Anda di halaman 1dari 18

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

1.
2.
3.
4.

Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Demam sebenarnya


adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman infeksi. Saat terjadi
infeksi, otak kita akan menaikkan standar suhu tubuh di atas nilai normal
sehingga tubuh menjadi demam. Obat antipiretik bekerja dengan cara
menurunkan standar suhu tersebut ke nilai normal.
Terdapat banyak jenis obat antipiretik, antara lain:
Obat-obatan antiradang nonsteroid,
seperti ibuprofen, ketoprofen , nimesulide;
Aspirin;
Paracetamol;
Metimazol;
Di antara obat antipiretik tersebut, yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah paracetamol.
Obat antipiretik diindikasikan untuk segala penyakit yang menghasilkan gejala
demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya
diberikan jika demam lebih dari 38,5 oC. Demam yang kurang dari 38,50C
sebaiknya jangan cepat-cepat diberi obat. Selain untuk menurunkan demam,
sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut juga memiliki khasiat untuk
mengurangi nyeri.
Masing-masing obat antipiretik tersebut memiliki kontraindikasi. Paracetamol
sebagai obat antipiretik utama di Indonesia tidak boleh diberikan pada pasien
yang pernah alergi terhadap paracetamol, pasien dengan gangguan fungsi hati
berat, dan pasien dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Ibuprofen dan obat
antiradang nonsteroid lainnya bisa menyebabkan perdarahan saluran
pencernaan dan dapat memperparah penyakit maag pada pasien. Aspirin tidak
boleh diberikan pada penderita gangguan fungsi hati dan juga dapat
menyebabkan perdarahan saluran cerna.

EFEK SAMPING

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pada dasarnya obat antipiretik aman untuk dikonsumsi. Namun yang sering
menimbulkan masalah ialah pasien mengonsumsi dalam dosis yang terlalu
banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama.
Efek samping yang muncul tergantung jenis obat antipiretiknya. Beberapa efek
samping yang pernah ditemui antara lain:
Alergi kulit;
Gatal-gatal;
Pusing;
Mual, muntah;
Nyeri ulu hati;
Buang air besar berdarah;
Gangguan fungsi hati;
Gangguan penyembuhan luka.

DOSIS
Dosis obat antipiretik tergantung pada jenis obat yang digunakan. Berikut dosis
obat antipiretik yang sering digunakan:

Untuk paracetamol, dosisnya sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari. Untuk
anak-anak dosisnya ialah 10-15 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.

Untuk ibuprofen dosisnya ialah 300-800 mg, 4 kali sehari. Untuk anakanak dosisnya ialah 5-10 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari.

Untuk aspirin, dosisnya sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari


B. Antipiretik
Macam-macam obat Antipiretik:
1. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam
pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin
dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat
ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
2. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa
sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.
Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf
pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi
tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan
dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
3. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini
amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun
piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis
(berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang
mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
Obat Antipiretik

A. Pengertian Obat Antipiretik


Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada
keadaan demam. Obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi
atau hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal.
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri.
Oleh sebab itu pembahasan antipiretik secara khusus jarang ada, pada umumnya
pembahasannya antipiretik ada pada pembahasan obat anti nyeri (analgetika). Sebagai
nantipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam.
Walaupun keadaan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semua berguna
sebagai antipeiertik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Ini
berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang ada disentral otak terutama COX-3 dimana
hanya parasetamol dan obat AINS lainnya dapat menghambat. Fenilbutazon dan antiruematik
lainnya tidak dibenarkan untukdigunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut.
B. Mekanisme kerja obat antipiretik
Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
C. Macam-macam obat antipiretik
Contoh obat antipiretik : parasetamol, panadol, paracetol,paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,salisilamida.
D. Kontra indikasi pada obat antipiretik dimana pada segala penyakit yang menghasilkan
gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan
jika demam lebih dari 38,5oC. Demam kurang dari 38,5oC. Sebaiknya jangan cepat-cepat
diberi obat, selain dapat menurunkan demam, sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut
juga memiliki khasiat mengurangi nyeri.
2.2 Efek samping dari obat Antipiretik
a.

Gangguan saluran pencernaan


Selain menimbulkan demam dan nyeri ternyata prostaglandin berperan melindungi
saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan
cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat
asam lambung yang bisa merusak.

b. Gangguan hati(hepar)

Obat yang dapat menimbulkan hepar adalah parasetamol karena penderita gangguan hati
disarankan mengganti dengan obat lain.
c.

Reaksi obat
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan reaksi alergi. Reaksi dapat berupa asma
bronkial hingga mengakibatkan syok.

d. Alergi obat, gatal-gatal, pusing, mual muntah, dan nyeri ulu hati.
Jenis-Jenis Obat Antipiretik
1. Paracetamol
Nama

dagang

Asetaminopen,

Panadol

(glaxso),

Tylenol,

Tempra,

Nipe,

pamol(intrbat),sanmol (sanbe) .
Paracetamol merupakan derivat-asetanilida, adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu
banyak digunakan sebagai analgetik, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen).Komposisi dari obat parasetamol :

Tiap sendok teh (5ml) mengandung paracetamol 120mg

Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg

Tiap tablet mengandung paracetamol 100mg


Cara kerja obat parasetamol adalah derivate paminofenol yang mempunyai sifat antipiretik
atau analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya
diduga berdasarkanefek sentral. Sifat analgesic parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri
ringan sampai sedang. Pada penggunaan oral parasetamol diserap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60
menit setelah pemberian, dapat diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa
mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
Indikasi:
Untuk nyeri dan demam. Khasiat paracetamol antara lain sebagai analgetik (nyeri ringan
sampai sedang) dan antipiretik tetapi tidak anti radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap
sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri).Nyeri
ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala; pereda nyeri pada osteoarthritis
dan lesi jaringan lunak; demam termasuk demam setelah imunisasi; serangan migren
akut, tension headache.

Kontraindikasi :
Tidak boleh digunakan pada penderita dengangangguan fungsi hati berat, hipersensitif
terhadap paracetamol. Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat
dehidrogenase.
Peringatan dan Perhatian :

Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal serta penggunaan jangka
lama pada pasien anemia

Jangan melampaui dosis yang disarankan

Harap ke dokter bila gejala demam belum sembuh dalam waktu 2hari atau rasa sakit tidak
berkurang selama5 hari.

Efek samping dari obat parasetamol adalah


Efek samping jarang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis 6 gram
mengakibatkan necrosis hati yang tidak reversibel. Dosis besar menyebabkan kerusakan
fungsi hati.Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi
walaupun mencapai air susu ibu. Dosisnya itu sendiri melalui :
a.

Oral 2-3x sehari 0,5-1 gram, maximum 4 gram per hari, pada gangguan kronis maksimum
2,5 gram per hari, anak-anak 4-6x 10mg/kg BB, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60mg, 1-4
tahun 120-180mg,4-6 th 180mg, 7-12 th 240-360mg, 4-6x sehari.

b. Rectal 20mg/kg setiap kali, dewasa 4x sehari 0,5-1 gram. Anak-anak usia 3-12 bulan 2-3x
120mg, 1-4 th 2-3x 240mg, 4-6 th 4x 240mg, dan 7-12th 2-3 x 0,5 g.
Cara penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, dapat terlindung dari cahaya.
2. Asam Asetilsalisilat
Nama dagang : asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro
Asetosal adalah obat anti nyeri tertua (1899), yang sampai kini paling banyak digunakan di
dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat. Komposisi dari obat asam asetilsalisilat yaitu
tiap tablet mengandung asam asetilsalisilat 100mg . Cara kerja obat asam asetilsalisilat
bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat

menurunkan demam, dan menghambat pembentukan prostaglandin sehingga meringankan


rasa sakit.
Indikasi:
Dapat menurunkan demam, meringankan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri otot.
Kontraindikasi:
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu sebaiknya jangan diberikan asetosal
melainkan parasetamol, karena beresiko terhadap syndrom grey yang berbahaya. Syndrom ini
bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernafasan, konvulsi dan adakalanya
koma.Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama pada
triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan dapat
diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat.
Dosis dan cara pemberian
Pada nyeri dan demam oral dewasa 4x 0,5-1g setelah makan, maksimum 4g sehari, anak-anak
sampai 1th 10mg/kgBB 3-4x sehari, 1-12th 4-6x, diatas 12th4x 320-500mg, maksimum 2g
per hari
Rectal dewasa 4x 0,5-1gr, anak-anak sampai 2th 2x 20mg/kgBB, diatas 2th 3x 20mg/kg BB.
Efek samping:
Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko
tukak lambung dan perdarahan samar. Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang
dapat dikurangi dengan kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,
CaCO3atau garam kalsiumnya (carbasalat, Ascal).
Pada dosis besar, faktor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari
prostasiklin terhadap mukosa lambung. Selain itu asetosal menimbulkan efek efek spesifik,
seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus (telinga mendengung) pada dosis lebih tinggi. Efek
yang lebih serius adalah kejang-kejang bronki hebat pada pasien asma meski dalam dosis
kecil dapat mengakibatkan serangan.
3. Asam mefenamat
Nama dagang : mefinal, (sanbe), mefentan (kalbe)
Cara kerja obat itu sendiri yaitu asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non
steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan

menghambat enzyme siklooksigenase sehingga mempunyai efek antiinflamasi dan


antipiretik.
Indikasi :
Meredahkan nyeri ringan sampai sedang sehubung dengan sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
Kontra indikasi adalah :

Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.

Penderita dengan tukak lambung dan usus.

Penderita dengan gangguan ginjal berat.


Dosis yang digunakan dan cara pemberian asam mefenamat
Pada dewasa dan anak-anak > 14 tahun dosis awal 500 mg, selanjutnya 250 mg setiap 6 jam
sesuai kebutuhan.
Peringatan dan perhatian pemberian asam mefenamat itu sebaiknya

Diminum sesudah makan

Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan kecuali atas petunjuk
dokter

Hati-hati jika digunakan pada wanita hamil dan menyususi


Efek samping dari asam mefenamat

Sistem pencernaan terasa mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal

Pada sistem saraf akan terasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Cara penyimpanannya dapat disimpan pada suhu kamar (25-30) OCdan tempat kering serta
terhindar dari cahaya langsung.

4. Praxion
Praxion adalah obat untuk menurunkan demam, meringankan rasa sakit pada keadaan sakit
kepala dan sakit gigi.
Komposisi :
Praxion drops tiap ml mengandung 100 mg paracetamol micronized.
Praxion 120 suspensi tiap 5 ml mengandung 120 mg paracetamol micronized.
Cara kerja obat

Sebagai analgesik- antipiretik, dimana sebagai analgesik bekerja dengan meningkatkan


ambang rangsangan rasa sakit, sedangkan antipiretik diduga bekerja langsung pada pusat
pengatur panas di hipotalamus.
Kontra indikasi

Pada penderita gangguan fungsi hati yang berat.

Penderita hipersensitif terhadap komponen obat ini.


Dosis yang digunakan pada obat ini antara lain
Dibawah 1 tahun dosis 60 mg ( alat tetes0,6 ml) 3-4 kali sehari.
1-2 tahun dosis 60-120 mg ( alat tetes 0,6 ml-1,2 ml) 3-4 kali sehari atau sesuai petunjuk
dokter.
Peringatan dan perhatian.

Hati hati pengguna obat ini pada penderitapenyakit ginjal.

Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, segera
hubungi unit pelayanan kesehatan.

Penggunaan obat ini penderita mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan kerusakan hati.
Efek samping pada penggunaa obat jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan hati dan reaksi hipersensitifitas.

Obat Antipiretik
Obat antipiretik adalah adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang
tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik (Anonim A,
2011).
Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Parasetamol, aspirin, dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) lainnya adalah antipiretik
yang efektif. Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus
anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen) (Jumiarti, 2007).
Contoh Obat Antipiretik
Parasetamol dalam paramex,panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin,
poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida (Nick, 2010).
Anonim A. 2011. Analgesik Antipiretik.
(http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=170&page=2).
Diakses pada tanggal 15 November 2011.

Jumiarti. 2007. Ketika Anak Demam.


(http://jumiartiagus.multiply.com/journal/item/35?
&item_id=35&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem). Diakses
pada tanggal 15 November 2011.
Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur
pada rektal >38C (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui
aksila >37,2C (99F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National
Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3
bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3 C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan,
dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih
dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh
secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka
sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut
sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001). 2.1.2 Mekanisme Demam Sebagai
respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel
Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL1(interleukin 1), TNF (Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin 6), dan INF
(interferon)

yang

bekerja

pada

pusat

termoregulasi

hipotalamus

untuk

meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik


patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C, hipotalamus merasa bahwa suhu
normal prademam sebesar 37 C terlalu dingin, dan organ ini memicu
mekanismemekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong,
2002). Universitas Sumatera Utara Berbagai laporan penelitian memperlihatkan
bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin
pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Ransangan
endogen

seperti

eksotoksin

dan

endotoksin

menginduksi

leukosit

untuk

mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan
TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf
pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi

oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan
septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan
suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006). Mekanisme demam
dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus
vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo,
2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara

vasokonstriksi

kulit

juga

berlangsung

untuk

dengan

cepat

mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu


naik.

Dengan

demikian,

pembentukan

demam

sebagai

respon

terhadap

rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001). 2.1.3 Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal
tubuh

terhadap

adanya

infeksi.

Infeksi

adalah

keadaan

masuknya

mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,


bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi
virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan
(overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan
gangguan sistem imun (Lubis, 2009). Universitas Sumatera Utara 2.1.4
Penerapan Klinis Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan
termometer ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera
setelah air raksa diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera
dibaca (Soedjatmiko, 2005). Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) tidak
menganjurkan

lagi

penggunaan

termometer

kaca

berisi

merkuri

karena

kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.
Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4
tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut.
Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila).
Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu
perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan

keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal
cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling
sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi
anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak
dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga
masih sempit dan basah (Lubis, 2009). Pemeriksaan suhu tubuh dengan
perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat
mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan.
Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat
dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru.
Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).
Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu
oral antara 35,5-37,5 C, suhu aksila antara 34,7-37,3 C, suhu rektal antara
36,6-37,9 C dan suhu telinga antara 35,5-37,5 C. Suhu tubuh yang diukur di
mulut akan lebih rendah 0,5-0,6 C (1 F) dari suhu rektal. Suhu tubuh yang
diukur di aksila akan lebih rendah 0,8-1,0 C (1,5- Universitas Sumatera Utara
2,0F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6 C (1F)
lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005)

Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur
pada rektal >38C (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui
aksila >37,2C (99F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National
Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3
bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3 C. Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap toksin bakteri, peradangan,
dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih
dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh
secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka
sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik tersebut
sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001). 2.1.2 Mekanisme Demam Sebagai

respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel


Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL1(interleukin 1), TNF (Tumor Necrosis Factor ), IL-6 (interleukin 6), dan INF
(interferon)

yang

bekerja

pada

pusat

termoregulasi

hipotalamus

untuk

meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik


patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C, hipotalamus merasa bahwa suhu
normal prademam sebesar 37 C terlalu dingin, dan organ ini memicu
mekanismemekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Ganong,
2002). Universitas Sumatera Utara Berbagai laporan penelitian memperlihatkan
bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin
pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Ransangan
endogen

seperti

eksotoksin

dan

endotoksin

menginduksi

leukosit

untuk

mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan
TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf
pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi
oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan
septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT
terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme
asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan
suhu tubuh terutama demam (Nelwan dalam Sudoyo, 2006). Mekanisme demam
dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus
vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 (machrophage inflammatory
protein-1) ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Nelwan dalam Sudoyo,
2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara

vasokonstriksi

kulit

juga

berlangsung

untuk

dengan

cepat

mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu


naik.

Dengan

demikian,

pembentukan

demam

sebagai

respon

terhadap

rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh
kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001). 2.1.3 Penyebab Demam
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal
tubuh

terhadap

adanya

infeksi.

Infeksi

adalah

keadaan

masuknya

mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,


bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi
virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan
(overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan
gangguan sistem imun (Lubis, 2009). Universitas Sumatera Utara 2.1.4
Penerapan Klinis Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan
termometer ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera
setelah air raksa diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera
dibaca (Soedjatmiko, 2005). Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) tidak
menganjurkan

lagi

penggunaan

termometer

kaca

berisi

merkuri

karena

kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan.
Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4
tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut.
Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak (aksila).
Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu
perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan
keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal
cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling
sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi
anak (Faris, 2009). Pengukuran suhu melalui telinga (infrared tympanic) tidak
dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga
masih sempit dan basah (Lubis, 2009). Pemeriksaan suhu tubuh dengan
perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat
mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan.
Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat
dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru.
Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif (Soedjatmiko, 2005).
Menurut Breman (2009), adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu
oral antara 35,5-37,5 C, suhu aksila antara 34,7-37,3 C, suhu rektal antara
36,6-37,9 C dan suhu telinga antara 35,5-37,5 C. Suhu tubuh yang diukur di
mulut akan lebih rendah 0,5-0,6 C (1 F) dari suhu rektal. Suhu tubuh yang
diukur di aksila akan lebih rendah 0,8-1,0 C (1,5- Universitas Sumatera Utara

2,0F) dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6 C (1F)
lebih rendah dari suhu aksila (Soedjatmiko, 2005)

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, demam mempunyai manfaat


melawan infeksi. Namun demam juga akan memberikan dampak negatif
diantaranya terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan dapat
membuat anak sangat tidak nyaman. Penanganan demam sebaiknya tidak
hanya berpatokan dengan tingginya suhu, tetapi apabila anak tidak nyaman atau
gelisah sehingga dapat mengganggu penilaian, demam perlu diobati (Faris,
2009). Menurut Ismoedijanto (2000), tindakan umum penurunan demam adalah
diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi
cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara
yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan
hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran
yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi/regulasi
aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar
terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara
menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es
atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah),
sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi.
Lagipula, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dihirup
pernafasan,

dapat

menyebabkan

koma

(Soedjatmiko,

2005).

Tindakan

simptomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat
demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh
darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa
golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun
tidak menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen,
asetosal, ibuprofen (Ismoedijanto, 2000). Demam 39C, anak cenderung tidak
nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak
merasa lebih baik (Plipat et al, 2002).
Parasetamol (Asetaminofen) Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit
fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun

1893. Efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada. Asetaminofen di


Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat
bebas, misalnya Panadol, Bodrex, INZA, dan Termorex (Wilmana dan Gan,
2007). Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu
tubuh

dengan

mekanisme

yang

diduga

juga

berdasarkan

efek

sentral.

Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi,


erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga
gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa (Wilwana dan Gan, 2007).
Parasetamol diberikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat
pengosongan perut, konsentrasi darah puncak biasanya tercapai dalam 30- 60
menit.

Parasetamol

sedikit

terikat

pada

protein

plasma

dan

sebagian

dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati dan diubah menjadi sulfat dan
glikoronida asetaminofen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang dari 5%
diekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif
(N-acetyl-p-benzoquinone) adalah penting dalam dosis besar karena efek
toksiknya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen adalah 2-3 jam
dan relatif tidak terpengaruh oleh fungsi ginjal. Dengan kuantitas toksik atau
penyakit hati, waktu paruhnya dapat meningkat dua kali lipat atau lebih
(Katzung,

2002).

Reaksi

alergi

terhadap

parasetamol

jarang

terjadi.

Manifestasinya berupa eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa. Methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia
jarang menimbulkan masalah pada dosis terapi karena hanya kira-kira 1-3 % Hb
yang diubah menjadi met-Hb. Penggunaan sebagai analgesik dalam dosis besar
secara menahun Universitas Sumatera Utara terutama dalam kombinasi
berpotensi menyebabkan nefropati diabetik (Wilwana dan Gan, 2007). Akibat
dosis toksik yang serius adalah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis serta koma
hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian
dosis tunggal 10-15 gram (200-250mg/kgBB) parasetamol. Anoreksia, mual, dan
muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung
selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua,
dengan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase,

kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan ensefalopati, koma, dan kematian. Kerusakan hati yang tidak
berat dapat pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan (Katzung,
2002).

2.2.2

Ibuprofen

Ibuprofen

adalah

turunan

sederhana

dari

asam

fenilpropionat. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak
terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya
terlihat dengan dosis 1200-2400 mg sehari (Katzung, 2002). Absorpsi ibuprofen
dengan cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai
setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 99% ibuprofen terikat
dalam protein plasma. Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif via CYP2C8
(cytochrome

P450,

family

2,

subfamily

C,

polypeptide

8)

dan

CYP2C9

(cytochrome P450, family 2, subfamily C, polypeptide 9) di dalam hati dan sedikit


diekskresikan dalam keadaan tak berubah (Katzung, 2002). Kirakira 90% dari
dosis

yang

diabsorpsi

metabolit/konjugatnya.

akan

diekskresi

melalui

Metabolit utama merupakan

hasil

urin

sebagai

hidroksilasi

dan

karboksilasi (Wilmana dan Gan, 2007). Ibuprofen merupakan turunan asam


propionat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek
antiinflamasi

dan

analgetiknya

melalui

mekanisme

pengurangan

sintesis

prostaglandin. Efek ibuprofen terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan


aspirin, indometasin atau naproksen. Universitas Sumatera Utara Efek lainnya
yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia
toksik yang reversibel. Penggunaan ibuprofen bersama-sama dengan salah satu
obat seperti hidralazin, kaptopril, atau beta-bloker dapat mengurangi khasiat dari
obat-obat tersebut. Sedangkan penggunaan bersama dengan obat furosemid
atau tiazid dapat meningkatkan efek diuresis dari kedua obat tersebut (Wilmana
dan Gan, 2007). Dosis sebagai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya
dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara individual. Ibuprofen tidak
dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Dengan alasan bahwa
ibuprofen relatif lebih lama dikenal dan tidak menimbulkan efek samping yang
serius pada dosis analgesik, maka ibuprofen dijual sebagai obat generik bebas
dibeberapa negara antara lain Amerika Serikat dan Inggris. Ibuprofen tersedia di
toko obat dalam dosis lebih rendah dengan berbagai merek, salah satunya ialah

Proris (Wilmana dan Gan, 2007). 2.2.3 Aspirin Aspirin atau asam asetilsalisilat
adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai
analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri), antipiretik (terhadap demam), dan
antiinflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis
rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Beberapa contoh
aspirin yang beredar di Indonesia ialah Bodrexin dan Inzana (Wilmana dan
Gan, 2007). Efek-efek antipiretik dari aspirin adalah menurunkan suhu yang
meningkat, hal ini diperantarai oleh hambatan kedua COX (cyclooxygenase)
dalam sistem saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama
proses inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang
hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan atau superfisial dan
disertai keluarnya keringat yang banyak (Katzung, 2002). Aspirin merupakan
obat yang efektif untuk mengurangi demam, namun tidak direkomendasikan
pada anak. Aspirin, karena efek sampingnya merangsang lambung dan dapat
mengakibatkan perdarahan usus maka tidak dianjurkan untuk Universitas
Sumatera Utara demam ringan (Soedjatmiko, 2005). Efek samping seperti rasa
tidak enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat
dihindarkan bila dosis per hari lebih dari 325 mg. Penggunaan bersama antasid
atau antagonis H2 dapat mengurangi efek tersebut (Wilmana dan Gan, 2007).
Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan
darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak dianjurkan untuk
menurunkan suhu tubuh pada demam berdarah dengue (Wilmana, 2007).
Pemberian aspirin pada anak dengan infeksi virus terbukti meningkatkan risiko
Sindroma Reye (Katzung, 2002) 2.3 KOMPRES DEMAM Selain pemberian
antipiretik, demam juga dapat diturunkan dengan melakukan pengompresan. Hal
ini dikarenakan manusia mempunyai komponenkomponen dalam menjaga
keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh. Diantaranya adalah
hipotalamus, asupan makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit dan otot
rangka. Dan juga manusia memiliki mekanisme untuk menurunkan suhu tubuh
apabila tubuh memperoleh terlalu banyak panas dari aktifitas otot rangka atau
dari lingkungan eksternal yang panas. Suhu tubuh harus diatur karena kecepatan
reaksi kimia sel-sel bergantung pada suhu tubuh dan panas yang berlebihan

dapat merusak protein sel (Sherwood, 2001). Hipotalamus adalah pusat integrasi
utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus
berfungsi sebagai termostat tubuh. Dengan demikian hipotalamus sebagai pusat
integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di
berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi
yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu
sesuai dengan keperluan untuk mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal. Hipotalamus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu
kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor khusus yang peka terhadap suhu
yang disebut termoreseptor. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit
diseluruh

tubuh

dan

menyalurkan

informasi

mengenai

perubahan

suhu

permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh Universitas Sumatera Utara


termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di susunan
saraf pusat dan organ abdomen (Sherwood, 2001). Hipotalamus sangat peka.
Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01C.
Tingkat respon hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan
secara cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangan sesuai
dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Sherwood, 2001). Di
hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio posterior
diaktifkan

oleh

suhu

dingin

dan

kemudian

memicu

refleks-refleks

yang

memperantarai produksi panas dan konservasi panas. Regio anterior yang


diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks-refleks yang memperantarai
pengurangan panas (Ganong, 2002). Sehingga pemberian kompres hangat
memberikan sinyal ke hipotalamus menyebabkan terjadinya vasodilatasi. Hal ini
menyebabkan pembuangan/kehilangan energi/panas melalui kulit meningkat
(berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai
keadaan normal kembali. Pemberian kompres hangat ini dilakukan secara
berulang-ulang dan lakukan evaluasi suhu tubuh anak setelah 20 menit
(Budiartha, 2009).

Anda mungkin juga menyukai