Anda di halaman 1dari 13

Nama

NIM
Kelas
Kelompok

Nobertha Isaura Fahryn


165100201111024
E
E3

BAB I
PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3
1. PRELAB
1.1 Bahan kimia oxidizing (pengoksidasi), Kode O
Contoh
: Kalium Klorat dan Kalium Permanganate (Sumardjo, 2006).
Bahan kimia irritant (menyebabkan iritasi), Kode Xi
Contoh : Asam Nitrat dan Kalium Hidroksida (Sumardjo, 2006).
1.2
Symbol dan Nama
Oxidizing
(pengoksidasi)

Keterangan
Bahan-bahan dan
formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya
OXIDIZING biasanya
tidak mudah terbakar.
Tetapi bila kontak dengan
bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah
terbakar mereka dapat
meningkatkan resiko
kebakaran secara
signifikan.
Dalam berbagai hal
mereka adalah bahan
anorganik seperti garam
(salt-like) dengan sifat
pengoksidasi kuat dan
peroksida-peroksida
organik.
Frase-R untuk bahan
pengoksidasi : R7, R8
dan R9

Contoh

Keamanan

Kalium klorat ( KCLO3),


Kalium permanganat
(KMnO4), Hidrogen
peroksida (H2O2), Asam
nitrat (HNO3) pekat, dan
K2Cr2O7.

Hindari
panas serta
bahan mudah
terbakar dan
reduktor.

Irritant
(menyebabkan iritasi)

Bahan dan formulasi


dengan notasi irritant
adalah tidak korosif
tetapi dapat
menyebabkan inflamasi
jika kontak dengan kulit
atau selaput lendir.
Frase-R untuk bahan
irritant : R36, R37, R38
dan R41

Contoh bahan dengan


sifat tersebut misalnya
isopropilamina, kalsium
klorida dan asam dan
basa encer.

Hindari
kontaminasi
pernafasan,
kontak
dengan kulit
dan mata.

1.3 Lemari asam (Fume Hood) adalah salah satu alat keselamatan kerja didalam
laboratorium kimia. Lemari asam berfungsi untuk mencegah agar gas-gas yang
dikeluarkan dari bahan kimia yang tergolong asam/basa kuat tidak membahayakan
orang atau praktisi laboratorium yang sedang bekerja. Bahaya bahan kimia yang
bersifat asam/basa kuat tersebut dapat menyebabkan iritasi atau terbakarnya kulit
dan gangguan pernafasan yang disebabkan gas beracun yang dihasilkan bahan
kimia tersebut. Bahan kimia yang dapat merusak kulit seperti Asam Sulfat
(H2SO4), Asam Chlorida (HCl), Asam Nitrate (HNO3) dan masih banyak lagi
bahan kimia lainnya yang berbahaya. Bahan kimia tersebut selain dapat merusak
kulit juga dapat menghasilkan gas beracun yang dapat mengganggu pernafasan
atau bisa juga keracunan yang akhirnya bisa menyebabkan kematian (Clarkson,
2008).
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pipet volume (volume pipette)

Pipet volume berfungsi untuk memindahkan larutan dan hanya memiliki satu
ukuran volume (widayanti, 2008).
2.2

Pipet ukur (measuring pipette)

P i p a k u r u s d e n g a n s k a l a d i s e p a n j a n g d i n d i n g n ya . P i p e t u k u r
berfungsi untuk memindahkan larutan dengan berbagai ukuran volume
(widayanti, 2008).
2.3 Labu ukur

Berbentuk seperti buah pear, dengan leher kurus yang panjang.


Berfungsi untuk menyiapkan larutan dalam kimia analitik yang konsentrasi dan
jumlahnya diketahui dengan pasti dengan keakuratan yang sangat tinggi (restu,
2012).
2.4 Buret

Berfungsi untuk mengukur larutan dengan presisi tinggi seperti titrasi dengan
berbagai ukuran volume (restu, 2012).
2.5 Erlenmeyer

Menyimpan dan memanaskan larutan dan menampung filtrate hasil penyaringan


(restu, 2012).
2.6 Spektrofotometer

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu


sample sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna
terbentuk. Peralatan penelitian yang banyak digunakan dalam bidang biologi.
Mengukur jumlah relatif cahaya dari panjang gelombang berbeda yang diserap dan
diteruskan oleh larutan pigmen (cairns, 2008).
2.7 Tabung reaksi

Tabung reaksi merupakan alat gelas yang digunakan pada sat pereaksian zat
kimia. Tabung gelas ini dapat dipanaskan. Jika tabung reaksi akan dikocok ke
samping maka tabung tidak boleh diisi lebih dari setengahnya. Jika dilakukan
pemanasan, harus dilakukan hati-hati dan harus dipegang miring (restu, 2012).

2.8 Timbangan analitik

Timbangan analitik adalah suatu timbangan yang digunakan untuk mengukur


massa dengan teliti. Fungsi timbangan analitik adalah menimbang massa. (widhy,
2009).
2.9 Pipet tetes

Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan yang kelebihan volumenya


ataupun kekurangan volumenya saat diukur pada suatu wadah, supaya volume
larutannya bisa terukur dengan tepat. Pipet tetes terbuat dari bahan yang tipis.
Jadi, pipet tetes gampang sekali pecah kalau tidak hati-hati dalam penggunaannya
(restu, 2012).
2.10

Bulb

Suatu alat bantu yang biasa dipasang di pangkal pipet ukur maupun pipet volume.
Fungsinya adalah menyedot larutan ( widhy, 2009 ).
2.11

PH meter

Digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen atau keasaman dalam


larutan. Peralatan ini digunakan untuk mengukur keasaman larutan berair (who,
2008).
2.12

Lemari asam

Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang mengandung asam,


yang apabila terkontaminasi dengan tubuh ataupun tercium dan gasnya masuk ke
dalam tubuh, akan dapat merusak jaringan-jaringan tubuh. Untuk itu,dalam suatu
proses yang memerlukan bahan dari lemari asam, praktikan harus ekstra hati-hati
karena mempunyai dampak yang sangat buruk apabila bahan yang tersimpan
didalamnya menyentuh kulit (restu, 2012).
3. PEMBAHASAN
No.
3.1

Nama alat
Pipet volum

3.2

Pipet ukur

Tata cara penggunaan


Tekan bulb sebelu
memasukkan unit
kedalam larutan atau
cairan.
Celupkan ujung unit
untuk memasukkan
cairan kedalam unit.
Lepas bulb agar cairan
dapat masuk kedalam
unit.
Lepaskan bulb untuk
mengeluarkan cairan dari
dalam unit.
Tekan bulb sebelu
memasukkan unit
kedalam larutan atau

Prosedur khusus
Jangan menggoyangkan
unit untuk mengeluarkan
sisa larutan yang ada di
dalamnya.
Pastikan pipet berada
dasar wadah saat
melakukan proses
penyedotan agar tidak
ada gelembung yag
masuk saat proses
penyedotan.
Jangan menggoyangkan
unit untuk mengeluarkan
sisa larutan yang ada di

3.3

Labu ukur

3.4

Buret

3.5

Erlenmeyer

3.6

Spektofotometer

cairan.
Celupkan ujung unit
untuk memasukkan
cairan kedalam unit.
Lepas bulb agar cairan
dapat masuk kedalam
unit.
Lepaskan bulb untuk
mengeluarkan cairan dari
dalam unit.
Mengisikan larutan yang
akan diencerkan atau
padatan yang akan
dilarutkan.
Tambahkan cairan yang
dipakai sebagai pelarut
sampai setengah labu
terisi, kocok kemudian
penuhkan labu sampai
tanda batas.
Sumbat labu, pegang
tutupnya dengan jari,
kocok dengan cara
membolak-balikkan labu
sampai larutan homogen.
Tutup kran terlebih
dahulu sebelum
memasukkan larutan
kedalam unit.
Masukkan larutan
melalui bagian atas unit
menggunakan corong
gelas.
Isi unit hingga melebihi
skala nol.
Buka kran secara
perlahan untuk mengatur
keluarnya larutan
(Ruhiyat, 2010).
Siapkan Erlenmeyer yang
sudah dibersihkan.
Isi dengan benda cair
dengan jumlah besar dan
berskala (Dahlia, 2011).

Cahaya monokromatik
pada unit menuju kearah
kuvet (tempat

dalamnya.
Pastikan pipet berada
dasar wadah saat
melakukan proses
penyedotan agar tidak
ada gelembung yag
masuk saat proses
penyedotan.
Jangan memanaskan
sesuatu menggunakan
unit.
Gunakan jari telunjuk
dan jar tengah untuk
menutup ujung unit,
kemudian pegang leher
unit menggunakan tiga
jari.
Jangan mengocok kearah
atas-bawah maupun
menggoyangkan unit
untuk menghindari resiko
unit terlempar.
Turunkan unit dan
statifnya ke lantai agar
jika ada larutan yang
tumpah dari corong tidak
terpercik ke mata.
Jangan mengisi unit
dengan posisi bagian
atasnya lebih tinggi dari
mata kita.
Perhatikan kran buret,
gunakan pelumas untuk
memudahkan putaran
kran buret dan mencegah
kebocoran.
Keretakan pada labu
dapat ditambal
menggunakan lem.
Tutup rapat ujung labu
ketika sedang digunakan
dalam mereaksikan, agar
aroma iodium yang
menyengat tidak terhirup
dan tidak mengganggu
proses kerja.
Larutan yang akan
diamati unit harus
memiliki warna tertentu.

3.7

Tabung reaksi

3.8

Timbangan
analitik

sampel/sel).
Banyaknya cahaya yang
diteruskan maupun
diserap oleh larutan akan
dibaca oeh detector.
Detector akan
menyamaikan hasilnya
ke layar pembaca (Hadi,
2009).
Tuangkan larutan atau zat
kimia kedalam tabung
reaksi.
Gunakan penjepit unit
saat proses pembakaran
zat atau larutan.
Miringkan tabung reaksi
saat proses pembakaran.
Taruh tabung reaksi pada
penyangga setelah
melakukan proses
pembakaran.
Tunggu unit dingin
terlebih dahulu, lalu
lanjutkan proses
berikutnya.
Dibuka kaca timbangan
analitik.
Dibersihkan ruang dalam
neraca analitik dengan
menggunakan kuas.
Ditancapkan stop kontak
pada stavolt.
Ditekan tombol On.
Kemudian tunggu hingga
muncul angka 0,0000 g.
Dikalibrasi.
Dimasukkan alas bahan
dan dicatat massa alas
bahan tersebut.
Dimasukkan bahan yang
akan ditimbang dengan
menyesuaikan massa
yang diinginkan.
Kaca ditutup dan
ditunggu hingga angka di
layar monitor timbangan
analitik tidak berubahubah dan sesuai dengan
massa yang diinginkan.
Setelah mendapatkan
data, diambil alas dan
bahan yang ditimbang.

Berhati-hatilah saat
membersihkan kuvet
(tempat sample),
bersihkan secara perlahan
agar jaringan dalam
kuvet tidak rusak
sehingga tidak merusak
hasil pembacaan.

Miringkan unit saat


melakukan proses
pembakaran untuk
mengurangi resiko
semburan zat saat dibakar
dan mengurangi resiko
meledak atau hangus.
Berhati-hatilah saat
menggunakan penjepit
unit agar unit tidak
pecah.
Bersihkan tabung reaksi
setelah memakainya.

Ditempatkan diatas meja


yang paling stabil di
laboratorium, Karena itu
dipilih tempat dekat
dinding atau dipojok
ruangan.
Menekan tomol kalibrasi
agar keakuratan tetap
terjaga.
Dihindarkan dari sinar
matahari langsung,
gerakan udara, radiasi
panas dan
elektromagnetik.
Ditutup pintu neraca pada
saat tidak digunakan.
Dihidupkan setiap hari
meskipun tidak
digunakan
(Kenkel,2014).

3.9

Pipet tetes

3.10 Bulb

3.11 PH meter

Ditekan tombol Off.


Dilepas stop kontak dari
stavolt.
Dibersihkan ruang dalam
neraca analitik dengan
menggunakan kuas
(Kenkel,2014).
Tekan bulb sebelu
memasukkan unit
kedalam larutan atau
cairan.
Celupkan ujung unit
untuk memasukkan
cairan kedalam unit.
Lepas bulb agar cairan
dapat masuk kedalam
unit.
Lepaskan bulb untuk
mengeluarkan cairan dari
dalam unit.
Bulb memiliki tiga
tombol, yaitu A, S da E.
Keluarkan udara dari
bulb dengan cara
memencet unit sambil
menekan tombol A.
Pasangkan unit pada
ujung pipet.
Sedot larutan sambil
menekan tombol S.
Keluarkan larutan dengan
menekan tombol E
(koesmadja, 2006).
Sediakan larutan yang
akan di ukur
keasamannya.
Sebelum di ukur, terlebih
dahulu perhatikan kadar
suhu larutan yang akan di
ukur dengan suhu larutan
yang sudah dikalibrasi
sebelumnya.
Sebelum menggunakan
PH meter, elektrode
harus dicuci terlebih
dahulu menggunakan
akuades.
Hidupkan alat ph, lalu
celupkan elektroda ke
dalam cairan yang akan
diukur.
kemudian tekan tombol

Jangan menggoyangkan
unit untuk mengeluarkan
sisa larutan yang ada di
dalamnya.
Pastikan pipet berada
dasar wadah saat
melakukan proses
penyedotan agar tidak
ada gelembung yag
masuk saat proses
penyedotan.

Hindari proses
penyedotan yang
berlebihan, lepas tombol
S jika larutan sudah
memenuhi ukuran agar
larutan tidak masuk
kedalam bulb, karena
larutan yang masuk pada
unit menyebabkan unit
mengalami kerusakan
(koesmadja, 2006).

Bersihkan elektrode
sebelum digunakan untuk
menghindari kesalahan
pembacaan oleh PH
meter akibat kontaminan.
calibrasi PH meter
sebelum
menggunakannya agar
perhitungannya akurat.
Saat mencelupkan
elektroda, putar-putar
elektroda kedalam larutan
hingga larutan menjadi
homogen.

3.12 Lemari asam

3.13 Gelas arloji

3.14 Hotplate stirrer


-

yang bertuliskan MEAS


lantas akan muncul kata
HOLD di layar. Lalu
tunggu beberapa saat
hingga muncul angka PH
yang menunjukan kadar
ph pada cairan tersebut.
Setelah itu matikan alat
tersebut.
Buka pintu lemari asam
Lalu masukkan larutan
ke dalam lemari asam
Homogenkan larutan di
dalam lemari asam
Lalu tutup lemari asam
Tunggu sampai asap
sudah keluar melalui
cerobong asap
Apabila sudah, ambil
bahan yang sudah
direaksikan tersebut
(Alami, 2012).
Gunakan unit utuk
menaruh benda atau
bahan padatan pada saat
menimbang,
mengeringkan bahan, dan
lain-lain.
Penggunaan Stirrer :
Pasang saklar (A) pada
posisi on.
Setiap nilai yang
ditetapkan akan
dipertahankan apabila
perangkat dimatikan atau
terputus dari hubungan
listrik.
Mengatur kecepatan
mesin dengan tombol
operasi (E) di sebelah
kanan.
Penggunaan Hotplate :
Pasang saklar (A) pada
posisi on.
Setiap nilai yang
ditetapkan akan
dipertahankan apabila
perangkat dimatikan atau
terputus dari hubungan

Jangan pernah
memasukkan kepala ke
dalam lemari asam.

Saat melakukan proses


penimbangan, lakukan
penimbangan pada unit
terlebih dahulu.
Jangan gunakan unit
sebagai dasaran atau
tempat menumbuk
padatan atau bahan.
Jangan biarkan air masuk
saat membersihkan.
Gunakan sarung tangan
untuk menghindari resiko
terkena unit.
Perhatikan sisa panas
setelah penggunaan unit.
Jauhkan benda yang
mudah terbakar dan
mudah meledak.

3.15 Gelas ukur

3.16 Corong

3.17 Corong pisah

listrik.
Mengatur suhu target
untuk pelat pemanas
menggunakan tombol
operasi (D)/(E) untuk
VHP.
Nilai yang ditetapkan
ditunjukkan pada layar
(C). Jika energi sedang
diberikan ke pelat
pemanas, maka LED
merah (B) menyala.
Pada stir dan stand-by
mode, panas akan
berkedip pada layar
setelah panas telah
dimatikan, selama suhu
set-up pada permukaan
melebihi 50oC.
menuangkan larutan atau
zat kimia secara dengan
berhati-hati (Andarini,
2012).

Bersihkan corong
terlebih dahulu
Lalu letakkan secara hatihati corong di gelas ukur,
labu ukur, gelas beker, dll
Lalu tuang larutan secara
hati hati dari atas corong
tersebut
Campuran dan dua fase
pelarut dimasukkan ke
dalam corong dari atas
dengan corong keran
ditutup.
Corong ini kemudian
ditutup dan digoyang
dengan kuat untuk
membuat dua fase larutan
tercampur.
Kemudian dibalik dan
keran dibuka untuk
melepaskan tekanan uap
yang berlebihan.
Didiamkan agar
pemisahan antara dua
fase berlangsung.
Penyumbat dan keran

Berhati-hatilah saat
menuangkan larutan
Jangan menuangkan
larutan dengan hanya
memegang gelas ukur.
Gelas ukur harus ditaruh
di meja.
Gunakan secara hati hati
agar tidak pecah
Selalu bersihkan setelah
menggunakan corong.

Lakukan poses
pemasangan yang tepat
agar tidak terjadi
kebocoran saat
menuangkan larutan.

3.18 Gelas beker

corong kemudian dibuka


dan dua fase larutan
dipisahkan dengan
mengontrol keran corong
(Cairns,2008)
Tuangkan larutan atau zat
kimia secara langsung.

3.19 Spatula

Gunakan spatula untuk


mengambil bahan
Ina(Bruce,2008).

3.20 Pengaduk gelas

Gunakan unit untuk


mengaduk larutan dalam
wadah.
Gunakan unit unuk
mengambil benda (tidak
diinginkan) yang masuk
kedalam larutan.

Bersihkan gelas beker


susudah atau sebelum
memakainya.
Taruh gelas beker pada
tempat yang aman agar
tidak jatuh.
Berhati-hatilah saat
menggunakan unit agar
unit tidak jatuh dan
pecah.
Bersihkan spatula
sebelum atau setelah
digunakan agar bahan
sebelumnya tidak
tercampur dengan bahan
baru yang akan diuji.
Jangan gunakan spatula
untuk mengaduk larutan
dalam gelas beker
maupun unit lainnya,
karena spatula bisa
membuat unit (berbahan
kaca) menjadi pecah.
Lakukan proses
pengadukan dengan hatihati agar tidak merusak
wadah.

4. KESIMPULAN
4.1 TUJUAN PRAKTIKUM
4.1.1 Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat laboratorium dan
menggunakannya secara benar
4.1.2 Mengenalkan peralatan kesehatam dan keselamatan kerja di laboratorium
4.1.3 Mampu menggunakan peralatan di laboratorium dengan benar
4.2 Setiap jenis alat yang digunakan dalam praktikum kimia di laboratorium memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Salah satu contohnya Erlenmeyer memiliki fungsi dan
sifatyang berbeda dengan labu ukur. Pada Erlenmeyer, dapat digunakan
memanaskan laruran sedangkan labu ukur tidak dapat memanaskan larutan.
Sebagian besar alat-alat yang digunakan dalam praktikum terbuat dari gelas atau
kaca, sehingga harus berhati-hati karena jika tersenggol sedikit akan jatuh dan
pecah.

5. DAFTAR PUSTAKA
Sumardjo . 2008. Pengantar Kimia. Jakarta: ECG
Clarkson, Thomas W. 2008. Advance in Mercury Toxicology. New York: Plenum Press
Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: ECG
Daisy, Hendaryono. 2008. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius
John Kenkel. 2014. Analitycal Chemistry For Technicians. Boca Raton: CRC Press
Bruce, Robert T. 2008. Ilustrsted Guide To Home Chemistry Experiments. USA: Dan
Woods.
Slowinski, Emil, Wolsey, Wayne C, Rossi, Robert.2015.Chemical Priciples in the
Laboratory.Ed.11.USA: Cengage Learning
Widhy, Purwanti H. 2008. Teknik Dasar laboratorium. Jakarta : Pustekkom Depdiknas.
Tim Kimia. 2013. Penuntun Praktikum Sains Dasar Bidang Kimia .
Lampung : Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai