S2 2014 323199 Chapter1 - 2
S2 2014 323199 Chapter1 - 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar,
dengan jumlah kematian sebesar 2,2 juta per tahun (Arvelo et al., 2010).
Sebanyak 6% kematian yang disebabkan diare, sebagai akibat dari konsumsi air
yang berasal dari sumber air yang tidak aman, sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, perilaku yang buruk dan praktek kebersihan makanan (Masangwi et
al.,2010).
Di Indonesia penyakit diare juga masih menjadi masalah di bidang
kesehatan. Angka kesakitan diare sekitar 15-43% tiap tahun. Dari jumlah tersebut
60-80% diderita oleh anak balita. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor penyebab antara lain virus, bakteri, parasit, jamur, alergi makanan,
minuman maupun obat-obatan serta faktor penyebab lainnya seperti keadaan gizi,
hiegine dan sanitasi, sosial budaya, musim dan sosial ekonomi. (Winarno &
Sundari, 1996).
Di Indonesia diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anak
diantaranya karena infeksi rotavirus (Umam, 2012). Hasil Riskesdas 2007 bahwa
diare merupakan penyebab kematian bayi tertinggi yaitu 42 % dibanding
Pneumonia sebesar 24 %. Pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak 25,2 % kasus
kematian disebabkan diare dan 15,5 % disebabkan oleh pneumonia.
Kejadian diare pada setiap balita per tahunnya adalah 1,6-2 kali kejadian.
Diperkirakan kejadian diare sebanyak 40 juta setiap tahunnya dengan jumlah
kematian 200.000-400.000 balita. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa telah terjadi
KLB diare di 15 provinsi dengan penderita berjumlah 8.443 orang, dengan jumlah
kematian 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR) 2,48 % (Subagyo, 2012).
Diare selalu masuk dalam 10 besar masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi
pada seluruh puskesmas di Indonesia bersama Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) (Achmadi, 2008). Penyakit-penyakit berbasis lingkungan
masih
19.000
17.000
15.000
15124
14694
13.000
11.000
9.000
7.000
5.000
2010
2011
2012
Kelompok umur
5-9
10-14
15-19
2010
20-44
2011
45-54
55-59
60-69
>70
2012
Tahun 2010
Jenis Penyakit
Jumlah
Dyspepsia
1.919
Diare
1.015
Hipertensi
840
CKR
472
ISPA
444
DM non insulin
428
DF
428
ISK
425
SNH
386
CHF
383
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun 2011
Jenis penyakit
Diare
Dyspepsia
Hipertensi
DM non insulin
CKR
SNH
Pneumonia
ISK
ISPA
CHF
Jumlah
1.196
1.063
1.049
584
530
520
518
498
412
391
Berdasarkan Tabel 1, bahwa pada tahun 2010 dan 2011 diare selalu masuk
daftar 10 penyakit terbanyak rawat inap dan bahkan pada tahun 2011 menempati
peringkat pertama. Hal ini menunjukkan bahwa diare masih menjadi beban angka
kesakitan yang tinggi di Kabupaten Boyolali.
Permasalahan diare tidak hanya berupa angka kesakitan dan kematian
yang ditimbulkan, akan tetapi potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mungkin
terjadi (Depkes RI, 2008). Kejadian luar biasa (KLB) diare juga terjadi setiap
tahun di wilayah Kabupaten Boyolali sebagaimana tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Kabupaten Boyolali
Tahun 2010-2013
Kasus Diare
Jumlah Kasus Meninggal
Tahun
Jumlah Kejadian
2010
100 %
2011
34
2012
30
2013
33
CFR (%)
No
1
2
3
4
5
10,74
18,85
Perpipaan PDAM
15,02
3,21
1,69
50,49
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang dapat
dimunculkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat berisiko meningkatkan
kejadian diare pada balita?
2. Apakah sarana pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat berisiko
meningkatkan kejadian diare pada balita?
3. Apakah tidak memiliki sarana pembuangan air limbah berisiko meningkatkan
kejadian diare pada balita?
4. Apakah tidak memiliki sarana pembuangan sampah berisiko meningkatkan
kejadian diare pada balita?
5. Apakah keberadaan peternakan sapi di dekat tempat tinggal berisiko
meningkatkan kejadian diare pada balita?
C. Tujuan Penelitian
1. Membuktikan bahwa sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat berisiko
meningkatkan kejadian diare pada balita.
2. Membuktikan bahwa sarana pembuangan tinja yang tidak memenuhi
syarat.berisiko meningkatkan kejadian diare pada balita.
3. Membuktikan bahwa tidak memiliki sarana pembuangan air limbah berisiko
meningkatkan kejadian diare meningkat pada balita.
4. Membuktikan bahwa tidak memiliki sarana pembuangan sampah berisiko
meningkatkan kejadian diare pada balita.
5. Membuktikan bahwa keberadaan peternakan sapi di dekat tempat tinggal
berisiko meningkatkan kejadian diare pada balita.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk Instansi terkait
Diharapkan akan menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan
tentang kebersihan lingkungan sebagai pedoman di dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan serta pengendalian penyakit diare di kabupaten Boyolali.
10