kebijakan pendidikan liberal, diilustrasikan, namun

tidak terbatas hal berikut: kontrol sekolah akan menjadi kontrol masyarakat asli, di mana
suara-suara yang sebelumnya dibungkam karena status minoritas mereka sekarang akan
memiliki peran di dalam pembentukan kebijakan, dalam membentuk curiculum, dan dalam
mendefinisikan nilai-nilai yang diajarkan. Hak-hak minoritas dan nilai-nilai akan dijamin
dengan mengadopsi prosedur pengangkatan yang akan memberikan preferensi tertentu dari
seseorang guru karena jenis kelamin, ras atau agama mereka. Populasi sekolah akan mewakili
keseimbangan rasial masyarakat, dan kurikulum sekolah akan mengakui, menghormati, dan
mengajarkan berbagai bahasa yang ada dalam masyarakat. Konvensional Amerika Inggris
akan memberikan tempat kepada bahasa skolastik resmi dan menaruhnya ke dalam bahasa
dan nilai-nilai etnis siswa. Program reguler dalam kurikulum akan diajarkan, tentu saja, tapi
dalam bahasa asli atau bahasa yang disukai oleh siswa. Pada akhirnya, sekolah akan
dibebaskan dari dominasi bahasa Inggris, meskipun bahasa Inggris, menurut dugaan aliran
neoprogressives , akan berlanjut menjadi sesuatu yang penting dalam skolastik dan akan tetap
menjadi pilihan bahasa bagi kebanyakan siswa.
Dilema Dalam Demokrasi Pendidikan
Para pendukung pluralisme budaya, untuk sebagian besar dari jajaran neoprogresivism, yakin
bahwa sekolah multikultural sangat penting dalam masyarakat demokratis. Jika kita
mengakui hal ini, kita tetap ditinggalkan dengan dilema, dan dilema ini, tidak merupakan hal
baru dalam hidup dan lembaga Amerika, hal ini ditemukan dalam legitimasi tetapi terjadi
persaingan antara ambisi pengembangan pribadi dan solidaritas sosial.
Bagaimanapun program pendidikan yang mengadopsi premis dasar bahwa kebaikan
yang umum dilayani dengan baik mengikuti akidah tujuan bersama yang bertujuan untuk
kesatuan sosial sekaligus merekomendasikan rencana untuk sekolah yang menginstruksikan
siswa untuk meninggalkan kepercayaan dalam prinsip-prinsip sosial umum yang bertujuan
untuk memastikan tatanan sosial diandalkan, dan pada akhirnya, akan menjadi kehidupan
yang lebih baik bagi semua orang? Hak individu untuk menjadi diri mereka sendiri, untuk
mengikuti disposisi mereka sendiri, dan untuk mewujudkan bakat asli mereka tentu saja harus
dihormati dalam pendidikan yang benar-benar demokratis. Tetapi masyarakat memiliki hak,
10

juga, dan untuk kepentingan kesejahteraan umum, program pendidikan harus mencoba yang
terbaik untuk menyatukan masyarakat demi tujuan bersama. Ini adalah satu hal untuk
menghibur harapan pluralisme budaya untuk membawa perubahan dalam sikap pemuda
Amerika terhadap budaya yang berbeda dari pada mereka dan untuk memberikan laporan
seimbang dari kontribusi yang diberikan kepada masyarakat Amerika oleh komunitas budaya
yang beragam; itu adalah hal lain untuk menginstruksikan anak-anak negeri ini untuk
menolak anggapan bahwa mereka adalah penerima manfaat dari budaya umum yang
bertujuan cukup universal menawarkan kesetaraan kesempatan bagi setiap orang dalam
masyarakat. neoprogressivism, seperti telah kita lihat, mengikuti doktrin pluralisme budaya
untuk menyelesaikan dilema pendidikan demokratis. Esensialisme, seperti akan kita lihat,
memiliki rumus pendidikan yang sangat berbeda untuk resolusi.
Gambar 5.3
Neoprogresivisme sebagai Teori Pendidikan
Tema

Pendidikan adalah kegiatan sosial yang utama. Misi sekolah adalah

Tujuan Pendidikan

untuk mendorong percepatan pembangunan sosial


Pendidikan bertanggungjawab untuk membuat tatanan sosial.
Pentransmisian budaya itu adalah hal yang esensial dan dalam
kehidupan sosial, pentransimisian ini harus mengakui adanya

Kurikulum

pluralisme kebudayaan
Kurikulum sekolah tidak harus didominasi oleh penguasa atau orang
yang memiliki jabatan dalam kebudayaan. Semua perlengkapan

Metode

kebudayaan dan nilai-nilainya dimasukkan di dalam kurikulum


Pendidikan sebagai turunan dari pendidikan progresivisme,

Tempat belajar siswa

kegunaan metode adalah sebagai penyokong


Nilai kebudayaan yang dibawa siswa membuat sekolah begitu
bermanfaat. Martabat dan tanggungjawab sosial seseorang begitu
tinggi ketika penghormatan sesuai dengan semua latarbelakang

Peran guru

budaya
Guru mesti mempertunjukkan sikap hormat, dalam memberi arahan
dan dalam berkata-kata, untuk semua kebudayaan. Guru sekolah
harus menjadi perwakilan dari keberagaman budaya dalam
komunitas
ESSENSIALISME

11

Teori pendidikan yang sudah kita pelajari-humanisme, behaviorisme, neoprogresivisme, dari


pandangan terdepan mereka tentang pendidikan adalah mengarah kepada perubahan. Sebuah
asumsi umum namun tidak tepat menempatkan esensialisme di sisi status quo dengan tekad
untuk melestarikan sekolah seperti pandangan mereka. Benar, aliran pandangan dasar
conservativism bergerak melalui esensialisme, walaupun kita menemukan sekolah dan
pendidikan dalam banyak hal masih tidak sempurna sebagaimana sekolah menjadi lebih
liberal dan, dalam beberapa instansi, rekan sejawat masih bersifat dogmatis . Solusi yang
diusulkan untuk memperbaiki Pendidikan Amerika, akan tetapi dalam hal yang layak di
hormati, dari karakterisasi radikal, jarang memenuhi syarat sebagai inovasi pedagogis yang
drastis. Pada saat yang sama, jelas, tuntutan essentialistic pada level sekolah Amerika
cenderung sebagai kaustik dan kritis yang dibuat oleh beberapa eksponen teori sekolah
lainnya.
Fondasi dari Aliran Esensialisme
Beberapa cendekiawan mengatur esensialisme perennialism dan, dalam menggunakan
karakterisasi ini, berarti mengasosiasikannya dengan praktek pendidikan masa lalu, sebuah
praktek yang telah ditinggalkan, mereka menyatakan, hal ini berdasarkan perkembangan
psikologis dan pedagogis kontemporer. Mereka mungkin bermaksud, juga, untuk
mengasosiasikannya dengan denominasi agama dan dengan demikian menahan diri dari
mengajar sesuatu yang tidak sesuai dengan dasar-dasar keyakinan sektarian. Akhirnya,
mereka mungkin berniat untuk menghubungkannya dengan tradisi klasik pendidikan', di
mana sekolah itu tempat untuk elit dan di mana arus utama kehidupan dialihkan jauh dari
sekolah untuk memberikan perhatian penuh kepada budaya aristokrat tanpa gangguan dari
kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan hidup. Dalam kritik-kritik nyata ini menambahkan
hingga teori dan praktek pendidikan yang tidak relevan di dunia saat ini. Apapun prestasi
esensialisme di masa lalu adalah sebuah sejarah tentang sebuah pendapat, tetapi dinilai oleh
detrators sebagai teori sekolah yang sepenuhnya keluar dari langkah urgensi kehidupan
kontemporer.
Sementara essentialists tidak perlu terganggu dengan label perennialists, penggunaan
istilah saat ini adalah pejorative. Namun itu adalah salah untuk mengisi essentialists dengan
membalikkan kalender pendidikan, meskipun akan sulit untuk percaya bahwa esensialisme
bisa menjadi teori pendidikan otentik konservatif kecuali menemukan beberapa unsur dalam
praktek pendidikan masa lalu untuk dipertahankan tetap utuh. Jadi, meskipun akar
12

esensialisme ini telah terkubur dalam tradisi pendidikan Barat, dengan tanda modernitas
tersembunyi, seseorang harus menetapkan asal-usul itu sebagai teori independen sekolah
selama periode dalam sejarah pendidikan Amerika ketika aliran pendidikan progresivisme
masih bersuara dalam pendidikan Amerika. Masuk dengan begitu cepat dan langsung,
esensialisme sebagai teori pendidikan menjadi imbangan terhadap pendidikan progresivisme.
Pendiri Essentialistic Pendidikan Masyarakat adalah William C. Bagley (1874-1946), seorang
profesor pendidikan di perguruan tinggi, columbia University. Sebagai badan yang
menyebarkan pandangan pendidikan essentialistic dan nilai-nilai itu ia mendirikan sebuah
jurnal pendidikan, Sekolah dan Masyarakat.
Keluhan yang diajukan di jurnal dan di tempat lain untuk melawan kevakuman pendidikan
progessivisme, dan dalam beberapa waktu kemudian Bagley adalah seseorang yang
mengusahan sesuatu dengan giat behadapan dengan aliran pendidikan progresivisme. Di
dalam Education and Emergent Man ia mengajukan tuntutan itu dengan sangat baik untuk
merusak tidak hanya pada intelektual tetapi juga pada standar moral. Setelah Perang Dunia II,
para kritikus pendidikan Amerika menjadi lebih banyak dan lebih fasih. Daftar kritikus
panjang dan tuduhan mereka semua ditujukan ke arah kesimpulan yang sama: Pendidikan di
Amerika Serikat telah kehilangan arah dan mengabaikan satu hal yang seharusnya paling
berharga: transmisi warisan sosial dan intelektual.

Inti umum untuk budaya dasar. Papan sentral dalam platform esensialisme adalah
bahwa ada inti umum untuk budaya dasar dan bahwa kewajiban sekolah adalah untuk
mengkomunikasikan inti ini di dengan baik, secara bertanggung jawab. Membuat orang
berpengetahuan tentang warisan dan nilai-nilai masyarakat, essentialists menyatakan, adalah
cara yang paling mujarab untuk mendidik mereka. Tema ini berjalan melalui buku-buku
berikut, semua ilustrasi dari teori pendidikan essentialistic, dan meskipun buku-buku ini,
sering terbatas pada hiperbola, mereka menawarkan alasan untuk berpikir tentang prospek
dan arah pendidikan Amerika :Bernard I. Bellss Crisis in Education, Albert Lynds Quackery
In the Public Schools, Arthur E Bestors Educational Wastelands and The Restoration of
Learning, Mortimer Smiths and Madly Teach and the Diminished Mind, James D. Koerners
The Case For Basic Education, Roberth Hutchins The Conflict In Education, Paul Woodings
Lets Talk Sense About Our Schools, dan H.G Rickovers Education and Freedom.
Beberapa sarjana telah mengadopsi tesis bahwa esensialisme adalah filosofi
pendidikan dan telah mencoba untuk membuatnya identik dengan realisme atau humanisme
13

agama atau rasional. Meskipun filsuf pendidikan dari aliran ini mungkin setuju untuk
berpijak pada aliran essentialistic, akan sangat sulit untuk menunjukkan kecocokan filosofis
diantara mereka dan esensialisme. Jadi kita

aman dan lebih mengakui bahwa esensialisme

sebagai teori pendidikan, tanpa adanya tali penghubung yang memimpin ke satu atau
beberapa filsafat pendidikan.

Esensialisme dan politik konservatif. Ada godaannya, juga, untuk mencari asosiasi
intim antara esensialisme dan teori pollitical konservatif, Banyak buku-buku tentang filsafat
pendidikan, saat membuka gulungan pendirian tempat penyimpann dokumen aliran
pendidikan esensialis, ada beberapa nama, antara lain, seperti konservatif terkenal sebagai
Edmund Burke di Inggris, dan russell Kirk dan William F Buckley di Amerika. Satu tentu
saja akan salah dalam mempertahankan bahwa orang yang menjelaskan pemikiran
konservatif akan menahan kecenderungan konservatif mereka dari pendidikan, sehingga
sebagian besar dari mereka akhirnya bersahabat dengan esensialisme, tetapi akan salah juga
untuk mengeluarkan dari esensialisme siapa saja yang menyimpang dari reservasi konservatif
orang sosial, politik dan ekonomi liberal untuk mendapat

jabatan sebagai pendidikan

essentialistic; inti umum adalah kemampuan untuk menjamin keseimbangan sosial. Fungsi
utama dari semua sekolah adalah untuk mengambil inti budaya ini dengan serius dan
mengkomunikasikan itu akan menjadi nyata dan menjadi pengabdian. Preposisi seperti itu,
kita tak perlu menambahkan, memiliki akidah yang mampu membuatnya menarik bagi orangorang sosial liberal, meskipun, cukup jelas, pada dasarnya hal ini menjijikkan bagi humanis
dan neoprogresivisme, karena tidak memiliki sertifikasi dari hipotesis ilmiah yang akhirnya
ditolak oleh aliran behavorists.
Essensialisme : Tujuan dan Pelaksanaan
Tujuan pendidikan, menurut teori esensialis, adalah untuk mempersiapkan orang-orang untuk
hidup. Tapi hidup adalah kompleks dan besarnya tuntutan hidup memiliki jarak yang
melampauhi kompetensi dari setiap sekolah. Namun tidak ada alasan untuk putus asa, untuk
sekolah dapat membuat kontribusi. Fungsi-fungsi pendidikan yang berada di luar lingkup
sekolah seharusnya ditanggung oleh lembaga-lembaga sosial lainnya. tentang kontribusi
sekolah, para esensialis dikonfirmasi menyatakan, hal itu terpaku pada obyek instruksi yang
membahana. Apa yang khusus ditolak dalam esensialisme adalah kepastian, terutama yang
paling menonjol dalam neoprogresivisme, bahwa sekolah harus menjadi agen aktif budidaya

14

perubahan sosial, apalagi, harus bertanggung jawab atas pendidikan total kaum masyarakat
muda.

Pengakuan perubahan. Perubahan, essentialists setuju, merupakan fakta yang tidak


dapat diubah dari kehidupan sosial;tidak ada esensialis yang buta terhadap evolusi manusia
dalam sejarah. Perubahan, bagaimanapun, harus terjadi sebagai akibat dari terjadinya
terjadinya tekanan yang konstant dari masyarakat itu sendiri; hal itu digenerasikan dalam
kecerdasan manusia yang siap untuk mengenali kebutuhan akan perubahan dari cara
bertindak dan kepada organisasi dan fungsi lembaga sosial. Sekolah, seperti peraturan
perundang-undangan, harus muncul dari kebutuhan sah rakyat dan mengiringi disposisi sosial
mereka daripada mengantisipasinya. Ini, tentu saja, bukanlah untuk mengecualikan sekolah
atau pendidikan dari setiap peran dalam metamorfosis sosial dan kelembagaan, meskipun
esensialisme bersikeras tentang hal ini; Memodifikasi dan mereformasi tujuan pendidikan
adalah tidak searah dan bersifat pribadi daripada langsung dan institusional. Sekolah tidak
boleh didelegasikan untuk memimpin perbaikan, walaupun perbaikan tersebut mungkin
tampak layak. Hal ini berlaku bagi perempuan dan laki-laki untuk tingkat yang lebih pribadi.
Tindakan mereka melakukan perbaikan dalam tatanan sosial, bahkan inspirasi untuk
membuatnya sebagai akibat perbakian, hal itu berasal dari sekolah. Sekolah, cukup baik
sebagai rumah untuk ide-ide dan idealisme, dapat memotivasi siswa melalui instruksi untuk
berkonsentrasi pada rekonstruksi sosial dan reorganisasi. Semua ini kompatibel dengan
esensialisme tersebut; apa yang tidak kompatibel, bagaimanapun, adalah doktrin dari comite
sekolah untuk memimpin terhadap perbaikan sosial.
Namun arah manfaat sekolah beberapa dapat diambil-apakah mereka menjadi pejuang
untuk keadilan sosial dan pemerataan ekonomi atau tinggal selalu di sisi status quo-mereka
memberi penamaan pada instruksi sekolah mereka untuk berfungsi secara efektif dalam
masyarakat. Kesejahteraan pribadi dan kebaikan masyarakat secara keseluruhan tergantung
untuk sebagian besar pada tingkat kecerdasan yang dicapai oleh orang-orang tersebut. Satu
hal yang dibutuhkan yaitu untuk tidak mempromosikan pendidikan yang elit, sebuah kelas
untuk mendidik, atau keunggulan dari beberapanya, untuk esensialisme, bukan ornamen
tetapi kompetensi dasar dan fundamental dalam keterampilan-keterampilan dan pengetahuan
yang penting untuk kehidupan yang efektif dalam masyarakat.

Indoktrinasi. Keluhan umum diajukan terhadap resiko esensialisme adalah bahwa


program skolastik mengikuti kepememimpinannya sampai menjadi bagian dalam suatu
15

proses indoktrinasi. Dengan demikian mereka melumpuhkan siswa-dan pada akhirnya


masyarakat sendiri-didalam adat istiadat dan tradisi masa lalu. Tujuannya adalah bahwa
program-program tersebut terikat untuk menutup kesempatan untuk berubah. Esensialisme
memberi jawaban, bagaimanapun, memiliki daerah yang familiar: Jika humanisme,
behaviorisme, atau neoprogresivismw memiliki cara, siswa di sekolah akan didoktrin dengan
semua jenis program sosial dan perilaku bertentangan untuk menguji standar dan urutan dasar
institusi sosial. Tuntutan indoktrinasi berjalan bolak-balik, dan orang luar tidak pernah dapat
cukup yakin tentang beberapa elemen indoktrinasi, terlepas dari teori persekolahan diadopsi,
bisa sewaktu-waktu akan dihilangkan dari proses pendidikan.
Dalam beberapa kasus, essentialists berpendapat, cara terbaik untuk menekan efek
merusak dari indoktrinasi ketika hal itu terjadi adalah memiliki orang yang baik dalam
mengajar dasar-dasar pendidikan. Dengan dasar-dasar yang mereka miliki mereka akan lebih
mampu untuk membentuk keadilan dan dengan demikian mengimunisasi diri dari ancaman
yang terus menerus dari suasana pendidikan kontemporer, program yang paling menonjol
untuk memajukan esensialisme ini dipromosikan dalam gerakan "Kembali ke Dasar" dan
"hak untuk membaca".

Pendidikan dasar. Meskipun sesekali mengklaim bahwa keterampilan membaca


tidak diperlukan dalam masyarakat di mana begitu banyak perhatian diberikan kepada
komunikasi visual dan lisan, sekolah essentialistic menempatkan membaca pada bagian
pertama dalam silabus sekolah studi dasar. Ia mempertahankan bahwa tanpa kemampuan
untuk membaca dengan fasilitas dan memahami seseorang dalam dunia kontemporer hampir
akan menyebabkan keadaan yang tak berdaya. Namun, penelitian melaporkan bahwa ada
ratusan ribu orang dewasa Amerika fungsional yang buta huruf. Pendidikan penting, dengan
menempatkan kemampuan membaca di bagian atas daftar skolastik nya, akan memperbaiki
ini. Esensialis juga berpendapat untuk program pendidikan siap untuk melakukan investasi
secara tertulis, dalam berbicara, dan akhirnya, dalam pengembangan pemikiran yang
meyakinkan.esensial dasarnya adalah sekolah yakin harus menjadi pendamping. Sekolah
harus bertanggung jawab untuk memberikan instruksi yang efektif di dalamnya untuk semua
siswa dan, apalagi, siswa harus diminta untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam
silabus sekolah. Dalam analisis terakhir, baik kebudayaan yang terpuji dan efisiensi sosial
bergantung pada komunikasi yang efektif, dan mengasah keterampilan secara efektif dari
komunikasi termasuk dalam kode essentialistic dalam pendidikan dasar.

16

Esensialisme tidak memiliki ruang untuk pedagogi yang lembut. Sekolah harus
memenuhi program pembelajarannya yang disertifikasi oleh kebutuhan sosial dan
pendidikan kesusilaan. Mereka harus disusun menjadi masuk akal, kurikulum yang berbicara
akademis, dan guru harus dilengkapi dengan keterampilan pedagogis unggul untuk
memastikan instruksi yang efektif. Sekolah, esensialis mengatakan dengan satu suara, tempat
untuk belajar, dan itu adalah usaha guru, menggunakan metode terbaik yang mereka miliki,
untuk menawarkan instruksi kompeten siswa mereka.
Esensialisme Mengindikasikan Pendidikan yang Kontemporer
tuntutan utama yang menggambarkan perlawanan terhadap pendidikan kontemporer oleh
esensialis adalah, seperti yang telah dikatakan, advokasi untuk rekonstruksi sosial. Kita tahu
bagaimana teori sekolah ini akan meredupkan aktivisme sosial di sekolah-sekolah dan
mengembalikan mereka ke apa yang disebut fungsi instruksional yang tepat dalam kaitannya
dengan dasar-dasar, alat pembelajaran. Tetapi ada tuntutan lain juga, dan meskipun kita tidak
bisa berharap untuk menemukan dan melaporkan semuanya di sini, beberapa hal harus
menjadi perhatian kita.
Essentialists menyayangkan kurangnya standar di sekolah-sekolah Amerika. Mereka
menunjuk ke pengungkapan baru-baru ini digambarkan oleh uji kompetensi negara yang
bermacam-macam dan hasil ujian beberapa perguruan tinggi. Mereka menerimanya, juga,
pada kesaksian pendidik mereka dari sekolah SMA dan perguruan tinggi pendidik dan
kesaksian ini meyakinkan mereka bahwa pencampaian konvensional dari sekolah sedang
berhilangan oleh ratusan ribu orang muda. Kurangnya prestasi, mereka menegaskan, bukan
karena

penurunan dalam kapasitas intelektual generasi muda bangsa. Itu haknya, lebih

tepatnya, kurangnya budidaya akademik yang serius dan bertanggung jawab. Dan penyebab
skolastik besar di sini adalah inovasi. Terpikat oleh inovasi, guru telah tergoda untuk
memungkinkan standar pendidikan otentik memburuk. Dan esensialis, yang menyetujui
perubahan pedagogik ketika nilainya dapat disertifikasi, bertanya-tanya dengan suara keras
mengapa inovasi harus selalu disertai dengan serangan terhadap standar kesusilaan
pendidikan.
Disamping adannya kecenderungan untuk berinovasi demikian dengan karakteristik
dari pendidikan kontemporer, sebuah doktrin pendidikan saat ini dipromosikan oleh berbagai
filsuf pendidikan mendefinisikan "kesetaraan kesempatan pendidikan" yang berarti bahwa
semua siswa harus memiliki pola skolastik yang sama. Tingkat terendah dari keseragaman
17

skolastik, tuntutan essentialists, telah menjadi korban orang-orang berbakat, dan karena
mereka diabaikan di sekolah, mereka dikurangi ke tingkat

keadaan umum dan filsafat

pendidikan atau teori pendidikan yang mendiskontokan prestasi dan bakat, essentialists
menyatakan, berkonspirasi untuk meruntuhkan efektivitas instruksional sekolah.
Kurangnya

tujuan

pendidikan

yang

jelas,

program

sekolah,

essentialists

mempertahankan, mudah mendapat kritikan kepada hampir pada setiap mode dan bentuk
pedagogisnya. Sebagai hasilnya sekolah diisi dengan kurikulum yang berisi pendidikan nilainilai yang susah untuk dihentikan, dan bukannya mempersiapkan siswa untuk urusan yang
serius tentang kehidupan, sekolah mengizinkan atau mendorong mereka untuk menghabiskan
waktu mereka pada kegiatan tanpa penggantian akan pendidikan yang layak
Essentialists memiliki kecenderungan, juga, untuk melihat dari dekat tentang
pendidikan guru Amerika. Apa yang mereka temukan membuat mereka sedih. Keluhan
mereka menjadi tinggi hingga dakwaan tentang persiapan yang profesional dan pendidikan
dari seorang guru. Ini adalah isi tuntutannya: jika guru kurang dan tidak cukup
berpendidikan, jika mereka sendiri tidak berhubungan dengan dasar pembelajaran dan dasardasar budaya, dapatkah mereka dapat diharapkan untuk berkomunikasi tentang sesuatu yang
penting ini kepada anak didiknya?
Essentialists tidak menyokong dengan bebas akan sekolah atau menutup mata mereka
terhadap keniscayaan perubahan sosial, tetapi mereka yang fasih akan hal ini membuat
permohonan untuk peningkatan substansial dari standar pendidikan ini. Mereka ingin sekolah
menjadi agen untuk instruksional yang serius-untuk mengajar apa yang dapat diajarkan.
Mereka ingin kurikulum hanya menyertakan mata pelajaran dengan nilai akademik yang
cukup besar, dan mereka ingin guru mendidik dengan baik dan pedagogis yang efisien untuk
mengarahkan kegiatan belajar siswa.
Tidak ada apa-apa, essentialists menyatakan, lebih penting masyarakat daripada
pendidikan manusia. Tetapi pendidikan ini harus bersuara, dan sejauh ini sekolah memiliki
tanggung jawab untuk itu, mereka harus menjadi rumah bagi budaya intelektual. Tanggung
jawab mereka, sementara kurang memberikan promosi beasiswa, untuk menyiapkan instruksi
yang kompeten untuk siswa, untuk orang-orang yang akan menjadi pemimpin untuk generasi
masyarakat mendatang.
Gambar 5.4
18

Aliran Pendidikan esensialisme


Tema
Tujuan Pendidikan

Kebudayaan dasar memiliki inti yang umum


Pentransmisian kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan

Kurikulum

kesejahteraan umum
Pendidikan dasar : membaca, menulis, berhitung dan menghitung.
Kemampuan berkomunikasi adalah hal yang esensial untuk
keberhasilan sekolah dan kehidupan sosial yang layak. Kurikulum

Metode

sekolah seharusnya menentukan apa yang akan dipelajari.


Secarik Metode yang popular pada waktu yang singkat dan tidak
membutuhkan hiasan, meninggalkan pedagogi yang lembut,

Tempat belajar siswa

berkonsentrasi pada pengungkapan, metode instruksional tradisional


sekolah punya tanggungjawab untuk menyiapkan instruksi dan hak
untuk mencapai keberhasilan. Siswa pergi ke sekolah untuk belajar,
bukan untuk mengatur materi yang akan mereka pelajari

Peran guru

guru menjadi yang pertama menjadi pendidik yang berkebebasan,


sesorang yang bermoral. Mereka seharusnya memiliki skill yang
teknikal dalam mengarahkan proses pembelajaran

19

Anda mungkin juga menyukai