Anda di halaman 1dari 21

1.

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), dan nitrogen (N). Protein mengandung sekitar 16% nitrogen dan biasanya kadar
protein yang ditetapkan adalah berdasarkan kadar N nya (Petrucci, 1989). Protein merupakan
senyawa amorf, tidak berwarna, tidak memiliki titik didih tertentu dan tidak larut di dalam
pelarut organik. Apabila protein dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan koloid dan
menunjukkan sifat amfoter. Senyawa amfoter merupakan senyawa yang membentuk garam
dengan menggunakan larutan basa ataupun asam (Sumardjo, 1997). Protein juga merupakan
makronutrien yang merupakan penyusun utama dari makhluk hidup yang memiliki fungsi
membentuk sel baru. 80-90% dari jaringan hewan merupakan protein (Sudarmadji et al.,
1989).
Di dalam uji Biuret, protein dibuat alkali dengan menambahkan NaOH, lalu ditambah larutan
CuSO4 encer, sehingga akan ditimbulkan warna biru-violet atau merah violet (Hein et. al.,
1993). Warna merah muda yang terbentuk apabila molekul protein yang diselidiki kecil,
misalnya proteosa dan pepton. Sedangkan warna violet sampai kebiruan terbentuk apabila
molekul protein yang diselidiki besar, misalnya gelatin. Protein dengan molekul kecil lebih
sedikit yang mengandung ikatan peptida dibandingkan dengan protein dengan molekul besar.
Jadi reaksi biuret dipakai untuk menunjukkan besar kecilnya molekul protein atau banyak
sedikitnya ikatan peptida yang terdapat pada molekul protein. Warna yang dihasilkan
dikarenakan terbentuknya kompleks koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus NH
yang terdapat pada ikatan peptida (Terentyev & Pavlov, 1954).
Pada metode Folin-Lowry, protein akan bereaksi dengan reagen folin-ciocalteau yang
membetuk senyawa kompleks berwarna. Pembentukan warna ini disebabkan oleh reaksi
alkaline copper dengan protein dan reduksi fosfomolibdate oleh tirosin dan triptofan yang
terdapat pada protein. Metode Folin-ciocalteau merupakan metode yang mudah sekali
dilakukan dan murah. Digunakannya kurva standar untuk mengukur banyaknya protein yang
menggambarkan hubungan antara konsentrasi protein dengan nilai absorbansi (Tranggono &
Setiaji, 1989).

2
Pada metode pengikatan zat warna, gugus-gugus yang bersifat asam dan basa pada
makromolekul protein akan berinteraksi dengan gugus pada zat warna organik dan
membentuk endapan warna. Metode pengikatan zat warna dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif. Reagen pengikatan cat meliputi pewarna organik seperti coomasie briliant blue,
ethanol, dan orthophosphoric acid. Kemudian akan diukur absorbansinya dengan panjang
gelombang 595 nm (Lehninger, 1995).

2.

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan protein pada masing-masing
bahan melalui uji Biuret, uji Lowry, dan uji Pengikatan Cat, serta dapat membandingkan
secara kuantitatif kandungan nilai protein yang berasal dari hewani dan nabati.

3.

MATERI DAN METODE

3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik, gelas arloji,beaker
glass, pipet volume, pompa pilleus, pipet tetes, mikropipet, baskom, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, sentrifuge, tabung sentrifuge, kain saring, vortex, pengaduk, mortar, alu, dan
spektrofotometer.

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah untuk kelompok 1 sampai 4
menggunakan bahan keju Qeju, dan untuk kelompok 5 sampai 8 menggunakan bahan
kacang tanah sebanyak 100 gram.
3.2. Metode
3.2.1. Ekstraksi Protein
Pertama-tama, bahan yang akan digunakan digiling halus seberat 10 gram.. lalu bahan
dimasukkan ke dalam beaker glass dan dilarutkan dengan larutan NaOH 0,7 N sebanyak 250
ml. Larutan tersebut diaduk hingga terbentuk campuran yang homogen. Campuran yang
sudah terbentuk dipanaskan dengan waterbath pada suhu 50C selama 30 menit. Kemudian
larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat yang terbentuk siap digunakan
untuk uji selanjutnya.
3.2.2. Uji Biuret
Pertama tama, tabung reaksi diisi dengan larutan ekstrak protein 1 ml. lalu, ditambahkan
reagen biuret sebanyak 9 ml. Reagen biuret ini dibuat dari Copper sulphate 1,5 g/L, Sodium
potassium tartrate 6 g/L, Sodium hydroxide 30 g/L. Kemudian tabung reaksi divortex dan
didiamkan selama 15 menit. Setelah 15 menit, diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 545 nm. Kadar protein dihitung menggunakan persamaan kurva
standar.

3.2.3. Uji Lowry

4
Pertama tama, tabung reaksi diisi dengan 1 ml larutan ekstrak protein. Lalu, ditambahkan
12 ml reagen alkaline copper. Reagen ini dibuat dari Copper sulphate 20 mg/L, Sodium
potassium tartrate 20 mg/L, Sodiu caronate 20 g/L, Sodium hydroxide 40 g/L. kemudian
tabung reaksi divortex dan didiamkan selama 10 menit. Lalu, ditambahkan 1 ml reagen folin
& ciocalteu, divortex dan didiamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 600 nm. Kadar protein
dihitung menggunakan kurva standar.
3.2.4. Uji Pengikatan Cat
Pertama tama, tabung reaksi diisi dengan 0,5 ml larutan ekstrak protein dan 4,5 ml reagen
pengikatan cat. Reagen pengikatan cat ini dibuat dari campuran Comassie Briliant Blue G250
0,1 g/L, ethanol 47,0 g/L, dan orthophosporic acid 85g/L. Setelah itu, tabung reaksi divortex
dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Kadar
protein dihitung menggunakan persamaan kurva standar.

4.

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Uji Biuret


Kurva standar:
Grafik Uji Biuret

Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8

Bahan
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah

Warna
Ungu muda
Ungu muda
Ungu muda
Ungu muda
Biru muda bening
Ungu muda
Ungu violet
Biru muda bening

Absorbansi
0,4917
0,7076
0,2736
0,3546
0,2313
0,3717
0,3104
0,1997

Kadar Protein
21,485
32,280
10,580
14,630
8,465
15,485
12,420
6,885

Dapat dilihat pada tabel 1, warna yang dihasilkan semua kelompok kebanyakan ungu muda.
Untuk kelompok A5 dan A8 warnanya biru muda bening, dan kelompok A7 ungu violet. Nilai
absorbansinya tidak jauh berbeda, tetapi kadar proteinnya jauh berbeda. Nilai absorbasi
tertinggi pada kelompok A2 dengan bahan keju Qeju 0,7076 dan kadar proteinnya 32,280.

6
Tabel 2. Uji Lowry
Kurva Standar:
Grafik Uji Lowry

Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8

Bahan
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah

Warna
Ungu violet
Violet muda
Violet muda
Violet muda
Biru keunguan bening
Biru violet pekat
Biru violet
Biru tua bening

Absorbansi
0,1927
0,3615
0,1744
0,2064
0,2058
0,2003
0,2494
0,1516

Kadar Protein
3,054
6,430
2,688
3,328
3,316
3,206
4,188
2,232

Dapat dilihat pada tabel 2, hasil nilai absorbansi dan kadar protein dari masing-masing
kelompok perbedaanya tidak jauh beda. Untuk kelompok A2 dengan menggunakan bahan
keju Qeju nilai absorbansinya 0,3615 dan kadar proteinnya 6,430 tertinggi dari kelompok
lain. Untuk kelompok A8 menggunakan bahan kacang tanah nilai absorbansinya 0,1516 dan
kadar proteinnya 2,232 memiliki nilai rendah diantara semua kelompok.

7
Tabel 3. Uji Pegikatan Cat
Kurva Standar:
Grafik Uji Pengikatan Cat

Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8

Bahan
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Keju Qeju
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah
Kacang Tanah

Warna
Biru muda
Biru tua bening
Biru tua
Biru muda
Biru tua
Biru tua bening
Biru tua
Biru tua

Absorbansi
0,5453
0,7405
0,5193
0,4818
0,4994
0,4756
0,4368
0,4741

Kadar Protein
-5,470
14,050
-8,070
-11,820
-10,060
-12,440
-16,320
-12,590

Dapat dilihat pada tabel 3, kelompok A1 sampai kelompok A8 nilai absorbansinya tidak jauh
berbeda, tetapi untuk kadar proteinnya semua kelompok menghasilkan nilai negatif kecuali
kelompok A2. Warna yang dihasilkan kebanyakan sama yaitu biru tua, kelompok A1 dan A4
biru muda, kelompok A2 dan A6 biru tua bening. Nilai absorbansi dan kadar proteinnya yang
tinggi adalah kelompok A2 yaitu 0,7405 dan 14,050.

5.

PEMBAHASAN

Pada proses ekstraksi protein kelompok 1-4 menggunakan sampel keju dan kelompok 5-8
menggunakan sampel kacang tanah. Menurut teori yang dikemukakan oleh Verheij & Cornel
(1997), ekstraksi enzim ini dilakukan dengan prinsip pengendapan protein yang melalui
penambahan aseton, etanol, sodium sulfat atau ammonium sulfat dan garam basa. Hal
pertama yang dilakukan adalah bahan-bahan tersebut yang sudah digiling atau dihancurkan
ditimbang sebanyak 10 gram. Tujuan dilakukannya penghancuran bahan tersebut adalah agar
bahan memiliki luas permukaan yang lebih besar. Menurut teori Alberts et al., (1994) bahwa
penghancuran bahan dilakukan agar semua jaringan bahan yang rusak dan permukaannya
akan semakin luas, sehingga dapat memudahkan proses ekstraksi. Kemudian dimasukkan ke
dalam beaker glass dan diberi larutan NaOH 0,7 N sebanyak 250 ml. Larutan tersebut diaduk
hingga terbentuk campuran yang homogen. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dengan
menggunakan waterbath pada suhu 50C selama 30 menit. Lalu disaring dengan
menggunakan kertas saring, dan filtrat tersebut digunakan untuk pengujian berikutnya.
Pengujian protein yang di uji adalah uji biuret, uji lawry dan uji pengikatan cat.
5.1. Uji Biuret
Uji biuret merupakan uji biokimia yang untuk mendeteksi protein di dalam larutan, yang
dinamai menurut senyawa biuret (H2NCONHCONH2), yang akan terbentuk jika urea
dipanaskan (Daintith, 1999). Hal yang pertama dilakukan pada uji biuret ini adalah tabung
reaksi diisi dengan larutan ekstraksi yang telah dibuat, kemudian diambil sebanyak 1 ml dan
ditambahkan dengan reagen biuret sebanyak 9 ml. Reagen biuret tersebut campuran dari
Copper sulphate 1,5 g/L, Sodium potassium tartrate 6 g/L, dan Sodium hydroxide 30 g/L.
Kemudian tabung divortex dan didiamkan selama 15 menit. Diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombag 545 nm. Hasil positif dengan
pengujian Biuret ini menunjukkan adanya senyawa yang mengandung gugus amida asam (CONH2) (Hein et al., 1993).
Menurut Wilford (1987), absorbansi merupakan nilai konstan yang terhadap intensitas
penyerapannya. Absorbansi ini akan dipengaruhi oleh konsentrasi dan tebal intensitas
penyinaran. Apabila konsentrasi akan meningkat, maka besar absorbansinya juga akan
meningkat. Kemudian kadar proteinnya juga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
kurva standar.
8

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Uji Biuret ini, yang menggunakan bahan-bahan
berbeda adalah kelompok A1 sampai A8 absorbansinya secara berurutan 0,4917; 0,7076;
0,2736; 0,3546; 0,2313; 0,3717; 0,3104 dan 0,1997. Data kadar proteinnya secara berurutan
adalah 21,385; 32,280; 10,580; 14,630; 8,465; 15,485; 12,420; dan 6,885. Dapat dilihat
bahwa kelompok A2 memiliki nilai asorbansi 0,7076 dan kadar proteinnya 32,280 yang
tinggi dari kelompok yang lainnya. Untuk kelompok yang menggunakan bahan keju Qeju
nilai absorbansinya dan kadar proteinnya tinggi, sedangkan kelompok yang menggunakan
bahan kacang tanah nilai absorbasinya rendah dan kadar proteinnya juga rendah. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa protein yang berasal dari nabati atau tanaman
mempunya kadar atau protein yang lebih tinggi daripada dengan protein yang berasal dari
produk hewani (Victoria et al., 2002). Berdasarkan jurnal A comparison of Biuret, Lowry
and Bradford Methods for Measuring the Egg (2015), uj biuret kurang tepat dalam analisis
protein karena uji ini digunakan untuk menganalisis kadar protein dengan konsentrasi
dibawah 5mg/ml
5.2. Uji Lowry
Uji Lowry adalah uji protein yang sering digunakan sebagai penentuan protein yang ada di
dalam larutan (Pomeranz & Meloan, 1987). Pertama-tama adalah tabung diisi dengan larutan
ekstrak protein sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan dengan reagen alkalin copper
sebanyak 12 ml. reagen Alkaline Copper tersebut dibuat dengan Copper sulphate 20 mg/L,
Sodium potassium tartrate 20 mg/L, Sodium carbonate 20 g/L dan Sodim hydroxide 40 g/L.
lalu tabung reaksi divortex dan didiamkan selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 1 ml
reagen folin & ciocalteu. Reagen folin & ciocalteu mengandung fosfotungstat dan
fosfomolibdat. Menurut Daeli (2009) yang menyatakan bahwa, kedua komponen tersebut
akan mereduksi kompleks yang telah terbentuk sebelumnya sehingga dapat menghasilkan
senyawa yang bewarna biru larut air. Tabung reaksi tersebut divortex lagi dan didiamkan
selama 30 menit. Vortex akan membantu menghomogekan campuran larutan agar reaksi
dapat terjadi dengan optimal. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 600 nm.
Dari data pengamatan yang telah diperoleh nilai absorbansinya dari kelompok A1 sampai A8
secara berturut-turut adalah 0,1927; 0,3615; 0,1744; 0,2064; 0,2058; 0,2003; 0,2949; dan
0,1516. Untuk kadar proteinnya secara berurutan adalah 3,054; 6,430; 2,688; 3,328; 3,316;

10
3,206; 4,188; dan 2,32. Dari hasil yang telah diperoleh tersebut kelompok A2 memiliki nilai
absorbansi yang tinggi dari semua kelompok yaitu 0,3615, dan untuk kadar proteinnya 6,430.
Data yang dihasilkan antar kelompok tidak sesuai dapat disebabkan dengan beberapa faktor.
Meurut pernyataan Pomeranz & Meloan (1987), pengukuran kuantitatif dengan cara
spektrofotometer dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menyeabkan
ketidakakuratan hasil pengukurannya. Beberapa factor tersebut diantara lainnya adalah kuvet
yang kurang bersih dari goresan ataupun kotoran, posisi untuk penempatan kuvet yang tidak
tepat, adanya gelembung yang terdapat di dalam larutan suatu uji, dan ketidaksesuaian
panjang gelombang yang dapat dihasilkan dengan yang tetera.
5.3. Uji Pengikatan Cat
Metode Pengikatan Cat dilakukan untuk analisa kuantitatif untuk keberadaan protein
(Lehninger, 1995). Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan pewarna organik
yang berupa orthophosphoric acid, ethanol, dan coomasie briliant blue. Pengukuran
absorbansi larutan uji dengan spektrofotometer, menurut Lehninger (1995), dilakukan pada
panjang gelombang 595 nm. Hal yang pertama dilakukan adalah tabung reaksi diisi dengan
larutan ekstrak protein sebanyak 0,5 ml, lalu ditambahkan dengan reagen pengikatan cat
sebanyak 4,5 ml. Reagen pengikatan cat tersebut dibuat dari Coomassie brillian blue G250
0,1 g/L, Ethanol 47,0 g/L, dan Orthophoshoric acid 85 g/L. kemudian tabung reaksi divortex.
Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm.
Menurut Nielsen (1998) yang menyatakan cat asam sulfonat anionic dapat mengikat residu
dari asam amino dasar serta kelompok dari terminal amino bebas dari protein. Karena adanya
pengikatan tersebut, yang melalui jumlah cat yang tidak dapat terikat dapat diketahui dengan
kandungan protein di dalam sampel yang diteliti. Panjang gelombang yang digunakan pada
uji pengikatan cat telah sesuai dengan pernyataan dari Lehninger (1995), bahwa tahap dari
pengukuran absorbansi pada larutan uji ini dilakukan pada panjang gelombang 595 nm yang
sesuai untuk larutan dengan warna yang komplementer atau warna larutan uji biru, demikian
pernyataan oleh Skoog & West (1971). Hal tersebut Nampak dari hasil pengamatan yang
diperoleh yang menunjukkan pada awal larutan bewarna jernih, dan pada akhir percobaan
warnanya menjadi biru tua.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelompok A1 sampai A8
secara berurutan nilai absorbansinya 0,5453; 0,7405; 0,5193; 0,4818; 0,4994; 0,4756; 0,4368

11
dan 0,4741. Dan untuk hasil dari kadar proteinnya secara berurutan adalah -5,470; 14,050;
-8,070; -11,820; -10,060; -12,440; -16,320 dan -12,590. Hasil pada kadar protein pada semua
kelompok kecuali kelompok A2 semuanya hasilnya negatif. Nila negatif tersebut
menunjukkan bahwa ketidakberadaannya gugus polar pada protein yang berbeda muatan dan
dapat juga berikatan dengan pewarna organik. Penyimpangan data yang diperoleh dapat
disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi selama prosedur metode Pengikatan Cat yang
dilakukan. Selama uji ini dilakukan, data terjadi ketidakakuratan pengukuran volume reagen
maupun larutan lain yang dapat mengakibatkan larutan menjadi terlalu encer sehingga nilai
absorbansinya yang terukur lebih rendah. Selain itu, menurut Nielsen (1998) hasil minus pada
percobaan tersebut juga disebabkan oleh karena uji Pengikatan Cat ini membutuhkan jumlah
protein yang banyak pada sampel sehingga jumlah protein yang sedikit pada sampel
menyebabkan metode ini menjadi tidak sensitif.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Wildford (1987), nilai absorbansi dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan dari uji serta tebal intensitas penyinaran, terdapat pula faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan spektrofotometer menurut Pomeranz &
Meloan (1987).
Pada praktikum protein ini ketiga uji tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masingmasing. Menurut Nielsen (1998) uji Biuret memiliki kepekaan yang lebih rendah terhadap
protein yang dibndingkn dengan metode UV-visible spektroskopi. Konsentrasi garam yang
tinggi dalam uji Biuret dapat juga mempengaruhi rekasi yang akan terjadi di dalamnya
sehingga menghasilkan hasil pengukuran yang tidak sesuai. Disamping ada kelemahannya
yaitu mengidikasikan uji ini kurang akurat, uji Biuret memiliki beberapa kelebihan. Uji
Biuret merupakan uji yang paling murah untuk menganalisa protein. Uji ini dapat dilakukan
dengan waktu yang singkat pula yaitu kurang dari 30 menit.
Uji Lowry memiliki kelebihan yaitu metode ini sangat senstif yakni hingga 100 kali lebih
sensitive dibandingakan dengan uji Biuret (Nielsen, 1998). Kelemahan uji Lowry adalah
protein yang akan diuji menghasilkan variasi warna yang lebih luas. Warna yang dihasilkan
uji Biuret tidak terlalu sesuai dengan konsentrasi protein. Reaksi tersebut bertentangan
langsung terhadap variasi dari tingkatan sukrosa, lemak buffer fosfat, hexoamina dan
monosakarida.

12
Uji Pengikatan Cat memiliki beberapa keuntungan yaitu dibutuhkan biaya yang rendah,
dilakukan dalam waktu yang singkat, cukup tepat di dalam analisa kadar protein. Reagen
yang dibutuhkan hanya 1, dimana intensitas warnanya mengikat cat lebih stabil dan dapat
juga bertahan dalam waktu yang lama (Nielsen, 1998). Melalui percobaan ketiga metode
tersebut metode yang digunakan adalah uji Lowry karena uji tersebut sensitif terhadap
protein. Berbagi uji dilakukan karena protein mudah mengalami perubahan bentuk fisis
ataupn aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah
protein tersebut misalnya asam, panas, basa, solven organik, logam berat dan radiasi sinar
radioaktif (Gaman & Sherington, 1994).
Menurut jurnal A comparison of Biuret, Lowry and Bradford Methods for Measuring the
Egg (2015), menggunakan metode spektrofotometri karena murah, cepat dan cara yang
paling umum digunakan untuk uji protein secara kuantitatif. Metode spektrofotometri pada
protein kuantitatif adalah metode yang menggunakan UV dan spektroskopi akan terlihat cepat
untuk menentukan konsentrasi pada protein. Pada uji Biuret didasarkan pada reaksi Cu 2+
dengan kelompok-kelompok fungsional dalam peptida protein. Pembentukan Cu 2+ kompleks
membutuhkan dua ikatan peptida. Metode Lowry sangat sensitif, didasarkan pada reaksi
reagen Folin-Ciocalteu untuk mengembangkan warna. Pengurangan reagen Folin-Ciocalteu
diukur, sebagai warna biru pada 750 nm. Warna tersebut disebabkan oleh transisi elektronik
yang melibatkan electron valensi.
Menurut jurnal A New Colorimetric Methods for the Determination of Protein (2011), uji
Biuret lebih spesifik. Metode Lowry didasarkan pada reaksi Folin yang sangat sensitif.
Metode spektrofotometri dibagi kedalam langsung dan tidak langsung.

6.

KESIMPULAN

Ekstraksi enzim dilakukan dengan cara pengendapan protein dengan penambahan

aseton.
Tujuan penghalusan bahan adalah untuk lebih memperluas permukaan yang besar.
Uji biuret merupakan uji biokimia untuk mendeteksi protein di dalam suatu larutan

akan terbentuk jika urea dipanaskan.


Absorbansi merupakan nilai konstan yang terhadap intensitas penyerapannya.
Uji Lowry merupakan penentuan protein di dalam suatu larutan.
Reagen folin & ciocalteu akan menghasilkan senyawa bewarna biru larut air.
Uji Pengikatan Cat menggunakan panjang gelombang 595 nm.
Nilai negatif disebabkan ketidakberadaan gugus polar pada protein yang memiliki
muatan berbeda.

Semarang, 9 November 2016

Asisten Dosen

Nama anggota:
Cynthia Karina

(15.I1.0005)

Septin Dian R.P

(15.I1.0048)

Viola Aulia

(15.I1.0061)

Michael Heryanto

Safira Indra P

(15.I2.0027)

Rosana Evelyn

13

14
7.

DAFTAR PUSTAKA

Daeli,

Jul
Hasratman.
2009.
Induksi Enzim Polifenol Oksidase (PPO) Tanaman Pisang Kultivar Kepok (Musa para
disiaca L.) Sebagai Respon FisiologisTerhadap Bakteri Penyakit Darah. Skipsi.
Jurusan Kimia FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas
Padang.

Daintith, J. (1999). Kamus Lengkap Kimia Erlangga. Jakarta.


Gaman, P . H & K. B. Sherrington. (1994) . Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi Edisi kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hein et al. (1993). College Chemistry An Ntroduction To General, Organic, and
Bichemistry. California: Wadsworth Inc.
Lehninger, A.H., (1995). Dasar-dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.
Nielsen, S. Suzanne. 1998. Food Analysis 2nd Edition. Gaithersburg, Maryland. Aspen
Publishers Inc, USA.
Petrucci, R.H. (1989). Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan. Erlangga. Jakarta.
Pomeranz, Y. & Meloanz, C. E. (1987). Food Analysis 2nd Edition. Van Nostrand Reinhold
Company. New York.
SKOOG, D.A. and D.M. WEST. (1971). Principles of instrumental analysis. Holt, Rinehart
and Winston, Inc., New York.
Sudarmadji, S.; B. Haryono; & Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
Sumardjo, D. (1997). Kimia Kedokteran. Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang.
Terentyev, A & B. Pavlov. (1954). Organic Chemistry. Foreign Languages Publishing House.
Moscow.
Tranggono & B. Setiaji. (1989). Biokimia Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta.
Verheij, E.W.M & R.E Cornel. (1997). Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

15

Victoria W Persky, Mary E Turky, Ling Wang, Sally Freels & Robert Chatterton. (2002).
Effect of Soy Protein on Endogennous Hormones in Postmenopausal Women.
American Society for Clinical Nutrition. Chicago.
Wilford, D. (1987). Microbiology System in Chemistry. Co Allys and Benton. USA.

8.

LAMPIRAN

Perhitungan
Kelompok A1
Uji Biuret
Y= ax+b
0, 4917 = 2.10-5x+0,062
0, 4297 = 2.10-5x
x = 21.485
Uji Lowry
Y= ax+b
0, 1927= 5.10-5x+0,040
0, 1527 = 5.10-5x
x = 3.054
Uji Pengikatan Cat
Y= ax+b
0, 5453 = 1.10-5x+0,600
- 0, 0547 = 1.10-5x
x = - 5.470
Kelompok A2
Uji Biuret
Y= ax+b
0, 7076 = 2.10-5x+0,062
0, 6456 = 2.10-5x
x = 32.280
Uji Lowry
Y= ax+b
0, 3615= 5.10-5x+0,040
16

17
0, 3215 = 5.10-5x
x = 6.430
Uji Pengikatan Cat
Y= ax+b
0, 7405 = 1.10-5x+0,600
0, 1405 = 1.10-5x
x = 14.050
Kelompok A3
Uji Biuret
Y= ax+b
0, 2736 = 2.10-5x+0,062
0, 2116 = 2.10-5x
x = 10.580
Uji Lowry
Y= ax+b
0, 1744 = 5.10-5x+0,040
0,1344 = 5.10-5x
x = 2.688
Uji Pengikatan Cat
Y = ax+b
0,5193 = 1.10-5x+0,600
-0, 0807 = 1.10-5x
x = -8.070
Kelompok A4
Uji Biuret
Y = ax+b

18
0,3546 = 2.10-5x+0,062
0, 2926 = 2.10-5x
x = 14.630
Uji Lowry
Y = ax+b
0, 2064 = 5.10-5x+0,040
0, 1664 = 5.10-5x
x = 3.328
Uji Pengikatan Cat
Y = ax+b
0, 4818 = 1.10-5x+0,600
- 0, 1182 = 1.10-5x
x = - 11.820
Kelompok A5
Uji Biuret
Y = ax+b
0, 2313 = 2.10-5x+0,062
0, 1693 = 2.10-5x
x = 8.465
Uji Lowry
Y = ax+b
0, 2058 = 5.10-5x+0,040
0, 1658 = 5.10-5x
x = 3.316
Uji Pengikatan Cat
Y = ax+b

19
0, 4994 =1.10-5x+0,600
- 0, 1006 = 1.10-5x
x = - 10.060
Kelompok A6
Uji Biuret
Y= ax+b
0,3717 = 2.10-5x+0,062
0,3097 = 2.10-5x
x = 15.485
Uji Lowry
Y= ax+b
0, 2003 = 5.10-5x+0,040
0,1603 = 5.10-5x
x = 3.206
Uji Pengikatan Cat
Y= ax+b
0,4756 =1.10-5x+0,600
- 0,1244 = 1. 10-5x
x = - 12.440
Kelompok A7
Uji Biuret
Y= ax+b
0,3104 = 2.10-5x+0,062
0,2484 =2.10-5x
x = 12.420
Uji Lowry

20
Y = ax+b
0,2494 = 5.10-5x+0,040
0,2094 =5.10-5x
x = 4.188
Uji Pengikatan Cat
Y= ax+b
0,4368 =1. 10-5x+0,600
-0,1632 =1. 10-5x
x = -16.320
Kelompok A8
Uji Biuret
Y= ax+b
0,1997 = 2.10-5x+0,062
0,1377 =2.10-5x
x = 6.885
Uji Lowry
Y= ax+b
0,1516 = 5.10-5x+0,040
0,1116 = 5.10-5x
x = 2.232
Uji Pengikatan Cat
Y= ax+b
0,4741 =1. 10-5x+0,600
-0,1259 =1. 10-5x
x = -12.590
8.1. Jurnal
8.2. Laporan Sementara

21

Anda mungkin juga menyukai