Bagian Ilmu Kesehatan Anak DR Nurhaedah Sp.a Refarat
Bagian Ilmu Kesehatan Anak DR Nurhaedah Sp.a Refarat
TINJAUAN PUSTAKA
1.
1.1.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan besi
yang digunakan untuk sintesis hemoglobin (Hb) 1
Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi umum di seluruh
dunia dan merupakan masalah kesehatan yang penting terutama
di negara berkembang. Berdasarkan data WHO 2001, 30% anak
usia 0-4 tahun dan 48% anak usia 5-14 tahun di negara-negara
berkembang menderita anemia.2
Di Indonesia sendiri, Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan suatu
masalah kesehatan.Hasil survai rumah tangga tahun 1995 ditemukan 40,5% anak
balita dan 47,2% anakusia sekolah menderita ADB. Anemia defisiensi besi dapat
menyebabkan terjadinyaberbagai komplikasi antara lain berupa gangguan fungsi
kognitif, penurunan daya tahantubuh, tumbuh kembang yang terlambat, penurunan
aktivitas, dan perubahan tingkahlaku.3
1.2.
Etiologi
Penyebab paling umum dari ADB diamati pada anak-anak termasuk kurangnya
asupan bersama dengan pertumbuhan yang cepat, berat badan lahir rendah serta
gangguan pencernaan akibat konsumsi berlebihan susu sapi. Pada periode
intrauterine, satu-satunya sumber zat besi adalah besi yang dialirkan melalui
plasenta. Pada periode akhir kehamilan, jumlah total besi pada janin adalah 75 mg /
kg. Anemia fisiologis terjadi pada periode postnatal dan simpanan besi yang
tersedia cukup untuk melakukan eritropoiesis dalam 6 bulan pertama kehidupan
jika tidak ada kehilangan darah yang signifikan. Pada bayi berat lahir rendah dan
pada bayi dengan kehilangan darah sebelum kelahiran, cadangan besi habis lebih
awal, karena cadangan tersebut lebih kecil. Jumlah zat besi dalam ASI berada pada
tingkat tertinggi pada bulan pertama, tetapi menurun secara bertahap dalam periode
berikutnya dan berkurang hingga 0,3 mg / L kira-kira pada bulan kelima. Namun,
jumlah ini bervariasi dari individu ke individu. Telah terbukti bahwa diet ibu tidak
mempengaruhi jumlah zat besi dalam ASI. Meskipun jumlah zat besi yang diterima
dari ASI biasanya rendah, penyerapannya cukup tinggi (50%). Hal ini diketahui
bahwa makanan lain yang diberikan selama 6 bulan pertama selain ASI
mengganggu penyerapan zat besi dalam ASI. Oleh karena itu, makanan ini harus
diberikan pada waktu makan yang terpisah. Dikayini bahwa penyerapannya tinggi,
tetapi lebih rendah dari jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan. Dengan
demikian, bayi menggunakan besi dari cadangan besi yang ada dalam 6 bulan
pertama sampai jumlah zat besi yang diterima dari makanan meningkat.2
Makanan padat yang diberikan setelah bulan ke-6 harus kaya terutama zat besi,
zinc, fosfor, magnesium, kalsium dan vitamin B6. Menurut data WHO, 98% dari
kebutuhan zat besi pada bayi berusia 6-23 bulan harus dipenuhi oleh makanan
padat. Makanan padat harus mencakup produk yang kaya seperti daging, ikan, telur
dan vitamin C untuk memenuhi kebutuhan zat besi ini. Kesalahan lain yang terjadi
pada bayi menyusui yaitu memberikan susu sapi yang berlebihan pada waktu awal.
Pada bayi, kehilangan darah kronis dapat diamati dalam kaitannya dengan protein
yang sensitif terhadap pabas yang terdapat dalam susu sapi. Selain itu, penyerapan
zat besi dalam susu sapi jauh lebih rendah dibandingkan dengan ASI. Susu sapi
akan
menggantikan
makanan
kaya
besi,
oleh
sebab
itu
kalsium
dan
setelah bulan ke-6 ketika mereka menguras hampir semua cadangan besi mereka,
kekurangan zat besi berkembang dengan mudah.2
Padapasien dan terutama pada anak-anak yang lebih tua, kehilangan darah
sebagai penyebab harus dipertimbangkan, jika asupan yang tidak memadai dapat
disingkirkan atau ada respon yang memadai untuk pengobatan besi oral. Anemia
defisiensi besi kronis yang berkembang dengan perdarahan tersembunyi diamati
dengan tingkat yang relatif rendah pada anak-anak dan dapat terjadi sebagai akibat
dari masalah pencernaan termasuk ulkus peptikum, divertikulum Meckel, polip,
hemangioma atau penyakit inflamasi usus. Kehilangan darah yang tidak disadari
mungkin jarang berhubungan dengan penyakit celiac, diare kronis atau
hemosiderosis paru; diagnosis banding dapat dibuat dengan melihat riwayat
penyakit. Perlu diingat bahwa parasitosis juga dapat berkontribusi untuk
kekurangan zat besi terutama di negara-negara berkembang. Anemia defisiensi besi
diamati pada 2% dari remaja perempuan dan sebagian besar terkait dengan
percepatan pertumbuhan dan kehilangan darah akibat menstruasi.Riwayat
menstruasi yang rinci harus diperoleh pada remaja perempuan dan mendasari
gangguan perdarahan termasuk penyakit von-Willebrand harus diingat pada anak
perempuan yang telah perdarahan lebih dari yang diharapkan.2
Penyebab anemia defisiensi besi jika dilahat dari umur, yaitu:3
1. Bayi dibawah umur 1 tahun
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah dan
bayi kembar.
2. Anak umur 1-2 tahun
Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat makanan
tambahan (hanya minum susu)
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
Malabsorbsi
Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infeksi
parasit dan divertikulum Meckeli
Patofisiologi
Metabolisme Besi
Metabolisme besi terutama ditujukan untuk pembentukan hemoglobin. Sumber
utama untuk reutilisasi terutama bersumber dari hemoglobin eritrosit tua yang
dihancurkan oleh makrofag sistem retikuloendotelial. Pada kondisi seimbang
terdapat 25 ml eritrosit atau setara dengan 25 mg besi yang difagositosis oleh
makrofag setiap hari, tetapi sebanyak itu pula eritrosit yang akan dibentuk dalam
sumsum tulang atau besi yang dilepaskan oleh makrofag ke dalam sirkulasi darah
setiap hari.4
Besi dari sumber makanan yang diserap duodenum berkisar 12 mg, sebanyak
itu pula yang dapat hilang karena deskuamasi kulit, keringat, urin dan tinja. Besi
plasma atau besi yang beredar dalam sirkulasi darah terutama terikat oleh transferin
sebagai protein pengangkut besi. Kadar normal transferin plasma ialah 250 mg/dl,
secara laboratorik sering diukur sebagai protein yang menunjukkan kapasitas
maksimal mengikat besi. Secara normal 2545% transferin terikat dengan besi yang
diukur sebagai indeks saturasi transferin.Total besi yang terikat transferin ialah 4
mg atau hanya 0,1% dari total besi tubuh.4
Sebanyak 65% besi diangkut transferin ke prekursor eritrosit di sumsum tulang
yang memiliki banyak reseptor untuk transferin. Sebanyak 4% digunakan untuk
sintesis mioglobin di otot, 1% untuk sintesis enzim pernafasan seperti sitokrom C
dan katalase. Sisanya sebanyak 30% disimpan dalam bentuk feritin dan
hemosiderin. Kompleks besi transferin dan reseptor transferin masuk ke dalam
sitoplasma prekursor eritrosit melalui endositosis. Sebanyak 8090% molekul besi
yang masuk ke dalam prekursor eritrosit akan dibebaskan dari endosom dan
reseptor transferin akan dipakai lagi, sedangkan transferin akan kembali ke dalam
sirkulasi. Besi yang telah dibebaskan dari endosom akan masuk ke dalam
mitokondria untuk diproses menjadi hem setelah bergabung dengan protoporfirin,
sisanya tersimpan dalam bentuk feritin. Dalam keadaan normal 3050% prekursor
eritrosit mengandung granula besi dan disebut sideroblast. Sejalan dengan maturasi
eritrosit, baik reseptor transferin maupun feritin akan dilepas ke dalam peredaran
darah. Feritin segera difagositosis makrofag di sumsum tulang dan setelah proses
hemoglobinisasi selesai eritrosit akan memasuki sirkulasi darah. Ketika eritrosit
berumur 120 hari akan difagositosis makrofag sistem retikuloendotelial terutama
yang berada di limpa. Sistem tersebut berfungsi terutama melepas besi ke dalam
sirkulasi untuk reutilisasi. Terdapat jenis makrofag lain seperti makrofag alveolar
paru atau makrofag jaringan lain yang lebih bersifat menahan besi daripada
melepaskannya. Proses penghancuran eritrosit di limpa, hemoglobin dipecah
menjadi hem dan globin. 4
Dalam keadaan normal molekul besi yang dibebaskan dari hem akan diproses
secara cepat di dalam kumpulan labil (labile pool) melalui laluan cepat pelepasan
besi (the rapid pathway of iron release) di dalam makrofag pada fase dini. Molekul
besi ini dilepaskan ke dalam sirkulasi, yang selanjutnya berikatan dengan transferin
bila tidak segera dilepas. Maka molekul besi akan masuk jalur fase lanjut yang akan
diproses untuk disimpan oleh apoferitin sebagai cadangan besi tubuh. Kemudian
dilepas ke dalam sirkulasi setelah beberapa hari melalui laluan lambat (the slower
pathway). Penglepasan besi dari makrofag tidak berjalan secara langsung, tetapi
melalui proses oksidasi di permukaan sel agar terjadi perubahan bentuk ferro
menjadi ferri, sehingga dapat diangkut oleh transferin plasma. Reaksi oksidasi
tersebut dikatalisasi oleh seruloplasmin. Kecepatan pelepasan besi ke dalam
sirkulasi oleh makrofag lebih cepat terjadi pada pagi hari, sehingga kadar besi
plasma menunjukkan variasi diurnal.4
Anemia Defisiensi Besi
Keadaan anemia defisiensi besi ditandai dengan saturasi transferin menurun, dan
kadar feritin atau hemosiderin sumsum tulang berkurang. Menurut Walmsley et al.
Secara berurutan perubahan laboratoris pada defisiensi besi sebagai berikut: (1)
penurunan simpanan besi, (2) penurunan feritin serum, (3) penurunan besi serum
disertai meningkatnya transferin serum, (4) peningkatan Red cell Distribution
Width (RDW), (5) penurunan Mean Corpuscular Volume (MCV), dan terakhir (6)
penurunan hemoglobin. Didasari keadaan cadangan besi, akan timbul defisiensi
besi yang terdiri atas tiga tahap, dimulai dari tahap yang paling ringan yaitu tahap
pralaten (iron depletion), kemudian tahap laten (iron deficienterythropoesis) dan
tahap anemia defisiensi besi (irondeficiency anemia).
Pada tahap pertama terjadi penurunan feritin serum kurang dari 12g/L dan besi
di sumsum tulang kosong atau positif satu, sedangkan komponen yang lain seperti
kapasitas ikat besi total/total iron binding capacity (TIBC), besi serum/serum iron
(SI), saturasitransferin, RDW, MCV, hemoglobin dan morfologi sel darah masih
dalam batas normal, dan disebut tahapdeplesi besi.
Pada tahap kedua terjadi penurunanferitin serum, besi serum, saturasi transferin
danbesi di sumsum tulang yang kosong, tetapi TIBCmeningkat >390 g/dl.
Komponen lainnya masihnormal, dan disebut eritropoesis defisiensi besi.
Tahap ketiga disebut anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi ialah tahap
defisiensi besi yang berat dari dan ditandai selain kadar feritin serum
sertahemoglobin yang turun. Semua komponen lainjuga akan mengalami perubahan
seperti gambaran morfologi sel darah mikrositik hipokromik, sedangkan RDW dan
TIBC meningkat >410 g/dl. 4
1.4.
Manifestasi Klinis
Diagnosis
biasanya
ditegakkanberdasarkan
hasil
terjadinya
gangguan
kontraktilitas
daya
persepsi
dan
perhatian
yang
menderita
ADB
lebih
mudah
terseranginfeksi
karena
atau
mengunyah
benda
tertentu
antaralain
kertas,
yang
Dampakkekurangan
berupapermukaan
mudahpatah.
nails)yang
besi
yang
Bentuk
juga
mengandung
tampak
kasar,
kuku
disebut
pula
mudah
seperti
sebagai
besi
sendok
kolonikia
berkurang.
pada
terkelupas
kuku
dan
(spoon-shaped
terdapat
pada
Mulutmemperlihatkan
stomatitis
angularis
dan
Diagnosis
Dalam
pengobatan,
anamnesa
riwayatterperinci
dan
Eritrosit tampak pucat dan lebih kecil dari normal ketika jumlah
hemoglobin
berkurangnya
didalam
mean
berkurang.
Hal
erythrocyte
ini
ditunjukan
volume
(MCV)
dengan
dan
10
usia
harus
dipertimbangkan
pada
anak-anak.
11
12
width
(RDW)
pada
tes
darah.
Pada
dasarnya,
13
dalam
carrier
thalassemia
dan
ADB,
jumlah
eritrosit
RBC
berkurang
dan
lebih
rendah
pada
keadaan
thalassemia carrier karena nilai RBC lebih tinggi. Sebagai hasil dari
rumus
ini
yang
disebut
indeks
Metzner,
thallasemia
14
Tahap
Prelatent:
cadangan
besimenurun
atau
tidak,
trasferrin
dan
kadar
saturasi
transferin
hemoglobulin
dan
hematokrit berkurang.
15
16
Reseptor
ini
ditemukan
pada
retikulosit
dan
pada
pasien
yang
tidak
memadai
menanggapi
pengobatan.2
1.6.
Pengobatan
garam
fero(sulfat,
glukonat,
fumarat
dan
lain-lain),
17
pengobatanini
dengancara
tergolong
lain.
dengan
dalamdua
30
makanmalam;
dan
mudah
bayi
dan
anak,
dosis
3-6
Pada
elementaldiberikan
dosis,
murah
menit
penyerapan
mg/kg
sebelum
akan
dibandingkan
terapi
bb/hari
sarapan
lebih
besi
dibagi
pagi
dan
sempurna
jika
preparat
besi
diberikan
segera
setelahmakan.
baikmisalnya
menerimasecara
karena
oral,
keadaan
kehilangan
besi
pasien
tidak
dapat
terlalu
cepat
yang
mual,ultikaria,
artralgia,bronkospasme
Responspengobatan
hipotensi,
sampai
mula-mula
nyeri
kepala,
reaksi
tampak
pada
lemas,
anafilatik.
perbaikan
peningkatan
kadar
hemoglobin
18
jantung
besar
dan
dapat
terjadigangguan
fisiologis.
berat,dehidrasi
besar/narkose.
berat
Pada
atau
keadaan
akan
menjalani
operasi
yang
disertai
ADB
terhadap
anemia
yaitu
jantung(penyakit
arteria
perludiberikan
transfusi
darah.
Komponen
darah
jagung,
dalambentuk
senyawa
gandum,
ferri
kacang
yang
kedelai
harus
diubah
berada
dulu
di
di
dalam
usus.
Penyerapan
Fe-non
hemedapat
askorbat
(vitamin
C),
asamklorida
dan
asam
amino
danserat
menghambat
penyerapan
besi.
Berbeda
19
ADB
ADB
telah
masuk
ke
mempermudah
dalam
lingkaran
terjadinya
infeksi
darikeluarga
dengan
sosial
ekonomi
yang
Pencegahan
20
mengganggu
menimbulkan
tumbuh
defekpada
kembang
mekanisme
anak,
pertahanan
antara
lain
tubuh
dan
Sumber gambar:Gatot, D., Idjradinata, P., Abdulsalam, M., Lubis, B., Soedjatmiko, & Hendarto,
A. (2011). Suplementasi Besi Untuk Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
21
22
dengan
dosis
mg/kg/hari.10
Untuk
mencegah
makanan
tambahan
yangmengandung
besi,
meningkatkan
feritin
serum
dan
free
23
suplementasi
diberikan.Penambahan
besi
asam
pada
folat
remaja
pada
lelaki
remaja
tetap
perempuan
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18 Philadelphia: Elsevier; 2007.
2. zdemir, N. (2015). Iron deficiency anemia from diagnosis to treatment in
children. Turk Pediatri Arsivi, 50(1), 119. doi:10.5152/tpa.2015.2337
3. Abdul salam, M., & Daniel, A. (2002). Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan
Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4(2), 25.
4. Muhammad, A. (2005). PENENTUAN DEFISIENSI BESI ANEMIA
PENYAKIT
KRONIS
MENGGUNAKAN
PERAN
INDEKS
sTfR-F
24
25