Anda di halaman 1dari 17

Low Back Pain

Yunita Verayanti Siokh


102012056
D6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: yunita.siokh@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam mendukung melesatnya perkembangan
industri dan usaha serta pembangunan secara menyeluruh. Interaksi antara tenaga kerja dengan
tugas pekerjaannya dan peralatan produksi yang semakin canggih, Meningkatkan pemaparan
terhadap resiko kecelakan dan penyakit akibat kerja. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya. Beban dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial.1
Punggung harus bekerja non stop 24 jam sehari. Dalam posisi duduk, berdiri
mengerjakan pekerjaan, berjalan, bahkan tidur. Penyebab backpain yang paling sering adalah
duduk terlalu lama, sikap duduk yang tidak tepat, postur tubuh yang tidak ideal (improper),
aktivitas yang berlebihan, serta trauma.1
Nyeri punggung lalu menjadi masalah di banyak negara, karena seringkali mempengaruhi
produktivitas kerja. Nyeri punggung bawah adalah gejala yang paling sering timbul di
masyarakat kita. Hampir setiap orang pernah mengalami episode nyeri punggung bawah
disepanjang hidupnya. Nyeri dapat bervariasi dari berat dan berlangsung lama sampai sedang
dan sebentar. Ini akan membaik dalam beberapa minggu bagi kebanyakan orang. Anamnesa dan
pemeriksaan fisik memegang peranan penting untuk bisamengetahui penyebab dari terjadinya
nyeri punggung bawah ini seperti, riwayat trauma, demam, riwayat kanker, penggunaan steroid
yang lama, dan lain-lain. Prevalensi di Amerika Serikat sekitar 15-20%, dan tertinggi pada usia
45-60 tahun, sedangkan di Indonesia menurut Community Oriented Program for Control of
Rheumatic Disease 13-18% dan puncak insidens terjadi pada usia antara 45-60 tahun. Nyeri
punggung bawah harus mendapat perhatian penting karena berefek terhadap pekerjaan pasien,
80% orang dewasa bekerja akan mengalami nyeri punggung bawah dan 1 dari tiga jumlah
tersebut tidak dapat bekerja karena nyeri punggung bawah.1

7 Langkah Diagnosis Okupasi


1

I. Diagnosa Klinis
Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah penting dalam evaluasi penderita nyeri pinggang.
Penderita dibiarkan menuturkan riwayat penyakitnya dengan kata-katanya sendiri sambil
dipandu ke arah yang memungkinkan munculnya informasi penting yang diperlukan untuk
diagnosis. 1,2
1. Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbulsetelah posisi mekanis
yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
2. Lama dan frekuensi serangan
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi
diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampairesolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyamankronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi didaerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya ditungkai bawah mengarah
ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ketungkai juga dapat disebabkan peradangan
sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap.
4. Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saataktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri.Batuk, bersin atau manuver valsava
akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika
berbaring.
5. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapatmembandingkannya dengan
berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas darimasing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri
radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB dengan rasio 80-20%
menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatutindakan operasi. Bila
nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu
kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang
sudahlama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejalakhas dari
suatu NPB yang terjadinya secara mekanis.
2

6. Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB,namun sebagian besar
episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakanyang relatif sepele, seperti membungkuk
atau memungut barang yangenteng.
7. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri
NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau
berdiri, dan setiap gerakan yang bisamenyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal
akan dapatmenambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
8. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari
bisa merupakan suatu peringatan, karena bisamenunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatukeganasan ataupun infeksi

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah penderita apakah menderita karena penyakitnya, adanya
penurunan gerak, adanya gerak yang abnormal, adanya otot yang spasme, adanya kelainan
bentuk tulang belakang, adanya tanda-tanda radang, adanya atropi anggota gerak bawah.1,2

Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanyakemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).Kadang-kadang bisa ditentukan letak
segmen yang menyebabkan nyeri denganmenekan pada ruangan intervertebralis atau dengan
jalan menggerakkan ke kananke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Pada
spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi
ditempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalisdilakukan
untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yanglain memfokuskan pada
kelainan neurologis.1

Palpasi
Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya palingringan rasa nyerinya,
kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag nyeri. Ketika meraba kolumna vertebralis
sejogjanya dicari kemungkinanadanya deviasi ke lateral atau anterior posterior.2

Pemeriksaan Neurologik
3

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.1,2
a) Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka
biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya,
dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi
pemeriksaan rasa rabaan, rasasakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada
kelainan makatentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang
terganggu.
b) Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yangterganggu akan
diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan
menurun kekuatannya. Pemeriksaan yangdilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya
dengan menyuruh penderita melakukan gerakanfleksi dan ekstensi, sementara
pemeriksaan menahan gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi ototc.Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter
yang bersifathalus) pada otot otot tertentu.
c. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon: refleks ini akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan

HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang.
Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau duduk
dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukuldengan palu refleks. Apabila ada reaksi
ekstensi tungkai bawah, makarefleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi

ini negatif.
Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi, tumit
diletakkan di atas tungkai yang satunya, dan ujungkaki ditahan dalam posisi dorsofleksi
ringan, kemudian tendo achilesdipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka

refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.
c) Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back paina.
a. Tes lasegue (straight leg raising)Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi
lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi
pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanansaraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.
4

b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang
sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau
akar-akar saraf yangmembentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelahsendi coxa 90 derajat
dicoba untuk meluruskan sendi lutut.

Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium


Walaupun rontgen vertebra lumbosakral biasanya dilakukan pada nyeri punggung
bawah, ditemukan hasil normal pada sebagian besar kasus. Dilaporkan bahwa
abnormalitas struktur hanya terjadi pada 3% pasien dan angka maksimum ditemukannya
kelainan pada pemeriksaan radiologis berkaitan dengan nyeri punggung adalah 10%.3
Pemeriksaan rontgen yang segera dilakukan pada pasien dengan nyeri punggung
akut biasanya tidak menolong dan tentunya membuang uang. Sebagian besar nyeri
punggung sembuh dalam waktu singkat dan rontgen dibuat jika gejala menetap atau bila
ditemukan kelainan fisik abnormal. Bukti radiologis adanya penyakit degeneratif lebih
banyak ditemukan pada orang yang lebih tua. Perlu ditekankan bahwa degenerasi diskus
dapat timbul tanpa menimbulkan gejala bermakna. 3
Rontgen vertebra potongan lateral dalam posisi fleksi dan ekstensi dapat
menunjukkan mobilitas segmen tulang belakang yang tidak biasa yang berhubungan
dengan ketidakstabilan. Selain itu, rontgen potongan miring membantu menunjukkan
dan mengonfirmasi adanya spondilosis. Cara pencitraan yang lebih baru seperti magnetic
resonance imaging menambah dimensi baru diagnosis lesi tulang belakang, khususnya
penyakit diskus degenerative. Namun, biaya pemeriksaan ini tinggi dan penggunaan
secara rutin untuk menilai nyeri punggung bagian bawah dan cedera pada saat sekarang
membuang uang.
1. Foto polos :
Dengan pemeriksaan radiologic daerah lumbosakral biasa posisi anteroposterior (AP), lateral,
dan oblik kita banyak mendapatkan informasi antara lain : radang tulang, keganasan, skoliosis,
spondilosis (posisi oblik), spondilosistesis, fraktur dislokasi, dan lain-lain.Pemeriksaan rontgen
pada pasien dengan nyeri punggung akut biasanya tidak menolong dan tentu membuang uang.
Rontgen biasa dibuat bila gejala menetap atau kelainan fisik yang abnormal.2
5

2. Mielografi :
Dengan pemeriksaan ini terlihat desakan pada mielum berupa tumor ekstradural, HNP,
pembesaran faset, stenosis sentralis satu segmen, atau beberapa segmen. Kontras yang dipakai
sebaiknya water soluble kontras sebab bisa diikuti sampai radiks.2,3
LBP mekanik yang persisten mungkin memerlukan studi pencitraan tambahan, termasuk CT
scan, dan diskografi. Sensitivitas mengacu pada kemampuan tes atau studi untuk menunjukkan
adanya gangguan. Spesifisitas mengacu pada kemampuan tes atau studi untuk +

dalam

gangguan tertentu. Semakin tinggi angka [0 ke 1], tes yang lebih sensitif atau spesifik atau
belajar.
3. CT Scan :
Secara luas metode ini digunakan untuk pemeriksaan lesi lumbal. Pada sentral dan lateral kanal
stenosis bisa diketahui dan diukur besarnya foramen. Untuk pemeriksaan HNP, metode ini
mencapai ketepatan kurang lebih 90 %.3
4. MRI
Dengan alat ini bisa dilihat seluruh struktur yang ada dalam tubuh secara terpisah ; sebab prinsip
perekaman gambar berdasarkan ionisasi sel-sel jaringan tubuh, dimana satu jaringan dengan
jaringan yang lain sangat berbeda. MRI lebih unggul daripada CT scan untuk mendeteksi banyak
kelainan karena menyajikan secara rinci jaringan lunak dan titik pandang beberapa planar,
melainkan harus digunakan jika infeksi, kanker, atau defisit neurologis persisten sangat
disarankan.

Working Diagnosis :
Low Back Pain
Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
yang dapat merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau keduanya, atau nyeri yang
berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar kedaerah lain atau sebaliknya (referred pain).
NPB merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang disertai penjalaran
ke tungkai dan kaki.1
Mobilitas punggung bawah sangattinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh, dan
sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus

uranius.Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentudapat
menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah.1
Gejala klinik
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahan-lahan. Awitan
mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan rasa nyeri dialami segera, sering
bertambah berat setelah beberapa jam. Pasien mengeluh tidak mampu meluruskan punggung dan
mungkin menyadari bahwa tubuhnya miring ke satu sisi. Nyeri lebih sering muncul perlahan
tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau
berdiri selama beberapa waktu, saat ia mengangkat atau menarik, atau pada saat mengambil
posisi tertentu yang tidak lazim pada pekerjaan nya, misal nya membungkukkan badan dan
berjongkok ( misal ny saat menge-las ). gejala berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada
riwayat masalah punggung bagian bawah yang hilang timbul.1,2
Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau kedua
tungkai. Nyeri tersebut dapat merupakan nyeri alih yang berasal dari diskus intervertebralis atau
dari daerah datar sendi tulang belakang, atau radikular akibat terkena nya akar saraf tulang
belakang oleh diskus intervertebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih secara khas menjalar
dari bagian belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan gejala radikular terasa pada
dermatom saraf yang terkena, menjalar melampaui dermatom saraf lutut ke kaki dan dapat terjadi
bersamaan dengan parestesia pada dermatom akar saraf yang terkena.1
Sering terdapat keluhan nyeri di daerah spinal, pada pemeriksaan fisik umumnya
diperiksa adanya spasme otot paraspinal, kemiringan batang tubuh, keterbatasan derajat, dan arah
gerakan tulang belakang, namun hal ini tidak spesifik.1

Faktor Resiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Nyeri PunggungBawah.4
a) Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan juga inadekuat
nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus.
b) Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih kering yang
akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus
c) Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan mekanisme gerak tubuh
yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbal spine.
d) Berat tubuh
7

e) Trauma, beberapa membagi faktor resiko menjadi :


Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur tubuh yang
tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat >80),HNP, spondilitis,
spinal stenosis, osteoporosis, merokok.
Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima getaran,terpelintir.
Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres

II. Pajanan yang di Alami


Jenis Pekerjaan
Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian bawah
ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan
statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap badan
bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik berat.
Pekerjaan tertentu, terutama sopir truk, perawat, dan pekerjaan yang menangani
material menunjukkan adanya tingkat ketidakmampuan yang tinggi. Pekerja yang
bekerja pada pemerintah dan bagian finansial memiliki kemungkinan terkecil untuk
terpengaruh.
Mengangkat dan memutar adalah gerakan spesifik yang paling berhubungan
dengan nyeri punggung. Bigos dkk., menemukan penanganan material dengan cara
yang paling umum dan cara mengangkat yang tidak tepat merupakan penyebab cedera
tersering di perusahaan Boeing. Terjatuh hanya meliputi 10% cedera punggung dalam
penelitian ini dan pembagiannya mencerminkan dasar manufaktur perusahaan. Klein
dkk.
Dengan menggunakan data kompensasi pekerja menemukan bahwa "penggunaan
tenaga yang berlebihan" termasuk mengangkat barang, menarik, dan melempar
menghasilkan 72% klaim kompensasi. Sering mengangkat benda dengan berat lebih
dari 10 kg, mengerahkan tenaga maksimal secara mendadak dan tidak terduga,
mengangkat benda berat jauh di atas badan, dan gagal membengkokkan lutut sewaktu
mengangkat benda adalah gerakan spesifik lain yang dihubungkan dengan bertambahnya risiko nyeri punggung bawah.5
Kepuasan Kerja
8

Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau situasi
sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi. Pada
penelitian prospektif longitudinal terhadap 3.020 pegawai pesawat terbang, faktor yang
paling dapat diramalkan yang didapatkan dari laporan mengenai masalah punggung adalah
pemahaman pekerjaan, reaksi psikososial tertentu yang ditemukan pada MMPI. Pekerja
yang menyatakan bahwa mereka "nyaris tidak pernah" menikmati tugas pekerjaan mereka
2/5 kali lebih mungkin melaporkan cedera punggung daripada pekerja yang "hampir
selalu" menikmati tugas pekerjaan mereka. Bigos dkk., (1986) melaporkan satu korelasi
yang menarik antara cedera punggung dan pemberian nilai pengkajian pegawai setiap
enam bulan sekali. Pegawai dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung tampak
mempunyai risiko lebih besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi.5

III. Hubungan Pajanan dengan Gejala Klinis


Berdasarkan teori di atas dan kondisi pasien sekarang yang bekerja sebagai perawat, maka dapat
disimpulkan adanya pajanan berupa.1
1. Kerja yang monoton dan pada posisi yang sama terus menerus. Misal saat memandikan
pasien.
2. Sikap badan waktu kerja yang salah seperti mengangkat pasien dalam posisi yang tidak
bertumpu pada lutut melainkan pada pinggang.
3. Ukuran barang, tempat pegangan dan titik berat barang waktu diangkat. Misalnya
mengangkat pasien, kemungkinan karena berat pasien yang diangkat yang terlalu besar.
4. Dengan usia yang sudah lanjut terlalu banyak berdiri, berjalan, duduk, membungkuk dan
sebagainya.

IV. Pajanan Cukup Besar


Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik.6
Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang
Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
9

Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang


Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
Komitmen kerja yang rendah
Dengan ergonomi, Adanya regulasi khusus dari perusahaan mengenai pembatasan jumlah
beban yang dapat diangkat oleh pekerja adalah langkah yang baik. Demikian juga halnya dengan
pembatasan waktu bekerja (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan
memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task
demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif,
aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. Akhirnya, sistem kerja yang ergonomik inilah yang
akan menjamin keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dan akan memberikan motivasi positif
bagi pekerja untuk meningkatkan performansinya.6
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya
melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem
kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem
kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik
(pencahayaan, termal, kebisingan, dll), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and
workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan tersebut,
mulai dari industri manufaktur, industri jasa, ataupun industri proses.6
.

V. Faktor Individu
I.

Faktor individu
Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan

bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun, masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal. Dalam
suatu penelitian yang dilakukan di satu pabrik industri yang besar di Amerika Serikat,
Risiko cedera punggung yang lebih tinggi secara bermakna pada pegawai yang berusia
kurang dari 25 tahun. Hal ini mencerminkan waktu dan pengalaman yang diperlukan untuk
mempelajari metode penggunaan punggung yang aman dan efisien. Walaupun angka
10

cedera lebih tinggi pada kelompok usia muda, biaya klaim cenderung lebih rendah yang
mungkin mencerminkan potensi pegawai usia muda untuk mengalami pemulihan gejala
yang lebih cepat. Data mereka juga menunjukkan bahwa kelompok yang rentan terhadap
cedera punggung dengan biaya tinggi cenderung pada kelompok usia 35-55, penemuan
yang sarna pada penelitian nyeri punggung bawah lain.7
Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Berdasarkan data
kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim kompensasi
punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit
mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung mempunyai peluang yang
bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi cedera yang mahal.
Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami
cedera punggung. Cady dkk., (1979) dalarn sebuah penelitian prospektif terhadap 1.652
pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang dialami kelompok pekerja yang
kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok pekerja
yang sebagian paling bugar. Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani
dan penyesuaian berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung. Tinggi dan
berat badan mungkin tidak penting walaupun ada laporan penelitian yang menyatakan
bahwa bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang berlebih membuat seseorang
menjadi lebih rentan pada gejala punggung.7

VI. Faktor Lain di Luar Pekerjaan


Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor
prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Penjelasan yang diberikan mengenai
hal ini adalah pria yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran
yang rendah lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran
atau beban lain terhadap tulang belakang.1,6
Dalam satu penelitian mengenai prevalensi nyeri punggung terhadap 575 sampel penduduk
di Malmo berusia paruh baya, individu dengan nyeri punggung kurang berhasil saat melakukan
11

tes inteligensia pada masa kanak-kanak, memiliki jangka waktu pendidikan lebih pendek, dan
mengerjakan pekerjaan fisik yang berat.6
Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung meliputi
depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan, ketidakmampuan
membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi punggung, dan angka Minnesota
Multi-phasic Personality Inventory (MMPI) tidak normal. Namun, hal yang tetap ditanyakan
apakah faktor psikososial ini dapat meramalkan timbulnya cedera dalam industri atau apakah faktor
ini justru muncul akibat cedera yang terjadi.6

VII. Diagnosis Okupasi


Nyeri punggung bawah adalah salah satu penyakit berhubungan kerja, yang utama
berhubungan dengan kerja fisik dan problema ergonomik, selain faktor-faktor lain yang juga
berhubungan, seperti psikososial (multi factorial condition). Pada pasien, yang merupakan
perawat, sering kerja berat secara fisik yaitu harus mengangkat dan memindahkan pasien.
Dikemukakan bahwa dalam hubungan dengan berat ringannya kerja secara fisik ternyata 64%
dari pekerja yang bekerja berat pernah atau sering mengeluh nyeri punggung bawah, sedangkan
diantara karyawan yang kerja ringan hanya 53%.8
Hal ini terjadi karena nyeri punggung bawah tidak hanya disebabkan oleh masalah
beratnya pekerjaan secara fisik, tetapi juga oleh masalah ergonomi, meliputi rancangan sistem
kerja, keadaan tempat kerja dan sikap badan waktu kerja. Selain itu, stres psikososial di
pekerjaan yang dialami setiap pekerja, dapat mempengaruhi tonus otot dan dapat menyebabkan
keluhan muskuloskeletal. Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah aktivitas pribadi
karyawan di luar jam kerja.8

Penatalaksanaan
Nyeri dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat dan modalitas. Penjelasan
singkat penatalaksanaan perlu diberikan dan hindari penggunaan istilah yang tidak banyak
dimengerti oleh awam atau dapat menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri skiatik, artritis,
spasme, penyakit diskogenik dan sebagainya.
Pemberian obat anti radang nonsteroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu pendek
disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak dianjurkan
12

penggunaan muscle relaxant karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati
pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat akibat rasa nyeri, pemberian anti
depresan dianjurkan.9
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring pada alas
yang keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung. Pada episode akut
ini diperlukan 3-5 hari tirah baring, kecuali pada keadaan skoliosis disertai nyeri radikular hebat
atau hemiasi diskus akut yang memerlukan istirahat lebih lama lagi sampai 5 minggu. Posisi
tidur disesuaikan terhadap rasa nyaman yang dirasakan pasien. Beberapa pasien merasa lebih
enak pada posisi terlentang dengan ekstensi penuh, beberapa dengan posisi semi Fowler atau
bahkan dalam curled up fetal position. Istirahat pada nyeri pinggang bawah ini tidak hanya
diartikan tidur, tetapi perlu dijelaskan lebih rinci pada pasien antara lain posisi istirahat tidak
dengan duduk tegak lurus, mengubah posisi tidur miring ke arah berlawanan dikerjakan dengan
panggul dan lutut dalam fleksi, pinggang harus dalam posisi sedikit fleksi pada keseluruhan
pergerakan tersebut, tidak membuat lordosis berlebihan selama berdiri dan menjaga berat tubuh
berada di tengah kedua kaki.9
Latihan mulai diberikan pada hari ketiga, keempat, dengan memberikan fleksi ringan.
Dilanjutkan dengan pemberian modalitas lainnya. Modalitas yang diberikan sangat beragam.
Bila disertai suatu protective spasm pemberian kompres es atau semprotan etil klorida,
fluorimetan dapat membantu mengatasi nyeri. Latihan dengan memberikan tarikan (stretching)
dapat dilakukan melalui beberapa cam antara lain dengan latihan posisi knee chest dan fleksi
lateral. Traksi dianjurkan bila terdapat hemiasi diskus lumbal. Tarikan ini lebih ditujukan untuk
mengurangi lordosis dan menjauhkan facet joint serta membuka foramen.
Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran antara
obat-obat analgesic, anti inflamasi, NSAID, penenang, dll. Apabila dengan pengobatan biasa
tidak berhasil mungkin fisioterapi (rehabilitasi) dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi
(tulang belakang ditarik). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila pengobatan dengan
fisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada HNP atau pada pengapuran yang berat.

Jadi

penatalaksanaan LBP ini memang cukup kompleks. Disamping berobat pada Neurolog (spesialis
Penyakit Saraf), mungkin juga diperlukan untuk berobat ke internist.

Bedah Saraf, Bedah

Orthopedi bahkan mungkin perlu konsultasi pada Psikiater atau Psikolog.9

13

Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah olahraga dengan
teratur. Dua jenis olahraga-olahraga aerobic dan olahraga meregangkan dan mengencangkan
otot-sangat membantu.
Olahraga aerobik, seperti berenang dan berjalan, memperbaiki kesehatan umum,
mengurangi kegemukan, dan umumnya menguatkan otot. Olahraga khusus untuk menguatkan
dan meregangkan otot pada perut, bokong, dan punggung bisa menyeimbangkan tulang belakang
dan mengurangi ketegangan pada piringan yang melindungi tulang belakang dan ligamen yang
menopang nya pada tempatnya.10
Latihan memperkuat otot termasuk memiringkan panggul dan melengkungkang perut.
latihan meregangkan termasuk duduk meregangkan kaki, lutut sampai dada meregang, dan
pinggul dan quadriceps. Latihan peregangan bisa meningkatkan nyeri punggung pada beberapa
orang dan oleh karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Sebagai aturan umum, setiap latihan
yang menyebabkan atau meningkatkan nyeri punggung harus dihentikan. Latihan harus diulangi
sampai otot terasa ringan tetapi tidak sepenuhnya lemah. Bernafas selama setiap latihan adalah
penting. Ketika mengangkat berat, menggunakan sabuk pengangkat berat bisa membantu
mencegah luka kembali. Orang yang mengalami nyeri punggung harus berkonsultasi dengan
dokter sebelum mulai berolah raga9,10.
Olahraga bisa juga membantu orang memelihara kepadatan tulang dan berat yang
diinginkan. Dengan demikian, olahraga bisa mengurangi resiko berkembangnya dua kondisi
yang bisa menyebabkan nyeri punggung bawah-tulang keropos dan kegemukan.
Menjaga sikap tubuh yang baik ketika berdiri dan duduk mengurangi tekanan pada
punggung; bermalas-malasan harus dihindari. Tempat duduk kursi bisa disesuaikan yang
membuat kaki datar diatas lantai, dengan lutut sedikit ditekuk dan punggung bawah datar
berlawanan dengan belakang bangku. Jika kursi tidak mendukung punggung bawah, bantal bisa
digunakan dibelakang punggung bawah. Duduk dengan kaki pada lantai dibandingkan dengan
kaki melintang dianjurkan. Orang harus menghindari berdiri atau duduk untuk waktu yang lama.
Jika berdiri lama atau duduk tidak bisa dihindari, merubah posisi dengan sering bisa mengurangi
tekanan pada punggung.10
Tidur dalam posisi yang nyaman pada kasur yang keras dianjurkan. Bantal dibawah
pinggang dan kepala bisa digunakan untuk menahan orang yang tidur pada sisi mereka, dan
14

bantal dibawah lutut bisa digunakan oleh mereka yang tidur pada punggung mereka. Bantal
dibawah kepala harus tidak menekan lehek untuk menekuk terlalu banyak.
Belajar untuk mengangkat dengan semestinya membantu mencegah luka kembali. Lutut
harus cukup ditekuk dimana lengan setingkat dengan benda yang diangkat. Kaki, bukan
punggung, harus digunakan untuk mengangkat. Mengangkat benda melebihi kepala
meningkatkan resiko luka kembali. Menggunakan ganjalan yang kuat membuat beberapa
angkatan tidak diperlukan. Benda berat harus dibawa dekat dengan tubuh. berhenti merokok juga
dianjurkan.10

Prognosis
Kelainan nyeri punggung bawah ini prognosisnya baik, umumnya sembuh dalam
beberapa minggu jika dilakukan tindakan terapi secara dini. Strain otot membaik dengan
mengendalikan aktifitas fisik. Tirah Baring sedikitnya 2 hari menunjukkan efektifitas dalam
mengurangi nyeri punggung. Ketika nyeri berkurang, pasien dianjurkan untuk melakukan
aktifitas fisik ringan, dan aktifitas mulai ditingkatkan setelah beberapa hari selama nyeri tidak
bertambah.1,10

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Wirawan. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Dalam Socnarto. Simposium
Rematik Pengenalan dan Pengelolaan Artropati Seronegatif, Bagian Penyakit Dalam FK
Undip, Semarang, 2001.
2. Sistematika Pendekatan pada Nyeri Pinggang .Oleh Albar Zuljasri. Dalam : Cermin Dunia
Kedokteran. Diunduh dari www.kalbe.co.id. Diunduh tanggal 12 Oktober 2015
3. Kasjmir YI. Nyeri spinal dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2006. h. 1306-7.
4. Beberapa Tindakan Operatif Orthopedi Pada Low Back Pain. Oleh : Sri Suwondo. Dalam :
Kumpulan Naskah Ilmiah Penanganan Low Back Pain. Jakarta : RSPP ; 1987. p. 120-2
5. Low Back Pain Dalam Bidang Neurologi. Oleh : Suryoatmodjo Saleh, Sudjono
Martoatmodjo. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Penanganan Low Back Pain. Jakarta :
6.

RSPP ; 1987. p. 32-6


Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical. . Diunduh tanggal 24 Oktober 2011


7. Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar Pemeriksaan
Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.511-6
8. Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa,
Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi Widyastuti.
Jakarta : EGC, 2009. 206 14
9. Peranan Neurologi Dalam Masalah Nyeri Punggung Bawah. Oleh : Arif Judana dan Sumargo
Sastrowirjo. Dalam : S.Markam, S.Lazuardi, dkk. Penuntun Neurologi. Edisi 2. Jakarta :
Binarupa Aksara ; 2002. h.270-2
10. Harjono. Nyeri punggung bawah di kalangan karyawan dalam kumpulan naskah ilmiah
penanganan nyeri punggung bawah dwi windu RS Pertamina. Jakarta: Simposium dan
pameran ilmiah RS Pertamina; 1987.h.11
16

17

Anda mungkin juga menyukai