Anda di halaman 1dari 4

2.

Nama-nama Al-Quran
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Al-Quran
Al Kitab
Al Furqon
Az Zikr
Al Huda
Al Syifa

Masing-masing nama tersebut mempunyai stressing yang berbeda-beda


antara satu dengan yang lain trhadap al quran itu. Dalam kaitan ini
terkandung jaminan bahwa al quran itu suci dan lurus sebab datang dari Yang
Maha Suci dan Maha Benar.
Al quran sebagai sumber nilai mengandung pokok-pokok ajaran dalam Islam
seperti :
a. Pokok-pokok keyakinan atau keimanan seperti keimnan terhadap Allah,
kitab-kitab rasul-rasul dan hari akhir.
b. Pokok-pokok peraturan atau hukum(syariah) yaitu garis-garis besar aturan
tentang hubungan dengan Allah, antar manusia, dan hubungan manusia
dengan alam. Di sini lahir syariah, hukum atau ilmu fiqh.
c. Pokok-pokok aturan tingkah laku atau nilai-nilai dasar etika tingkah laku.
Yang kemudian lahirlah ilmu akhlak atau tasawuf.
d. Petunjuk dasar tentang tanda-tanda alam yang menunjukan eksistensi dan
kebesaran Tuhan sebagai pencipta.
e. Kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu sebagai ibrah bagi umat dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
f. Informasi tentang alam gaib seperti adanya jin kiamat surga dan neraka.
Yang merupakan informasi alam metafisika dan alam ruhaniah.
3. Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Al Quran.
a. Membaca al quran dijelaskan menurut surat Yunus ayat 61. Yang
maknanya bahwa manusia berkewajiban membaca al quran dalam
keadaan apapun sedikitnya satu ayat sebagai pedoman pada pekerjaan
atau perilakunya, dan sekecil apapun perilaku yang manusia kerjakan
sesungguhnya ada petunjuk dari Allah Swt.
b. Memahami al quran dijelaskan dalam surat yusuf ayat 22. Memahami al
quran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Diawali dengan memohon berlindung dari kodaan setan dengan
mengucap kalimat taqwa Auzubillah himinasyaitonirrojim.
2) Baca perlahan-lahan.
3) Gunakan hati untuk memahami terjemahan al quran.
c. Lakukan dalam action apa saja yang telah dibaca dan dipahami
petunjuk-petunjuk yang ada di dalam al quran.
d. Mendakwahkan al quran. Selain melakukan petunjuk yang ada di dalam al
quran manusia juga berkewajiban menyampaikan kepada manusia lainnya
atau mendakwahkan petunjuk-petunjuk yang ada di dalam al quran
karena merupakan amanah dari Allah Swt.

4. Sejarah Penulisan
Al quran diwahyukan secara berangsur-angsur dari tahun 610-632 M. Nabi
Muhammad Saw menerimanya melalui perantara jibril, kemudian membacakan
dn mendiktekannya kepada sahabat beliau. Meurut Zaid bin Tsabit, penulisan al
quran mereka lakukan apda kayu, pelepah kurma, batu, tulang unta atau
kambing yang telah kering bersih, papan pelana kuda, dan di ats kulit kayu.
Semua penulisan tersebut senantiasa di bahwah pengawasan nabi. Beliaulah
yang mengatur letak ayat, surah serta bunyi bacaannya serta akurat atas
petunjuk dari malaikat Jibril As. Sampai menjelang wafatnya Rasulullah Saw.
Semua pekerjaan pencatatan telah tuntas, meskipun dalam kondisi belum dijilid
rapi, lalu disimpan dengan baik di rumah Rasul sampai wafat tahun 632 M.
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah pertama (632-634 M) terjadi perang
riddah (membasmi orang murtad) di Yamamah melawan nabi alsu Musailamah.
Peperangan ini menewaskan sekitar 70 penghafal al quran. Hal ini mendorong
Umar bin Khatab untuk memprakarsai penulisan ulang serta penjilitan al quran.
Atas usul ini khalifah memeintahkan Zaid bin Tsabit untuk memimpin
penulisannya. Dalam waktu setahun penulisan selesai, kemudian dijilid dan
diberi nama Mushaf. Setelah khalifah wafat, maka mushaf disimpan di rumah
Umar bin Khatab khalifah kedua (634-644 M). Setelah wafat mushaf disimpan
putrinya Umar yaitu Hafsah bin Umar.
Dimasa Usman bin Affan khalifah ketiga (644-656 M), Abu Khuzaifah
mengusulkan kepada Usman agar segera mengatasi kesulitan umat islam dalam
membaca al quran dan menguasainya, .
terutama dikalangan bukan arab. Khalifah Usman segera meminjam kepada
Hafsah naskah mushaf, kemudian menyuruh Zaid bin Tsabit memperbanyak
naskan al quran sambil menyempurnakannya. Dengan dibantu oleh Abdullah bin
Zubair, Said bin Ash dan Abdurrahman bin Haris, tim penulis yang diketuai Zaid
ini dapat menyelesaikan tugasnya. Beberapa naskah salinan itu diserahkan
kepada Usman dan diberi nama Mushaf Usmany sedangkan naskah yang asli
yaitu Mushaf dikembalikan kepada Hafsah.

5. Bukti-bukti Kebenran Al Quran.


Menurut M. Quraish Shihab (1993:27) adalah sifat Al Quran yang Tahan
Uji, di mana Al Quran :

Menantang siapapun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al


Quran secara keseluruhan.
Menantang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam Al Quran .
Menantang mereka untuk menyusun satu surat saja semacam Al Quran.
Menantang meraka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih sama
dengan satu surah dari Al Quran.

Kemudian Quraish Shihab (1993: 29-32) juga mengatakan , paling tidak ada
3 aspek dalam Al Quran yang dapat dibuktikan kebenaran kerasulan
Muhammad Saw., bahwa yang disampaikannya (wahyu dan islam) adalah
benar bersumber dari Allah Swt., yaitu :
1) Aspek keindahan dan ketelitian redaksinya. Serasi kata-katanya. Hal
ini terlihat jelas ketika Al Quran spontanitas menjawab pertanyaan
yang diajukan seseorang. Disamping itu, redaksinya juga menunjukan
keseimbangan akurat.
2) Ketepatan pemberitaan ghaibnya. Seperti dalma Al Quran surat
Yunus[10]:92 memberitakan bahwa jasad Firaun (sekitar 1200 SM)
diselamatkan. Kemudian pada 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin
dari pemerintah Mesir untuk membuka mumi Firaun yang bernama
Maniptah tersebut, dan ternyata terdapat satu jasad utuh seperti yang
diisyaratkan Al Quran.
3) Isyarat-isyarat ilmiah Al Quran. Seperti sinar dipancarkan matahari
dan bulan hanya memantulkan cahaya dari matahari ,
mengembakngkan semesta (expanding universe), gunung bergerak
pertanda bumi beredar dan zat hijau daun berperan mengubah
mengubah matahri menjadi energi.
10. Al Quran Sebagai Sumber Disiplin Ilmu
Ajaran Al Quran tidak terdiri dari satu aspek saja tetapi memiliki berbagai
aspek seperti ibadah, teologi, moral, mistisme, filsafah, kebudayaan, hukum,
dsb. Semua ini dikembangkan sehingga melahirkan berbagai ilmu yang dikenal
dengan ilmu-ilmu keislaman. Ilmu dikelompokan menjadi dua, yaitu ilmu
keagamaan dan ilmu pengetahuan.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang bagaimana keesaan
dan mengesekan Allah Swt., apa dan bagaimana kenabian serta pewahyuan, dan
bagaimana kehidupan akhirat kelak yang akan datang. Bagian pertama disebut
pembahasan Al Mabda sifatnya wajib dan mustahil. Bagian kedua dinamakan
pembahasan Al Wasiithan yaitu tentang rasul, malaikat, jin, dan golongan
manusia. Bagian ketiga disebut Al Maad yaitu kematian, kubur, kiamat,
mahsyar, mizan, surga, dan neraka.
Ilmu hukum islam, yaitu ilmu yang membahas syariat islam yang bersifat
amaliah yang digali dari dalil-dalil secara einci dari Al Quran dan Al Sunah.
Menurut Ali Yafie, kajian ini mencakup empat bidang utama, yaitu ; ubudiyat,
muamalat, munakahat, jinnayat.
Ilmu akhlak dan tasawuf, yaitu ilmu yang membahas tentang perangai
seseorang berdasarkan Al Quran dan sunah. Ukuran ketinggian derajat manusia
berdasarkan pada perangai ihsan kedekatan diri (taqwa) kepada Tuhan.
Perbedaan nya yaitu akhlak membahas tentang norma, sedangkan tasawuf
menekankan pengalamannya dalam rangka mendekatkan diri (taqarrab) kepada
Allah.

Ilmu filsafat, yaitu ilmu yang membahas tentang pemikiran segala sesuatu
yang ada dan yang mungkin ada untuk dicari hakikat atau dasar perinsipnya,
dikaji secara sistematis, radikal, dan universal tentang aspek-aspek metafisik
dalam islam di dunia islam.
Ilmu bahasa Al Quran, yaitu ilmu yang membahas tentang kebahasaan Al
Quran, seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf, dan balaghah. Ilmu bacaan Al Quran,
yaiutu ilmu yang membahas tentang hukum bacaan Al Quran atau ilmu tajwid.
Dan juga ilmu seni kaligrafi, yaitu membahas tentang penulisan ayat Al Quran
serta bentuk penulisan ayat pada mushaf.
9. Al Quran dan Ilmu Pengetahuan
Al Quran memberikan landasan dan dorongan psikologis yang kuat
terhadap keberadaan dan pengembangan ilmu pengetahuaan. Hubungan ini
terlihat dengan banyaknya ayat-ayat yang membahas masalah yang berkenaan
dengan ilmu pengetahuan. Kata-kata ilmu saja diulang sebanyak 854 kali dalam
berbagai bentuknya.
Dan juga beberapa ayat yang tersebar dalam surat-surat Al Quran seperti
ajakannya tentang :
a) Jangan berfikir subjektif, suka atau tidak suka (QS. Al Zukhruf ; 78 dan Al
Araf ; 79).

Anda mungkin juga menyukai