Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah sebagai profesi yang mempunyai tanggung jawab
moral dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Profesi ada karena ada pengakuan dari masyarakat, sehingga
profesi mempunyai kewajiban moral untuk melaksanakan kewajiban
profesional sebagai pengabdian kepada masyarakat. Pengakuan masyarakat
dapat terjadi akibat kemampuan seseorang pada suatu hal. Kemampuan
terbentuk akibat proses pendididikan formal, pelatihan dan pengalaman
lapangan. Pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada masyarakat adalah berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan serta
kaidah dan nilainilai professional yang diyakini oleh profesi keperawatan.
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan
diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Salah satu

upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan mengubah Paradigma Sakit
menjadi Paradigma Sehat. Perawat dituntut mampu untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui kegiatan promosi
kesehatan. Salah satu peran dan fungsi perawat dalam promosi kesehatan
adalah sebagai edukator. Perawat dapat memberikan edukasi pada masyarakat
secara luas terkait dengan masalah kesehatan1.
Landasan kebijakan: PP No.32 th 1996, tentang tenaga

kesehatan,

yang berbunyi: seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari
pendidikan kesehatan yang diakui pemerintah.

UU No. 23 tahun 1992

tentang kesehatan, pasal 32 ayat (2) bahwa penyembuhan penyakit dan


pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan. Ayat
(3) berbunyi pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
1

ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
tidak lepas dari menjalankan peran dan fungsinya sebagai perawat. peran
perawat sendiri meliputi: peran sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
peran pendidik, peran pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan,
peran pembaharu, peran pengorganisir pelayanan kesehatan, peran role
model, dan peran fasilitator.
Melalui makalah ini, kelompok tertarik untuk membahas tentang
analisa promosi pelayanan perawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis promosi pelayanan keperawatan
pada kegiatan yang bersifat prefentif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengenal tentang promosi kesehatan
b. Mahasiswa mampu mengenal tentang bentuk pelayanan keperawatan
c. Mahasiswa mampu menganalisis promosi pelayanan keperawatan
C. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisis, dan menerapkan promosi pelayanan keperawatan
pada kegiatan yang bersifat prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Promosi Kesehatan
1.

Definisi
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep
pendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan
paradigma kesehatan masyarakat (public health). Menurut Lawrence
Green (1984) definisi promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi , politik,
dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan
Kesehatan Victoria (Victorian Health Foundation Australia, 1997) bahwa
promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat
yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya, bukan hanya perubahan
perilaku(within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Menurut
Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) bahwa promosi kesehatan adalah
suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Untuk mencapai keadaan fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial, individu atau kelompok harus mampu
mengidentifkasi dan mewujudkan aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan
untuk mengubah atau mengatasi lingkungan (Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut diatas,
WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai the procces of
enabling individuals and communities to increase control over the
determinants of health and thereby improve their health (proses
mengupayakan individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya).
Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO tersebut di
Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai berikut:

upaya

untuk

meningkatkan

kemampuan

masyarakat

melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka


dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta, Departemen Kesehatan RI,
2005)
2.

Tujuan
Tujuan umum dari promosi kesehatan adalah meningkatnya
kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk hidup
sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat,
serta

terciptanya

lingkungan

yang

kondusif

untuk

mendorong

terbentuknya kemampuan tersebut.


Tujuan khususnya adalah :
a. Individu dan keluarga
1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik
langsung maupun media massa
2) Mempunyai pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
3) Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menuju
keluarga atau rumah tangga yang sehat
4) Mengupayakan paling sedikit salah seorang menjadi kader
kesehatan bagi keluarganya
5) Berperan aktif dalam upaya/ kegiatan kesehatan
b. Tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan, tempat kerja dan
tempat umum
1) Masing-masing tatanan mengembangkan kader-kader kesehatan
2) Mewujudkan tatanan yang sehat menuju terwujudnya kawasan
sehat
c. Organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM dan media
massa
1) Menggalang potensi untuk mengembangkan perilaku sehat
masyarakat
2) Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat

3) Menciptakan suasana yang kondisuf untuk mendukung perubahan


perilaku masyarakat
d. Program/ petugas kesehatan
1) Melakukan integrasi promosi kesehatan dalam program dan
kegiatan kesehatan
2) Mendukung tumbuhnya perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat, khususnya melalui pemberdayaan individu, keluarga,
dan atau kelompok yang menjadi kliennya
3) Meningkatkan mutu pemberdayaan masyarakat dan pelayanan
kesehatan yang memberikan kepuasan kepada masyarakat
e. Lembaga Pemerintah/ politisi/ swasta
1) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat
2) Membuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan dampak di bidang kesehatan (Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan , Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor

: 1193/MENKES/SK/X/2004 - Jakarta,

Departemen Kesehatan RI, 2005)


3.

Manfaat
a.
b.
c.
d.

Adapun manfaat dari promosi kesehatan antara lain :


Mempererat kerjasama dengan berbagai pihak
Meningkatkan hubungan terhadap program kesehatan
Meningkatkan percaya diri terhadap kesehatan
Meningkatkan pembangunan lingkungan, sistem dan kebijakan
kesehatan.

4.

Sasaran
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/ keluarga;
tatanan kesehatan , institusi pendidikan, tempat kerja, dan tempat umum;
organisasi kemasyarakatan/ organisasi profesi/ LSM/ dan media massa;
program/ petugas kesehatan; dan lembaga pemerintah/ politisi/ swasta.
Menurut Weiss (1991), program promosi dikembangkan pada tiga
daerah utama yaitu sekolah, tempat kerja dan kelompok/ masyarakat.
Dalam pelaksanaan program promosi kesehatan, telah terbukti bahwa
promosi kesehatan di masyarakat, sekolah dan tempat kerja cenderung

paling efektif (Carleton, 1991). Kolbe (1988) menambahkan sasaran lain


dalam promosi kesehatan adalah pelayanan medis dan media.
Agar lebih spesifik sasaran promosi kesehatan dibagi menjadi
sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah sasaran yang
mempunyai masalah, yang diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan
memperoleh

manfaat paling besar dari perubahan perilaku tersebut.

Sasaran sekunder adalah individu atau keompok yang memiliki pengaruh


oleh sasaran primer, dan diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang
disampaikan kepada sasaran primer. Sasaran tersier adalah para pengambil
kebijakan, penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai
tingkatan (pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan ).
5.

Strategi
Penerapan promosi kesehatan dalam program kesehatan pada
dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global, yang dijabarkan
dalam berbagai kegiatan. Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi
promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal yaitu :
a. Advokasi
Upaya pendekatan pada pimpinan atau pengambil keputusan
supaya dapat memberikan dukungan, kemudahan, pada upaya
pembangunan kesehatan. Dukungan tersebut dapat berupa kebijakan
yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah,
surat keputusan, dan sebagainya. Kegiatannya bisa secara formal dan
informal. Secara formal misalnya presentasi atau seminar tentang issu
atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan. Secara informal
misalnya datang kepada pejabat untuk minta dukungan dalam bentuk
dana atau fasilitas lain.
b. Dukungan sosial
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokohtokoh masyarakat (toma) baik formal maupun infromal. Bentuk
kegiatannya berupa pelatihan para toma, bimbingan pada toma.
c. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Upaya memandirikan individu, kelompok dan masyarakat agar
berkembang

kesadaran

kemauan,

dalam

memelihara

dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatannya

yaitu

penyuluhan kesehatan, pelatihan.(Heri M, 2009)


Berdasarkan Piagam Ottawa, 1986 strategi baru promosi kesehatan:
a. Kebijakan berwawasan kebijakan (Healhty Public Policy)
Bahwa kebijakan yang diambil harus berorientasi pada kesehatan
publik dan harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
b. Lingkungan yang mendukung (supportive Environment)
Bahwa pemerintah atau pengelola tempat umum harus
menyediakan fasilitasyang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta harus melibatkan dan memberdayakan masyarakat.
d. Ketrampilan individu (Personnel Sklill)
Dengan memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat
tentang cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit , mencari
pengobatan.
e. Gerakan masyarakat (Community Action)
Promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka.(Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (2004), strategi
peningkatan promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan Kebijakan Promosi Kesehatan daerah
b. Peningkatan Sumber daya Promosi Kesehatan
c. Pengembangan Organisasi Promosi Kesehatan
d. Integrasi dan Sinkronisasi Promosi Kesehatan
e. Pendayagunaan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Promosi
Kesehatan
f. Peningkatan kerjasama dan kemitraan
g. Pengembangan Metode, Teknik dan Media
h. Fasilitasi Peningkatan Promosi Kesehatan
B. Perawat
1. Definisi
Menurut Undang-Undang RI tentang praktik keperawatan, perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik di dalam

dan luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik
Perawat, yang disebut dengan perawat adalah seorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Peran Perawat
Peran perawat dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang
diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Peran perawat
yang utama adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
a. Pelaksana layanan keperawatan (care provider)
Perawat memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara
langsung kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai
dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan ini merupakan bantuan
yang diberikan kepada klien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk dapat
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dalam
peranannya sebagai care provider, perawat bertugas untuk:
1) Memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi klien
2) Melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan
seimbang.
3) Memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya
4) Berusaha mengembalikan kesehatan klien
5) Peran sebagai care provider merupakan peran yang sangat penting.
Baik/tidaknya kualitas layanan profesi keperawatan dirasakan
langsung oleh klien. Ilmu dan teori dalam keperawatan harus
diwujudkan dalam aktivitas pelayanan nyata kepada klien agar klien
mendapatkan kepuasan. Ini merupakan langkah promosi yang sangat
efektif dan murah dalam upaya membentuk citra perawat yang baik.
b. Pengelola (manager)
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
layanan keperawatan di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit,

puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada


dalam

tanggung

jawabnya

sesuai

dengan

konsep

manajemen

keperawatan. Fungsi manajerial keperawatan yang harus dijalankan


perawat antara lain planning, organizing, actuating, staffing, directing,
dan controlling. Fungsi manajerial tersebut dilaksanakan di tiap
tingkatan manajemen, baik first level manager, middle manager,
maupun top manager. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan peran
manager dengan baik, seorang perawat harus memiliki keterampilan
managerial yang meliputi technical skill, human skill, dan conceptual
skill. Human skill mencakup kemampuan untuk bekerjasama,
memahami, dan memotivasi orang lain, baik individu maupun
kelompok. Dengan kata lain, human skill adalah keterampilan yang
terkait dengan kepemimpinan dan hubungan antar manusia. Conceptual
skill mencakup kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi
secara keseluruhan dan kemampuan menilai apakah kegiatan yang
dilakukan seseorang sesuai dengan organisasi atau tidak. Keterampilan
ini

juga

meliputi

kemampuan

untuk

mengoordinasikan

dan

mengintegrasikan semua kepentingan dan aktivitas organisasi. Jadi,


conceptual skill berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan
berpikir.
c. Pendidik dalam keperawatan
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,
masyarakat, serta tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
sebagai upaya menciptakan perilaku individu/masyarakat yang kondusif
bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan tidak semata ditujukan untuk
membangun kesadaran diri dengan pengetahuan kesehatan. Lebih dari
itu, pendidikan kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku
kesehatan individu dan masyarakat. Kesehatan bukan sekedar untuk
diketahui dan disikapi, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan seharihari.
d. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan

Sebagai

sesuah

profesi

dan

cabeng

ilmu

pengetahuan,

keperawatan harus terus melakukan upaya pengembangan diri, salah


satunya dengan riset keperawatan. Riset keperawatan akan menambah
dasar pengetahuan ilmiah keperawatan dan meningkatkan praktik
keperawatan bagi klien. Menurut Patricia dan Arthur (2002) praktik
berdasarkan riset merupakan hal yang harus dipenuhi (esensial) jika
profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya pada masyarakat
dalam memberikan perawatan yang efektif dan efisien (Asmadi, 2014)
Bila mengacu pada undang-undang Republik Indonesia tentang
praktik keperawataan, pada pasal 31 dalam menyelenggarakan praktik
keperawatan, peran perawat ada dua yaitu sebagai pemberi asuhan
keperawatan dan sebagai pendidik klien.
C. Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan diberikan kepada individu, kelompok
maupun masyarakat sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Standar
Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar
asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat
dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Hubungan antara
kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui
standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan
memburuk (Wilkinson, 2006).
Pelayanan Keperawatan menurut UU keperawatan yang baru saja
disyahkan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Hal tersebut
menggambarkan bahwa pelayanan keperawatan merupakan salah satu
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien dan memberikan asuhan

sesuai dengan kebutuhan pasien baik kebutuhan biopsikososio spiritual.


Pelayanan keperawatan diharapkan dapat diberikan secara komprehensif,
efektif dan efisien semata-mata untuk kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan profesional (professional nursing service)
adalah suatu rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan
keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah profesi
keperawatan. Dalam pemberian pelayanan, perawat secara terintegrasi
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif, efektif dan efisien.
Selain itu dalam pemberian asuhan keperawatan perawat juga memiliki sifat
saling bergantung yang artinya bahwa sistem pemberian pelayanan
memerlukan dan saling melengkapi dengan sistem pemberian pelayanan
kesehatan yang lain (Kusnanto, 2004). Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa Pelayanan keperawatan yang profesional adalah praktek keperawatan
yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional yaitu mempunyai nilai otonomi
dalam pekerjaannya, bertanggungjawab dan bertanggung gugat, pengambilan
keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain, pemberian
pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien.
Pelayananan keperawatan yang optimal diharapkan dapat meningkatkan
mutu pelayananan keperawatan. Dua faktor yang dapat menentukan mutu dari
pelayananan keperawatan yaitu peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia atau tenaga kesehatan (quality of care) dan penyediaan sarana
prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas (quality of services). Adanya
dua hal tersebut, suatu pelayanan keperawatan sebagai bentuk pelayanan
kesehatan dapat memberikan manfaat dan membantu kesehatan pasien.
D. Ruang Lingkup Promosi Pelayanan Keperawatan
Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan meliputi :
1. Upaya Promotif
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan
untuk meningkatkan status/derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya
adalah kelompok orang yang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar
masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat

meningkat dan kelompok orang yang sakit menurun Bentuk kegiatannya


adalah pemberian pendidikan kesehatan/penyuluhan, diskusi tentang
bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan status
kesehatan, misalnya :
a. Memberikan penyuluhan/pendidikan

kesehatan

kepada

individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat tentang upaya meningkatkan


kesahatan, misalnya pemeliharaan kesehatan pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Upaya peningkatan kesehatan dengan pemberian
ASI eksklusif pada bayi dan pemberian imunisasi.
b. Melakukan pemberdayaan dan penggerakan masyarakat

untuk

berpartisipasi dalam peningkatan kesehatan, misalnya ikut berperan


dalam kegiatan donor darah dan lain-lain.
2. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah
terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok masyarakat resiko tinggi
agar tidak jatuh pada kondisi sakit (primary prevention).

Bentuk

kegiatannya adalah pemberian imunisasi, pemeriksaan ante natal care, post


natal care, perinatal dan neonatal, mengajarkan ibu cara perawatan
payudara post natal dan lain-lain.
3. Upaya Kuratif
Upaya curatif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya
adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah
(secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan, misalnya,
memberikan pengobatan pada ibu, bayi dan balita serta masyarakat
dengan kasus - kasus ringan / sederhana sesuai dengan kewenangan,
memberikan pengobatan pada masyarakat atas advice dokter, atau
memberikan pengobatan pada kegawatdaruratan.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitative adalah upaya promosi kesehatan untuk
memelihara dan memulihkan kondisi/mencegah kecacatan. Sasarannya
adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah
untuk pemulihan dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (tertiary

prevention). Bentuk kegiatannya misalnya mengajarkan pasien untuk


mobilisasi dan melakukan ROM (Range of Motion) pada pasien stroke,
mengajarkan ROM pada pasien post operasi ORIF untuk menghindari
terjadinya kontraktur.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Promotif
Berikut ini merupakan pilihan bidang bidang dimana perawat dapat
menawarkan informasi kepada pasien :
1. Perawatan prakonsepsi
a. Pemeriksaan kekebalan terhadap rubella dan imunisasi
b. Kesehatan
umum,keadaan
yang
sekarang,nutrisi,kebiasaan
merokok,minum minuman keras
c. Kadar folat yang adekuat dalam makanan selama peride prakonsepsi
dan kehamilan dini
d. Infromasi untuk mengurangi jumlah kehamilan pada ibu yang berusia di
bawah 16 tahun
e. Penurunan insidensi penyakit menular seksual
2. Kehamilan:
a. Perawatan antenatal
b. Manfaat dan hak cuti hamil
c. Infromasi umum tentang nutrisi,olahraga,rokok,obat,alkohol

dan

istrahat
3. Imunisasi:
a. Program imunisasi selama usia bayi dan kanak- kanak
b. Kelompok kelompok yang memerlukan proteksi khusus misalnya
pekerja kesehatan,orang yang pergi ke luar negri
4. Bahaya rumah dan pekerjaan:
a. Kecelakaan dalam rumah tangga misalnya luka bakar atau luka tersiram
air panas,tersengat listrik,terjatuh dan keracunan,khusunya mengenai
anak- anak.
b. Keamanan

di

tempat

kerja

misalnya

pencegahan

cedera

punggung,penanganan bahan toksik yang aman,pakaian pelindung.


c. Penyuluhan tentang keamanan di jalan dan kampanye khusus.
d. Pajanan yang berlebihan terhadap matahari,luka bakar karena
matahari,penuaan dini,kanker kulit dan kerusakan mata

e. Pembuangan limbah yang aman


5. Latihan fisik:
a. Aktivitas untuk meningkatkan kelenturan,stamina dan kekuatan yang
sesuai dengan usia serta status umum kesehatan
b. Manfaat latihan fisik yang teratur misalnya perbaikan fungsi
kardiovaskuler,pengurangan stres, dan perbaikan masa tulang
c. Kesempatan untuk melakukan aktivitas olahraga dan kebugaran
6. Pemeliharaan berat badan normal:
a. Berat badan normal berdasarkan usia dan jenis kelamin
b. Indeks masa tubuh
c. Manfaat mempertahankan berat badab normal
d. Cara- cara mendapatkan berat bbadan yang normal misalnya melalui
program nutrisi yang seimbang dan lain- lain.
7. Nutrisi dan keamanan makanan:
a. Prinsip prinsip diet yang sehat berdasarkan rekomndasi muthair
b. Kelompok kelompok dengan kebutuhan nutrisi khusus misalnya
anak- anak , ibu hamil, menyusui dan lansia.
Dalam komunitas masyarakat umum Perawat dapat berperan sebagai
pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan,pendidik dan
penyuluh kesehatan,pelaksana konseling keperawatan dan model peran ( role
mode )kepada individu ,keluarga,kelompok dan masyarakat yang merupakan
bagian dari lingkup PROMOSI Keperawatan. Berdasarkan peran tersebut
perawat diharapkan dapat mendukung invidu,keluarga,kelompok dan
masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih
dan sehat.
Promosi pelayanan keperawatan merupakan integrasi dari promosi
kesehatan

yang merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui proses pembelajaran dari oleh dan bersama


masyarakat

,agar

mereka

dapat

menolong

dirinya

sendiri,serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya msayarakat,sesuai dengan


kondisi sosial budaya setempat dan di dukung oleh kebijakan publik
berwawasan kesehatan. Pemberdayaan pada masyarakat di bidang kesehatan
dan keperawatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan.Menurut
WHO terdapat tiga strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi

promosi kesehatan secara efektif yaitu melalui advokasi,dukungan sosial dan


pemberdayaan masyarakat.
B. Preventif
Upaya Preventif adalah yang dilakukan

pada individu

untuk

mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Sasaran pelayanan


keperawatan adalah pada kelompok yang beresiko, seperti kelompok Ibu
Hamil, ibu menyusui, bayi, balita, para perokok, kelompok obesitas,
kelompok pekerja seksual dll. Tujuannya adalah untuk mencegah kelompok
tersebut tidak jatuh atau menjadi/terkenan sakit (Primary prevention)
Usaha-usaha yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala (balita, Bumil, Remaja dan usila)
pemeriksaan dilakukan di posyandu, puskesmas ataupun melalui
kunjungan rumah.
2. Pemberian Vitamin A melalui Puskesmas, Posyandu atau kunjungan
rumah.
3. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nafas dan menyusui.
4. Deteksi dini kasus dan faktor resiko pada maternal dan balita).
5. Memberikan imunisasi pada bayi, balita serta ibu hamil.
Strategi promosi pelayanan keperawatan antara lain :
1. Advokasi
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung apa yang diinginkan. Advokasi
pada pelayanan keperawatan adalah melakukan pendekatan kepada
pembuat keputusan atau kebijakan sehingga para penjabat tersebut mau
mendukung pelayanan keperawatan yang kita inginkan. Dukungan
penjabat tersebut dalam bentuk kebijakalan

yang dikeluarkan dalam

bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Surak keputusan, peraturan


daerah dan lain sebagainya.
maupun nonformal.
2. Dukungan sosial

Advokasi dapat dilakukan secara formal

Stategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencarikan


dukungan melalui tokoh masyarakat, tujuannya agar tokoh masyarakat
sebagi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana dengan
masyarakat sebagai penerima program.

Strategi ini dikatakan sebagai

upaya bina suasana yang kondusif terhadap pelayanan keperawatan.


Bentuk kegiatannya adalah : seminar, lokakarya, bimbangan dan pelatihan
kepada tokoh masyarakat dan lain sebagainya.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan msayarakat adalah strategi Promosi pelayanan
keperawatan yang ditujukan kepada msyarakat langsung. tujuannya
mewujudkan

kemampuan

masyarakat

dalam

memelihara

dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri, Bentuk kegiatannya adalah :


pemberian penyuluhan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk koperasi dan LSM peduli pelayanan keparawatan.
Metode promosi yang digunakan adalah :
1. Metode promosi pada individu
Metode digunakan apabila antara promotor pelayanan keperawatan
dengan klien dapat berkomunikasi secara langsung baik tatap mukan atau
melalui telepon cara ini paling efektifkarena petugas dan klien dapat
langsung berdialog, saling merespon dalam waktu bersamaan.
2. Metode promosi pada kelompok
Tekhnik ini digunakan untuk sasaran kelompok, yang dibagi dalam 2
kelompok yaitu keompok kecil yang terdiri 6-15 orang dan kelompok
besar yang terdiri dari 15-50 orang. ,metode promosi yang dilakukan
adalah :
a. Kelompok kecil
Metode yang digunakan pada kelompom kecil adalah : diskusi
kelompok curah pendapat Brain stormingi), bermain peran (role play),
Metode permainan simulasi (simulation game. Untuk mengefektikan
metode ini dapat dilakukan dengan bantua alat atau media misalnya
lembar balik, alat peraga, slide dan lain sebagainya.
b. Kelompok besar
Metode yang digunakan adalah ceramah yang diikuti tanya jawab atau
tanpa tanya jawab, seminar, lokakarya dan lain sebagainya. Untuk

memperkuat metode ini perlu alat bantu seperti Overhead projector,


slide, film, sound system dan lain sebagainya.
c. Metode promosi massal
Metode yang sering digunakan adalah :
1) Ceramah umum dilapangan atau tempat-tempat umum.
2) Penggunaan media massa elektronik seperti Radio dan TV yang
dirancang seperti drama, talk shaw dialog interaktif, simulasi dan
lain-lain.
3) Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, leaflet, poster dan
lain sebagai. Yang disajikan dalam bentuk artikel, komik dan lain
sebagainya.
4) Penggunaan media luar ruangan misalnya spanduk dan umbulumbul.
C. Kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat kuratif adalah seseorang yang telah
mengalami penyakit. Tujuan dari promosi kesehatan pada tingkat ini adalah
sebagai upaya untuk pencegahan penyakit agar tidak menjadi semakin parah.
Promosi kesehatan ini termasuk dalam tingkat sekunder. Menurut Asmadi (2014)
pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada fase awal
patogenik yang bertujuan mendeteksi dan melakukan intervensi segera

guna

menghentikan penyakit pada tahap dini.


Contoh dari promosi kesehatan dalam tingkat ini misalnya perawatan luka.
Perawat dalam hal ini dapat mengajarkan perawatan luka secara benar, ataupun
memberikan edukasi mengenai nutrisi yang dapat menunjang bagi penyembuhan
luka. Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan pada tingkat kuratif pada
contoh tersebut antara lain;
1. role play, merupakan metode promosi kesehatan dengan cara memberikan
contoh kepada klien
2. konseling, proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang

dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah


tersebut

3. story telling, suatu metode promosi kesehatan dengan cara bercerita. Metode
ini sering diberikan kepada anak-anak.
D. Rehabilitatif
Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok
orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah berusaha
mengembalikan penderita seperti keadaan semula (pemulihan kesehatan) atau
paling tidak mengembalikan penderita pada keadaan yang dipandang sesuai
dan mampu melangsungkan fungsi kehidannya serta untuk pencegahan
kecacatan (tertiary prevention).
Promosi kesehatan oleh perawat dalam layanan rehabilitatif dapat
dilakukan di institusi kesehatan rumah sakit ataupun dalam komunitas.
Implementasinya adalah dengan menerapkan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Macam-macam upaya kesehatan secara rehabilitatif :
1. Rehabilitatif Fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh fisik semaksimal mungkin.
Misal : seseorang yang karena kecelakaan patah kakinya, maka perlu
mendapat

rehabilitatif

dari

kaki

yang

patah

ini

yaitu

dengan

mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki


sesunggguhnya.
2. Rehabilitatif Mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan.
3. Rehabilitatif Siaoal Vokasional
yaitu agar bekas penderita dalam menempati suatu pekerjaan / jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
4. Rehabilitatif Aesthetis
perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadangkadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.

Misal : penggunaan mata palsu


Implementasi promosi kesehatan dalam pelayanan rehabilitatif :
1. Melakukan fisioterapi pada kecacatan fisik
2. Pemberian alat bantu organ, misalnya alat bantu dengar, kaca mata, dan
lainnya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara melakukan latihan fisik
yang tepat
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara pengaturan diet yang tepat

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, kelompok maupun masyarakat
sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan
diharapkan dapat diberikan secara komprehensif, efektif dan efisien sematamata untuk kesembuhan pasien. Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan
keperawatan meliputi upaya promotif yaitu upaya promosi kesehatan yang
ditujukan untuk meningkatkan status/derajat kesehatan yang optimal, upaya
preventif yaitu upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit,
upaya kuratif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan, upaya
rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/mencegah kecacatan.

Segala macam upaya yang dilakukan dalam keperawatan bertujuan


sama yaitu untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hidup pasien demi
terukupinya kebutuhan biopsikososio dan spiritual. Peningkatan kualitas
hidup pasien atas upaya promosi kesehatan yang dilakukan perawat akan
sejalan dengan makin dikenalnya andil dunia keperawatan bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
B. Saran
Upaya peningkatan promosi pelayanan keperawatan perlu terus
ditingkatkan dengan berbagai aspek yang berkenaan dengan dunia
keperawatan. Keterlibatan perawat dalam pelayanan keperawatan dalam
cakupan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif perlu ditingkatkan
sehingga individu, kelompok bahkan masayarakat sebagai sasaran akan
merasakan pelayanan keperawatan yang professional dan nyata ada di tengahtengah mereka semua.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.

(2014).

Konsep

dasar

keperawatan.

Jakarta.

EGC.

Brooker,Christine. (2001). Kamus Saku Keperawatan.Jakarta : EGC


Efendi Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2005).

Nomor :

1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Promosi Kesehatan . Jakarta :


Departemen Kesehatan RI
Kusnanto.(2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC
Maryani, Dewi Sri. (2014).Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: Yrama
Widya
Maulana H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Edisi 1. Jakarta : EGC.
Notoadmodjo S. (2010). Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Tentang Izin dan penyelenggaraan Praktik Perawat
Muharyani, P.W. (2011). Aplikasi Short Message Service (Sms) Dalam Promosi
Kesehatan Reproduksi Di Komunitas. Universitas Indonesia
Wilkinson, Judith.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (Edisi 7). Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai