Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Alkohol
alkohol Menyebabkan terjadinya hepatitis dan selanjutnya menjadi
alkohol sirosis.
2.3 Obat-Obatan
Menyebabkan toksik untuk hati sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut (Padila, 2013).
3. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan
bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit
ini

unik

karena

memiliki

suplai

darah

sendiri.

Seiring

dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.


Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar
yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
7

terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu


juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak
sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (Padila, 2013).
4. Gejala
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan selselnya dipenuhi oleh lemak, hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi
tajam yang dapat diketahui dengan palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi
sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi
sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (Kapsula
Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan
berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
4.1.
Obstruksi portal dan asites
Kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh
obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif praktis
akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati.
4.2.

Varises Gastrointestinal
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan
fibrotik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral
dalam system gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari
pembuluh portal kedalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih
rendah.
8

4.3.

Edema
Konsentrasi albumin plasma

menurun sehingga menjadi

predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang


berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi
kalium.
Defisiensi vitamin dan anemia
Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin

4.4.

tertentu yang tidak memadai (Vitamin A, C dan K) maka tanda-tanda


defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai khususnya sebagai
fenomena hemoragik.
4.5.
Kemunduran mental
Kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma
hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu
dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umur pasien
(Brunner & Suddarth, 2013).
5. Komplikasi
Ensefalopati hepatik terjadi pada kegagalan hati berat yang
disebakan oleh akumulasi ammonia serta metabolik merupakan stadium
lanjut ensefalopati, kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatitis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik (Padila, 2013).
6. Pemeriksaan penunjang
6.1 Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal)
6.2 SGOT/SGPT : awalnya meningkat, dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun
6.3 Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
6.4 Leukopenia : trompbositopenia mungkin ada (splenomegali)
9

6.5 Diferensial darah lengkap : leikositosis, monositosis, limfosit atipikal,


dan sel pasma
6.6 Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.7 Feses : warna tahi lalat, steatorea (akibat penurunan fungsi hati)
6.8 Albumin serum : menurun
6.9 Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi
hati)
6.10
Anti HAV IgM : positif pada tipe A
6.11
HbsAG : (+) tipe B, (-) tipe A
6.12
Masa protrombin : mungkin
memanjang (disfungsi hati) Bilirubin serum : diatas 2,5mg/100,1
6.13
Tes ekskresi BSP : kadar darah
meningkat
1.15 Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
1.16 Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim
1.17 Urinalisa : peningkatan kadar bilirubin ; protein/hematuria dapat terjadi
(Suratun, Skm, M.Kep & Lusianah, Skm, M.Kep,2010)
6. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan pasien sirosis biasanya didasarkan pada gejala
yang ada. Sebagai contoh, antasid diberikan untuk mengurangi distress
lambung dan meminimalkan kemungkinan perdarahan gastrointestinal.
Vitamin dan suplemen nutrisi akan meningkatkan proses
kesembuhan pada sel-sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi
pasien. Pemberian preparat diuretik yang mempertahankan kalium
(sprinolakton) mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini
ada, dan meminimalkan perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi
pada penggunaan jenis diuretik lainnya.
Asupan protein dan kalori adekuat merupakan bagian esensial
dalam penanganan sirosis bersama-sama upaya untuk menghindari dari
penggunaan alkohol selanjutnya. Meskipun proses fibrosis pada hati yang

10

sirotik tidak dapat diputar balik, perkembangan keadaan ini masih dapat
dihentikan atau diperlambat dengan tindakan tersebut. Beberapa penelitian
pendahuluan menunjukkan bahwa colchicines, yang merupakan preparat
anti inflamasi untuk mengobati gejala gout, dapat memperpanjang
kelangsungan hidup penderita sirosis ringan hingga sedang (Brunner &
Suddarth, 2013).
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan Hepatitis
1. Pengertian
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien
dan

dalam

aspek-aspek

pemeliharaan,

rehabilitatif

dan

preventif

keperawatan pasien, untuk sampai pada hal ini profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen
yang paling di inginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling
relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah (Shore,1988
dalam Doenges,M.E, 2012).
2. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar pengidentifikasian kebutuhan, respon, dan
masalah individu. Untuk memfasilitasi tahap proses keperawatan kita harus
membuat alat pengkajian menggunakan fokus keperawatan daripada
pendekatan medik (Doenges,M.E, 2012).
2.1.
Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan gangguan
hati.
2.1.1

2.1.2
2.1.3

Aktivitas
2.1.1.1 Kelemahan
2.1.1.2 Kelelahan
2.1.1.3 Malaise umum
Sirkulasi
2.1.2.1 Bradikardi (hiperbilirubin berat)
2.1.2.2 Ikterik pada sclera kulit, membran mukosa
Eliminasi
11

2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
2.1.6.8

2.1.3.1 Urine gelap


2.1.3.2 Diare
2.1.3.3 Berulangnya hemodialisa
2.1.4 Makanan dan Cairan
2.1.4.1 Hilang nafsu makan (Anoreksia)
2.1.4.2 Penurunan berat badan atau meningkat (edema)
2.1.4.3 Mual dan muntah
2.1.4.4 Asites
2.1.5 Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
2.1.6 Nyeri /kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal (pruritus)
Otot tegang
Gelisah
2.1.7 Pernafasan : Tidak minat merokok (perokok)
2.1.8 Keamanan
2.1.8.1 Adanya transfusi darah
2.1.8.2 Demam
2.1.8.3 Urtikaria
2.1.8.4 Lesi nakulopapul
2.1.8.5 Eritema
2.1.8.6 Splenomegali
2.1.8.7 Pembesaran nodus servikal posterior
2.1.9 Seksualitas : Pola hidup perilaku meningkat

(contoh

homoseksual aktif dan biseksual pada wanita) (Padila. 2013).


3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, menfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah
aktual dan risiko tinggi. Label diagnosa keperawatan memberi format untuk
mengeskspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan.

Diagnosis keperawatan yang dapat muncul pada pasien Hepatitis :


12

3.1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh


3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan.
3.3 iRisiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
muntah dan diare yang berlebihan.
3.4 Harga diri rendah situasional berhubungan dengan lamanya periode
penyembuhan
3.5 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat.
3.6 Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan.
3.7 Kurangnya pengetahuan dalam kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah menginterpretasi informasi (Doenges,M.E, 2012)
4. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan atau lebih dikenal Rencana Asuhan
Keperawatan (Nursing Care Plan) atau disingkat Renpra (Rencana
Perawatan) merupakan langkah ketiga dari proses keperawatan setelah
menetapkan

diagnosis

keperawatan.

Menyusun

rencana

tindakan

keperawatan sebagai dasar pelaksanaan tindakan/intervensi keperawatan.


Renpra tersebut juga harus di dokumentasikan dengan baik sebagai dasar
tindakan berikutnya atau dasar penilaian (Ali, Z, 2010).

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang harus
dilaksanakan

berdasarkan

diagnosis
13

perawat.

Pelaksanaan

tindakan

keperawatan dapat dilaksanakan oleh sebagian perawat, perawat secara


mandiri atau bekerja sama dengan dengan tim kesehatan luar. Dalam hal ini
perawat adalah pelaksana asuhan keperawatan yaitu memberikan pelayanan
keperawatan dengan tindakan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan.
Tujuan dari pelaksanaan keperawatan adalah membantu pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Doenges,M.E, 2013)
6. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan
6.1. Nafsu makan bertambah, berat badan bertambah
6.2. Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit baik
6.3. Tidak terjadinya infeksi
6.4. Mencegah terjadinya kerusakan kulit
6.5. Suhu dalam batas, normal, keadaan stabil (Doenges,M.E, 2012)

C Kerangka Pikir Penelitian

26

Proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit


Hepatitis di lakukan berdasarkan strategi asuhan keperawatan meliputi: tahap
pengkajian keperawatan, tahap penentuan diagnosa keperawatan, tahap
perencanaan keperawatan, tahap implementasi keperawatan, tahap evaluasi
keperawatan.
14

Variabel independen adalah variabel yang bisa menjadi sebab


perubahan atau bisa mempengaruhi variabel dependent. Variabel dependen
adalah variabel yang bisa dipengaruhi dan menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Skema kerangka konsep penelitian.
Pengkajian
Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan


dengan gangguan sistem pencernaan
penyakit Hepatitis

Intervensi
Keperawatan
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
Keperawatan
Keterangan :
: Variabel independen.
: Variabel dependen.

: Hubungan antar variabel


Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian

27

15

Anda mungkin juga menyukai