Anda di halaman 1dari 15

ESTIMASI PARAMETER GENETIK DAN KINERJA REPRODUKSI TERNAK BABI

HASIL INSEMINASI BUATAN DI PROPINSI BALI

NIKOLAUS KIA PATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

NIKOLAUS KIA PATI

Proposal Penelitian Tesis


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Estimasi Parameter Genetik
dan Kinerja Reproduksi Hasil Persilangan Inseminasi Buatan di Propinsi Bali adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015


Nikolaus Kia Pati
NIM D151140421

JudulProposal : Estimasi Paramater Genetik dan Kinerja Reproduksi Ternak Babi


Hasil Inseminasi Buatan di Propinsi Bali
Nama
: Nikolaus Kia Pati
NIM
: D151140421
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Asep Gunawan, S.Pt M.Sc


Ketua

Prof. Dr. Dra.Iis Arifiantini, M.Si


Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi


Ilmu dan Teknologi
Peternakan

a.n Dekan Sekolah Pascasarjana


Sekertaris Program Magister

Dr. Ir. Salundik, M.Si

Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Usulan Penelitian dengan judul
Estimasi Parameter Genetik dan Kinerja Reproduksi Ternak Babi Hasil Inseminasi
Buatan di Propinsi Bali Proposal Usulan Penelitian ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas akhir pada Sekolah Pascasarjana Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Proposal ini bukan hanya hasil kerja keras dari penulis pribadi, tetapi juga
karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan terimakasih
kepada Dr. Asep Gunawan, S. Pt, M. Sc dan Prof. Dr. Dra. Iis Arifiantini, M.Si selaku
dosen pembimbing, memberikan ide penelitian, dan saran untuk pelaksanaan penelitian
ini. Terimakasih kepada kedua orangtua, keluarga dan sahabat atas dukungan doa
beserta semangat yang telah diberikan.
Semoga Proposal Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya untuk diri pribadi
penulis dan umumnya untuk pembaca yang memerlukan pengetahuan tentang
pendugaan parameter genetik dan kinerja reproduksi ternak babi. Demi kesempurnaan
penelitian di tahap selanjutnya, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.

Bogor, Oktober 2015


Nikolaus Kia Pati

DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii
iv
v
vi
vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung
Ayam Broiler
Produktivitas
Konsumsi Pakan
Pertambahan Bobot Badan
Konversi Pakan
Mortalitas
Kualitas Karkas
Lemak Abdomen
Kolesterol Daging
Malondialdehid (MDA)

3
3
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Peralatan
Prosedur Penelitian
Peubah yang Diamati
Analisis Data

9
9
9
10
11
11

JADWAL PENELITIAN

14

BIAYA PENELITIAN

15

DAFTAR PUSTAKA

15

DAFTAR TABE
1
2
3
4

Ayam lokal, daerah asal dan pemanfaatannya


Pengaruh kepadatan kandang pada performa broiler
Jadwal penelitian
Biaya penelitian

YPENDAHULUAN
Latar belakang
Populasi ternak babi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8.246.000 ekor
(BPS, 2013). Distribusi ternak babi di Indonesia meliputi Propinsi Nusa Tenggara
Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Papua (wilayah timur Indonesia) dan Sumatera Utara
(Siagian 2014). Dimana salah satu sentra populasi ternak babi di Indonesia adalah
Propinsi Bali dengan jumlah 900.662 ekor (Livestock and Animal Health Statistics,
2013). Kontribusi ternak babi bagi konsumsi daging nasional yaitu 10%. Hal ini
menunjukkan bahwa ternak
Produktivitas ternak ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Selain itu ditentukan oleh adanya interaksi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik dipengaruhi oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki
oleh individu (Falconer dan Mackay 1996). Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
dan dilaksanakan dengan baik tak terkecuali dalam suatu usaha peternakan babi untuk
mendapatkan penampilan ternak yang diinginkan sehingga mendatangkan keuntungan
yang diharapkan.
Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak babi tidak terlepas dari adanya
program pemuliaan untuk meningkatkan kualitas genetik ternak. Persilangan merupakan
salah satu cara untuk perbaikan mutu genetik ternak, yaitu dengan mengawinkan ternak
dari bangsa yang berbeda. Keuntungan yang lebih dalam melakukan perkawinan silang
jika dibandingkan dengan penggunaan galur murni ketika efek heterosis individu dan
maternal heterosis besar (Baas 1990). Heterosis atau hybrid vigor adalah sebuah
fenomena dimana performa dari keturunan hasil persilangan melampaui rataan performa
tetua. Hal tersebut sangat jelas pada sifat dengan heritabilitas rendah, seperti efisiensi
reproduksi, dan sangat bernilai pada spesies yang prolifik seperti babi dimana performa
reproduksi berperan penting pada keuntungan [GSEI]. Cassady et. al (2002) melaporkan
bahwa persilangan antara 4 bangsa babi berbeda (Duroc, Pietrain, Hampshire dan Spot)
meningkatkan litter size, jumlah puting, bobot badan yang hilang saat laktasi dan berat
lahir.
Usaha peternakan babi di Propinsi Bali memiliki posisi yang penting di daerah
pedesaan. Babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang telah lama diusahakan
oleh masyarakat Bali sendiri. Sebagian besar dari usaha peternakan babi di Bali terdiri
dari peternakan tradisional dimana setiap rumah tangga memiliki beberapa ekor ternak
babi. Meskipun demikian, terdapat cukup banyak usaha peternakan babi disana yang
semi intensif maupun modern yang memilki 100 ekor babi atau lebih (Siagian 2014).
Salah satu upaya pemerintah Propinsi Bali untuk meningkatkan mutu genetik
ternak babi di masyarakat, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Provinsi
Bali diberi tanggung jawab untuk memproduksi semen cair untuk kemudian
diaplikasikan dengan menggunakan teknologi Inseminasi Buatan (IB). Sehingga upaya
peningkatan mutu genetik ternak babi di Propinsi Bali dapat berjalan dengan baik.
Informasi mengenai parameter genetik sifat reproduksi dan kinerja reproduksi babi hasil
Inseminasi Buatan di Bali belum tersedia sehingga penting dilakukan penelitian untuk
menjadi bahan evaluasi terhadap program pemuliaan yang telah dilakukan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah program peningkatan mutu genetik yang telah dilakukan meningkatkan
mutu genetik ternak babi di Propinsi Bali?
2. Bagaimana kinerja reproduksi ternak babi hasil inseminasi buatan yang telah
dilakukan oleh pemerintah daerah propinsi Bali?.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. mengukur heritabilitas sifat reproduksi babi hasil inseminasi buatan di Propinsi Bali.
2. Menganalisis efek heterosis sifat reproduksi babi hasil inseminasi buatan di
Propinsi Bali
3. Menganalisis kinerja reproduksi babi hasil inseminasi buatan di Propinsi Bali.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dengan mengetahui parameter genetik
dan kinerja reproduksi anak babi hasil inseminasi buatan di Propinsi Bali maka dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap program peningkatan mutu genetik yang
telah dijalankan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Babi
Klasifikasi zoologis ternak babi adalah kelas Mammalia, ordo Artiodactyla,
genus Sus, spesies Sus scrofa (babi liar Eropa tengah) dan Sus vittatus, Sus cristatus,
Sus leucomystax, Sus celebensis, Sus verrucosus dan Sus barbatus. Dijelaskan lebih
lanjut bahwa jenis babi di Indonesia merupakan salah satu sumber genetik ternak yang
dapat dimanfaatkan untuk penyediaan protein pangan asal hewan. Babi yang dipelihara
memiliki tujuan untuk menghasilkan daging yang berkualitas tinggi (Sihombing 2006).
Sihombing (2006) juga menyatakan bahwa klasifikasi babi juga dapat dilihat dari sifat
fisik yang tampak. Klasifikasi berdasarkan warna, besar dan kegemukan, kecepatan
dewasa serta bentuk kepala. Berdasarkan warna, babi digolongkan menjadi lima, yaitu
hitam, putih, coklat atau kemerahan, berselempang (belted) dan bercak (spotted). Babi
berdasarkan kecepatan dewasa tubuh paling banyak diterima oleh peternak. Babi besar
dan lambat dewasa digolongkan dalam babi tipe besar, sedangkan babi yang kecil dan
cepat dewasa digolongkan dalam babi berdarah panas. Bentuk kepala babi yaitu subkonkaf, konkaf dan ultra konkaf . Bangsa Babi yang dipelihara saat ini sebanyak 312
varietas dan 87 varietas yang resmi kini dikenal dengan babi unggul. Babi unggul
merupakan hasil seleksi dan persilangan beberapa bangsa babi sehingga dihasilkan
bangsa baru kemudian menyebar keseluruh dunia. Penjelasan mengenai ciri-ciri
beberapa bangsa babi dijelaskan pada uraian berikut ini (Bollen et al., 2000).
Landrace
Babi Landrace memiliki tubuh berwarna putih, panjang dan telinga
terkulai.Ia memiliki kepala yang panjang dengan garis hidung sedikit cekung. Babi

bangsa ini berkembang biak sangat bervariasi sesuai dengan tempat hidupnya dan
memiliki karakteristik sendiri yang berbeda di berbagai negara. Rataan bobot
indukan adalah 273 kg dan bobot pejantan sebesar 312 kg.
Duroc
Babi Duroc memiliki tubuh berwarna merah yang bervariasi mulai dari
merah terang hingga merah tua, panjang dan besar. Babi Duroc memiliki telinga
yang terkulai ke depan. Babi bangsa ini memiliki adaptasi terhadap lingkungan
yang baik. Rataan bobot indukan adalah 300 kg dan bobot pejantan sebesar 350
kg.
Yorkshire atau Large white
Babi Yorkshire memiliki tubuh berwarna putih, panjang dan sedang. Babi
ini memiliki telinga yang tegak dan garis hidung yang cekung. Babi bangsa ini
memiliki kemampuan berkembang biak yang baik. Indukan babi Yorkshire
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dengan ukuran litter size hingga 11 ekor.
Rataan bobot babi indukan sebesar 280 kg dan pejantan 320 kg.
Hampshire
Babi ini memiliki warna tubuh hitam dengan selempang putih melingkar di
bahunya. Babi Hampshire memiliki tubuh yang kompak dengan kaki yang relatif
pendek. Babi bangsa ini memiliki telinga yang tegak dan garis hidung yang
cekung. Rataan bobot indukan sebesar 280 kg dan pejantan 320 kg
Babi Bali
Babi Bali memiliki tubuh berwarna hitam dan putih dengan ujung ekor
berwarna putih. Bangsa babi ini sangat tahan penyakit, memiliki tingkat kesuburan
yang tinggi dan bobot badannya mencapai 100 kg.. Babi bali cepat berkembang
dengan litter size 8-14 ekor (Natural Veterinary,2009)
Heritabilitas
Menurut Kurnianto (2009), heritabilitas didefinisikan sebagai ukuran yang
menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan tetuannya. Suatu
sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila ternak-ternak dalam suatu
populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cenderung
menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula, dan ternak-ternak dengan
penampilan buruk atau rendah cenderung menghasilkan keturunan dengan penampilan
yang rendah pula. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi
keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada
generasi selanjutnya (Noor 2008). Sifat-sifat yang tinggi nilai heritabilitasnya adalah
yang termudah diperbaiki dalam suatu peternakan babi (Tabel 1). Heritabilitas yang
agak rendah tapi masuk akal, derajat perbaikan dapat dicapai melalui perkawinan dan
seleksi individu yang superior untuk sifat-sifat yang dimaksud yang heritabilitasnya
sedang (Sihombing 2007).
Tabel 1. Pendugaan Nilai Heritabilitas dari Beberapa Sifat
Sifat
Heritabilitas
Laju Konsepsi
0,30
Litter Size
0,10
Berat Lahir
0,30
Berat umur 21 hari
0,17
Jumlah anak disapih
0,07

Pertambahan berat badan harian


Konversi Pakan

0,30
0,30

Sumber : National Swine Improvement Federation (2002)

Nilai heritabiltas pada satu sifat tidak tetap, faktor-faktor yang mempengaruhi
diantaranya : nilai heritabiltas dari data yang diambil pada periode waktu yang berbeda,
nilai heritabilitas suatu sifat antara satu bangsa dengan bangsa lain dapat berbeda
meskipun dari wilayah dan jumlah yang sama, metode yang digunakan dalam
pendugaan dan jumlah dan asal data yang berbeda (Kurnianto 2009).
Efek Heterosis
Heterosis didefinisikan sebagai presentase peningkatan performa dari ternakternak hasil persilangan diatas tetuanya (Noor 2008). Lebih lanjut Noor (2008)
menyatakan bahwa heterosis cenderung kurang dipengaruhi oleh gen aditif maka
umumnya makin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat akan makin kecil pula nilai
heritabilitasnya. Efek heterosis dipresentasikan dalam unit dan persen (Kurnianto 2009).
Menurut laporan Luka (2013) sistem persilangan antar bangsa babi meningkatkan
litter size dan jumlah anak yang disapih tergantung sistem persilangan yang digunakan.
Litter size dan jumlah anak yang disapih memiliki nilai heritabilitas 0,1 dan 0,07 (NSIF
2002).
Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) telah secara luas dipraktekkan diberbagai negara yang
telah memproduksi ternak babi secara intensif dan merupakan sebuah alat yang sangat
berguna untuk mengintroduksi gen-gen yang superior ke dalam kawanan induk babi
dengan resiko transmisi penyakit yang minimal (Dominiek et. al. 2011). Selain itu
keuntungan IB yaitu dapat meningkatkan peluang untuk memperoleh data keturunan
dan melakukan evaluasi genetik bagi pejantan muda yang mungkin akan digunakan
mengawini betina dengan jumlah yang besar juga mengurangi biaya penggunaan
pejantan dalam mengawini betina bagi peternak skala kecil [Hemming].
Ronald (2013) melaporkan bahwa Inseminasi Buatan dan kawin alam memiliki
laju konsepsi yang sama pada peternakan yang telah terorganisir dengan baik. Faktor
penghambat yang diduga sebagai penyebab rendahnya produktivitas ternak di Indonesia
adalah manajemen pemeliharaan yang belum optimal, permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan melalui penerapan teknologi Inseminasi buatan (Kaunang 2013). Manajemen
perkawinan yang baik akan meningkatkan keberhasilan Inseminasi Buatan.
Pengetahuan yang cukup mengenai periode optimal inseminasi meningkatkan jumlah
inseminasi tidak terbatas pada hanya satu induk pada keseluruhan induk, karena waktu
ovulasi induk babi tidak dapat diprediksi dalam rentang waktu 24 jam (Wiseman 2003).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Desember 2015 sampai dengan
Januari 2015. Penelitian dilaksanakan di UPTD Babi Baturiti dan tiga kabupaten
Propinsi Bali.

Bahan dan Peralatan


Bahan yang digunakan dalam pada penelitian ini adalah 30 ekor ternak ternak
babi betina sebagai reseptor yang terdiri dari tiga bangsa berbeda yang masing-masing
diwakili 10 ekor ternak babi dan 3 ekor babi Yorkshire sebagai pejantan. Selain itu
digunakan data sekunder berupa recording tetua diantaranya data pejantan berupa data
umur, nama, dan bangsa. Sedangkan data induk berupa nama, bangsa, paritas dan umur.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan gantung dengan
kapasitas 50 kg (500gram) untuk menimbang anak babi pada saat lahir dan disapih.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan melakukan penampungan semen babi pejantan
Yorkshire, dievaluasi secara mikroskopis, kemudian diencerkan agar lalu dilakukan
Inseminasi Buatan (IB) terhadap 30 ekor betina reseptor. Setelah itu akan dilakukan
pengecekan kebuntingan 21 hari setelah pelaksanaan IB. Setelah 114 hari kebuntingan,
proses partus terjadi. Anak babi yang baru lahir dibersihkan, dilakukan pemotongan
taring dan ekor lalu ditimbang bobot badan dan dihitung litter size serta rasio jenis
kelamin. Selanjutnya setelah anak babi mencapai umur sapih 1 bulan dilakukan
penimbangan bobot badan, dihitung jumlah anak yang disapih.
Peubah yang Diamati
Peubah yang akan diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Heritabilitas sifat reproduksi ternak babi hasil Inseminasi Buatan (IB), meliputi
bobot lahir, litter size, bobot sapih, jumlah anak lahir mati, dan jumlah anak
yang disapih.
2. Efek Heterosis sifat reproduksi ternak babi hasil Inseminasi Buatan (IB),
meliputi bobot lahir, litter size, bobot sapih, jumlah anak lahir mati, dan jumlah
anak yang disapih.
3. Kinerja Reproduksi ternak babi hasil Inseminasi Buatan (IB), meliputi bobot
lahir, litter size, bobot sapih, jumlah anak lahir mati, dan jumlah anak yang
disapih.

Analisis Data
Heritabilitas
Metode pendugaan nilai heritabilitas menggunakan Metode Best Linier
Unbiased Prediction (BLUP). Metode BLUP adalah metode yang akurat karena
menggunakan semua informasi dari kerabat baik yang masih hidup maupun yang sudah
mati. Menurut Bourden (1997), kemampuan metode ini mampu dalam mengolah
banyak informasi dapat meningkatkan kecermatan dari pendugaan nilai pemuliaannya
sehingga disebut Unbiased Prediction atau peramalan tanpa penyimpangan. Pendugaan
nilai heritabilitas ini dilakukan dengan menggunakan metode Best Linier Unbiased
Prediction (BLUP) univariate animal model dengan menggunakan perangkat lunak
VCE4 (Variance Component Estimation) Version 1.1 (Groeneveld 1998). Pada model
ini, pejantan dan induk diperlakukan sebagai random effect, sedangkan jenis kelamin,
paritas, tipe kelahiran dan musim diperlakukan sebagai fixed effect. Rumus umum
model campuran liniernya (Henderson 1985) adalah :

Y= X + Z + e
Keterangan :
Y
= vektor pengamatan berukuran n x 1

= vektor dari pengaruh tetap (fixed effect) yang berukuran p x 1

= vektor dari pengaruh acak (random effect) yang berukuran q x 1


X
= design matrik yang berhubungan dengan fixed effect
Z
= design matrik yang berhubungan dengan random effect
Pemasukan data dilakukan sesuai prosedur menurut Henderson (1985). Apabila
pejantan atau induk tidak diketahui identitasnya, maka diidentifikasi dengan angka nol
(0,00). Data dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam sembilan kolom yang terdiri atas
nomor ternak, pejantan, induk, jenis kelamin, paritas induk, tipe kelahiran, musim,
bobot lahir dan bobot sapih. Ternak yang tidak memiliki bobot sapih atau mati
diidentifikasi dengan angka -1,00 (Groeneveld 1999). Pengolahan data dengan metode
BLUP ini dilakukan secara univariate model yaitu hanya satu model yang digunakan
dalam setiap pengolahan data. Data yang telah dikelompokkan dan disusun, diolah
menggunakan program PEST (Prediction and Estimation) (Groeneveld 1999). Program
tersebut menghasilkan data terkode, kemudian dilanjutkan dengan program VCE4 untuk
menduga nilai heritabilitas (Groeneveld 1998).
Efek Heterosis
Menurut Kurnianto (2009), istilah heterosis digunakan untuk menggambarkan
keunggulan keturunan kawin silang terhadap tetuanya, tanpa memperhatikan
penyebabnya. Oleh karena itu, heterosis hendaknya diukur relatif terhadap rataan
tetuanya, dengan rumus sebagai berikut:
1
1
2 ( X +Y )
2( XX +YY )
EIH =
X 100
1
( XX+ YY )
2
Keterangan:
EIH
= Besaran efek heterosis (dalam %)
X
= Pejantan X
Y
= Betina Y
Kinerja Reproduksi
Kinerja reproduksi ternak babi hasil inseminasi buatan yang akan diamati dalam
penelitian ini adalah:
1. Litter Size Lahir (ekor), diperoleh dengan melakukan perhitungan jumlah
anakbabi yang dilahirkan dari setiap ekor induk babi.
2. Bobot Lahir (g/ekor), bobot lahir ditimbang per induk per kelahiran kemudian
dibagi dengan jumlah anak dalam litter size lahir.
3. Jumlah anak yang mati (ekor), diperoleh dengan menghitung jumlah anak babi
yang mati dari dari tiap induk selama penelitian.
4. Jumlah anak yang disapih (ekor), diperoleh dengan menghitung jumlah anak
babi yang hidup pada umur penyapihan per induk.

5. Bobot Sapih (g/ekor), bobot sapih ditimbang per induk per kelahiran kemudian
dibagi dengan jumlah anak dalam litter size sapih.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode least-squares with unequal
numbers per subclass (unbalance design) dari Becker (1985) dan Harvey (1990).
Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan menjadi lokasi (1, 2 dan 3), pejantan
dalam lokasi (1, 2, 3, 4) musim kelahiran (1 = panas dan 2 = dingin), jenis kelamin anak
(1 = jantan dan 2 = betina) dan paritas (kelahiran ke-1, 2 dan 3). Model umum yang
digunakan dalam analisis data sebagai dibawah ini:
Y ijklm = + L i + J ij + K k + M l + P m + E ijklm
Keterangan:
Y ijklm = peubah yang diamati
= rataan umum.
L i = pengaruh lokasi.
J ij = pengaru pejantan dalam lokasi.
K k = pengaruh jenis kelamin anak k = 1; 2.
M l = pengaruh musim, l = 1: 2.
P m = pengaruh paritas ke-m.
E ijklm = error effect.

JADWAL PENELITIAN

TIME SCHEDULE PENELITIAN


N
o

Kegiatan
I

Penyusunan Komisi Pembimbing

2
3
4
5
6
7
8

Penyusunan Proposal
Sidang Komisi I
Draft Proposal
Kolokium
Penyerahan Proposal Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data

SEPT
I II I
I I
V

I
I

OKT
II
I

I
V

NOV
I II
I
I

I
V

Bulan
DES
I II
I
I

BIAYA PENELITIAN

No
1
2
3
4

Keterangan
A. Akomodasi
Tiket Bogor-Jakarta PP
Tiket Jakarta-Bali PP
Transportasi di Bali
Biaya hidup di Bali/bulan

Harga Satuan
Rp
55.000
Rp 700.000
Rp 500.000
Rp 1.000.000

Jumlah
Unit

Total

2
2
4
2

Rp
110.000
Rp 1.400.000
Rp 500.000
Rp 2.000.000

Total
1

B. Peralatan
Timbangan 50 kg

Rp 4.110.000
Rp 500.000

Total
Total A + B

27

Rp

500.000

Rp 500.000
Rp 4.650.000

DAFTAR PUSTAKA
Baas, Thomas J. 1990. Heterosis and recombination effects in Hampshire and
Landrace swine. Retrospective Theses and Dissertations. Paper 9389.
Becker, W.A. 1985. Manual of Quantitative Genetics. 4th Ed. Academic Enterprises,
Pullman, Washington.
BPS. 2014. Statistik Indonesiea: Statistical yearbook of Indonesia 2014. Jakarta
(Indonesia): Badan Pusat Statistik.

I
V

I
I

JAN
I

Bollen, P.J.A, Aksel K.H. & Helle J.R. 2000. The Laboratory Swine. CRC Press,
Florida.
Cassady, P.J., L.D. Yung, and K.A. Leymaster. 2002. Heterosis and recombinant effects
on pig reproductive traits. J. Anim. Sci. 20(9): 2303-2315.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Bali. 2013. UPT Balai Inseminasi
Buatan Daerah Propinsi Bali. [http://www.baliprov.go.id/], [diunduh 27
Agustus 2015].
Falconer, D.S. dan T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics.
Global Science Exchange of Iowa, Ltd. Heterosis and its Use in Swine Breeding
Systems. [http://globalscience.com/], [diunduh 27 Agustus 2015].
Groeneveld, E. 1998. VCE 4 Users Guide and Reference Manual. Institut of Animal
Husbandary and Animal Behavior. Federal Agricultural Research Center
(FAL). Mariensee, Germany.
Groeneveld, E. 1999. PEST Users Manual. Institut of Animal Husbandary and Animal
Behavior. Federal Agricultural Research Center (FAL). Mariensee, Germany.
Harvey, R.H. 1990. User, Guide for LS MLMW and MIXMDL. PC-2 Version.
Indonesian-Australian Eastern University Project.
Henderson, C. R. 1985. Equivalent linier modelto reduce computations. J. Dairy Sci. 68
: 2267-2277.
Holden PJ, Ensminger ME. 2006. Swine Science. 7th ed. Iowa: Iowa State University
Press.
Kurnianto, Edy. 2009. Pemuliaan Ternak.Graha Ilmu,Yogyakarta.
Livestock and Animal Health Statistics. 2013. Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.
Luka, Dragomir. 2013. Reproductive Traits In Relation to Crossbreeding in Pigs.
AJAR. Vol. 8(19), pp. 2166-2171
National Swine Improvement Federation. 2002. Fact Sheet No. 3: Genetic Parameters
and Their Use in Swine Breeding [Internet]. [diunduh 10 November 2014].
Tersedia pada http://www.ces.purdue.edu/extmedia.
Natural Veterinary. 2009. Laporan Tutorial UP 1 Blok 2 [Internet]. (Terakhir disunting
pada 29 Maret 2009) [diunduh 20 Mei 2015]. Tersedia pada http://naturalveterinary.blogspot.com/2009/03/laporan-tutorial-up-1-blok-2.html.
Noor, Ronny R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siagian PH. 2014. Pig production in Indonesia. Animal Genetic Resources Knowledge
Bank in Taiwan [Internet]. [Diunduh 24 November 2014]. Tersedia pada:
http://www.angrin.tlri.gov. tw/English/2014 Swine/p175-186.pdf
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Cetakan Pertama. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai