Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Jamu atau obat tradisional ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam usaha

pemeliharaan kesehatan masyarakat dan penggunaannya sampai sekarang semakin


meningkat. Jamu yang beredar di lingkungan masyarakat pada saat ini adalah jamu
gendong (berbentuk cair siap minum), jamu godogan ( masih berupa racikan jika akan
mengkonsumsi dengan cara merebus terlebih dahulu), dan pada saat ini yang paling
diminati adalah yang berasal dari industri jamu berbentuk serbuk dan kapsul (M
Hasanah, D Rusmin, 2006).
Meningkatnya peminat obat-obatan tradisional menyebabkan berkembangnya
usaha yang bergerak di bidang ini, baik yang berupa usaha dalam skala kecil seperti jamu
gendong dan jamu seduhan, sampai dengan perusahaan jamu besar yang memproduksi
jamu serbuk, kapsul jamu, pil dan tablet. Industri jamu pada saat ini berkembang cukup
pesat. Peningkatan produksi jamu olahan antara lain disebabkan oleh pesatnya
pertumbuhan jumlah industrinya. Diperkirakan investasi di bidang industri obat
tradisional sangat menjanjikan keuntungan dan masih untuk dikembangkan mengingat
potensinya sebagai salah satu unsur pelayanan kesehatan masyarakat. Perkembangan ini
didukung oleh semakin tingginya minat masyarakat terhadap obat tradisional, karena
harganya lebih murah dan dipandang lebih aman (ER Pribadi, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa Akademi Farmasi Theresiana
Semarang mengadakan kunjungan industri ke Kampoeng Djamoe Organik dan PT.
Martina Berto Tbk. Industri ini mengolah tanaman berkhasiat obat menjadi produk jamu
obat dalam, obat luar, minuman kesehatan, kosmetik.

B.

Tujuan Kunjungan Industri Obat Tradisional


Kunjungan industri di Kampoeng Djamoe Organik dan PT. Martina Berto Tbk ini

bertujuan agar:

1.

Mahasiwa mampu mengenal dunia kerja terutama dalam bidang industri obat
tradisional serta dapat mengetahui proses-proses dalam pembuatan obat
tradisional.

2.

Mahasiswa mengetahui Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

3.

Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Praktek Obat Tradisional.

C.

Manfaat Kunjungan Industri Obat Tradisional

Kunjungan industri obat ini diharapkan dapat :


1.

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang proses pengolahan obat tradisional.

2.

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang persyaratan industri yang baik dan


benar serta mengetahui tata pelaksanaan CPOTB di industri obat tradisional.

BAB II
TUMBUHAN OBAT
A. Definisi Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah seluruh jenis tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan menjadi :
1.

Tumbuhan obat tradisional, yaitu jenis tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya oleh masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan

2.

sebagai bahan baku obat tradisional.


Tumbuhan obat modern, yaitu jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan

3.

penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.


Tumbuhan obat potensial, yaitu jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung
senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara
ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri (Agoes,
2010)
Sejalan dengan perkembangan industri jamu, obat herbal, fitofarmaka, dan

kosmetika tradisional juga mendorong berkembangnya budidaya tumbuhan obat di


Indonesia. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat tradisional
sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh liar atau dibudidayakan
dalam skala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan kuantitas dan kualitas yang
kurang memadai. Hal ini menyebabkan aspek budidaya perlu dikembangkan sesuai
dengan standar bahan baku obat tradisional. Penggunaan bahan alam sebagai obat
cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature dan krisis
berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obatobat modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga dianggap
hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Pendapat itu belum tentu
benar karena untuk mengetahui manfaat dan efek samping obat tersebut secara pasti

perlu dilakukan penelitian dan uji praklinis dan uji klinis (Rahayu, 2005). Obat bahan
alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu ;
1.
2.

Jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis.
Obat herbal yang merupakan obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji

3.

praklinis.
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan
klinis (BPOM, 2005).
Penyebaran informasi mengenai hasil penelitian dan uji yang telah dilakukan

terhadap obat bahan alam menjadi perhatian bagi semua pihak karena menyangkut
faktor keamanan penggunaan obat tersebut. Beberapa hal yang perlu diketahui
sebelum menggunakan obat bahan alam adalah keunggulan obat tradisional dan
kelemahan tumbuhan obat.
Keunggulan obat bahan alam antara lain :
1.

Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar
dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan,cara penggunaan, ketepatan
pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan

2.

tumbuhan obat untuk indikasi tertentu.


Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/
komponen bioaktif tumbuhan obat. Dalam suatu ramuan obat tradisional
umumnya terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi
dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan
efek kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang

3.

terhadap suatu efek yang dikehendaki.


Pada satu tumbuhan bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif
pada tumbuhan obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan
satu tumbuhan bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga

4.

memungkinkan tumbuhan tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.


Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif. Perubahaan pola konsumsi mengakibatkan gangguan metabolisme

tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Penyakit Diabetes (kencing manis),


hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, dan hepatitis yang
merupakan penyakit metabolik. Penyakit degeneratif antara lain rematik
(radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid
(ambein/wasir), dan pikun (lost of memory).
Kelemahan tumbuhan obat sebagai berikut:
1.

Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan berdasarkan


daerah tempatnya tumbuh.

2.

Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan


dokter.

3.

Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka kurang menarik


dibandingkan obat-obatan paten.

4. Kurangnya penelitian komprehensif dan terintergrasi dari tumbuhan obat.


5.

Belum ada upaya penyakit tersebut diperlukan waktu lama sehingga


penggunaan obat alam lebih tepat, karena efek sampingnya relatif lebih kecil.
( Dalimartha,2003)
Pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia akan terus meningkat mengingat

kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.


Bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia terdiri dari:
1.
2.
3.

4.

Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tumbuhan tingkat tinggi yang berkayu.
Kayu (lignum)
Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan
baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri
Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian
bunga majemuk serta komponen penyusun bunga. e. Akar (radix) Akar
tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis

tumbuhan yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang
5.

tinggi.
Umbi (bulbus)
Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi
akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari

6.

jenis tumbuhannya.
Rimpang (rhizom)
Rhizom atau rimpang adalah produk tumbuhan obat berupa potonganpotongan

7.

atau irisan rimpang.


Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan
menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda,

8.

khususnya bila buah masih dalam keadaan segar.


Kulit buah (perikarpium)
Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak,

9.

keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.


Biji (semen)
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya
sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam
tergantung dari jenis tumbuhan (Dalimartha, 2005).

B.

Definisi Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami

yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes
RI,1989).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.

Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian

tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat

tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2.

Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3.

Simplisia Pelikan atau Mineral


Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau

mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Depkes RI,1989).
C.
1.

Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia dilakukan dengan berbagai tahap yaitu :
Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbedabeda antara lain tergantung

pada:
a) Bagian tanaman yang digunakan
b) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
c) Waktu panen
d) Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di
dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa
aktif tersebut secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur
tertentu. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan
pula saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen
dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam
simplisia terhadap panas sinar matahari.
2.

Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan asing

lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu

tanaman obat, bahan bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotor lainya harus dibuang.
3.

Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya yang

melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air dari sumur atau air PAM.
4.

Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan


penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur
dengan keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki.
5.

Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
6.

Sortasi kering
Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor pengotor lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering.
7.
Pengepakan dan penyimpanan
Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta
cara pengawetanya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan
kelembaban.

Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan


penggunaan pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat
melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi
pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpananya.
8.

Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian

dari pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa
simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang
disebutkan dalam Buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun
Materia Medika Indonesia Edisi terakhir.
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia,
maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian
mikroskopik, dan pengujian histokimia.
a. Uji Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui khususnya bau dan
rasa simplisia yang diuji
b. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi,
ukuran, dan warna simplisia yang diuji.
c. Uji mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat
berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa
serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur unsur anatomi jaringan yang khas.
Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal
yang spesifik bagi masing masing simplisia.

d. Uji Histokimia
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan
yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat-zat
kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga
mudah di deteksi (Depkes RI, 1989).
D.

Persyaratan Simplisia
Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi

persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia.kontrol
kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standarisai suatu
simplisia . Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan
spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan factor lingkungan dalam
pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa
yang ada di dalam tanaman.Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi
simplisia sebagai berikut:
1.
Kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik
dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia
dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya
pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi
histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.
2.
Parameter non spesifik
Meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur,
aflatoxin, logam berat, dll.
3.

Penetapan kadar abu


Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai diperoleh
simplisia dan ekstrak baik yang berasal dari tanaman secara alami maupun

10

kontaminan selama proses, seperti pisau yang digunakan telah berkarat). Jumlah
kadar abu maksimal yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Prinsip penentuan kadar abu ini yaitu sejumlah bahan dipanaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik yang tersisa.
kadar abu = bobot akhir/bobot awal x 100%
4.

Penetapan susut pengeringan


Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses

pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa
menguap lain yang hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada
temperatur 105C selama 30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam
persen (metode gravimetri).
susut pengeringan = (bobot awal - bobot akhir)/bobot awal x 100%
Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik
menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air
karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi
oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.
5.

Kadar air
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal

atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya
tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai
kadar air kurang dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Metode titrimetri
Metode ini berdasarkan atas reaksi secra kuantitatif air dengan larutan
anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi
dengan ion hidrogen.Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat
dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif

11

komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan
teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu
pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang
terbebas dari kelembaban udara .
b. Metode azeotropi ( destilasi toluena )
Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan
berulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah
adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak
dipengaruhi oleh kelembaban .
kadar air ( v/b) = volume air yang terukur / bobot awal simplisia x 100%
c. Metode gravimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap.
6.
Kadar minyak atsiri
Tujuan dari penetapan kadar minyak atsiri adalah untuk mengukur berapa
banyak kadar minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia. Penetapan dengan destilasi
air dapat dilakukan karena minyak atsiri tidak dapat bercampur dengan air, sehingga
batas antara minyak dan air dapat terlihat dan diukur berapa banyak kadar minyak
atsiri yang ada pada simplisia tersebut.
kadar minyak atsiri = volume minyak atsiri yang terukur/bobot sampel x
100%
7.
Uji cemaran mikroba
a. Uji aflatoksin
Digunakan untuk mengetahi cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh
jamur Aspergillus flavus.
b. Uji angka lempeng total
Digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba/ bakteri dalam sampel. Batasan
angka lempeng total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^6
CFU/ gram
c. Uji angka kapang
Digunakan untuk mengetahui adanya cemaran kapang.Batasan angka lempeng
total yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan yaitu 10^4 CFU/ gram.

12

8.

Most probably number (MPN)


Digunakan untuk mengetahui seberapa banyak cemaran bakteri coliform

(bakteri yang hidup di saluran pencernaan).


9.
Parameter Spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji
kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu
dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis ( Depkes
RI, 1979 )
E. Pengemasan dan Penyimpanan
Pengemasan terhadap simplisia sebaiknya menggunakan wadah yang kedap
udara, karena sifat simplisia yang sangat higroskopik. Wadah atau kemasan yang
digunakan sebaiknya bersifat inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain,
tidak beracun bagi bahan yang di kemas maupun bagi manusia yang menanganinya,
mampu melindungi simplisia dari penguapan kandungan aktif, pengaruh cahaya,
oksigen, uap air, cemaran mikroba, kotoran, dan serangga.( Depkes RI, 1985 ).
Wadah yang umum di gunakan untuk mengemas simplisia adalah karung goni,
plastik, peti kayu/triplek, kantong kertas dan lain-lain. Sistem pengemasan harus
merupakan unit penanganan yang efisien, penyimpanan yang mudah disimpan
digudang-gudang atau dirumah, dapat melindungi mutu dan mengurangi pemborosan,
memberi perlindungan terhadap kerusakan mekanik, kehilangan air, memungkinkan
penggunaan udara termodifikasi yang menguntungkan dan barang tetap bersih serta
memenuhi persyaratan kesehatan. Sebagai contoh kayu kina, dapat dikemas dalam
wadah bersih dan kedap udara berupa kantong plastik atau karung.
Pada kemasan harus diberikan label yang menjelaskan nama bahan, bagian dari
tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan
metode penyimpanan. Wadah-wadah yang digunakan harus cukup kuat untuk
ditumpuk, memungkinkan penggunaan ruang secara maksimum dalam penyimpanan
sambil menunggu pengolahan .
Penyimpanan simplisia termasuk salah satu faktor yang cukup penting dalam
penanganan pascapanen tanaman obat. Simplisia bersifat sangat higroskopis dan

13

mudah mengalami perubahan enzimatis serta mutu akibat adanya pengaruh oksigen,
kelembaban, suhu dan cahaya. Pengaruh oksigen dari udara menyebabkan simplisia
mudah teroksidasi, perubahan yang terlihat sangat jelas adalah perubahan warna dan
bau dari simplisia tersebut. Suhu dan kelembaban yang tinggi dari lingkungan ruang
penyimpanan dapat menyebabkan kadar air simplisia akan meningkat. Untuk
simplisia yang mempunyai kadar air diatas 12% pada saat penyimpanan, dapat
menambah aktivitas enzim dan merupakan media yang cukup baik bagi pertumbuhan
jamur. Akibat adanya pertumbuhan jamur atau reaksi enzimatik, dapat menguraikan
kandungan senyawa aktif dan senyawa kimia lainnya yang terdapat di dalam
simplisia. Bila terjadi proses penguraian secara tidak terkontrol akan mengakibatkan
pembusukan pada simplisia. Jika spesies yang berbeda disimpan secara bersama
dapat menimbulkan aroma yang berbeda dan tidak sesuai dengan aroma aslinya.
Masing-masing tanaman biasanya mempunyai aroma yang sangat spesifik,
apabila penyimpanannya dicampur, aroma yang ditimbulkan sudah tidak asli lagi.
Pencegahan dan pemberantasan serangan serangga terhadap simplisia perlu
diperhatikan secara lebih serius, karena pencegahan lebih baik dari pada
penanggulangan, bila salah satu telah terserang maka simplisia lainnya akan mudah
ikut tercemar. Usaha yang perlu dilakukan terhadap hal tersebut diatas adalah dengan
membersihkan ruang penyimpanan terlebih dahulu sebelum barang dimasukkan,
menambal lubang-lubang yang ada dengan semen, menempatkan barang sesuai
dengan jenisnya dan memberi pembatas diantaranya, serta ventilasi yang baik dan
suhu rendah, karena hama insekta menyukai udara yang lembab dan panas. Bila telah
terjadi serangan terhadap simplisia, dapat dilakukan fumigasi dengan gas, misalnya
etilen dioksida atau metil bromida, dengan obat-obatan yang berbentuk serbuk atau
spray akan memberikan hasil yang baik. Selanjutnya buanglah simplisia yang telah
terkena dengan jalan membakarnya, lalu ruang penyimpanan dibersihkan sebelum
simplisia yang baru dimasukkan.

14

Ruang penyimpanan harus memiliki ventilasi yang baik, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang dapat menurunkan kualitas bahan, memiliki
penerangan cukup, bersih, dan bebas dari hama gudang.
F. Metabolit Sekunder
1. Golongan Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom
karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen. Senyawa
alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan
juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuh
tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid
bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan
pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid adalah
tanaman

berbunga,

angiospermae,

hewan,

serangga,

organisme

laut

dan

mikroorganisme. Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae,


solanaceae, rubiaceae, dan papaveraceae (Gunawan, 2004).
Sifat sifat alkaloid :
a. Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut
dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid berwujud cair dan
larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya berberin (kuning).
b. Bersifat basa (pahit, racun).
c. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis.
d. Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam
fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida.
Alkaloid tidak mempunyai nama yang sistematik, sehingga nama dinyatakan
dengan nama trivial misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein, nikotin. Hampir
semua nama trivial diberi akhiran in yang mencirikan alkaloid. Sistem klasifikasi
alkaloid yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi 3 golongan yaitu
alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid.
Suatu cara mengklasifikasikan alkaloid adalah cara yang didasarkan jenis cincin

15

heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Jenisnya yaitu
pirolidin, piperidin, kuinolin, isokuinolin, indol, piridin dan sebagainya (Majsheh,
2002).
2. Golongan Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon
yang tersusun dalam konfigurasi C6 -C3 -C6 , yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan
pada setiap ekstrak tumbuhan. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai
deretan senyawa C6 -C3 -C6 , artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6
(cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Majsheh,
2002).
Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan
tradisional. Hal tersebut disebabkan flavonoid mempunyai berbagai macam aktivitas
terhadap macam-macam organisme. Senyawa golongan flavonoid memperlihatkan
aktivitas seperti antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida,
bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim ((Majsheh, 2002).
3. Golongan Tannin
Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin
yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin dapat dijumpai pada hampir
semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun
tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda.
Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang
terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil
untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa
makromolekul. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang paling
dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi (Hayati et al.,
2010).

16

4. Golongan Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan
gugus aglikon (genin) dan molekul gula (glikon). Bagian gula yang terdapat pada
glikosida dapat berupa gula yang tidak spesifik (misalnya glukosa) atau gula yang
spesifik (misalnya digitoksosa, sarmaentosa). Molekul gula yang sering terdapat pada
glikosida lazimnya adalah -D-glukosa, tetapi kadang-kadang ditemukan juga gula
jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa dan lain-lain. Bila ikatan glikosidik
terjadi dengan molekul glukosa maka disebut glukosida, sedangkan bila berikatan
dengan gula yang lain(bukan glukosa) disebut glikosida. Glikosida pada umumnya
larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh karena itu cara
ekstraksinya akan berbeda (Watson, 2005).
Berdasarkan atom apa yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula, maka
dikenal 4 macam glikosida yaitu :
a. O-glikosida, jika atom O menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula.
Glikosida ini mudah dihidrolisa dengan asam dan enzim,
b. N-glikosida, jika atom N menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula
( gugusan amino) seperti; nukleosida, ribosa, purin, visin, dan krotonosida.
Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya misal;
asam uronik
c. C- glikosida, jika atom C menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula.
Glikosida ini tahap terhadap hidrolisa asam. Hidrolisa dapat terjadi dengan
bantuan pemanasan atau oksidator,
d. S-glikosida, jika atom S menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula.
Glikosida ini hanya terdapat pada famili-famili tertentu misal Cruciferae
5.

(Watson, 2005).
Golongan Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara

umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak
atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat sepeti eter. Dalam
bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat khas
sebagai pemberi aroma/bau (esen). Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan

17

minyak lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya


(Sastrohamidjojo, 2000).
Sifat minyak atsiri antara lain :
a. Dapat didestilasi.
b. Tidak meninggalkan noda.
c. Tidak tersabunkan.
d. Tidak tengik.
e. Tidak mengandung asam
Dalam tanaman, keberadaan minyak atsiri bisa di berbagai tempat antara lain :
a. Dalam rambut kelenjar seperti Labiatae, misal: kumis kucing, mentha.
b. Di dalam sel-sel parenkim seperti Piperaceae, misal: merica
c. Pada tabung minyak seperti Umbelliferae, misal: adas.
d. Saluran lisogen dan sisogen seperti Pinaceae & Rutaceae, misal: pinus, jeruk.
Sedangkan cara pembentukan minyak atsiri dalam tanaman antara lain langsung
dari protoplasma, dekomposisi dari resin ataupun dengan cara hidrolisis dari glikosida
tertentu.
Bila minyak atsiri baru saja didestilasi, umumnya tidak berwarna atau berwarna
pucat. Penyimpanan dalam jangka waktu lama yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan minyak menjadi berwarna, mulai dari kuning tua hingga coklat. Untuk
menghindari kerusakan seperti itu dapat diatasi dengan perlakuan seperti:
a.
b.
c.
d.
e.

Disimpan pada wadah tertutup rapat.


Terlindung dari cahaya.
Di tempat yang kering.
Di tempat yang sejuk.
Disimpan penuh dalam wadah (Sastrohamidjojo, 2000).

18

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Definisi Industri Obat Tradisional


Obat Tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahanbahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan

pengalaman.

lndustri

Obat

Tradisional

adalah

industri

yang

memproduksi obat tradisional dengan total asset diatas Rp 600.000.000,- (enam ratus
juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan (Pedoman Pelayanan Perizinan
Industri Obat Tradisional, 2011).
B.

Persyaratan Industri Obat Tradisional


Usaha lndustri Obat Tradisional wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Dilakukan oleh Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi
2. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
3. lndustri Obat Tradisional harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan
tidak mencemari lingkungan.
4. Usaha lndustri Obat Tradisional harus mempekerjakan secara tetap sekurangkurangnya seorang Apoteker warganegara Indonesia sebagai penanggung jawab
teknis (Permenkes Izin IOT, 1990).

C.

Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik


1. Organisasi dan Personalia
Dalam suatu Industri Obat Tradisonal, sumber saya manusia sangat berperan

penting dalam pembentukan dan pemastian mutu yang memuaskan dalam pembuatan
obat tradisional yang baik dan benar maka hendaknya suatu Industri Obat Tradisional
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab tiap personil
hendaklah dipahami masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip CPOTB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,

19

termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya (BPOM


RI, 2011).
Industri obat tradisional sebaiknya memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman dalam jumlah yang cukup. Tiap personil dibebani tanggungjawabnya
masing- masing sesuai dengan kemampuan dan divisi pekerjaannya untuk
menghindari risiko terhadap mutu suatu obat tradisional. Industri obat tradisional
harus memiliki struktur organisasi. Tugas tiap individu dan kewenangan dari personil
pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Semua aspek penerapan CPOTB sebaiknya tidak ada yang terlewatkan agar semua
tugas dapat berjalan baik dan menghasilkan mutu obat yang berkualitas (BPOM RI,
2011).
2. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah
memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya
dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko
terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran
silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan
mutu obat tradisional tradisional. Karena berpotensi untuk terdegradasi dan terserang
hama serta sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka produksi dan terutama
penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan binatang memerlukan perhatian
khusus. Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis hendaklah dikualifikasi
untuk menjamin reprodusibiltas dari bets-ke-bets.. Rancangan diatas perlu ditekankan
agar tidak berdampak negatif terhadap kegiatan produksi yang dilakukan di area
dengan kelas kebersihan lebih tinggi.Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat
dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan disinfeksikan
sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah
disimpan (BPOM RI, 2011).

20

3. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat tradisional terjamin sesuai desain serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara,
produk ruahan, atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas.
c. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal,
d.
e.
f.
g.

produk antara ataupun produk jadi.


Peralatan tidak boleh merusak produk
Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Lebih diutamakan metode pencucian.
Peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia
atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta

di bumikan dengan benar.


h. Disediakannya alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang
tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Dilakukan kalibrasi secara rutin
agar tidak mempengaruhi hasil penimbangan.
i. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus
yang tidak melepaskan serat

21

j. Pipa air suling, air de-ionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis tervalidasi (BPOM RI, 2011).
4. Sanitasi dan Hiegene
Setiap aspek pembuatan obat tradisional sebaiknya menerapkan tingkat sanitasi
dan higiene yang tinggi. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala
sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang
menyeluruh dan terpadu. Karena sumbernya, bahan obat tradisional dapat
mengandung

cemaran

mikrobiologis;

di

samping

itu,

proses

pemanenan/

pengumpulan dan proses produksi obat tradisional sangat mudah tercemar oleh
mikroba. Untuk menghindarkan perubahan mutu dan mengurangi kontaminasi,
diperlukan penerapan sanitasi dan higiene berstandar tinggi. Bangunan dan fasilitas
serta peralatan hendaklah dibersihkan dan, di mana perlu, didisinfeksi menurut
prosedur tertulis yang rinci dan tervalidasi (BPOM RI, 2011).

5. Penyiapan Bahan Baku


Hendaklah mencakup pada spesifikasi bahan mentah dan bahan awal, di mana
berlaku:
a. Deskripsi bahan
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian atau prosedur rujukan
c. Untuk ekstrak tunggal: uji identifikasi, penetapan kualitatif dari substans yang
relevan.
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan.
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali (BPOM RI,
2011).
6.

Pengolahan dan Pengemasan


a. Verifikasi
1) Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaklah

22

diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi


yang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai dengan produk jadinya.
2) Contoh

bahan

awal

hendaklah

diperiksa

secara

fisik

mengenai

pemenuhannya terhadap spesifikasi ditetapkan dan harus dinyatakan lulus


sebelum digunakan.
3) Bahan awal harus diberi label yang jelas.
4) Semua bahan harus bersih dan diperiksa kemasannya terhadap kemungkinan
terjadinya kebocoran, lubang atau terpapar.
b. Pencemaran
Sumber pencemaran dapat dihilangkan melalui suatuprogram sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu mencakup personalia, bangunan, mesinmesin dan peralatan serta bahan awal dan setiap hal yang dapat menjadi sumber
pencemaran produk.
1) Personalia
a) Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas
yangdibebankan kepadanya. Hendaknya dilakukan pemeriksaan kesehatan
secarateratur untuk semua personil bagian produksi yang terkait dengan
proses pembuatan.
b) Semua personil harus melaksanakan hygiene perorangan.
c) Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau
menderitaluka

terbuka

atau

yang

dapat

merugikan

kualitas

tidak

diperkenankanmenangani bahan baku, bahan pengemas, bahan dalam proses


dan produk jadi.
d) Setiap personil

diperintahkan

untuk

melaporkan

setiap

keadaan

(sarana, peralatan atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merug
ikan produk.
e) Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang diproses
untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Personil harus mengenakan pakaian
kerja, tutup kepala serta menggunakan alat pelindung sesuai dengan
tugasnya.

23

f) Merokok,

makan-minum,

mengunyah

atau

menyimpan

makanan,

minuman,rokok atau barang lain yang mungkin dapat mengkontaminasi,


hanya bolehdi daerah tertentu dan dilarang di area produksi, laboratorium,
gudang atau area lain yang mungkin dapat merugikan mutu produk.
g) Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus melaksanakan
hygiene perorangan termasuk mengenakan pakaian kerja yang memadai.
2) Bangunan
a) Hendaklah tersedia wastafel dan toilet dengan ventilasi yang baik
yangterpisah dari area produksi.
b) Hendaklah tersedia loker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti pakaiandan
menyimpan pakaian serta barang-barang lain milik karyawan.
c) Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung di tempat sampah
untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar
area produksi.
d) Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida dan fumigasi tidak boleh
mengkontaminasi peralatan, bahan baku / pengemas, bahan yang masih
dalam proses dan produk jadi.
3) Peralatan dan Perlengkapan
a) Peralatan / perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
b) Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih

dianjurkan.

Udara bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedap
at mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk
c) Prosedur Tetap Pembersihan dan Sanitasi mesin-mesin hendaknya
diikutidengan konsisten
c. Sistem Penomoran Batch
1) Setiap produk antara, produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor batch) yang dapat memungkinkan
penelusuran kembali riwayat produk yang sama untuk menghindari
kebingungan / kekacauan.
2) Bila memungkinkan hendaknya nomor batch dicetak pada etiket wadah dan
bungkus luar.
3) Catatan pemberian nomor batch hendaknya dipelihara.

24

d. Penimbangan dan Penyerahan


1) Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan
peralatan yang telah dikalibrasi.
2) Semua pelaksanaan penimbangan dan penyerahan harus dicatat dan
dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.
e. Pengolahan
1) Semua bahan awal harus lulus uji sesuai spesifikasi yang ditetapkan.
2) Semua pengawasan selama proses yang diwajibkan harus dilaksanakan dan
dicatat.
3) Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh Bagian
Pengawasan Mutu.
4) Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.
5) Hendaknya dilakukan pengawasan yang seksama terhadap kegiatan
pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan suhu,
tekanan, waktu dan kelembaban.
6) Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
f. Pengemasan
1) Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan harus
bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari kegiatan
pengemasan sebelumnya harus dipindahkan
2) Selama proses pengemasan berlangsung, harus diambil contoh secara acak
dan diperiksa.
3) Setiap lini pengemasan harus ditandai secara jelas untuk mencegah campur
baur.
4) Sisa bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan dicatat. Bahan
pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih lanjut sesuai dengan
Prosedur Tetap.
g. Penyimpanan
Ketentuan tentang penyimpanan meliputi area penyimpanan serta penanganan
dan pengawasan persediaan.

25

1) Area Penyimpanan
a) Area

penyimpanan

hendaknya

cukup

luas

untuk

memungkinkan penyimpanan yang memadai dari berbagai kategoribahan maup


un produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan produk jadi,
produk yang dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan
atauditarik dari peredaran.
b) Area penyimpanan hendaknya

dirancang

atau

disesuaikan

untuk

menjaminkondisi penyimpanan yang baik, bersih, kering dan dirawat dengan


baik.Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan kelembaban)
hendaknya disediakan dan dipantau fungsinya.
c) Tempat penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi
material dan produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya
dirancang dan diberi peralatan untuk memungkinkan barang yang dating dapat
dibersihkan apabila diperlukan sebelum disimpan.
d) Area penyimpanan untuk produk karantina hendaknya diberi batas secara jelas.
e) Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara aman.
7.

Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan semua upaya pemeriksaan dan pengujianyang

dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan kosmetik untuk menjaminagar


kosmetik yang diproduksi senantiasa memenuhi persyaratan yang telahditetapkan.
Bila belum tersedia fasilitas uji, dapat dilakukan pengujian denganmenunjuk
laboratorium yang terakreditasi. Untuk menjamin kebebasan dalammenetapkan
keputusannya, maka Bagian Pengawasan Mutu merupakan bagianyang terpisah dari
bagian produksi.Pengawasan mutu meliputi :
a. Pengambilan contoh (sampling), pemeriksaan dan pengujian terhadap
bahanawal produk dalam proses, produk antara, produk ruahan dan produk
jadisesuai spesifikasi yang ditetapkan. Pengambilan contoh hendaklah
dilakukanoleh tenaga yang terlatih dan diberi kewenangan untuk tugas tersebut,

26

gunamenjamin contoh yang diambil senantiasa sesuai dengan indentitas dan


kualitas batch yang diterima.
b. Program pemantauan lingkungan,

tinjauan

terhadap

dokumentasi

batch program pemantauan contoh pertinggal, pemantauan mutu produk di pere


daran, penelitian stabilitas dan menetapkan spesifikasi bahan awal dan produk
jadi agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan.
8.

Inspeksi Diri
Inspeksi diri bertujuan melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
teratur. Seluruh tindakan perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk
pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara objektif
pelaksanaan CPOB. Prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan.
Hal-hal yang diinspeksi meliputi karyawan, bangunan, penyimpanan bahan
awal dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, perawatan
gedung dan peralatan. Inspeksi diri menyeluruh dilakukan sekurang-kurangnya sekali
setahun. Setelah menyelesaikan setiap inspeksi diri hendaklah dibuat laporan yang
mencakup hasil inspeksi diri, penilaian dan kesimpulan serta usul tindakan perbaikan
9.

Dokumentasi
a. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen hendaknya
dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus tetap
terdokumentasi.
b. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis langkah demi langkah
dalam bentuk kalimat perintah.
c. Dokumen hendaklah diberi tanggal dan disahkan.

27

d. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak yang terkait dan


pendistribusiannya dicatat.
e. Semua dokumen hendaknya direvisi dan diperbaharui secara berkala,dokumen
yang sudah tidak berlaku segera ditarik kembali dari pihak-pihak terkait untuk
diamankan.
10.

Pengolahan Limbah
Pengelolaan limbah menurut CPOTB antara lain :

a. Limbah dan bahan sisa hendaklah di tampung dalam wadah yang tertutup rapat
dan diberi tanda yang jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan resiko
limbah tersebut.
b. Pemusnahan

limbah

dan

bahan

sisa

hendaklah

dilaksanakan

tanpa

menimbulkan pencemaran lingkungan.


c. Bahan beracun hendaklah disimpan dalam lemari berkunci.
d. Bahan mudah terbakar disimpan dalam lemari khusus yang tahan api
Setiap industri dalam menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Limbah
yang dihasilkan dapat berupa :
a. Pengolahan Limbah Padat
Limbah padat terdiri atas sisa-sisa bahan pengemas baik berupa plastik, kardus,
kertas, sisa granul, obat yang rusak atau kotor. Pengolahan limbah padat
dilakukan dengan menggunakan dust collector untuk debu-debu yang tersebar
di ruang produksi yang ditempatkan di atas ruangan, vacum cleaner untuk debudebu yang berserakan pada peralatan dan lantai.
b. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair terdiri dari proses destruksi, penetralan, pengendapan,
dan aerasi di dalam beberapa kolam yang saling berhubungan satu sama lain
berdasarkan proses pengolahan.

28

BAB IV
PEMBAHASAN
A.

Tanaman Obat dalam Kampoeng Djamoe Organik


Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) merupakan lahan hijau dengan konsep

taman organik yang terletak di kawasan kota Cikarang dengan area seluas 10 ha yang
cukup strategis dan mudah dijangkau. Pada awalnya berupa kebun yang menyediakan
koleksi tanaman obat, kemudian KaDO mulai difungsikan sebagai pusat pendidikan
lingkungan karena memiliki berbagai koleksi tanaman obat asli Indonesia (ada sekitar
600 species tanaman) yang dibudidayakan secara organik selaras dengan alam. Di
area pasca panen juga terjadi proses penanganan bahan baku tanaman hasil panen
hingga menghasilkan bahan yang berkualitas dan berstandar.
Kehadiran KaDo memiliki tujuan sebagai:
1.

Salah satu program pelestarian kekayaan alam Indonesia, khusunya TOKA


(Tanaman Obat, Kosmetika dan Aromaterapi). Indonesia memiliki 33 ribu
spesies flora yang bisa diteliti untuk kepentingan kecantikan dan kesehatan.
KaDO sudah memulai dengan mengkonservasi dan membudidayakan lebih dari
500 jenis TOKA.

2.

Cikal bakal akan sebuah pabrik yang hijau dan ramah lingkungan. Saat ini,
KaDO memanfaatkan windmills (kincir angin) serta solar panel (panel surya)
untuk menghasilkan tenaga listrik. Sumber tenaga yang ramah lingkungan ini
nantinya akan diimplementasikan pada pembuatan pabrik di Cikarang secara
bertahap.

3.

Sarana edukasi para petani untuk menanam secara organik. Lebih dari 117 ketua
kelompok tani dari berbagai provinsi di Indonesia telah dilatih di KaDO sejak
tahun 2000 melalui kerjasama dengan Kementrian Pertanian. Mulai dari
penanaman, panen, hingga pengeringan hasil panen untuk kemudian dijadikan
ekstrak.

29

4.

Sarana edutainment bagi anak sekolah dan orang dewasa. KaDO secara aktif
bekerjasama dengan sekolah untuk memberikan pengalaman kepada siswa agar
lebih mengenal lingkungan, menanam tanaman dan mengenal ekosistem. Orang
dewasa pun bisa mengenal alam lebih dekat, sekaligus sebagai sarana rekreasi
sambil tur keliling kebun organik, menanam pohon, yoga, senam sehat, demo
jus sehat, demo pembuatan jamu, demo membuat sumur biopori pupuk kompos,
melukis untuk anak-anak, dan makan siang dengan menu organik di Kedai
Sehat Alami.
Tanaman Obat hasil dari Kampoeng Djamu Organik dimanfaatkan sedemikian

rupa sehingga mampu meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman tersebut. Bagian
dari tanaman yang meliputi rimpang, akar, batang, daun, bunga, buah, kulit batang,
dsb yang dapayt digunakan sebagai bahan obat dan bahan kosmetik diproses ke
dalam siklus pasca panen. Pasca Panen meliputi :
1.

Sortir basah, bahan yang layak untuk digunakan dipisahkan dengan bahan yang
tidak layak untuk dimanfaatkan.

2.

Pencucian, dilakukan sebanyak 3 kali proses pencucian dengan menggunakan


air tanah karena air PAM mengandung kaporit dan tawas yang tidak baik untuk
dikonsumsi dalam tubuh.

3.

Penirisan, setelah dicuci segera ditiriskan untuk menghilangkan air dari


tumbuhan.

4.

Pengeringan / pengovenan, tanaman dikeringkan pada suhu 500C selama 2 jam.

5.

Sortir kering, pemilihan bagian tanaman yang telah kering dan memenuhi
spesifikasi baik untuk dikonsumsi.

6.

Pengemasan, Penyimpanan, Distribusi, Penjualan.


Sedangkan agian tanaman yang tidak digunakan sebagai obat maupun kosmetik

dapat digunakan sebagai kompos (pupuk alami) yang dibuat dengan mengeringkan
bagian tanaman tersebut kemudian digiling dengan EM4 untuk difermentasi
menghilangkan bau yang tidak sedap. Pupuk kompos dikeringkan selama kurang

30

lebih 1 bulan kemudian dapat digunakan.


B. Contoh Simplisia
Simplisia dalam Kampoeng Djamoe Organik sangat beraneka ragam, beberapa
diantaranya adalah:
1.

Golongan Alkaloid
a. Tapak Dara

Gambar 1. Tanaman Tapak Dara


1) Klasifikasi
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Gentianales

Famili

: Apocynaceae

Genus

: Catharanthus

Spesies

: C. roseus

Nama binomial : Catharanthus roseus L


2) Deskripsi
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah
menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus
(L.) Don. Tanaman ini merupakan tanaman perdu kecil tahunan, berasal dari
Amerika Tengah. Tumbuh baik mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 800

31

meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang terbuka,
tapi tak menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula.
Habitus perdu tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter.
Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan.
Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.
Batang dan daunnya mengandung lateks berwarna putih.
Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk
paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru,
merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder),
ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
3) Kandungan
Kandungan bahan kimianya adalah vincristine, vinblastine, reserpine, ajmalicine,
dan serpentine. Kandungan lainnya adalah catharanthine, leurosine, norharman,
lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, vindolinine, akuammine, vincamine,
vinleurosin, dan vinrosidin. Berbagai alkaloid ini beracun. Tanda-tanda keracunan
tapak dara adalah demam, loyo, dan muntah-muntah dalam tempo 24 jam. Tandatanda yang lain adalah neuropati, kehilangan refleks tendon, berhalusinasi, koma,
dan kematian.
4) Khasiat
Bunga dan daunnya berpotensi menjadi sumber obat untuk leukemia dan
penyakit Hodgkin.

32

b. Pinang
Gambar 2. Tanaman Pinang

1) Klasifikasi ilmiah
Kerajaaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Arecales

Famili

: Arecaceae

Genus

: Areca

Spesies

: A. catethu

Nama Binomial : Areca catechu L


2) Deskripsi
Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika
bagian timur. Batang lurus langsing, dapat mencapai ketinggian 25 m dengan
diameter lk 15 cm, meski ada pula yang lebih besar. Tajuk tidak rimbun. Pelepah
daun berbentuk tabung dengan panjang 80 cm, tangkai daun pendek; helaian daun
panjangnya sampai 80 cm, anak daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi.
Tongkol bunga dengan seludang (spatha) yang panjang dan mudah rontok, muncul
dibawah daun, panjang lebih kurang 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang
rangkap, sumbu ujung sampai panjang 35 cm, dengan 1 bunga betina pada pangkal,
di atasnya dengan banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam

33

alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning; benang sari 6. Bunga betina
panjang lebih kurang 1,5 cm, hijau; bakal buah beruang 1. Buah buni bulat telur
terbalik memanjang, merah oranye, panjang 3,5 7 cm, dengan dinding buah yang
berserabut. Biji 1 berbentuk telur, dan memiliki gambaran seperti jala.
2) Kandungan
Biji pinang mengandung alkaloida seperti misalnya arekaina (arecaine) dan
arekolina (arecoline)
3) Khasiat
Biji Penang berrsifat racun dan adiktif, dapat merangsang otak. Sediaan simplisia
biji pinang di apotek biasa digunakan untuk mengobati cacingan, terutama untuk
mengatasi cacing pita
2.

Golongan Flavonoid

a. Kembang Sepatu

Gambar 3. Tanaman Kembang Sepatu


1) Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Malvales

Famili

: Malvaceae

Genus

: Hibiscus

Spesies

: H. rosa - sinensis

34

Nama Binomial : Hibiscus rosa - sinensis L


2) Deskripsi
Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan tanaman perdu
dengan tinggi 1-4 m. Memiliki daun bertangkai, bulat telur, meruncing, kebanyakan
tidak berlekuk, bergerigi kasar, dengan ujung runcing dan pangkal bertulang daun
menjari. Daun penumpu berbentuk garis. Tangkai bunga beruas. Bunga berdiri
sendiri, berada di ketiak batang, tidak atau sedikit menggantung. Kelopak berbentuk
tabung. Daun mahkota bulat telur terbalik dengan panjang sekitar 5,5-8,5 cm, merah
dengan noda tua pada pangkalnya, berwarna daging, oranye, atau kuning. Panjang
tabung benang sari kurang lebih sama seperti mahkotanya.
3) Kandungan
Daun dan batang mengandung -sitosterol, stigmasterol, tarakseril asetat dan 3siklopropan dan turunannya. Bunga mengandung sianidin diglukosida, flavonoid
dan vitamin, tiamin, riboflavin, niasin dan asam askorbat. Pada bagian akar terdapat
flavonoid, tanin dan saponin.
4) Khasiat
Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) banyak ditemukan di
Indonesia, biasanya tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar. Namun, fungsi
tanaman ini tidak hanya sebatas penghias saja. Tanaman bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) dipercaya masyarakat 6 dapat menyembuhkan berbagai
penyakit, diantaranya adalah anti radang, diuretik dan peluruh dahak (ekspetoran).
Terkadang juga digunakan untuk pewarna makanan karena mengandung senyawa
pewarna antosianin.

b. Mahoni

35

Gambar 4. Tanaman Mahoni


1) Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Rosidae

Ordo

: Sapindales

Famili

: Meliaceae

Genus

: Swietenia

Spesies

: S. macrophylla

Nama Binomial : Swienenia macriphylla


2) Deskripsi
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 3540 m dan
diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir.
Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan
kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi
cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah
berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari
melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak,
bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau
cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain
yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.

36

Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di
pasir payau dekat dengan pantai.
3) Kandungan
Buah mahoni mengandung flavonoid dan saponin
4) Khasiat
Buahnya dilaporkan dapat melancarkan peredaran darah, mengurangi kolesterol,
penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan
lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal bebas,
mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu meningkatkan
sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan fungsi hati dan
memperlambat proses pembekuan darah.
3.

Golongan Tanin

a. Teh

Gambar 5. Tanaman Teh


1) Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Ericales

Famili

: Theaceae

Genus

: Camellia

Spesies

: C. sinensis

37

Nama Binomial : Camellia sinensis L


2) Deskripsi
Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae, merupakan
pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi
0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau
muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki
bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri
atau saling berpasangan dua-dua. Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu
biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang.
3) Kandungan
Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu protein
(15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, triptofan, glisin, serin,
valin, leusin, arginin (1-4%); karohidrat seperti selulosa, pectin, glukosa, fruktosa,
sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam
bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti
karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan
hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo,
Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%).
4) Khasiat
Teh hijau dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, mencegah kanker,
membantu membakar lemak, mencegah resiko stroke dan jantung, menurunkan
tekanan darah, melindungi dari diabetes, mencegah keracunan makanan,
meningkatkan kekebalan tubuh.

b. Jambu Biji

38

Gambar 6. Tanaman Jambu Biji


1) Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Rosids

Ordo

: Myrtaceae

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Psidium

Spesies

: P. guajava

Nama binomial : Psidium guajava


2) Deskripsi
Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil, tinggi 2- 10 m,
percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas,
berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan,
daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Universitas Sumatera
Utara Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm,
lebar 3-6 cm, berwarna hijau. Buah tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun,
berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur,
berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak

39

bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji banyak
mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecokelatan.
3) Kandungan
Daun mengandung tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, dammar, zat
samak, triterpenoid, asam malat. Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa
polipenol yang mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan
guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk kompleks dengan
protein. Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang
terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus
(OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna coklat. Tanin
merupakan senyawa yang dapat larut dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol,
tetapi tidaklarut dalam petroleum eter, benzene dan eter.
4) Khasiat
Astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis)
dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan
vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
4.

Golongan Minyak Atsiri

a. Cengkeh

Gambar 7. Tanaman cengkeh


1) Klasifikasi Ilmiah

40

Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Rosids

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Syzygium

Spesies

: S. aromaticum

Nama binomial : Syzygium aromaticum


2) Deskripsi
Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan
berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan
tahun, 8 tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur
sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun
menyirip, permukaan atas mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna
hijau muda atau cokelat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua. Bunga dan
buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta
bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan,
kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda
apabila sudah tua. Sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat
kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri.
2) Kandungan
Daun cengkeh mengandung eugenol, saponin, flavonoid dantanin. Eugenol
(C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alkil,
dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol.
3) Khasiat
Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok kretek, makanan,
minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk

41

keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh. Tanaman cengkeh
juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena memiliki khasiat mengatasi
sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang
lambung, batuk, terlambat haid, rematik, campak, sebagai anti nyamuk, dan lainlain.
b. Kayu putih

Gambar 8. Tanaman Kayu Putih


1) Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Myrtales

Famili

: Myrtaceae

Genus

: Melaleuca

Spesies

: M. leucadendra

Nama Binomial : Melaleuca leucadendra L


2) Deskripsi
Tumbuhan dari famili Myrtaceae merupakan salah satu sumber minyak atsiri

42

yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Beberapa jenis dari famili ini yang
terkenal sebagai penghasil minyak atsiri adalah tumbuhan dari marga Eucalyptus
dan Melaleuca. Universitas Sumatera Utara Tumbuhan kayu putih (Melaleuca
leucadendra (L). L) merupakan tumbuhan perdu yang mempunyai batang pohon
kecil dengan banyak anak cabang yang menggantung ke bawah. Daunnya berbentuk
lancip dengan tulang daun yang sejajar. Bunga kayu putih berwarna merah,
sedangkan kulit batang kayunya berlapis-lapis dengan permukaan terkelupas.
Keistimewaan tanaman ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di
tanah yang berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau
sentuhan air laut. Tanaman ini tumbuh liar di daerah berhawa panas. Tanaman kayu
putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik. Pohon kayu putih dapat
mencapai ketinggian 45 kaki. Dari ketinggian antara 5 - 450 m di atas permukaan
laut, terbukti bahwa tanaman yang satu ini memiliki toleransi yang cukup baik
untuk berkembang. Bagian yang paling berharga dari tanaman kayu putih untuk
keperluan produksi minyak atsiri adalah daunnya. Daun kayu putih yang akan
disuling minyaknya mulai bisa dipangkas atau dipungut setelah berumur lima tahun.
Seterusnya dapat dilakukan setiap enam bulan sekali sampai tanaman berusia 30
tahun. Di beberapa daerah yang subur, tanaman kayu putih telah bisa dipungut
daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima
tahun atau lebih dapat menghasilkan sekitar 50-100 kg daun berikut ranting.
2) Kandungan
Umumnya minyak atsiri dari jenis atau varietas tumbuhan yang berbeda juga
memiliki komponen kimia yang berbeda. Kandungan kimia dari minyak kayu putih
yang dihasilkan dari tumbuhan Melaleuca leucadendra (L). L. yakni (%) -
pinena (1,21) ; sineol (60,03); terpinolena (0,47); 4, 11, 11, -tetrametil 8 metilen
(1,44) ; linalool (1,59); terpineol (14,96) ; kariofilena (1,26); kariofilena (0,52)
isokariofilena (0,87) dehidro -1,1,4,7, - tetrametil elemol (5,32)
3) Khasiat

43

Sebagai obat dalam (internal), minyak kayu putih digunakan hanya dalam dosis
kecil dan berkhasiat untuk mengobati rhinitis (radang selaput lendir hidung), dan
berfungsi sebagai anthelmintic terutama efektif mengobati demam. Minyak kayu
putih juga berfungsi sebagai ekspektoran dalam kasus laryngitis dan bronchitis, dan
jika diteteskan ke dalam gigi dapat mengurangi rasa sakit gigi. Minyak kayu putih
juga sangat efektif digunakan sebagai insektisida. Kutu pada anjing dan kucing akan
mati jika diolesi minyak kayu putih. Juga dapat digunakan sebagai pembasmi kutu
busuk dan berbagai jenis serangga.
C.

Industri

Obat

Tradisional
1.

Sejarah Perusahaan
Dr. HC. Martha Tilaar mengawali usaha dengan membuka salon kecantikan

pada tahun 1970. Selain itu beliau terus menimba ilmu tentang kecantikan dan
perawatan tubuh ke pusat kecantikan di Amerika dan Eropa. Hal inilah yang
membangkitkan semangat dan kesadaran beliau bahwa bahan baku yang berasal dari
Indonesia jika diolah dengan baik dan professional dapat menghasilkan kosmetika
alami dan jamu tradisional yang dapat mempercantik wanita Indonesia dan dunia
secara holistik. Setelah sukses dalam bisnis salon kecantikan dengan beberapa salon
di Jakarta, Ibu Martha Tilaar mendirikan sekolah kecantikan Puspita Martha yang
mencetak ahli kecantikan, penata rias, penata rambut dan terapis. Salon dan sekolah
tersebut dioperasikan dibawah bendera PT Martha Beauty Gallery.
Kesuksesan

tersebut

mendorong

Ibu

Martha

Tilaar

memulai

untuk

memproduksi kosmetika dan jamu dan mendirikan PT Martina Berto pada tanggal 1
Juni 1977 dengan mitra usaha yaitu Bapak Bernard Pranata (alm) dan Ibu Theresia
Harsini Setiady. Adapun merk pertama yang diproduksi dan dipasarkan adalah Sari
Ayu Martha Tilaarsebagai kosmetika alami yang berkonsep holistik, dengan
laboratorium praktek di salon dan sekolah kecantikan tersebut. Hal ini menyebabkan

44

produkproduk Sari Ayu Martha Tilaar selalu berkiblat kepada pendidikan dan layanan
konsumen yang praktis dan mudah diterapkan. Karena sambutan pasar yang tinggi
maka pada tanggal 22 Desember 1981 didirikan pabrik modern yang pertama PT
Martina Berto di Jl. Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Dengan berjalannya waktu, pabrik kekurangan kapasitas produksi, kemudian pada
tahun 1986 didirikan pabrik ke dua di Jl. Pulokambing II/1, Kawasan Industri Pulo
Gadung dengan konsentrasi pada kosmetika kering, semi padat dan jamu sedangkan
pabrik yang pertama dikonsentrasikan pada produk kosmetika cair.
Pada periode 1988 - 1994 Perseroan melahirkan merekmerek kosmetika baru
seperti Cempaka, Martina, Pesona, Biokos Martha Tilaar, Caring Colours Martha
Tilaar dan Belia Martha Tilaar untuk mengantisipasi permintaan pasar yang
meningkat. Produk-produk ini telah membantu menyerap kapasitas pabrik cukup
besar. Perubahan strategis berikutnya setelah tahun 2000 adalah penataan ulang atas
merek-merek, yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu: merek-merek yang berlabel
Martha Tilaar dengan lisensi dari Dr. Martha Tilaar dan keluarga, dan merek-merek
yang tetap menjadi hak intelektual Perseroan seperti Cempaka dan Pesona.
Periode 1993 - 1995 Perseroan mengakuisisi beberapa anak perusahaan yang
bergerak di bidang kosmetik, yaitu PT Cedendo (CDF), PT Kurnia Harapan Raya
(KHR) dan PT Estrella Laboratories (Estrella). Untuk mencapai esiensi produksi pada
periode 1995 - 1996 Perseroan melakukan proses restrukturisasi usaha dan relokasi
pabrik. Perkembangan strategis berikutnya dalam periode 2001 - 2009 antara lain,
pemetaan ulang merek-merek di segmen yang berbeda yang akan dibahas di bab
tersendiri.
Pada tahun 2011 bekerjasama dengan Alfred Fahringer, Perseroan mendirikan
Eastern Beauty pelago Pte Limited yang berkedudukan di Singapore yang bertujuan
untuk mengelola dan mengembangkan Martha Tilaar Shop (MTS) serta pasar
Perseroan di luar negeri

45

2.

Visi dan Misi Perusahaan


a. Visi
Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa yang terkemuka di dunia
dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami, melalui pemanfaatan
teknologi modern, penelitian dan pengembangan sebagai sarana peningkatan
nilai tambah bagi konsumen dan pemangku kepentingan lainnya
b. Misi
1) Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan
kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan standar
mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai
segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan menengahbawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek mampu
mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang
dimasukinya.
2) Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi
yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk;
3) Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis;
4) Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aset Perseroan;
5) Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang esien dan efektif
di seluruh unit dan fungsi usaha;
6) Menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten demi
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders);
7) Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang saham;
8) Mengembangkan pasar internasional kosmetika, produk spa dan herbal
dengan fokus jangka menengah di kawasan Asia Pacic dan fokus jangka
panjang di pasar global dengan produk dan merek pilihan.

46

3.

Struktur Organisasi
Dewan Komisaris/Board Of Commissioner
Komisaris Utama/President Commissioner
Martha Tilaar
Komisaris/Commissioner
Ratna Handana
Komisaris Independent/Independent Commissioner
Tjan Hong Tjhiang
Komite Audit/Audit Committe
Ketua/Chairman
Tjan Hong Tjhiang
Anggota/Member
Philipus Neri
Dewan Direksi/Board Of Directors
Presiden Utama/President Director
Brian David Emil
Direktur/Director
Handiwidjaja
Samuel Eduard Pranata
Kunto Widarto

Sekertaris Perusahaan
Corporate Secretary
Desril Muchtar

Sales
Christin
Kusumastuti

Marketing
Patricia
Husada

Research &
Development
Heftiyan
Handra

Internal Audit
Audit Internal
Johanes Chrismanto

Manufacturing
Eti Setiawati

Finance &
Administration
Iwan Herwanto

Corporate
Social
Responsibility
Heru D
Wardhana

Gambar 9. Struktur Organisasi Martina Berto Tbk.


4.

Personalia
Tenaga kerja di PT Martina Berto TBK diklasifikasikan menjadi dua macam

yaitu :
a. Tenaga kerja langsung, yang meliputi bagian operasional proses produksi
b. Tenaga kerja tidak langsung, meliputi direktur, manager dan asisten manager,

47

supervisor dan staff dan beberapa karyawan yang tidak terikat langsung dengan
proses produksi.
Berikut ini adalah beragam kegiatan dan program untuk karyawan yang
dijalankan oleh PT Martina Berto TBK demi kesejahteraan karyawan:
a) Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Fokus pengembangan karyawan lebih dititik beratkan pada peningkatan
Leadership, Team Work dan Safety Awareness. Menyatupadukan team untuk dapat
berbuat yang terbaik untuk perusahaan diperlukan suatu mentalitas seorang Leader
yang pantang menyerah ( Leader of quality) , lebih elegant dan focus pada
memberikan support pada anak buah atau team sales dijajarannya.
b) Program Untuk Karyawan
1) Program Beasiswa
Program pemberian beasiswa untuk putra putri karyawan ini sudah berjalan
sejak 1992, tepat ditahun 2014 ini Perusahaan sudah memberikan program ini
yang ke 22 kalinya. Tentu setiap tahun untuk pemberian program beasiswa ini
terus dievaluasi dan disesuaikan dengan program pendidikan yang ditetapkan
Pemerintah. Seperti hal tahun sebelumnya untuk tahun 2014 kriteria untuk
mendapatkan program beasiswa yakni siswa yang bersekolah di tingkat SD,
SMP dan SMA, dengan nilai prestasi tertentu. Khusus untuk tahun ini siswa
yang mendapat nilai 7.5 rata rata dirapot . Hal ini dimaksudkan untuk
memotivasi siswa untuk terus belajar dan menyelesaikan pendidikan dengan
prestasi yang memuaskan. Secara periodik, batasan nilai untuk mendapatkan
beasiswa ditingkatkan oleh perusahaan. Total siswa yang mendapatkan
beasiswa terdiri dari Tingkat SD sebanyak 30 orang, tingkat SMP 20 Orang dan
tingkat SMA sebanyak 10 orang.
2)Program Penghargaan Karyawan
Penghargaan

karyawan

diberikan

kepada

karyawan

yang

telah

melaksanakan karya bakti selama 5, 10, 15, 20, dan 25 tahun. Perusahaan juga

48

memberikan penghargaan bagi karyawan yang telah memasuki 30 tahun masa


kerja. Pada tahun 2014, perusahaan memberikan penghargaan kepada 77
karyawan. Selain memberikan penghargaan masa kerja, Perseroan juga
memberikan penghargaan kepada karyawan yang telah memasuki masa
purnatugas sesuai usia pension kepada 8 karyawan. Penghargaan ini diserahkan
langsung oleh Komisaris Utama PT Martina Berto Tbk Ibu DR Martha Tilaar
pada acara khusus di Ruang Grya Cipta Wanita.
3) Program Asuransi
Melalui telaah yang berkesinambungan, program asuransi mengalami
peningkatan benet bagi para karyawan. Salah satunya adalah benet untuk
menutup biaya hemodialisa, yang dipandang perlu untuk menjamin kesehatan
karyawan, dan memberikan rasa aman kepada karyawan atas perlindungan
asuransi ini. Seiiring dengan diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional
melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Perusahaan dengan ada
pengalihan system ini telah melakukan pemutahiran data karyawan untuk
menyosong pembelakukan BPJS sesuai Peraturan Pemerintah.
5.

Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas beserta tata letak ruang dikaji sejak tahap perencanaan

konstruksi bangunan demi keefektifan semua kegiatan, kelancaran arus kerja,


komunikasi, dan pengawasan serta untuk menghindari ketidakteraturan. Bangunan di
PT Martina Berto TBK terdiri atas bangunan untuk produksi, gudang, kantor, dan
laboratorium. Bangunan untuk produksi dibagi menjadi bangunan untuk produksi
sediaan cair, sediaan padat dan sediaan semi padat. Bangunan untuk gudang dibagi
menjadi dua yaitu gudang bahan baku dan sediaan jadi. Bangunan kantor memiliki
ruang rapat, ruang administrasi dan aula.
Bangunan untuk produksi sesuai CPOTB dipisahkan antara mesin yang satu
dengan yang lain, dengan tujuan untuk mencegah kontaminasi silang antara produk

49

yang satu dengan produk yang lain. Bangunan produksi dilengkapi dengan fasilitas
pengendali udara yang terdiri dari AC, dusk collector baik lokal maupun terpusat,
echaust fun. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai, dan langit-langit)
dibuat licin dan tidak terdapat sudut-sudut antara lantai dan dinding.
6.

Peralatan
Peralatan di PT Martina Berto TBK yang berhubungan dengan produksi dan

pemeriksaan mutu memiliki protap untuk pengoperasian dan pembersihan. Mesinmesin produksi dipelihara dan dirawat agar alat dapat berfungsi dengan baik. Selain
itu, kebersihan alat dijaga agar tidak ada kontaminasi yang dapat merubah identitas,
mutu dan kemurnian suatu produk.
7.

Sanitasi dan Hygiene


PT Martina Berto TBK menerapkan sanitasi dan hygiene pada setiap aspek

pembuatan sediaan. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan
desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk.
Sumber pencemaran potensial dihilangkan melalui suatu progam sanitasi dan hygiene
yang menyeluruh dan terpadu.
a.

Hygiene Perorangan
Prosedur hygiene perorangan diberlakukan bagi semua personil yang memasuki

area produksi. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
keselamatan personil, personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
dengan tugasnya.
b.Sanitasi Bangunan dan Fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan sediaan didesain dan dikonstruksi
dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik, terdapat prosedur tertulis yang
menunjukan penanggung jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci

50

mengenai jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan
untuk pembersihan sarana dan bangunan.
c. Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
Peralatan yang telah digunakan dibersihkan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Prosedur sanitasi dan
hygiene diatur dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa prosedur telah
dilakukan secara efektif.
8.
a.

Pengelolaan
Produksi
1)Produk
Perseroan dan anak perusahaan memiliki fasilitas produksi yang terbagi ke
dalam empat kategori, yaitu :
a) Kosmetika Cair
Kosmetika cair termasuk di dalamnya cairan pembersih muka, pelembab,
toner, alas bedak, body splash cologne, hair spray, dan produk cair lainnya.
b) Kosmetika Kering
Kosmetika kering termasuk di dalamnya eye shadow, blush on, loose
powder dan compact powder dan produk kering lainnya.
c) Kosmetika Semi Padat
Kosmetika semi padat termasuk didalamnya lipstik, creamy foundation,
dan lain-lain.
d) Obat Tradisional
Obat tradisional termasuk di dalamnya masker, mangir, lulur, dan teh
herbal.
Selain pembagian kategori produk berdasarkan proses produksi, Perseroan
membagi produk-produk yang dimilikinya berdasarkan kategori produk, yaitu:
colour cosmetic, skin care, body care, hair care, jamu (obat tradisional), dan
lain-lain.

51

2)Bahan Baku
Perseroan melakukan pembelian bahan baku yang berasal dari supplier
internal dan eksternal. Sebagian dari bahan-bahan nabati merupakan hasil
budidaya tanaman di Kampoeng Djamoe Organik (KADO). Berikut adalah
persentase pasokan yang didapat dari dalam negeri dan luar negeri berdasarkan
kelompok bahan baku:
a)

Bahan baku nabati : 100% didapat dari tanaman dalam negeri.

b) Bahan baku kimia : sekitar 97% berasal dari luar negeri dan sisanya sekitar
3% dari dalam negeri.
c) Bahan baku kemas : sekitar 23% berasal dari luar negeri dan sisanya sekitar
77% didapat dari dalam negeri. Bahan baku kemas yang berasal dari luar
negeri tersebut sebagian diimpor langsung oleh Perseroan dan sebagian lagi
dibeli dari agen lokal. Perseroan tidak memiliki ketergantungan yang besar
terhadap supplier tertentu. Fasilitas Produksi
Perseroan dan anak perusahaan memiliki 2 (dua) fasilitas produksi yang
terletak di Indonesia. Mesin-mesin Perseroan dibeli dari vendor yang memiliki
reputasi internasional yang dapat dipercaya seperti Lodige dari Jerman serta
Kemwall dari Inggris. Dalam hal suku cadang, Perseroan melakukan pembelian
suku cadang sebagian besar pada saat pembelian mesin, sehingga memiliki
persediaan aman (safety stock).Dengan demikian, frekuensi impor suku cadang
Perseroan tidak sering dilakukan.
a)Pabrik Pulokambing
Pabrik Pulo Kambing beroperasi sejak tahun 1986 dan memiliki luas area
sebesar 1 hektar dengan total luas bangunan lebih kurang 15.000 m2, yang
terdiri dari pabrik dan kantor. Pabrik ini memiliki kapasitas proses produksi
sebesar 3.232 ton per tahun yang terdiri dari Kosmetika Kering 115 ton,
Kosmetika Semi Padat 48 ton, Kosmetika Cair 3.069 ton.
b)Pabrik Cede-ndo

52

Pabrik Cedendo beroperasi sejak tahun 1988 dan memiliki luas area
sebesar 2,3 hektar dengan luas bangunan pabrik 6.100 m2. Pabrik ini memiliki
kapasitas produksi 6.341 ton pertahun yang dibagi menjadi kosmetika kering
sebesar 650 ton, kosmetika semi padat 8 ton, kosmetika cair 5.684 ton.
b. Pemasaran
Pengembangan merek yang bervariasi merupakan strategi Perseroan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen di pasar kosmetika dan jamu yang sangat dinamis
guna memperoleh dan meningkatkan market share, mind share, dan heart share.
Setiap merek diciptakan sedemikian rupa dengan brand positioning yang berbedabeda baik secara demogras maupun psikogras, yaitu meliputi jenis kelamin pria dan
wanita, usia konsumen dari 15 tahun (remaja) sampai usia menengah (<50 th) dan
segmen harga dari kelas Premium (kelas social ekonomi A), Menengah Keatas
(kelas social ekonomi B), Menengah (kelas social ekonomi C), dan Menengah
Kebawah (kelas social ekonomi D).
Sedangkan segmentasi secara psikogras meliputi: citra alami & ketimuran atau
citra modern (barat). Segmentasi yang cukup luas ini diharapkan mampu mengikuti
dinamika selama krisis ekonomi tahun 1997- 1998 membuktikan bahwa pada saat
produk impor menjadi begitu mahal karena depresiasi rupiah, maka produk
kosmetika yang diproduksi oleh Perseroan di kelas menengah keatas mampu
mengambil kesempatan merebut pasar dengan substitusi impor, sedangkan produkproduk di segmen menengah ke bawah mampu melayani konsumen yang terkena
imbas krisis ekonomi dan mengalami penurunan daya beli. Dengan kata lain,
Perseroan mempunyai merekmerek yang membangun citra dan nilai (image & value
builder) dan merek-merek yang membangun kuantitas (volume builder) yang akan
mampu menopang pertumbuhan Perseroan dalam jangka panjang
Terkait dengan hal tersebut, berikut ini adalah kegiatan pemasaran berdasarkan
produk-produk Perseroan:
1) Sariayu Martha Tilaar

53

2) Dewi Sri Spa Martha Tilaar


3) Biokos Martha Tilaar
4) Caring Colours Martha Tilaar
5) PAC Martha Tilaar
6) Belia Martha Tilaar
7) Rudi Hadisuwarno Cosmetics (RHC)
8) Mirabella
9) Cempaka
c.

Distribusi
Dalam strategi distribusi, Perseroan juga mengendalikan Channel distribusi ke

pasar modern maupun pasar konvensional melalui departemen Trade Marketing


yang ditata secara khusus untuk melengkapi fungsi Consumer Marketing. Dari
tahun ke tahun pertumbuhan pasar modern selalu lebih tinggi dari pasar
konvensional, sehingga kontribusinya makin meningkat dari tahun yang lalu sekitar
44,62% menjadi sekitar 46,40% pada tahun ini. Pertumbuhan ini tentu harus
disikapi dengan cermat karena pasar modern mempunyai gaya manajemen yang
berbeda dengan pasar konvensional, dan juga biayanya lebih tinggi dengan adanya
Trading Terms yang ditinjau setiap tahun.
Berbeda dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang biasanya fokus
pada produk-produk dengan jumlah SKU sedikit dan dipromosikan dengan dana
besar melalui iklan (Above the Line), Perseroan mempunyai keahlian dalam
menangani lebih dari 1.000 SKU di berbagai merek dengan dukungan promosi
Below the Line yang melibatkan ribuan tenaga promoter (beauty consultants, beauty
advisers dan Sales Promotion Girls) yang tersebar diseluruh Indonesia, sehingga
nilai edukasi terhadap konsumen relatif lebih tinggi dan lebih berjangka panjang
dibandingkan perusahaan-perusahaan yang mengandalkan promosi Above the Line
saja.
Perseroan juga memiliki unit Trade Marketing di dalam Divisi Marketing yang

54

khusus menangani trade Channel management sehingga mampu membangun


hubungan yang harmonis dengan para penyalur dan outlet ritel serta merencanakan
penjualan disetiap channel secara lebih terarah dan cost-eective.
Selain distribusi melalui gerai independen, Perseroan juga memiliki gerai milik
sendiri yaitu Martha Tilaar Shop (MTS). MTS yang dulunya bernama Puri Ayu
pertama kali dibuka pada tahun 1997 di Mal Taman Aggrek. MTS merupakan gerai
yang menargetkan pasar kelas menengah ke atas dengan varian produk Perseroan
yang lebih banyak dibanding yang ada di gerai-gerai independen.
Selain sebagai gerai yang menjual produk Perseroan, MTS juga berfungsi
sebagai customer experience centre yang memberi kesempatan kepada pelanggan
untuk mencoba dan mendapatkan pengalaman atas produkproduk Perseroan yang
belum pernah digunakan oleh mereka. Dengan demikian MTS dapat juga menjadi
daya rangsang bagi konsumen untuk meningkatkan penggunaan produk-produk
Perseroan. Sampai dengan saat ini Perseroan memiliki 27 gerai MTS.
9.

Pengawasan dan Pengendalian Mutu


Pada setiap tahap dari proses produksi dilakukan pengawasan mutu yang

mengacu kepada System Quality Assurance, dimulai dari bahan baku, barang
setengah jadi, produk jadi, hingga pengiriman ke distributor. Perseoran juga telah
menerapkan secara konsisten Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 sejak tahun 1996
dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sejak tahun 2000. Tujuan dari
penerapan system ini adalah untuk memenuhi Kepuasan Pelanggan (Customer
Satisfaction) dan kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu, pada tahun 2000
Perseroan juga telah memperoleh sertikat Good Manufacturing Practice yaitu: Cara
Pembuatan Kosmetika Yang Baik (CPKB) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB). Dalam menjamin mutu produk, Perseroan menggunakan alatalat mutakhir pada pengujian laboratorium.

55

10. Penelitian dan Pengembangan


Perseroan memiliki divisi penelitian dan pengembangan yang dikenal dengan
Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) dan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Martha Tilaar Group. Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) adalah pusat
penelitian, pengembangan, kreasi, inovasi bahan baku alami, produk, serta pelayanan
Martha Tilaar Group. Berbasis pada research, science, dan technology, MTIC
memadukan kearifan budaya dan pengetahuan leluhur serta sumber keanekaragaman
hayati Indonesia untuk menciptakan produk-produk inovatif. MTIC didukung oleh
team R&D, fasilitas laboratorium dan tenaga-tenaga ahli berpengalaman yang saling
berkerjasama dengan prinsip 3C (Connect, Collaborate, Compete) dengan berbagai
institusi pendidikan baik lokal maupun internasional, industri, lembaga pemerintah,
dan komunitas (Academic, business, government, and community). MTIC dengan
R&D, terintegrasi dan membantu Marketing Department untuk melahirkan produkproduk inovatif sesuai kebutuhan pasar (customer requirement) dan terintegrasi pula
dengan Manufacturing Department, untuk memastikan kelancaran lahirnya produk
inovatif sampai siap dipasarkan.
Pengembangan Produk Bagian R&D berkomitmen untuk menghasilkan produk
yang berkualitas bagi konsumennya. Formula produk dikembangkan dengan
menggunakan bahan-bahan berkualitas dan terstandar serta aman bagi manusia
maupun lingkungan. R&D menjamin keamanan dan ketepatan manfaat dari bahan
ekstrak baru, produk kosmetik dan produk jamu yang diciptakannya dengan
melakukan penelitian yang mendalam secara in vitro maupun in-vivo untuk
memastikan produk-produk yang dipasarkan aman dan terbukti manfaatnya seperti
dijanjikan pada klaimnya.
11. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang

56

jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa setiap personil menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi
lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/Formula pembuatan, prosedur, metode,
dan instruksi, laporan dan catatan bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
Beberapa hal di PT Martina Berto TBK yang harus diperhatikan dalam
dokumentasi
a. Dokumen tersebut sebaiknya didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan
b.

dengan cermat.
Dokumen yang disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang

c.

sesuai dan diberi wewenang.


Isi dokumen tidak bermakna ganda, serta judul, sifat dan tujuannya dinyatakan

d.
e.

dengan jelas.
Penampilan dokumen dibuat rapi dan mudah diperiksa.
Dokumen hasil reproduksi harus jelas dan terbaca. Reproduksi dokumen kerja
dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan yang disebabkan

f.

proses produksi.
Dokumen sebaiknya tidak ditulis tangan. Namun, bila dokumen memerlukan
pencatatan data, maka pencatatan ditulis tangan dengan jelas, terbaca, dan tidak

g.

dapat dihapus.
Semua perubahan terhadap pencatatan pada dokumen harus ditandatangani dan
diberi tanggal.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk

atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini
merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.
Dokumen produksi induk, prosedur pengolahan induk dan prosedur
pengemasan induk (formula pembuatan, instruksi pengolahan dan instruksi
pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan
serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan.

57

Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya


pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian
dan pengoperasian alat.
Catatan yang direkomendasikan untuk disimpan selama paling sedikit 1 (satu)
tahun setelah tanggal kadaluwarsa produk jadi adalah semua catatan yang berkaitan
dengan proses produksi dan pemeriksaan bahan awal yaitu catatan pengolahan bets,
catatan pengemasan bets produk, catatan pengambilan sampel, pemeriksaan serta
pelulusan bahan awal dan bahan pengemasnya.
12. Pengolahan Limbah
Industri

menyediakan lahan khusus untuk pembuangan limbah agar tidak

mencemari lingkungan. Limbah yang dihasilkan industri berupa limbah dalam bentuk
gas, cair, serta padat dan kebisingan. Limbah gas yang dihasilkan terutama adalah
debu yang tersebar di ruang ruang produksi tablet. Kebisingan berasal dari mesin
mesin produksi, dust collector, dan genset bila beroperasi. Limbah cair yang berasal
dari air cucian botol, proses produksi, dan sediaan cair kembalian. Limbah padat dari
sampah organik dan anorganik. Limbah padat anorganik berasal dari sisa
pembungkus plastik, kaleng bekas, sisa kertas pembungkus dan botol, serta karet
bekas. Limbah padat organik berasal dari buangan dapur dan kantin, disamping itu
juga berasal dari obat kembalian.
Penanganan limbah dilakukan oleh PT Martina Berto TBK agar tidak
mencemari lingkungan sekitar. Pendekatan teknologi ditujukan untuk menanggulangi
limbah yang dikeluarkan oleh PT Martina Berto TBK yang berupa kebisingan, limbah
gas, padat, dan cair.
a.

Penanggulangan kebisingan
Menempatkan mesin mesin produksi dalam ruangan tertutup dan kedap udara

sehingga kebisingan yang terjadi tidak mengganggu lingkungan disekitar pabrik.


Cara mencegah dampak negatif oleh adanya kebisingan terhadap karyawan yang

58

bekerja di pabrik dapat dilakukan dengan jalan carplug yang berupa kapas untuk
menutupi telinga karyawan yang bekerja di ruang produksi selama menjalankan
tugas.
b.

Penanggulangan limbah debu


Debu yang beterbangan di ruang produksi, dihisap dengan menggunakan Air

Handline Unit System. Sedangkan debu yang jatuh di lantai dihisap dengan
menggunakan vaccum cleaner. Setiap pagi dan siang ruangan selalu dipel. Debu
yang sudah terkontrol dibakar dalam incinerator.
c.

Penanggulangan limbah padat


Limbah padat dari rumah tangga dan sisa administrasi yang mempunyai limbah

padat non laktam dikumpulkan dalam tempat khusus (tempat sampah),


selanjutnya diambil oleh petugas kebersihan Kodya Semarang untuk dibuang ke
TPA setempat. Limbah padat hasil pengendapan di Unit Pengelolaan Limbah Cair
yang berupa sludge serta limbah padat dari dust collector dan vaccum cleaner
selanjutnya akan dibakar dalam incinerator. Limbah padat dari obat kembalian
dilarutkan dalam air dan selanjutnya diolah dalam Unit Pengolahan Limbah Cair.
d.

Penanggulangan limbah cair


Penanggulangan limbah cair yang berasal dari proses produksi dilakukan

dengan jalan membuat pengolahan limbah cair dengan proses sebagai berikut :
Limbah yang dikeluarkan dari proses produksi dan pencucian botol dikumpulkan
dalam bak pengumpul, selanjutnya dipompa dalam bak pencampuran yang
dilengkapi pengaturan mekanik. Dalam bak pencampur ini, ditambahkan koagulan
berupa tawas 1 kg / jam dan diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk mekanik
yang ada.
Dengan adanya penambahan tawas ini akan terjadi gumpalan gumpalan yang
mudah mengendap. Endapan yang terjadi (sludge) setiap minggu diambil dengan
menggunakan pompa dan selanjutnya dikeringkan dalam drying bed. Setelah endapan
kering selanjutnya dikelola. Air limbah yang keluar dari tangki pengendapan ini

59

bersifat asam dan harus dinetralkan dengan NaOH sebelum diproses lebih lanjut.
Proses yang terakhir adalah proses biologi, proses biologi ini berjalan selama 3
hari dengan bantuan mikroorganisme (lumpur aktif) dan aerasi. Air limbah yang
keluar dari proses biologi ini masih mengandung TSI yang berasal dari lumpur aktif.
Oleh karena itu, setelah proses biologi perlu dilakukan pengendapan. Lumpur dari
pengendapan akhir ini setiap hari diambil dengan pompa, sebagian lumpur (30%)
dikembalikan lagi ke dalam proses biologi dan sisanya dikeringkan dalam drying bed.
Sebelum air limbah dibuang ke perairan bebas, air limbah ditampung dalam bak
kontrol untuk memudahkan pengontrolan kualitas air limbah sebelum dibuang ke
perairan umum.

60

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medica. Palembang
British Pharmacopeia Commission . 2001. British Pharmacopeia 2001, the
Stationery
Office Limited. London
British Pharmacopeia Commission . 2000. British Pharmacopeia 2000, the
Stationery
Office Limited. London
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa Swara. Jakarta
Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Puspa Swara. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia (Edisi III).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia (Jilid
V). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Gunawan, D. dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)., Jilid I.
Jakarta: Penebar Swadaya
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011, Nomor
HK.03.1.23.06.11.5629, tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik, Jakarta
Liong, Theresa C.Y. 2010. The Martha Tilaar Way Sukses Meraih Bisnis. Penerbit
Buku Kompas. Jakarta
Maharani Hasanah dan Devi Rusmin, 2006, Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa
Tanaman Obat di Indonesia, Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik

61

Majsheh, S., 2002, Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan
Flavonoid, Terpenoid, dan Alkaloid, Jogjakarta:Jurusan Kimia FMIPA
Pribadi, E.R, 2009, Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya, Perspektif
Sastrohamidjojo, H. 2009, Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak dan
Protein, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Watson, D.G. 2005. Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran

62

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kampoeng Djamu Organik Cikarang

63

64

Lampiran 3. Demo Pembuatan Jus Herbal

Lampiran 2. Tanaman dalam Kampoeng Djamu Organik

Lampiran 4. Martina Berto Tbk

65

Lampiran 5. Ruang Produksi dalam Martina Berto Tbk

66

Anda mungkin juga menyukai