Anda di halaman 1dari 26

MINYAK PELUMAS

Abstrak
Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu substansi pendukung
operasional

mesin

yang

sangat

vital.

Pemilihan,

penggunaan

dan

penggantian mnyak pelumas menentukan kelangsungan operasional mesin.


Oleh karena itu pengetahuan tentang minyak pelumas harus benar - benar
diperhatikan dan diperdalam terutama oleh mahasiswa teknik yang dalam
bidangnya tentu akan berhubungan dengan mesin yang menggunakan
minyak pelumas.
Dengan latar belakang inilah makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah

Teknik

Reparasi Permesinan.

Tujuannya

agar mahasiswa

lebih

mengerti tentang tenologi minyak pelumas, meliputi: Jenis-jenis minyak


pelumas, zat apa saja yang terkandung di dalamnya, pemilihan dan
penggunaan minyak pelumas serta waktu berkala penggantian minyak
pelumas.

Batasan Materi
Dalam makalah ini materi yang akan dibahas hanya terbatas pada:
Jenis-jenis minyak pelumas, zat apa saja yang terkandung di dalamnya,
pemilihan

dan

penggunaan

minyak

pelumas

serta

waktu

berkala

penggantian minyak pelumas.

TEKNOLOGI MINYAK PELUMAS


Bahan Dasar Minyak Pelumas
1. Mineral/minyak bumi dari jenis parafinik (parafinic base) sebagian terbesar
di dunia dan Naftenik (Naphtenic base) dari Venezuela dan Amerika Serikat.

2. Tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan adalah minyak jarak (Castor Oil),


pohon ini dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia atau didaerah tropis.
3.

Minyak

sintetis

(Synthetic

Oil)

yang

merupakan

hasil

proses

dari

hydrocarbon synthetic senyawa komplek dari hydro carbon (misalnya poly


alpha olefin), esther atau alkylated naphtalene atau full synthetic oil murni
dan campuran antara minyak mineral dan hydro carbon synthetic disebut
semi synthetic oil.

Jenis Jenis Minyak Pelumas


Menurut bahan dasar pembuatnya, minyak pelumas digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu:
-

Mineral oil

Syntethic oil

Mineral oil
Mineral Oil merupakan minyak pelumas dengan basis base oil tanpa

adanya zat aditif tambahan, sehingga sifat-sifat nya masih kurang efektif
untuk pelumasan.

Syntethic oil
Syntethic oil adalah pelumas dengan bahan dasar base oil dan

tambahan zat-zat aditif untuk memperbaiki sifat-sifat dari minyak pelumas


tersebut.

Zat

aditif

ini

bermacam-macam

jenisnya,

misal

untuk

meningkatkan viskositas minyak pelumas, menambah kandungan deterjen,


meningkatkan harga TBN dan sebagainya. Karena itu jika diinginkan
menambah zat aditif pada minyak pelumas maka harus diperhatikan dulu
karakteristik minyak pelumas tersebut, misal kekentalan minyak kurang,
maka

dapat

ditambahkan

aditif

untuk

kekentalan,

tapi

yang

perlu

diperhatikan penambahan aditif ini tidak dapat memperbaiki kualitas minyak


pelumas seperti pada kondisi baru.

Zat Additive pada Minyak Pelumas


Untuk menaikkan kualitas minyak pelumas dapat menggunakan cara
dengan menambahkan additive. Penambahan additive dan meningkatkan
kualitas dari pelumas, antara lain :

Detergents

Menaikan kualitas detergent dalam membersihkan deposit-deposit yng


terdapat pada komponen engine, selain itu mencegah timbulnya deposit
yang terjadi.

Dispersants

Mengumpulkan kontaminasi yang terdapat pada pelumas yang kemudian di


akan di saring dalam filter.

Anti-wear/Extreme Pressure Agents

Memberikan lapisan film yang kuat pada komponen metal yang bergesekan.
Lapisan film itu dapat bertahan dalam kondisi panas extreme dan tekanan
tinggi agar memberikan proteksi aman dari kerusakan.

Friction Modifiers

Pelumas sebagai bahan slip agar mengurangi gesekan. Dengan mengurangi


ini losess engine engine akan turun sehingga menaikan fuel efficiency.

Lubricity Agent

Menurunkan gesekan dan memperbaiki pelumas.

Antioxidants

Memperbaiki pelumas dari organic compounds karena perlakuan panas.


Rust/Corrosion Inhibitors:
Sebagai mencegah korosi dan karat pada komponen engine akibat adanya
air, kadar asam dalam pelumas pada saat engine beroperasi.
Ashless Demulsifiers
Zat kimia yang berfungsi membuang kadar air akibat kelembaban yang
berubah.
Pour Point Depressants
Agar pelumas dapat bekerja dalam kondisi temperature rendah.
Antifoam Agents
Memperlambat terjadinya deformasi pelumas akibat kerja dari engine.
Seal Conditioners
Swell the elastomeric engine seals to prevent fluid leakage.
Metal Deactivators
Sebagai lapisan film pada komponen metal untuk mencegah deposit yang
terjadi pada komponen metal.
Viscosity Modifiers
Memperbaiki kualitas viskositas pelumas akibat perubahan temperature,
kerja engine dan mempertahankan efektifitas pelumas. Menjaga komponen
engine pada saat extreme temperature.
Dengan menambah additive biaya operasional kapal akan turun karena
pemakian pelumas yang hemat serta dapat memelihara engine agar tidak
cepat rusak.
API standart untuk pelumas diesel engine

Keunggulan pelumas synthetik dibandingkan mineral


1. Lebih stabil pada temperatur tinggi.
2. Mengontrol dan mencegah terjadinya endapan karbon pada mesin.
3. Sirkulasi lebih lancar ketika mesin start up pada temperatur dingin
4. Melumasi dan melapisi bagian logam lebih baik
5. Tahan terhadap perubahan atau oksidasi
6.

Mengurangi terjadinya gesekan dan mampu memisahkan diri dengan air


dengan sendirinya.

Karakteristik Minyak Pelumas


Beberapa karakteristik dari minyak pelumas yang utama adalah sebagai
berikut :
a.

Viskositas ( viscocity ) dan Index Viskositas


Viskositas adalah sifat kekentalan yang dimiliki oleh minyak pelumas
yang berguna untuk menahan laju alirannya atau antara minyak dan
permukaan, makin kental minyak maka laju aliran dekat permukaan akan
makin lambat atau gaya geser antara minyak dan permukaan makin besar.
Ukuran kekentalan minyak pelumas digunakan satuan Redwood seconds,
derajat Engler, Saybolt Universal Seconds, dan centi Stokes ( cSt ). Biasanya
viskositas minyak pelumas dihitung tiap 100

C dan 40

C. Klasifikasi

viskositas dibagi dalam 2 sistem, yaitu :


Untuk industri dengan istilah Oil Viscosity Grade
Untuk automotive dengan istilah SAE (Society of Automobile Engineers)

Tabel Viskositas menurut Grade SAE

Index viskositas adalah angka yang menunjukan kemampuan minyak


untuk

bertahan/

mempertahankan

kekentalannya

terhadap

perubahan

temperatur yang diderita oleh minyak pelumas. Makin tinggi nilai index

viskositas minyak, makin stabil tingkat kekentalannya terhadap perubahan


temperature dan juga sebaliknya.
b. Berat Jenis / Density
Diukur pada temperature 15 0C dengan satuan kg/l . Makin kental minyak
pelumas makin tinggi berat jenisnya . Besarnya berat jenis pelumas < 1,0
kg/l.
c. Flash point dan pour point
Diukur dalam 0C, flash point (titik siap terbakar) rata-rata diatas 2000C,
pour point untuk kondisi rata-rata Indonesia kurang diperhatikan karena
temperatur udara cukup tinggi. Kalau flash point terlalu rendah dapat jadi
masalah dengan banyaknya pelumas yang ikut terbakar (terbuang) dan
adanya bahaya kebakaran. Batasan nilai flash point minyak pelumas pada
pemeriksaan laboratorium/test dibawah 1800C, maka minyak disarankan
untuk diganti.
d. Total Base Number ( TBN )
Merupakan angka kadar basa yang dinyatakan dalam mgr KOH/gram.
Angka

TBN

merupakan

ukuran

kemampuan

minyak

pelumas

untuk

menetralisir asam kuat (sulfat) yang terjadi dari proses pembakaran dalam
silinder. Bahan aditif yang biasa digunakan untuk memperbaiki TBN antara
lain senyawa Calsium (Ca), Barium (Ba) atau Magnesium (Mg). Selain itu
pelumas harus memiliki angka TBN yang baik agar tidak terjadi kehilangan
angka TBN awal.
e. Total Acid Number ( TAN )
Parameter ini menunjukan tingkat keasaman organic yang dimiliki minyak
pelumas tersebut. Besaran ini dapat dipakai sebagai ukuran tingkat oksidasi
dari minyak pelumas. TAN untuk minyak pelumas mesin diesel dipilih yang
sekecil kecilnya.

f.

Detergency dan Dispersancy


Detergency

dimaksud

adalah

kemampuan

minyak

pelumas

untuk

membersihkan dinding dari kotoran yang timbul dari hasil pembakaran .


Sedangkan dispersan adalah kemampuan minyak pelumas untuk mengurai
atau memisahkan kotoran hasil pembakaran menjadi butiran bebas, dengan
maksud agar tidak terjadi pengumpalan (jelaga) yang dapat merusak mesin.
Dispersan umumnya digunakan untuk minyak pelumas diesel putaran tinggi.
g. Demulsibility
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk memisahkan diri dari air.
Batasan kandungan air dalam minyak pelumas maksimal adalah 0,2 %
volume. Umumnya digunakan pada minyak pelumas diesel putaran sedang
atau atas dasar permintaan dari pabrikan mesin.
h. Oxidation Stability
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk melindungi diri dari proses
kerusakannya dini akibat terjadinya reaksi kimia antara oksigen dan
komponen minyak yang menimbulkan kotoran dan asam.
i.

Wear Control
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk mempertahankan komposisi
kimianya jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan pada
temperatur yang tinggi agar tidak berubah menjadi sludge atau polimer
yang dapat mengurangi kemampuan minyak itu sendiri .

j.

Anti Foaming
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk tidak membentuk busa dan
sekaligus dapat memisahkan diri dari udara atau mengurangi tingkat

oksidasi minyak. Karena dengan timbulnya busa dalam minyak sangat


mempengaruhi kualitas pelumasan dan dapat membahayakan bagian mesin
khususnya bearing.
k. Spreadability
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk menyebar kedaerah-daerah
yang sering terjadi gesekan atau butuh pelumasan. Kemampuan minyak
pelumas ini penting terutama untuk pelumasan silinder.

Fungsi pelumas
Oli atau minyak pelumas bekerja melumasi bagian-bagian mesin khususnya
bagian yang bergerak dengan tujuan :
-

mengurangi gesekan pada permukaan

membersihkan mesin

mencegah korosi

untuk pengecekan

pendingin
Untuk mencapai tujuan tersebut, minyak pelumas tidak dapat bekerja
dengan sempurna oleh karenanya dilakukan penamabahan aditif sehingga
kerja minyak pelumas lebih baik.
Keterangan :
o Mengurangi Gesekan
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk mengurangi gesekan
permukaan logam dengan cara membentuk lapisan diantara dua permukaan
yang bergesekkan. Kekentalan minyak pelumas menunjukkan nilai ketebalan
dan hambatan dari aliran minyak. Harga kekentalan ditunjukkan dengan SAE
(Society

of

menunjukkan

Automotive
minyak

Engineers)
dengan

Viscosity

viskositas

Grade.

rendah

Angka

dan

terendah

harga

tinggi

menunjukkan kekentalan yang tinggi. Kekentalan atau viskositas minyak


pelumas harus sesuai dengan jenis mesin (kebutuhan mesin). Terdapat dua
tipe dari minyak pelumas yaitu single grade dan multi grade. Sebagai contoh

minyak SAE 10W-30, artinya minyak didesain memiliki viskositas SAE 10W
pada temperatur rendah yang dikombinasikan dengan minyak SAE 30 pada
kondisi temperatur kerja mesin. W atau Winter menunjukkan viskositas
minyak pada temperatur rendah (dibawah 300F). Untuk menentukan nilai
viskositas, minyak pelumas diukur pada suhu 400 dan 1000 C. Misal: SAE 40
Pada suhu 400 C nilai viskositasnya antara 120 170 cst. Pada suhu 1000 C
nilai viskositasnya antara 13 17 cst.
Kekentalan minyak pelumas harus disesuaikan dengan pemakaiannya, untuk
pemakaian ringan cukup dengan SAE rendah, tapi untuk torsi yang berat
seperti gearbox maka digunakan SAE yang tinggi.

o Sebagai Pembersih
Minyak pelumas bekerja pada seluruh permukaan mesin, dimana jika
terdapat kotoran atau gram-gram logam yang bergesekan, maka akan
terbawa oleh minyak pelumas yang bersikulasi. Kotoran ini akan disaring dan
untuk gram yang berukuran besar (lolos dari strainer) akan dikumpulkan
pada tangki panampung.
Hal yang berpengaruh adalah kandungan deterjen pada minyak
pelumas. Takaran deterjen yang terdapat pada minyak pelumas juga harus
tepat, karena apabila kandungan deterjen sedikit maka efektifitas fungsi
minyak

pelumas

sebagai

pembersih

berkurang,

sebaliknya

apabila

kandungan deterjen didalam minyak pelumas terlalu banyak maka akan


menimbulkan banyak gelembung udara atau busa yang juga tidak dapat
mengurangi keefetifitasan minyak pelumas.

o Mencegah terjadinya korosi

Pada silinder liner terjadi proses pembakaran bahan-bakar, dimana


terjadi proses konversi energi kimia menjadi energi mekanik. Setelah
pembakaran, sisa-sisa bahan bakar (gram-gram) yang terkumpul pada
silinder liner harus dibersihkan oleh minyak pelumas agar tidak ikut terbakar
pada

proses

pembakaran

selanjutnya

(dapat

mengurangi

kualitas

pembakaran).
Pada motor diesel, penggunaan minyak pelumas harus disesuaikan
dengan tipe dari bahan-bakar yang digunakan oleh motor diesel tersebut.
Hal ini disebabkan perbedaan karakteristik dasar (komposisi penyusun) dari
bahan-bakar dimana berbeda-beda untuk tiap-tiap bahan-bakar. Jadi untuk
bahan-bakar HFO akan berbeda minyak pelumasannya dengan MDO ataupun
solar.
Pada motor diesel sebagai contoh motor 4 tak, sylinder liner
merupakan bagian yang harus dilumasi dengan tipe pelumas sesuai dengan
tipe bahan-bakar yang digunakan. Pada silinder liner terjadi proses
pembakaran bahan-bakar, dimana terjadi proses konversi energi kimia
menjadi energi mekanik. Setelah pembakaran, sisa-sisa bahan bakar (gramgram) yang terkumpul pada silinder liner harus dibersihkan oleh minyak
pelumas agar tidak ikut terbakar pada proses pembakaran selanjutnya
(dapat mengurangi kualitas pembakaran).
Kandungan sulfur pada bahan-bakar akan berbeda-beda untuk tiaptiap tipe. Pada proses pembakaran, sisa-sisa sulfur pada gram-gram
pembakaran

harus

mampu

dinetralkan

oleh

minyak

pelumas

yang

digunakan, yaitu tingkat kandungan basa atau total base number (TBN)
harus sesuai dengan jumlah sulfur yang dihasilkan oleh gram bahan-bakar.
Berikut ini contoh penggunaan tipe minyak pelumas salah satu motor diesel
dengan tiga jenis bahan-bakar yang berbeda yaitu :
-

Solar

MDO

HFO

Hal yang berpengaruh disini adalah kandungan TBN (Total Base Number)
yang terdapat didalam minyak pelumas. Apabila kandungan TBN didalam
minyak pelumas berkurang maka akan mengakibatkan korosi pada bagianbagian mesin. Mesin yang menggunakan bahan bakar HFO jika ingin diganti
dengan bahan bakar MDO maka jenis minyak pelumasnya juga harus diganti
dengan nilai kandungan TBN yang sesuai.

Penggunaan pelumas untuk tipe bahan-bakar Solar


Pada

penggunaan

solar

direkomendasikan

oleh

engine

maker

untuk

menggunakan minyak pelumas dengan harga TBN sekitar 6 mgKOH/g

Penggunaan pelumas untuk tipe bahan-bakar MDO


Pada

penggunaan

MDO

direkomendasikan

oleh

engine

maker

untuk

menggunakan minyak pelumas dengan harga TBN sekitar 12-15 mgKOH/g,

dimana lebih tinggi dibanding dengan solar, ini dikarenakan tingkat


kandungan sulfur MDO lebih tinggi dari solar (sekitar

Penggunaan pelumas untuk tipe bahan-bakar HFO


Pada

penggunaan

HFO

direkomendasikan

oleh

engine

maker

untuk

menggunakan minyak pelumas dengan harga TBN sekitar 20-40 mgKOH/g


yang disesuaikan dengan kondisi HFO

o Sebagai alat cek


Fungsi minyak pelumas sebagai alat cek disini berhubungan dengan
preventive maintenance dari sebuah mesin, dimana dilakukan pengambilan
sample minyak pelumas untuk dianalisa dilaboratorium, tujuannya adalah
untuk mengetahui komposisi-komposisi apa saja yang terkandung dalam
minyak pelumas, dari kandungan komposisi tersebut dapat dianalisa bagianbagian mesin yang mengalami kerusakan serta penyebabnya.

HASIL UJI

KEMUNGKIN
AN
PENYEBAB

INDIKASI
KONDISI
ENGINE

Campuran Air

Kebocoran
Cooling

KONFIRMASI
- Kadar air naik
- TBN turun

Viskositas
Turun

Viskositas
Naik

Campuran F.O

Blow-by

Aditif Rusak

Mutu
Pelumas

Aditif Rusak

- Jenis Aditif
Jelek
Overheating

Mutu F.O
Jelek

TBN Turun

Kandungan
Sulfur
Blow-by

Kandungan
Logam Naik

Kontaminan

Kebocoran
Cooling

Material Debris
Komponen

Keausan
Komponen

Kontaminan
naik
Kandungan
aditive turun
- Kandungan ash
naik
- TBN turun
Kandungan
aditif turun
- S.F.O.C niak
Kandungan
aditif turun
- TBN turun
Kontaminan
tetap
Kandungan
aditif turun
- Kondisi engine
& beban
S.F.O.C naik
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
- Kandungan ash
tetap
- Kandungan ash
naik
Viskositas
turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
- S.F.O.C naik
- Densitas turun
- Kadar air naik
Viskositas
turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
Chek
jenis
material
komponen
Kandungan
sedimen
naik
- Densitas naik

Jenis Material
Indikasi Keausan Komponen
Kontaminan
Aluminium (Al)
Piston (bahan light alloy Al), Crankshaft bearing
(bahan Al Sn), dan Komponen pada Al Casings
Antimony
White metal plain bearing
Air
Kebocoran
Boron (Br)
Kebocoran Campuran
pendingin, Terdapat
pada additive
Cooling
Kadar pelumas
Air
Chromium Naik
(Cr) Piston rings, Cylinder liner, atau Valve seat
Cobalt (Co)
Valve seat atau Hard coating
Tembaga (Cu)
Bronze bearing, atau Rolling element bearing cages
Indium
Crankshaft bearing
Besi (Fe)
Gear, Shaft, Cast iron cylinder bores
Timbal (Pb)
Plain bearing
Magnesium
Komponen plastik dengan talc filter, atau
(Mg)
kemasukan air laut
Nickel (Ni)
Valve seat, atau alloy steel
Potasium
Kebocoran pendingin
Silicon
Kemasukan debu (filter problem)
Sodium (Na)
Kebocoran pendingin atau air laut
Timbal (Sn)
Plain bearing
Vanadium (Va)
Blow-by dari bahan bakar
Seng (Zn)
Bahan additive minyak pelumas

Kontaminasi

- Check sistem
pelumas
Viskositas
turun
- TBN turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun

dan material yang tidak diinginkan dalam minyak

pelumas
Wear Elements
Dirt and Soot
Fuel
Water
Ethylene Glycol/Antifreeze
Sulfur Products/Acids
Oxidation Products

Salah satu contoh hasil pengujian atau pengecekan pada salah satu project
guide mesin merk CATERPILLAR dimana terdapat kontaminan-kontaminan
yang ada pada saat dilakukan test berkala, pengujian tersebut dilakukan
dengan jadwal yang di ajukan maker untuk mengetahui apa saja yang
terkandung dalam minyak pelumas, setelah melewati prosedur tersebut
maka pada pihak maker akan melakukan analisis rekomendasi (pada table
selanjutnya) sehingga pengguna dapat menentukan langkah apa yang akan
di ambil dalam operasional engine dengan mengacu pada hasil laboratorium
apakah ada overhaul atau memperbaiki kualitas minyak pelumas :

Dalam fungsinya sebagai alat pengecek, maka di bawah ini akan di


jelaskan

sedikit

tentang

alat

yang

digunakan

sebagai

media

untuk

mengetahui kadar kontaminan dalam minyak pelumas :

Mengukur kontaminasi yang terjadi pada minyak pelumas dalam


satuan ppm.

Digunakan untuk mengetahui aliran kecepatan dari minyak pelumas,


tekanan, temperatur.

Untuk mengetahui banyak uap air yang terkandung dalam minyak


pelumas

Untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam minyak


pelumas

Pengukur viskositas dari minyak pelumas

Pendingin
Minyak pelumas juga dapat sebagai pendingin dari mesin, tetapi ini bukan
tujuan utama tetapi karena suhu munyak pelumas yang lebih rendah dari
suhu ruang bakar maka heat akan ikut terbawa oleh minyak pelumas.
Pelumasan untuk setiap tipe mesin akan berbeda, misalnya untuk
pelumasan pada mesin 2 tak dan 4 tak, pada mesin 4 tak hanya
membutuhkan 1 sistem pelumasan yang mencakup pelumasan semua
bagian mesin, sedangkan untuk mesin 2 tak mempunyai 2 sistem pelumasan
yang

berbeda

yaitu

pelumasan

ring

piston

dan

crankshaft.

Adanya

perbedaan pelumasan ini diakibatkan konstruksi mesin 2 tak yang sangat


panjang sehingga jika digunakan 1 sistem pelumasan tidak akan dapat
menjangkau bagian ring piston sehingga digunakanlah 2 sistem pelumasan.
Ketentuan untuk 2 sistem pelumasan tersebut berbeda karena pada sistem

yang melumasi ring piston harus mempunyai kandungan tertentu untuk


membersihkan sulfur dan kotoran sisa dari pembakaran, sedangkan untuk
pelumasan crankshaft hanya untuk mengurangi gesekan antara crankshaft
dan jurnal bearing.
Pelumasan juga dapat dibagi lagi menjadi sistem pelumasan basah
dan sistem pelumasan kering, berikut penjelasannya :

Sistem basah / wet sump

Pada sistem basah, carter (penampungan pelumas) terletak pada mesin atau
menjadi satu dengan mesin pelumas tersebut kemudian dicipratkan oleh
sendok yang terpasang pada shaft kemudian melumasi bagian yang
bergesekan.

Sistem kering / dry sump

Untuk sistem kering pada mesin tidak ada carter tetapi pelumas ditampung
pada

penampungan

lain

kemudian

dipompa

melumasi

bagian

yang

bergesekkan, pada sistem ini konstruksi conecting rod berlubang untuk jalan
sirkulasi pelumas. Pelumas yang telah bersirkulasi kemudian menetes dan
ditampung pada sebuah penampunan di mesin bagian bawah untuk
kemudian di pompa lagi ke dalam carter

Gambar diatas adalah salah satu contoh sistem pelumasan tipe dry sump
atau sistem kering, seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada tipe ini
carter atau penampungan minyak pelumas berada di

luar tangki atau

memiliki tangki tersendiri untuk mensuplai mesin, dari minyak pelumas yang
dipompa ke dalam mesin pasti akan menetes setelah melumasi bagianbagian

yang

penampungan

bergesekan,
sementara

tetesan-tetesan
kemudian

akan

itu

akan

dipompa

ditampung
ke

carter

pada
untuk

disirkulasikan lagi kedalam mesin, sebelum bersirkulasi ke dalam mesin


minyak pelumas akan melewati filter untuk dibersihkan dari kandungan sisasisa pembakaran. Kemudian setelah dibersihkan minyak pelumas itu

didinginkan oleh LO cooler untuk mendinginkan suhu mesin agar tidak over
heat.

MINYAK PELUMAS DI KAPAL


Minyak pelumas kapal biasanya dikelompokkan sebagai pelumas dan
grease yang digunakan pada mesin dan peralatan-peralatan lain dikapal.
Beberapa jenis minyak pelumas yang dikelompokkan berdasarkan fungsi dan
kegunaannya adalah:
a.

Engine Oil, Jenis pelumas setiap mesin tidaklah sama tergantung jenis
bahan bakar yang digunakan dan tipe dari mesin tersebut

b. Hydraulic Oil, Biasanya yang dipilih dari hydraulic oil adalah viskositas yang
tinggi
c.

Gear Oil, Biasanya yang dipilih dari gear oil adalah yang memiliki pour point
yang rendah, mengingat gesekan rentan menimbulkan panas

d. Refrigerant Compressor Oil, Pemilihan minyak ini harus didasarkan pada tipe
refrigeran yang digunakan
e. Air Compressor Oil, Biasanya yang dipilih dari air compressor oil adalah yang
berbahan dasar sintetic karena daya tahan terhadap tekanannya lebih tinggi
f.

Grease, Biasanya yang dipilih yang memiliki karakteristik anti air yang baik
Menurut CIMAC (International Council Of Combustion Engine) sistem
pelumasan pada mesin dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Pelumasan pada mesin diesel 2 langkah crosshead


Pada jenis mesin ini, pelumasan menggunakan 2 jenis pelumasan yaitu:
-

Pelumasan silinder, Mesin diesel 2 langkah memiliki penampang yang tinggi


sehingga sistem pelumasan tidak sampai keseluruh cylinder liner secara
sempurna.

Sedangkan

cylinder

liner

sangat

memerlukan

pelumasan

dikarenakan cylinder liner selalu bergesekan dengan piston ring dan tempat
terjadinya pembakaran sehingga perlu sistem pelumasan sendiri. Minyak

pelumas yang digunakan untuk melumasi cylinder liner harus memiliki


spesifikasi dan kekentalan tertentu karena kondisi diatas dan menyesuaikan
dengan bahan bakar yang digunakan, mengingat minyak pelumas ini
sebagian besar akan terbakar diruang pembakaran.
Jika bahan bakar yang digunakan oleh mesin adalah Heavy Fuel Oil (HFO)
atau

minyak

bakar,

maka

biasanya

karakteristik

pelumasannya

menggunakan pelumas yang memiliki angka TBN 70 mgr KOH/gr dengan


viskositas

SAE

50.

Untuk

bekerja

pada

titik

operasinya

biasanya

menggunakan pelumas yang memiliki angka TBN 30-40 mgr KOH/gr dengan
viskositas SAE 50.
-

Pelumasan Sistem, Merupakan gabungan pelumasan pada bearing, piston,


crankshaft, dan yang lainnya. Pelumas yang digunakan menggunakan
pelumas yang telah ditentukan tapi berbeda dengan pelumas silinder.
Pelumasan sistem biasanya menggunakan pelumas yang memiliki angka
viskositas SAE 40 dan beberapa pabrikan mesin merekomendasikan SAE 30.
Sedangkan

angka

TBN

yang

digunakan

adalah

0-20

tergantung

penggunaannya. Apabila mesin dengan piston berpendingin air, maka


menggunakan angka TBN 0-2 mgr KOH/gr. Sedangkan mesin dengan piston
berpendingin minyak menggunkan angka TBN 4-20 mgr KOH/gr. Standart
yang digunakan untuk pelumasan ini adalah standart API CF.
b. Pelumasan pada mesin diesel putaran tinggi atau sedang
Pada pelumasan mesin ini tidak ada pembagian seperti dimesin 2 langkah.
Pelumasan pada bearing, silinder, piston, dan bagian lainnya menggunakan
pelumasan yang sama. Pelumasan pada mesin putaran tinggi dan sedang
memiliki beberapa perbedaan dalam pemilihan spesifikasinya.
Pelumasan pada mesin putaran sedang, Biasanya menggunakan pelumas
yang memiliki angka viskositas SAE 40 dan beberapa pabrikan mesin
merekomendasikan SAE 30. Sedangkan pemilihan angka TBN didasarkan
pada jenis bahan bakar yang digunakan, yaitu:
-

High Speed Diesel Fuel (HSD): 12-20 mgr KOH/gr

Diesel Oil/ Light Fuel Oil: 20-30 mgr KOH/gr

Heavy Fuel Oil (HFO): 40-50 mgr KOH/gr

Pelumasan pada mesin putaran tinggi, Pada mesin ini biasanya pelumasnya
menggunakan standart API CH4 atau dibawahnya, minimal menggunakan
standart API CC. Viskositas yang dibutuhkan adalah SAE 40, akan tetapi
beberapa pabrikan mesin merekomendasikan pelumas yang memiliki multi
grade viscosity misalnya SAE 15W-40. Karena saat ini mesin putaran tinggi
kebanyakan menggunakan High Speed Diesel Fuel (HSD) yang memiliki
kandungan sulfur rendah, maka angka TBN yang banyak digunakan
maksimal 10 mgr KOH/gr.

Anda mungkin juga menyukai