Perkenalan
Hipertensi pulmoner (PH) adalah jenis dari penyakit paru yang sangat merugikan
bagi kesehatan manusia, dan sering ditunjukkan dengan penambahan yang
progresif dari tekanan arteri pulmonal, sehingga akhirnya menghasilkan kelebihan
beban (overload) pada ventrikel kanan dan akhirnya terjadi gagal jantung (1).
Meskupun pengobatan sekarang, termasuk penggunaan obat target seperti
sildenafil, membantu dalam mengurangi gejala klinis dari PH, prognosis jangka
panjang masih tetap rendah (2). Sebagai contoh, angka harapan hidup 5 tahun dari
fibrosis kistik pada pasien dengan PH adalah 40.8% (3); bagaimanapun, bahkan
dengan transplantasi paru, rata-rata angka harapan hidupnya hanya 7 tahun (4).
Maka dari itu, ada kebutuhan penting untuk pengembangan dari agen terapi yang
lebih efektif untuk pengobatan PH.
Berbagai penelitian sudah menyajikan mekanisme PH, dengan menyoroti pada
pentingnya inflamasi dan jalur sinyal kalsineurin (CaN)/factor nuclear dari sel T
teraktivasi (NFAT) (5-13). Sudah ditetapkan dalam percobaan dengan hewan dan
dalam percobaan manusia bahwa sel inflamasi muncul dalam daerah arteri
pulmonalis yang berubah bentuk (5-8). Lebih jauh lagi, sudah diketahui bahwa
akumulasi perivaskuler dari sel inflamasi adalah penting untuk pengubahan bentuk
pembuluh darah pulmonal (9). Oleh sebab itu, peningkatan produksi dari sitokin
inflamasi memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai marker prediktif dari
pasien yang hidup dengan PH (9). Masih menjadi suatu ketidakpastian apakah
Hasil
(paragraph 4)
Penggunaan MSC-CM menghasilkan peningkatan dari hemodinamik abnormal. RVSP
berkurang menjadi 313.38 mmHg (Gbr. 2A) dan MAoP meningkat menjadi
112.9714.26 mmHg (Gbr. 2B) dalam terapi MSC-CM; nilai-nilai ini secara signifikan
berbeda dibandingkan degnan grup model (P<0.05). Sebagai tambahan, hipertrofi
medial dari arteriol musculus pulmonalis meningkat (Gbr. 2C), dan WT secara
signifikan
menurun
(13.281.78%)
dibandingkan
dengan
grup
model
(34.123.59%; P<0.01; Gbr. 2C).
MSC-CM mengurangi level ekspresi protein dari TNF-a dalam jaringan paru.
Dibandingkan dengan grup control (Gbr. 3A), pewarnaan imunohistokimia
menunjukkan bahwa kebanyakan sel positif untuk TNF-a di dalam jaringan paru 21
hari setelah injeksi dari MCT dalam grup model (Gbr. 3B). mengikuti penggunaan
MSC-CM, jumlah dari positif sel utnuk TNF-a berkurang (Gbr. 3C), dan rata-rata OD
secara signifikan berkurang dari 0.230.07 dalam grup model ke 0.170.06 dalam
grup terapi MSC-CM (P<0.01; Gbr. 3D).
MSC-CM menekan produksi dari TNF-a dan proliferasi dari PASMCs dalam system
kultur. Setelah 3 hari kultur, lebel TNF-a dalam supernatant dari system kultur
dianalisa dengan menggunakan ELISA. Hasilnya menunjukkan bahwa level TNF-a
yang tinggi (762.5142.35 pg/ml) diproduksi oleh sel T atas stimulasi dengan ConA
(Gbr. 1A). bagaimanapun, dalam keberadaan MSC-CM, produksi dari TNF-a secara
signifikan dihambat (218.2519.33 pg/ml; P<0.01; Gbr. 4A). Sebagai tambahan,
proliferasi dari PASMCs, yang dinilai menggunakan penilaian MTS, menunjukkan
bahwa profilefari dari PASMCs secara signifikan meningkat ketika kultur dengan sel
T terstimulasi ConA, dibandingkan dengan kultur PASMCs saja (0.940.05 vs
0.730.06; P<0.01; Gbr 4B). Lebih jauh lagi, kemampuan dari sel T dalam
meningkatkan proliferasi dari PASMCs secara signifikan dihambat dengan terapi
MSC-CM (0.780.07; PO<0.01; Gbr. 4B). MSC-CM menurunkan regulasi ekspresi CaN
dan NFATc2. CaN dan NFATc2 adalah factor pengatur yang penting dari proliferasi
SMC, sehingga, level ekspresi dari keduanya dihitung dengan transkripsi balik PCR
kuantitatif (11). Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 3 hari kultur dengan sel T
terstimulasi ConA, level ekspresi dari CaN dan NFATc2 dalam PASMCs secara
signifikan meningkat dibandingkan dengan ekspresi dari PASMCs saja. Lebih lagi,
MSC-CM dapat mengurangi tingkat ekspresi dari CaN dan NFATc2 (P<0.01) yang
meningkat dengan efek peningkatan dari sel T teraktivasi (Gbr. 4C dan D).
MSC-CM menekan aktivitas CaN dan aktivasi dari NFATc2 pada PASMCs. Dalam
system kultur, diamati bahwa aktivitas CaN intraseluler meningkat drastis pada
PASMCs yang dikultur 3 hari dengan ConA-terstimulasi sel T, dibandingkan dengan
PASMCs yang dikultur sendiri (0.590.06 vs 0.320.04 U/mgprot; P<0.01; Gbr. 4E).
Kemudian, kebanyakan dari NFATc2 ditranslokasi pada nucleus, yang
mengindikasikan aktivasi dari NFATc2 (Gbr. 4G). Mengikuti penambahan dari MSCCM, aktivitas intraseluler CaN dari PASMCs berkurang drastic (0.370.06 U/mgprot;
P<0.01; Gbr. 4E). ketika PASMCs dikultur secara independen, ekspresi dari NFATc2
terlokalisir predominan di sitoplasma (Gbr. 4F). Akhirnya, penambahan dari MSC-CM
juga berakibat pada penekanan aktivasi dari NFATc2 (Gbr. 4H)