Anda di halaman 1dari 2

Hadirkan (Kembali) Ramadhan di Hari-harimu

Posted on September 7, 2011 by tqar


Oleh: Muhammad Hidayat
Dalam beberapa hari terakhir setelah Ramadhan berlalu, saya sering membaca
kiriman dari teman-teman di jejaring sosial tentang kesedihan mereka karena
ditinggalkan Ramadhan. Ya! Orang beriman mana yang tidak sedih ditinggalkan
Ramadhan? Satu bulan mulia yang ternyata berlalu dengan cepat dari hadapan kita.
Kalau saat Ramadhan kita bisa giat beribadah, mengapa sekarang tidak?
Bukanlah urusan pahala adalah haknya Allah? Tugas kita hanyalah ikhtiar dan
mempersembahkan amalan terbaik kepada Allah dan disertai dengan doa
tentunya.
Namun demikian, ditengah kesedihan kita tersebut, bukan berarti setelah
Ramadhan berlalu kita secara keseluruhan melepaskan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, dan hanya menyisakan kesedihan karena ditinggalkan Ramadhan.
Kalau selama ini kita sering menantikan kehadiran bulan Ramadhan di hari-hari
kita, mengapa tidak kita sendiri yang menjemput-nya?
Menjemput bulan Ramadhan? Mungkinkah? Kenapa tidak?!
Tentunya yang saya maksud disini bukanlah bulan Hijriyah Ramadhan, melainkan
menjemput dan memelihara nilai-nilai yang terkandung paada bulan tersebut.
Mengapa demikian?
Beberapa alasan yang menyebabkan kita berharap segera datangnya Ramadhan
adalah karena banyaknya amalan yang bisa kita lakukan didalamnya dan pahala
dari amalan tersebut akan dilipatgandakan sesuai mau-Nya Allah, insya Allah. Jika
kita lihat dari segi jumlah, hanya sedikit amalan Ramadhan yang hanya bisa kita
lakukan pada bulan tersebut dan tidak bisa kita lakukan pada bulan lain, yaitu:
puasa wajib, shalat tarawih, membayar zakat fitrah, dan iktikaf pada 10 malam
terakhir. Sisanya: Qiyamul Lail (tahajud dan witir), tilawah Quran, bersedekah,
membiasakan sholat rawatib, senyum kepada orang lain, menjaga pandangan,
menjaga lidah dari ghibah, memperbanyak berbuat kebaikan dan lain-lain,
bukankah amalan-amalan tersebut bisa kita lakukan sepanjang waktu?

Oleh karena itu, mari kita jemput sendiri amalan-amalan yang dulu sering kita
lakukan pada bulan Ramadhan. Jangan sampai kita beranggapan bahwa amalanamalan tersebut hanya sanggup dilakukan saat Ramadhan, sementara jika
Ramadhan berakhir, kita tidak mau lagi melaksanakannya. Bahkan, amalan-amalan
tersebut mestinya lebih meningkat saat Ramadhan telah berlalu, baik secara
kualitas maupun kuantitas, karena jika demikian, kita telah berhasil menjadikan
Ramadhan sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) bagi kita semua.
Kalau saat Ramadhan kita bisa giat beribadah, mengapa sekarang tidak? Bukanlah
urusan pahala adalah haknya Allah? Tugas kita hanyalah ikhtiar dan
mempersembahkan amalan terbaik kepada Allah dan disertai dengan doa
tentunya. Wallahualam.
About these ads

Anda mungkin juga menyukai