Disusun oleh :
1. Nining Elsa Noviolin (04031381419045)
7. Ratu Kharisma
(04031381419051)
(04031381419047)
8. Siti Asyifah
(04031381419052)
4. Nurul Ifadah
(04031381419048)
Dosen Pembimbing :
drg. Purwandito Pujoraharjo, MM
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan tugas Bedah Mulut-2 yang mengenai Denture Induced Fibrous
Hyperplasia, Hiperplasia Gingiva di Tuberositas Maksila dan Gingival Fibromatosis.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat , beserta pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam menyelesaikan Tugas Bedah Mulut - 2 ini, penulis banyak mendapat bantuan,
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual
3. drg. Purwandito Pujoraharjo, MM
4. Teman-teman sejawat yang selalu memberikan dukungan
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga Tugas Konservasi ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DENTURE INDUCED FIBROUS HYPERPLASIA
A. DEFINISI .......................................................................................................................
4
B. ETIOLOGI .....................................................................................................................
5
C. PROSEDUR
PEMBEDAHAN ......................................................................................5
HIPERPLASIA GINGIVA DI TUBEROSITAS MAKSILARIS
A. DEFINISI GINGIVA DAN HIPERPLASIA ...............................................................17
B. ETIOLOGI ...................................................................................................................1
C.
D.
E.
F.
7
KRITERIA GINGIVA SEHAT DAN NORMAL ........................................................18
DEFINISI TUBEROSITAS MAKSILA ......................................................................18
LOKASI TUBEROSITAS MAKSILA ........................................................................19
PROSEDUR
PEMBEDAHAN ....................................................................................19
GINGIVAL FIBROMATOSIS
A. DEFINISI .....................................................................................................................2
1
B. ETIOLOGI ...................................................................................................................2
1
C. PROSEDUR
PEMBEDAHAN ....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
2. Etiologi
Faktor etiologi lain, yaitu tepi gigi yang tajam, restorasi yang overhanging,
spikula tulang yang tajam, kebiasaan kronis menggigit pipi dan bibir.1
3. Prosedur Pembedahan
Setelah anestesi lokal, lesi digenggam dengan surgical forcep dan dieksisi
sepanjang superfisial lesi ke periosteum (Gambar 3 dan 4). Setelah prosedur ini
selesai, mukosa yang belum direfleksikan, ditemukan di margin lesi dan sesuai
dengan aspek horizontal superior insisi, dijahit dengan sepanjang periosteum sehingga
menimbulkan kekosongan. (Gambar 5). Reattachment margin luka dihindari, yang
tidak akan mengakibatkan penghapusan kedalaman vestibula mukolabial. Setelah
prosedur bedah, dan setelah dilapisi dengan kondisioner jaringan, gigi tiruan
dimasukkan ke mulut dan terus dipakai sampai jahitan dihilangkan (Gambar 6).
Hampir prosedur yang sama dilakukan untuk lesi yang lebih kecil yang merupakan
akibat dari gigi palsu yang tidak pas (Gambar 7 dan 8).3
a. Teknik Insisi
Langkah-langkah penghilangan Extensive Denture-Induced Fibrous
Hyperplasia
Gambar 5. Menjahit tepi luka dengan periosteum yang belum direfleksikan, menghindari
penurunan kedalaman lipatan mukobukal. a. ilustrasi diagramatis b. fotografi klinis
Gambar 6. Penempatan kembali gigi tiruan lama, secara langsung setelah akhir operasi, untuk
mempertahankan kedalaman mukosa dibentuk sulkus baru. Permukaan internal gigi tiruan
dilapisi dengan kondisioner jaringan. a. ilustrasi diagramatis b. fotografi klinis
Gambar
8.
penghilangangigitiruan
Gambar 11.
setelaheksisilesi
Setelah
Daerah Gambar
pembedahan
12. Menjahitinsisibibirbagian
superior dengan periosteum yang tidak
direfleksikan,
menghindari
penurunan
kedalaman
lipatan
mukobukal
Gambar
14.
Spesimen
(hiperplasia) setelah eksisi
bedah
2. Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat dengan
jelas.
Flap harus dibuat cukup luas sehingga dapat menyediakan lapang pandang
pembedahan yang cukup luas dan jelas, sehingga mempermudah proses
pembedahan selanjutnya.
3. Desain diusahakan menghindari saraf dan pembuluh darah yang berada
didalam.
9
terpotongnya
Bentuk Flap
Flap diidentifikasi berdasarkan lokasinya, komposisi jaringannya dan
Berdasarkan Ketebalannya :
A. Full Thickness: Flap yang melibatkan mukosa sampai periosteum
(mukoperiosteal). flap ini paling sering digunakan pada tindakan bedah di
rongga mulut.
B. Partial Thickness: Flap yang
Gambar 16. Flap. A. Garis tebal yang terletak menyusuri tulang adalah
periosteum. B. Flap mukoperiosteal full thickness diangkat sehingga
meninggalkan tulang yang terdedah. C. Flap mukosal partial thickness
diangkat dan periosteum tetap tinggal menempel di tulang
2. Berdasarkan Outlinenya:
A. Flap Semilunar.
Flap ini dibuat dengan membuat insisi pada permukaan gingiva berbentuk
setengah bulan. Flap ini mempunyai keuntungan dan kerugian yaitu
Keuntungannya:
Teknik dan pembuatannya sederhana, sehingga flap ini tidak merusak tepi
gingival serta tidak mengganggu gingival attachment.
Mudah pembersihannya.
Kerugiannya :
Ekstensinya sangat terbatas sehingga lapang pandang operasi untuk
menentukan lesi didaerah periapikal pada apikoektomi sukar.
11
12
dibuat pada kasus torus palatinus yang besar. Bentuk flap ini
sama dengan flap bentuk Y dan ditambah insisi bentuk ^ pada bagian posterior.
13
Setelah anestesi lokal, lesi digenggam dengan forsep bedah dan secara bertahap
dipotong sepanjang lesi superfisial ke dasar periosteum (Gambar. 17 dan 18). Setelah
prosedur ini selesai, porsi mukosa yang belum tercermin, ditemukan pada margin lesi dan
yang berhubungan dengan aspek insisi horisontal superior, dijahit dengan periosteum utuh
sepanjang daerah pembedahan, untuk pencegahan (Gambar. 19). Memasang kembali
margin luka dapat dihindari, yang tidak akan mengakibatkan eliminasi kedalaman dari
vestibulum mucolabial. Setelah prosedur bedah dan setelah dilapisi dengan kondisioner
jaringan, gigi tiruan dimasukkan ke mulut dan terus dipakai sampai hari jahitan dilepas.3
14
Gambar 20. Memasang kembali margin luka dapat dihindari, yang tidak akan
mengakibatkan eliminasi kedalaman dari vestibulum mucolabial. Setelah prosedur bedah
dan setelah dilapisi dengan kondisioner jaringan, gigi tiruan dimasukkan ke mulut dan
terus dipakai sampai hari jahitan dilepas.
15
pada
prosesus alveolaris dan gigi. Fungsi gingiva adalah melindungi akar gigi, selaput
periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri
- bakteri dalam mulut. Dalam istilah awam gingiva disebut gusi (gum). Gingiva
merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang nampak secara klinis.6
2. Definisi Hiperplasia
Hiperplasia adalah peningkatan abnormal dalam jumlah sel dalam suatu organ
atau jaringan.7
3. Etiologi
Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena
adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya. Secara klinis hiperplasia gingiva tampak
sebagai suatu pembesaran gingiva yang biasanya dimulai dari papila interdental
menyebar ke daerah sekitarnya. Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat
mengganggu oklusi dan estetik serta dapat mempersulit pasien dalam melakukan
16
kontrol plak. Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga
diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi 8 :
1. Pembesaran gingiva inflamasi
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik
a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas,
defisiensi vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.
b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit
leukemia.
4. Pembesaran neoplastik
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling
umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap
infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul
adhesi endotelial sehingga infiltrasi leukosit meningkat.
4. Kriteria Gingiva Sehat dan Normal
Tanda - tanda gingiva yang normal yaitu 6 :
1. Berwarna merah muda atau merah salmon , warna ini tergantung dari derajat
vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi dan konsentrasi pigmen
melanin.
2. Konturnya berlekuk, berkerut kerut seperti kulit jeruk dan licin.
3. Konsistensinya kuat dan kenyal, melekat pada struktur dibawahnya.
4. Melekat dengan gigi dan tulang alveolar.
5. Ketebalan free gingiva 0,5 - 1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi
papilla interdental.
6. Sulkus gingiva tidak 2 mm.
7. Tidak mudah berdarah.
8. Tidak oedem.
9. Tidak ada eksudat.
10. Ukuran tergantung dengan elemen seluler, interseluler dan suplai vaskuler.
17
Tuberositas maksilaris
18
7. Prosedur Pembedahan
a. Teknik Insisi
Setelah pemberian anestesi lokal, bagian jaringan hiperplastik yang akan
dipotong adalah batas-batasnya. Insisi dilakukan secara kontinu dengan kedalaman
sedekta-dekatnya ke tulang.3
Gambar
diagramdiagram
dan fotodan
klinis
menunjukkan
segmen segmen
dibatasidibatasi
jaringanjaringan
Gambar25.
24.Ilustrasi
a, b a. Ilustrasi
fotob.klinis
b. menunjukkan
hiperplastik untuk diangkat
hiperplastik untuk diangkat
C. GINGIVAL FIBROMATOSIS
1. Definisi Gingival Fibromatosis
Gingival fibromatosis adalah pembesaran gingiva
proliferasi kolagen dari jaringan ikat fibrosa gingiva,8 pembesaran berserat rahang
atas dan rahang bawah.9 Bisa generalisata atau lokalisata, dimulai pada masa pubertas,
tidak menimbulkan rasa sakit, progresi lambat, bergantung pada oral hygiene,7 nonhemoragik, Prevalensinya adalah salah satu per 175 000 penduduk, dan laki-laki dan
perempuan sama-sama terinfeksi.9
Secara klinis, Jaringan gingiva berlebihan dapat menutupi mahkota parsial
atau keseluruhan,menyebabkan diastema, pergeseran gigi, retensi gigi sulung atau gigi
yang terkena dampak. Gingiva hiperplastik biasanya normal dalam warna, dengan
konsistensi tegas dan stippling berat.9
2. Etiologi
Genetik, ditularkan sebagai autosomal dominan atau jarang sebagai sifat
resesif autosom.8
3. Prosedur Pembedahan
20
Setelah pemberian anestesi lokal, gigi yang terdapat mobilitas yang berlebihan
dihilangkan. sebuah insisi dibuat pada alveolar ridge dan gingiva hiperplastik ter
refleksi pada bukal dan lingual.3
a. Teknik Insisi
21
Syarat
Prinsipprinsip dalam disain flap yaitu:
1. Flap harus memperoleh suplai darah yang cukup, mukosa mulut penuh
dengan pembuluh darah dan dasar flap tidak terlalu sempit maka
nekrosis karena iskemia tidak akan terjadi;
2. flap harus sesuai ukurannya dan terbuka penuh ( fully reflected ); bila
sebuah luka sembuh dengan penutupan primer maka penyatuannya
adalah berhadapan dan bukan menurut panjangnya sehingga sebuah
insisi yang tidak terinfeksi diharapkan akan sembuh secepatnya.Flap
yang dibuat terlalu kecil dapat menyebabkan operasi tidak dapat
dilakukan secara baik karena aksesnya tidak memadai serta kurang
luas daerah pandang; tambahan pula jaringan akan mudah teregang
atau robek sehingga menimbulkan rasa nyeri sesudah operasi dan
memperlambat penyembuhan.
3. Flap harus dapat terbuka penuh dan bersih, serat periosteum yang
masih melekat pada tulang akan berdarah serta menempel pada bur
sewaktu pengambilan tulang dan menyulitkan identifikasi tanda
tanda anatomis yang kecil, bila flap tidak terbuka dengan bersih maka
akan dapat menimbulkan banyak masalah sejak operasi dimulai;
4. tepi tepi flap harus berada pada tulang yang sehat. Bila flap dijahit di
atas bagian berongga akan memudahkan terjadinya infeksi dan
kehancuran bekuan darah dibawahnya, akibatnya kesembuhan akan
tertunda atau, bila antrum terlibat, akan terjadi fistula oroantral.
22
Bentuk
Sayatan horizontal 11
Sayatan horisontal diarahkan sepanjang margin gingiva ke arah mesial
atau distal. Dua jenis sayatan horisontal telah direkomendasikan: sayatan bevel
internal 6 yang dimulai pada jarak dari margin gingiva dan yang ditujukan
pada puncak tulang, dan sayatan sulkus, yang dimulai di bagian bawah pocket
dan yang diarahkan untuk margin tulang. Selain itu, sayatan interdental
dilakukan setelah flap diangkat untuk menghilangkan jaringan interdental.
Sayatan bevel internal adalah dasar untuk sebagian besar prosedur
periodontal. Ini adalah sayatan flap untuk mengekspos tulang yang mendasari
dan akar. Sayatan bevel internal yang memiliki tiga tujuan penting: (1)
menghilangkan lapisan poket; (2) menjaga tidak terlibatnya permukaan luar
pada gingiva, yang, posis apikal, menjadi attached gingiva; dan (3)
menghasilkan flap margin yang titpis dan tajam untuk adaptasi dengan
persimpangan tulang-gigi. sayatan ini juga disebut sayatan pertama, karena itu
adalah sayatan awal untuk refleksi flap periodontal; juga disebut sayatan bevel
terbalik, karena bevel adalah arah sebaliknya dari sayatan gingivectomy. pisau
bedah nomor 15 atau 15C yang paling sering digunakan untuk membuat
sayatan ini. Bagian yang gingiva meninggalkan sekitar gigi mengandung
epitel, lapisan poket dan jaringan granulomatosa yang berdekatan. Hal ini
dibuang setelah sayatan sulkus (kedua) dan interdental (ketiga) dilakukan.
23
Sayatan bevel internal yang dimulai dari daerah yang ditunjuk pada gingiva, dan
kemudian diarahkan ke area di atau dekat puncak tulang. Titik awal pada gingiva
ditentukan oleh flap apikal displaced atau non-displaced.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ghom, A G. Textbook of Oral Medicine. 2 nd ed. New Delhi. Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2010; p. 298.
2. Glick, Michael. Burkets Oral Medicine. 12 th ed. USA. Peoples Medical Publishing House.
2015; p.150.
3. Fragiskos, F D. Oral Surgery. Athens, Greece. Springer Science & Bussiness Media. 2007; p.
268-272.
4. Pedersen, G W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1996; p. 47-48.
5. Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum Follow Up. http://emedicine.medscape.com
6. Nelson SJ, Ash MM. Wheelers Dental Anatomy, Physiology and Occlusion. 9th ed.
Missouri: Saunders Elsevier, 2010: 141-50.
7. Scully Crispian, (2013). Oral and maxillofacial medicine 3rd: london
8. Laskaris G., (2006). Pocket Atlas of Oral Diseases - 2nd.ed: New York
9. He long dan fei-yun ping (2012). Gingival fibromatosis with multiple unusual
findings:report of a rare case International Journal of Oral Science. (4), 221-225.
10. Siddeshappa Srinivasa Tenkasale Siddeshappa, et al. (2016). Whisking of ugly
tissue A surgical management of gingival fibromatosis in a 15-year-old girl: A
rare case report. Contemporary Clinical Dentistry. 6 (2), 240-242.
11. Takei Newman. 2015. Caranzza Clinical Periodontology 12th Edition:ST Louis
25