Minyak Pelumas
Minyak Pelumas
Abstrak
Minyak pelumas (oli) merupakan salah satu substansi pendukung
operasional
mesin
yang
sangat
vital.
Pemilihan,
penggunaan
dan
Teknik
Reparasi Permesinan.
Tujuannya
agar mahasiswa
lebih
Batasan Materi
Dalam makalah ini materi yang akan dibahas hanya terbatas pada:
Jenis-jenis minyak pelumas, zat apa saja yang terkandung di dalamnya,
pemilihan
dan
penggunaan
minyak
pelumas
serta
waktu
berkala
Minyak
sintetis
(Synthetic
Oil)
yang
merupakan
hasil
proses
dari
Mineral oil
Syntethic oil
Mineral oil
Mineral Oil merupakan minyak pelumas dengan basis base oil tanpa
adanya zat aditif tambahan, sehingga sifat-sifat nya masih kurang efektif
untuk pelumasan.
Syntethic oil
Syntethic oil adalah pelumas dengan bahan dasar base oil dan
Zat
aditif
ini
bermacam-macam
jenisnya,
misal
untuk
dapat
ditambahkan
aditif
untuk
kekentalan,
tapi
yang
perlu
Detergents
Dispersants
Memberikan lapisan film yang kuat pada komponen metal yang bergesekan.
Lapisan film itu dapat bertahan dalam kondisi panas extreme dan tekanan
tinggi agar memberikan proteksi aman dari kerusakan.
Friction Modifiers
Lubricity Agent
Antioxidants
C dan 40
C. Klasifikasi
bertahan/
mempertahankan
kekentalannya
terhadap
perubahan
temperatur yang diderita oleh minyak pelumas. Makin tinggi nilai index
TBN
merupakan
ukuran
kemampuan
minyak
pelumas
untuk
menetralisir asam kuat (sulfat) yang terjadi dari proses pembakaran dalam
silinder. Bahan aditif yang biasa digunakan untuk memperbaiki TBN antara
lain senyawa Calsium (Ca), Barium (Ba) atau Magnesium (Mg). Selain itu
pelumas harus memiliki angka TBN yang baik agar tidak terjadi kehilangan
angka TBN awal.
e. Total Acid Number ( TAN )
Parameter ini menunjukan tingkat keasaman organic yang dimiliki minyak
pelumas tersebut. Besaran ini dapat dipakai sebagai ukuran tingkat oksidasi
dari minyak pelumas. TAN untuk minyak pelumas mesin diesel dipilih yang
sekecil kecilnya.
f.
dimaksud
adalah
kemampuan
minyak
pelumas
untuk
Wear Control
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk mempertahankan komposisi
kimianya jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan pada
temperatur yang tinggi agar tidak berubah menjadi sludge atau polimer
yang dapat mengurangi kemampuan minyak itu sendiri .
j.
Anti Foaming
Yaitu kemampuan minyak pelumas untuk tidak membentuk busa dan
sekaligus dapat memisahkan diri dari udara atau mengurangi tingkat
Fungsi pelumas
Oli atau minyak pelumas bekerja melumasi bagian-bagian mesin khususnya
bagian yang bergerak dengan tujuan :
-
membersihkan mesin
mencegah korosi
untuk pengecekan
pendingin
Untuk mencapai tujuan tersebut, minyak pelumas tidak dapat bekerja
dengan sempurna oleh karenanya dilakukan penamabahan aditif sehingga
kerja minyak pelumas lebih baik.
Keterangan :
o Mengurangi Gesekan
Fungsi utama minyak pelumas adalah untuk mengurangi gesekan
permukaan logam dengan cara membentuk lapisan diantara dua permukaan
yang bergesekkan. Kekentalan minyak pelumas menunjukkan nilai ketebalan
dan hambatan dari aliran minyak. Harga kekentalan ditunjukkan dengan SAE
(Society
of
menunjukkan
Automotive
minyak
Engineers)
dengan
Viscosity
viskositas
Grade.
rendah
Angka
dan
terendah
harga
tinggi
minyak SAE 10W-30, artinya minyak didesain memiliki viskositas SAE 10W
pada temperatur rendah yang dikombinasikan dengan minyak SAE 30 pada
kondisi temperatur kerja mesin. W atau Winter menunjukkan viskositas
minyak pada temperatur rendah (dibawah 300F). Untuk menentukan nilai
viskositas, minyak pelumas diukur pada suhu 400 dan 1000 C. Misal: SAE 40
Pada suhu 400 C nilai viskositasnya antara 120 170 cst. Pada suhu 1000 C
nilai viskositasnya antara 13 17 cst.
Kekentalan minyak pelumas harus disesuaikan dengan pemakaiannya, untuk
pemakaian ringan cukup dengan SAE rendah, tapi untuk torsi yang berat
seperti gearbox maka digunakan SAE yang tinggi.
o Sebagai Pembersih
Minyak pelumas bekerja pada seluruh permukaan mesin, dimana jika
terdapat kotoran atau gram-gram logam yang bergesekan, maka akan
terbawa oleh minyak pelumas yang bersikulasi. Kotoran ini akan disaring dan
untuk gram yang berukuran besar (lolos dari strainer) akan dikumpulkan
pada tangki panampung.
Hal yang berpengaruh adalah kandungan deterjen pada minyak
pelumas. Takaran deterjen yang terdapat pada minyak pelumas juga harus
tepat, karena apabila kandungan deterjen sedikit maka efektifitas fungsi
minyak
pelumas
sebagai
pembersih
berkurang,
sebaliknya
apabila
proses
pembakaran
selanjutnya
(dapat
mengurangi
kualitas
pembakaran).
Pada motor diesel, penggunaan minyak pelumas harus disesuaikan
dengan tipe dari bahan-bakar yang digunakan oleh motor diesel tersebut.
Hal ini disebabkan perbedaan karakteristik dasar (komposisi penyusun) dari
bahan-bakar dimana berbeda-beda untuk tiap-tiap bahan-bakar. Jadi untuk
bahan-bakar HFO akan berbeda minyak pelumasannya dengan MDO ataupun
solar.
Pada motor diesel sebagai contoh motor 4 tak, sylinder liner
merupakan bagian yang harus dilumasi dengan tipe pelumas sesuai dengan
tipe bahan-bakar yang digunakan. Pada silinder liner terjadi proses
pembakaran bahan-bakar, dimana terjadi proses konversi energi kimia
menjadi energi mekanik. Setelah pembakaran, sisa-sisa bahan bakar (gramgram) yang terkumpul pada silinder liner harus dibersihkan oleh minyak
pelumas agar tidak ikut terbakar pada proses pembakaran selanjutnya
(dapat mengurangi kualitas pembakaran).
Kandungan sulfur pada bahan-bakar akan berbeda-beda untuk tiaptiap tipe. Pada proses pembakaran, sisa-sisa sulfur pada gram-gram
pembakaran
harus
mampu
dinetralkan
oleh
minyak
pelumas
yang
digunakan, yaitu tingkat kandungan basa atau total base number (TBN)
harus sesuai dengan jumlah sulfur yang dihasilkan oleh gram bahan-bakar.
Berikut ini contoh penggunaan tipe minyak pelumas salah satu motor diesel
dengan tiga jenis bahan-bakar yang berbeda yaitu :
-
Solar
MDO
HFO
Hal yang berpengaruh disini adalah kandungan TBN (Total Base Number)
yang terdapat didalam minyak pelumas. Apabila kandungan TBN didalam
minyak pelumas berkurang maka akan mengakibatkan korosi pada bagianbagian mesin. Mesin yang menggunakan bahan bakar HFO jika ingin diganti
dengan bahan bakar MDO maka jenis minyak pelumasnya juga harus diganti
dengan nilai kandungan TBN yang sesuai.
penggunaan
solar
direkomendasikan
oleh
engine
maker
untuk
penggunaan
MDO
direkomendasikan
oleh
engine
maker
untuk
penggunaan
HFO
direkomendasikan
oleh
engine
maker
untuk
HASIL UJI
KEMUNGKIN
AN
PENYEBAB
INDIKASI
KONDISI
ENGINE
Campuran Air
Kebocoran
Cooling
KONFIRMASI
- Kadar air naik
- TBN turun
Viskositas
Turun
Viskositas
Naik
Campuran F.O
Blow-by
Aditif Rusak
Mutu
Pelumas
Aditif Rusak
- Jenis Aditif
Jelek
Overheating
Mutu F.O
Jelek
TBN Turun
Kandungan
Sulfur
Blow-by
Kandungan
Logam Naik
Kontaminan
Kebocoran
Cooling
Material Debris
Komponen
Keausan
Komponen
Kontaminan
naik
Kandungan
aditive turun
- Kandungan ash
naik
- TBN turun
Kandungan
aditif turun
- S.F.O.C niak
Kandungan
aditif turun
- TBN turun
Kontaminan
tetap
Kandungan
aditif turun
- Kondisi engine
& beban
S.F.O.C naik
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
- Kandungan ash
tetap
- Kandungan ash
naik
Viskositas
turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
- S.F.O.C naik
- Densitas turun
- Kadar air naik
Viskositas
turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
Chek
jenis
material
komponen
Kandungan
sedimen
naik
- Densitas naik
Jenis Material
Indikasi Keausan Komponen
Kontaminan
Aluminium (Al)
Piston (bahan light alloy Al), Crankshaft bearing
(bahan Al Sn), dan Komponen pada Al Casings
Antimony
White metal plain bearing
Air
Kebocoran
Boron (Br)
Kebocoran Campuran
pendingin, Terdapat
pada additive
Cooling
Kadar pelumas
Air
Chromium Naik
(Cr) Piston rings, Cylinder liner, atau Valve seat
Cobalt (Co)
Valve seat atau Hard coating
Tembaga (Cu)
Bronze bearing, atau Rolling element bearing cages
Indium
Crankshaft bearing
Besi (Fe)
Gear, Shaft, Cast iron cylinder bores
Timbal (Pb)
Plain bearing
Magnesium
Komponen plastik dengan talc filter, atau
(Mg)
kemasukan air laut
Nickel (Ni)
Valve seat, atau alloy steel
Potasium
Kebocoran pendingin
Silicon
Kemasukan debu (filter problem)
Sodium (Na)
Kebocoran pendingin atau air laut
Timbal (Sn)
Plain bearing
Vanadium (Va)
Blow-by dari bahan bakar
Seng (Zn)
Bahan additive minyak pelumas
Kontaminasi
- Check sistem
pelumas
Viskositas
turun
- TBN turun
Kontaminan
naik
Kandungan
aditif turun
pelumas
Wear Elements
Dirt and Soot
Fuel
Water
Ethylene Glycol/Antifreeze
Sulfur Products/Acids
Oxidation Products
Salah satu contoh hasil pengujian atau pengecekan pada salah satu project
guide mesin merk CATERPILLAR dimana terdapat kontaminan-kontaminan
yang ada pada saat dilakukan test berkala, pengujian tersebut dilakukan
dengan jadwal yang di ajukan maker untuk mengetahui apa saja yang
terkandung dalam minyak pelumas, setelah melewati prosedur tersebut
maka pada pihak maker akan melakukan analisis rekomendasi (pada table
selanjutnya) sehingga pengguna dapat menentukan langkah apa yang akan
di ambil dalam operasional engine dengan mengacu pada hasil laboratorium
apakah ada overhaul atau memperbaiki kualitas minyak pelumas :
sedikit
tentang
alat
yang
digunakan
sebagai
media
untuk
Pendingin
Minyak pelumas juga dapat sebagai pendingin dari mesin, tetapi ini bukan
tujuan utama tetapi karena suhu munyak pelumas yang lebih rendah dari
suhu ruang bakar maka heat akan ikut terbawa oleh minyak pelumas.
Pelumasan untuk setiap tipe mesin akan berbeda, misalnya untuk
pelumasan pada mesin 2 tak dan 4 tak, pada mesin 4 tak hanya
membutuhkan 1 sistem pelumasan yang mencakup pelumasan semua
bagian mesin, sedangkan untuk mesin 2 tak mempunyai 2 sistem pelumasan
yang
berbeda
yaitu
pelumasan
ring
piston
dan
crankshaft.
Adanya
Pada sistem basah, carter (penampungan pelumas) terletak pada mesin atau
menjadi satu dengan mesin pelumas tersebut kemudian dicipratkan oleh
sendok yang terpasang pada shaft kemudian melumasi bagian yang
bergesekan.
Untuk sistem kering pada mesin tidak ada carter tetapi pelumas ditampung
pada
penampungan
lain
kemudian
dipompa
melumasi
bagian
yang
bergesekkan, pada sistem ini konstruksi conecting rod berlubang untuk jalan
sirkulasi pelumas. Pelumas yang telah bersirkulasi kemudian menetes dan
ditampung pada sebuah penampunan di mesin bagian bawah untuk
kemudian di pompa lagi ke dalam carter
Gambar diatas adalah salah satu contoh sistem pelumasan tipe dry sump
atau sistem kering, seperti penjelasan sebelumnya bahwa pada tipe ini
carter atau penampungan minyak pelumas berada di
memiliki tangki tersendiri untuk mensuplai mesin, dari minyak pelumas yang
dipompa ke dalam mesin pasti akan menetes setelah melumasi bagianbagian
yang
penampungan
bergesekan,
sementara
tetesan-tetesan
kemudian
akan
itu
akan
dipompa
ditampung
ke
carter
pada
untuk
didinginkan oleh LO cooler untuk mendinginkan suhu mesin agar tidak over
heat.
Engine Oil, Jenis pelumas setiap mesin tidaklah sama tergantung jenis
bahan bakar yang digunakan dan tipe dari mesin tersebut
b. Hydraulic Oil, Biasanya yang dipilih dari hydraulic oil adalah viskositas yang
tinggi
c.
Gear Oil, Biasanya yang dipilih dari gear oil adalah yang memiliki pour point
yang rendah, mengingat gesekan rentan menimbulkan panas
d. Refrigerant Compressor Oil, Pemilihan minyak ini harus didasarkan pada tipe
refrigeran yang digunakan
e. Air Compressor Oil, Biasanya yang dipilih dari air compressor oil adalah yang
berbahan dasar sintetic karena daya tahan terhadap tekanannya lebih tinggi
f.
Grease, Biasanya yang dipilih yang memiliki karakteristik anti air yang baik
Menurut CIMAC (International Council Of Combustion Engine) sistem
pelumasan pada mesin dibagi menjadi 2, yaitu:
Sedangkan
cylinder
liner
sangat
memerlukan
pelumasan
dikarenakan cylinder liner selalu bergesekan dengan piston ring dan tempat
terjadinya pembakaran sehingga perlu sistem pelumasan sendiri. Minyak
minyak
bakar,
maka
biasanya
karakteristik
pelumasannya
SAE
50.
Untuk
bekerja
pada
titik
operasinya
biasanya
menggunakan pelumas yang memiliki angka TBN 30-40 mgr KOH/gr dengan
viskositas SAE 50.
-
angka
TBN
yang
digunakan
adalah
0-20
tergantung
Pelumasan pada mesin putaran tinggi, Pada mesin ini biasanya pelumasnya
menggunakan standart API CH4 atau dibawahnya, minimal menggunakan
standart API CC. Viskositas yang dibutuhkan adalah SAE 40, akan tetapi
beberapa pabrikan mesin merekomendasikan pelumas yang memiliki multi
grade viscosity misalnya SAE 15W-40. Karena saat ini mesin putaran tinggi
kebanyakan menggunakan High Speed Diesel Fuel (HSD) yang memiliki
kandungan sulfur rendah, maka angka TBN yang banyak digunakan
maksimal 10 mgr KOH/gr.