Anda di halaman 1dari 17

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)

BAB I
PEMBAHASAN
A.

DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik
dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah
dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa
takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1.

konsentrasi dan perhatian berkurang;

2.

harga diri dan kepercayaan diri berkurang;

3.

gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;

4.

pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;

5.

gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;

6.

tidur terganggu;

7.

nafsu makan berkurang.


Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk

diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan
cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat
sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki
gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.

Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat


memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.

Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif


namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi
terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat
itu dan mengesampingkan hal lain.
3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4.

Tingkat panik dari ansietas.


Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan


disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat
mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi
pengarahan.
B.

RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).


C.

TINGKAT ANSIETAS.

Tingkat ansietas sebagai berikut:


1.

Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat


memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2.

Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif


namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi
terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat
itu dan mengesampingkan hal lain.
3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.

4.

Tingkat panik dari ansietas.


Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik

tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan


disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan
dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat
mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi
pengarahan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.

PENGKAJIAN.

1.

Faktor Predisposisi.

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :


a.

Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID

dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b.

Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari

hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma


seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c.

Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang


pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d.

Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam

suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e.

Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor

ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma


neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah
dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2.

Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor

pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :


a.

Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang

akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b.

Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.


3.

Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan

perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Pernafasan

Neuromuskular

Respons

Palpitasi.

Jantung berdebar.

Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.

Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.


Napas epat.

Pernapasan dangkal.

Rasa tertekan pada dada.

Pembengkakan pada tenggorokan.

Rasa tercekik.

Terengah-engah.
Peningkatan reflek.

Reaksi kejutan.

Insomnia.

Ketakutan.

Gelisah.

Wajah tegang.

Kelemahan secara umum.

Gerakan lambat.

Gerakan yang janggal.


Kehilangan nafsu makan.

Menolak makan.

Perasaan dangkal.

Rasa tidak nyaman pada abdominal.

Rasa terbakar pada jantung.

Nausea.

Perkemihan

Diare.
Tidak dapat menahan kencing.

Kulit

Sering kencing.
Rasa terbakar pada mukosa.

Berkeringat banyak pada telapak tangan.

Gatal-gatal.

Perasaan panas atau dingin pada kulit.

Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Gastrointestinal

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem
Perilaku

Kognitif

Respons

Gelisah.

Ketegangan fisik.

Tremor.

Gugup.

Bicara cepat.

Tidak ada koordinasi.

Kecenderungan untuk celaka.

Menarik diri.

Menghindar.

Terhambat melakukan aktifitas.


Gangguan perhatian.

Afektif

Konsentrasi hilang.

Pelupa.

Salah tafsir.

Adanya bloking pada pikiran.

Menurunnya lahan persepsi.

Kreatif dan produktif menurun.

Bingung.

Khawatir yang berlebihan.

Hilang menilai objektifitas.

Takut akan kehilangan kendali.

Takut yang berlebihan.


Mudah terganggu.

Tidak sabar.

Gelisah.

Tegang.

Nerveus.

Ketakutan.

Alarm.

Tremor.

Gugup.

Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4.

Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber

koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,


kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5.

Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping

untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif

merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering
ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.

Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi

pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.


b.

Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi

jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas,
maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas :
a.

Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).


Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi

ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :


1)

Perilaku menyerang (agresif).


Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi

kebutuhan.
2)

Perilaku menarik diri.


Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun

secara psikologis.
3)

Perilaku kompromi.
Digunakan

untuk

mengubah

tujuan-tujuan

yang

akan

dilakukan

atau

mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.


b.

Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).


Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang

yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)

Kompensasi.

Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2)

Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.


Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3)

Pemindahan (Displacemen).

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya
netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4)

Disosiasi.

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5)

Identifikasi (Identification).

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan


mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6)

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman

yang mengganggu perasaannya.


7)

Introjeksi (Intrijection).

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari
luar (pembentukan superego)
8)

Fiksasi.

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku
atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9)

Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginankeinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.

13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan
atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat
oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu
bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku
atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
B.

DIAGNOSA.

Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :


1.

Penyelesaian kerusakan.

2.

Kecemasan.

3.

Pola napas tidak efektif.

4.

Koping individu tidak efektif.

5.

Diam.

6.

Gangguan pembagian bidang energi.

7.

Ketakutan.

8.

Inkontinensial.

9.

Stres.

10. Cedera resiko terhadap......


11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.

13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.
C.

INTERVENSI.

Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;

Membina hubungan saling percaya.

Melakukan aktifitas sehari-hari.

Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

Klien terlindung dari bahaya.

1.

Ansietas Ringan.
Deskripsi
Ansietas ringan adalah

Batasan Karakter
Tidak nyaman.

Intervensi
Gerakan tidak tenang.

ansietas normal dimana

Gelisah.

Perhatikan tanda

motivasi individu pada

Insomnia ringan.

peningkatan ansietas.

keseharian dalam batas

Perubahan nafsu makan

Bantu klien menyalurkan

kemampuan untuk

ringan.

energi secara konstruktif.

melakukan dan

Peka.

Gunakan obat bila perlu.

memecahkan masalah

Pengulangan pertanyaan.

Dorong pemecahan

meningkat.

Perilaku mencari perhatian. masalah.


Peningkatan kewaspadaan. Berikan informasi akurat
Peningkatan persepsi

dan fuktual.

pemecahan masalah.

Sadari penggunaan

Mudah marah.

mekanisme pertahanan.
Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping yang
berhasil.
Pertahankan cara yang
tenang dan tidak terburu.
Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi.

2.

Ansietas Sedang.
Deskripsi
Ansietas sedang adalah

Batasan Karakter
Intervensi
Perkembangan dari ansietas Pertahankan sikap tidak

cemas yang

ringan.

tergesa-gesa, tenang bila

mempengaruhi

Perhatian terpilih dari

berurusan dengan pasien.

pengetahuan baru

lingkungan.

Bicara dengan sikap

dengan penyempitan

Konsentrasi hanya pada

tenang, tegas meyakinkan.

lapangan persepsi

tugas-tugas individu.

Gunakan kalimat yang

sehngga individu

Suara bergetar.

pendek dan sederhana.

kehilangan pegangan

Ketidaknyamanan jumlah

Hindari menjadi cemas,

tetapi dapat mengikuti

waktu yang digunakan.

marah, dan melawan.

pengarahan orang lain.

Takipnea.

Dengarkan pasien.

Takikardia.

Berikan kontak fisik

Perubahan dalam nada

dengan menyentuh lengan

suara.

dan tangan pasien.

Gemetaran.

Anjurkan pasien

Peningkatan ketegangan

menggunakan tehnik

otot.

relaksasi.

Menggigit kuku, memukul- Ajak pasien untuk


mukulkan jari,

mengungkapkan

menggoyangkan kaki dan

perasaannya.

mengetukkan jari kaki.

Bantu pasien mengenali


dan menamai ansietasnya

3. Ansietas Berat.
Deskripsi
Pada ansietas berat

Batasan Karakter
a) Perasaan terancam.

Intervensi
a) Isolasi pasien dalam

lapangan persepsi

b) Ketegangan otot yang

lingkungan yang aman dan

menjadi sangat menurun. berlebihan.

tenang.

Individu cenderung

c) Diaforesis.

b) Biarkan perawatan dan

memikirkan hal yang

d) Perubahan pernapasan.

kontak sering sampai

sangat kecil saja dan

e) Napas panjang.

konstan.

mengabaikan hal yang

f)

c) Berikan obat-obatan

lain. Individu tidak

g) Dispnea.

Hiperventilasi.

pasien melakukan hal

mampu berfikir realistis h) Pusing.

untuk dirinya sendiri.

dan membutuhkan

i)

d) Observasi adanya

banyak pengarahan,

gastrointestinalis.

Perubahan

untuk dapat memusatkan j)


pada daerah lain.

Mual muntah.

tanda-tanda peningkatan
agitasi.

k) Rasa terbakar pada ulu

e) Jangan mennyentuh

hati.

pasien tanpa permisi.

l)

Sendawa.

f)

Yakinkan pasien

m) Anoreksia.

bahwa dia aman.

n) Diare atau konstipasi.

g) Kaji keamanan dalam

o) Perubahan kardivaskuler. lingkungan sekitarnya.


p) Takikardia.
q) Palpitasi.
r)

Rasa tidak nyaman pada

prekokardia.
s)

Berkurangnya jarak

persepsi secara berat.


t)

Ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi.
u) Rasa terbakar.
v) Kesulitan dan
ketidaktepatan
pengungkapan.
w) Aktivitas yang tidak
berguna.
x) Bermusuhan.

4. Panik.
Deskripsi
Adalah tingkat dimana

Batasan Karakter
Hiperaktif / imobilitasi

Intervensi
Tetap bersama pasien ;

individu berada pada

berat.

minta bantuan.

bahaya terhadap diri

Rasa terisolasi yang ekstrim. Jika mungkin hilangkan

sendiri dan orang lain

Kehilangan desintegrasi

beberapa stressor fisik dan

serta dapat menjadi diam kepribadian.

psikologisdari lingkungan.

atau menyerang dengan

Sangat goncang dan otot-

Bicara dengan tenang,

cara kacau.

otot tegang.

sikap meyakinkan,

Ketidakmampuan untuk

menggunakan nada suara

berkomunikasi dengan

yang rendah.

kalimat yang lengkap.

Katakan pada pasien bahwa

Distori persepsi dan

anda (staf) tidak akan

penilaian yang tidak realistis membahayakan dirinya


terhadap lingkungan dan

sendiri atau orang lain.

ancaman.

Isolasikan pasien pada

Perilaku kacau dalam usaha daerah yang aman dan


melarikan diri.

nyaman.

Menyerang.

Lanjut dengan perawatan


ansietas berat.

DAFTAR PUSTAKA
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai