Anda di halaman 1dari 14

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA MENURUT

UNDANG UNDANG DASAR 1945

Makalah
Disusun untuk memenuhi nilai tugas akhir
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen : Joko Wasisto, S.Kar., M.Hum

Disusun oleh:
HILMY MUHAMMAD FAUZAN
21050113130150

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah Hak dan Kewajiban
Warga Negara menurut UUD 1945 ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan oleh
mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Dalam makalah ini
mahasiswa diharapkan mahasiswa mampu menerapkan berbagai teori dan pengetahuan
yang diperoleh selama perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Joko Wasisto, S.Kar., M.Hum selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan

2.

Ayah dan Ibu tercinta yang memberikan dukungan materil maupun spiritual.

3.

Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan kami sebagai penyusun. Namun demikian kami hanya
dapat berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi
mahasiswa Teknik Mesin Universitas Diponegoro.

Semarang, 5 Juni 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.3 Landasan Teori ........................................................................................................ 2
1.3.1 Pengertian Hak dan Kewajiban ..................................................................... 2
1.3.2 Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara ............................................. 3
1.3.3 Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 ............ 4
BAB II PERMASALAHAN .......................................................................................... 5
2.1 Penyelewengan Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 ............. 5
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 8
3.1 Memaknai Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945 ..................... 8
3.2 Memahami Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945 ............................................................... 8
3.3 Menyikapi Pelaksanaan Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945 .......................................... 9
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 10
4.2 Saran ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. ..11

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara demokratis yang menjunjung kedaulatan

rakyat. Salah satu unsur pembentukan negara yakni adanya rakyat, adanya wilayah,
serta adanya pemerintahan yang berdaulat. Rakyat yang tinggal di suatu negara
merupakan penduduk atau warga negara dari negara tersebut. Dalam hal ini negara
memiliki hak dan kewajiban yang harus diberikan terhadap warga negaranya. Begitupun
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukan terhadap negaranya.
Hak dan kewajiban tersebut adalah hal yang harus dipertanggungjawabkan oleh masingmasing komponen tersebut.
Hak dan kewajiban warga negara dalam secara umum telah difahami oleh
khalayak umum, akan
beraneka

ragam

tetapi

dalam

karena

setiap

kehidupannya,

orang melakukan

maka

apa

yang

akitivitas

menjadi

hak

yang
dan

kewajibannya seringkali terlupakan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara


kadangkala hak warga negara berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak
jarang kewajiban warga negara lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga
negara kurang mendapatkan perhatian. Ketidakseimbangan hak dan kewajiban warga
negara ini salah satunya dipicu akibat tindak penyelewangan dan penyalahgunaan hak
dan kewajiban warga negara baik oleh warga negara maupun aparat penyelenggara
pemerintahan itu sendiri.
Salah satu tindak penyelewan dan penyalahgunaan hak dan kewajiban warga
negara yang saat kini sedang menjadi sorotan publik adalah masalah diskriminasi
hukum. Pasal 28D ayat 1 UD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum. Berdasarkan pasal tsb, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
orang sebagai warga negara berhak mendapatkan pengakuan, perlindungan, kepastian
dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Akan tetapi dalam praktik nyatanya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, hukum di Indonesia masih bersifat tebang pilih.
Dalam istilah lain, hukum di Indonesia dapat dinyatakan tumpul ke atas dan tajam
kebawah. Timpangnya kasus penegakan hukum di Indonesia selama satu decade

terakhir ini memberi inidikasi yang buruk bagi wajah hukum di Indonesia sehingga
warga negara cenderung apatis dan masa bodoh terhadap keadilan hukum itu sendiri.
Sikap tidak mengindahkan hukum tsb bagaimanapun harus dihilangkan dari paradigm
warga negara Indonesia karena sesungguhnya hukum diciptakan untuk mengatur
kehidupan bersama. Oleh karena itu, diperlukan praktik penyelenggaraan hukum di
Indonesia harus ditegakan seadil-adilnya sehingga kepercayaan masyarakat terhadap
hukum itu sendiri dapat tumbuh kembali.

1.2

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari

dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah . Ada pun tujuan
penulisan makalah , sebagai berikut :
a. Memahami hak dan kewajiban warga negara menurut UUD 1945
b. Memahami Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945
c. Menyikapi Pelaksanaan Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945

1.3

Landasan Teori

1.3.1

Pengertian Hak dan Kewajiban


Hak dan kewajiban adalah sebuah gejala yang timbul dari pengejawantahan

manusia sebagai makluk sosial (homo socius). Keduanya merupakan hubungan tumpang
tindih yang tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Hak pada umumnya didapat dengan
cara diperjuangkan melalui pertanggungjawaban atas kewajiban. Hak tidak akan ada
tanpa kewajiban, dan begitupula sebaliknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hak dan
kewajiban merupakan sebuah konsep sebab akibat yang memiliki arti tersendiri .
Menurut Prof. Dr. Notonegoro (2011), hak secara harfiah dapat didefinisikan
sebagai kuasa untuk menerima atau melakukan segala sesuatu yang semestinya diterima
atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh pihak tsb . Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), hak didefinsikan sebagai segala
sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat . Berdasarkan kedua pengertian tsb, dapat disimpulkan bahwa hak adalah

kekuasaan atau kewenangan atas suatu hal yang mutlak dimiliki oleh pihak tertentu dan
tidak dapat diberikan atau diwakilkan kepada pihak lain.
Terpenuhinya hak dari suatu individu menyebabkan timbulnya suatu kewajiban
yang harus dipenuhi oleh individu tsb. Dalam hal ini kewajiban dapat diartikan sebagai
suatu liabilitas atau hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan
pada pihak lain di masa yang akan datang. Prof. Dr. Notonegoro (2011) menuturkan
bahwa kewajiban adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan
atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban berarti suatu keharusan yang
harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab tanpa ada alasan apapun itu.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hak memiliki sifat
fakultatif , sedangkan kewajiban memiliki sifat imteratif . Dalam hal ini hak boleh
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tergantung kehendak individu yang memiliki hak
tsb, sedangkan kewajiban adalah suatu peran yang harus dilaksanakan tanpa alasan
apapun. Didalam suatu hak terdapat kewajiban untuk tidak melanggar hak orang lain
dan tidak menyalahgunakan haknya, begitupun sebaliknya, sehingga hubungan hak dan
kewajiban merupkan suatu hubungan sebab akibat yang saling berkaitan satu sama lain.

1.3.2

Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Hak warga negara merupakan suatu kuasa yang dimiliki oleh warga negara

untuk menerima atau melakukan segala sesuatu sesuai peraturan perundangundangan


yang berlaku. Dalam kata lain, warga negara memiliki kewenangan untuk diperlakukan
istimewa sesuai peraturan perundang-undangan tsb.

Sedangkan kewajiban

warga

negara adalah suatu suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat dan tidak
boleh

ditinggalkan

oleh

suatu warga

negara dalam

kehidupan

bermasyarkat

berbangsa dan bernegara.


Hak dan kewajiban warga negara memiki kaitan yang erat dengan istilah
tanggung jawab dan peran. Tanggung jawab adalah suatu kondisi yang mewajibkan
seorang untuk melakukan tugas tertentu sesuai wewenang yang diterimanya. Sementara
yang dimaksud dengan peran adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
seseorang sesuai dengan posisinya dalam suatu organisasi. Jika seseorang telah

melaksanakan hak dan kewajibannya, maka orang tersebut dapat dikatakan telah
melakukan perannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hak dan kewajiban warga
negara merupakan suatu pemberian dari negara itu sendiri. Dalam hal ini negara yang
memberikan hak dan

kewajiban kepada

perundang-undangan sehingga

warga

memiliki tanggung jawab dan peranan

warganya melalui seperangkat peraturan


negara
yang

maupun
jelas

penyelenggara

dalam

negara

pengaplikasian

dan

penegakkan hak serta kewajiban tersebut.

1.3.3

Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945


Hak dan kewajiban memiliki hubungan sebab akibat yang cukup erat dan tidak

dapat dipisahkan. Untuk menerima haknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia, tentunya terdapat suatu kewajiban yang bersifat mengikat dan harus
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab oleh setiap warga negara Indonesia.
Oleh karena itu dalam hal ini, demi terciptanya suatu kesetimbangan dalam kehidupan
berbanga dan bernegara Indonesia, masalah hak dan kewajiban warga negara tsb telah
diatur dalam pasal 27 hingga pasal 34 Undang Undang Dasar 1945.

BAB II
PERMASALAHAN

2.1

Penyelewengan Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945


Dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia di saat kini,

terdapat banyak sekali penyimpangan-penyimpangan bahkan penyalahgunaan hak dan


kewajiban yang dilakukan baik oleh warga negara maupun oleh apparat penyelenggara
negara itu sendiri. Salah satu contoh nyata penyalahgunaan hak dan kewajiban warga
negara yang paling sering terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni
ketidaksamaan

perlakuan

warga

negara

dihadapan

hukum

yang

merupakan

penyelewengan terhadap pasal 28D ayat 1 UUD 1945.


Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang sebagai warga negara
berhak untuk mengecap perlindungan, kepastian serta perlakuan yang sama di depan
hukum. Namun jika kita bercermin pada wajah hukum Indonesia di masa kini,
sepertinya makna dari pasal tsb sudah tidak sejalan dengan realita penegakan hukum
yang ada saat ini. Penegakan hukum di Indonesia saat ini cenderung bersifat tumpul ke
atas dan tajam kebawah. Hal ini dapat diartikan bahwa keadilan hukum di negeri ini
lebih tajam menghukum masyarakat menengah kebawah dibandingkan dengan para
pejabat dengan tingkat ekonomi kelas atas. Persamaan di hadapan hukum yang selama
ini dilaksanakan di Indonesia bukanlah persamaan setiap orang dihadapan hukum,
melainkan perlakuan hukum pada tiap orang tergantung pada kekuasaan dan jabatan
yang dimiliki orang tsb.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita jumpai perkara-perkara kecil yang
sebenarnya bisa di selesaikan dengan sikap kekeluargaan, namun dianggap besar dan
dipermasalahkan hingga berujung pada persidangan yang tidak masuk akal. Sementara
itu, di luar sana para koruptor berkeliaran dengan tenangnya sambal menikmati uang
rakyat yang acap kali disalah gunakan untuk kepentingan yang bersifat pribadi.
Penegakan hukum pada berbagai kasus yang ada di negeri ini acap kali
mengingkari rasa keadilan yang menyengsarakan masyarakat. Salah satu contoh
ketidakadilan penegakan hukum di negeri ini yakni pada kasus Nenek Minah, seorang

petani miskin yang mencuri 3 buah kakao senilai Rp 2100,- milik PT Rumpun Sari
Antan 4 yang terjadi bulan Agustus 2009 silam. Pada kasus ini, nenek Minah secara
sengaja memetik 3 buah kakao untuk dijadikan bibit di lahan miliknya, namun aksi
tersebut dipergoki oleh Nono (mandor perkebunan PT Rumpun Sari). Pada saat itu
nenek Minah sebenarnya telah meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatannya sambil mengembalikan 3 kakao tsb, namun PT Rumpun Sari Antam tetap
bersikeras memproses kasus ini. Di pengadilan nenek Minah dijerat dengan Pasal 362
Kitab Undang Undang Hukum Pidana tentang Pencurian dengan ancaman pidananya
yang mencapai lima tahun penjara. Hal ini sangat disesalkan karena jaksa sebenarnya
dapat menggunakan haknya untuk menolak kasus ini dengan alasan tak layak diteruskan
karena dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Namun kepolisian Banyumas
menyatakan bahwa kasus tidak dapat dihentikan karena PT Rumpun Sari meminta
untuk tetap diteruskan. Nenek Minah akhirnya dinyatakan bersalah dengan vonis
hukuman percobaan 1 bulan 15 hari penjara bila dalam 3 bulan melakukan
kesalahannya lagi. Dalam kasus diatas sangat terlihat dengan kental bahwa polisi sangat
berpihak kepada pengusaha dan hakim tidak memiliki keberanian untuk menolak kasus
ini, sehingga mengindikasikan bahwa wajah hukum di Indonesia hanya tajam kebawah.
Selain kasus nenek Minah diatas, timpangnya hukum di Indonesia dapat kita
lihat dalam kasus tabrak mati antara BMW milik Rasyid Amrulah Rajasa dengan mobil
Luxio yang dikemudikan Joner. Kecelakan yang terjadi pada selasa pagi (1/1/2013) di
tol Jagorawi kilometer 3, Jakarta Timur itu memakan 2 korban jiwa dan 8 orang lukaluka. Proses sidang berjalan 3 bulan kemudian di mana tersangka terbukti melanggar
dua pasal kecelakaan hingga menyebabkan korban luka ringan, korban meninggal
dunia, dan kerusakan barang telah terpenuhi, Hakim hanya memvonis Rasyid pidana
penjara 5 bulan atau denda uang sebesar Rp 12 juta dengan masa percobaan hukuman
selama 6 bulan. Padahal untuk kasus kecelakaan lalu lintas yang sama, tepatnya yang
dilakukan Afrianti Susianti (22/2/2012) saat mengemudikan Xenia Hitam dan
menewaskan Sembilan pejalan kaki. Afriani saat itu sempat menyatakan siap
memberikan nyawanya kepada keluarga korban. Namun hukum tetap berproses, hingga
akhirnya Afriani akhirnya di vonis 15 tahun hukuman penjara. Dari uraian diatas dapat
terlihat perbedaan treatment dalam kasus kecelakaan lalu lintas tsb. Dalam hal ini
terlihat jelas sekali proses hukum terhadap Afriani tetap berjalan sesuai dengan prosedur

hukum dan ada sanksi hukuman yang meskipun belum tentu adil bagi keluarga korban,
tapi cukup tinggi untuk dijalani oleh Afriani.
Permaslahan-permasalahan dalam kasus hukum seperti yang telah dijabarkan
pada paragraph diatas memberikan indikasi bahwa hukum Indonesia masih bersifat
tebang pilih. Hukum akan cenderung tumpul bila berhadapan dengan orang yang
memiliki kekuasan baik itu kekuasan baik dalam hal politik maupun dalam hal uang.
Namun, hukum akan menjadi sangat tajam apabila berhadapan dengan orang lemah dan
tidak memiliki kekuasaan. Hal tsb dapat terjadi karena proses hukum itu sendiri tidak
berjalan secara otomatis dan tidak terukur bagaimana proses penegakan hukumnya.
Seharusnya ketika suatu kasus hukum muncul, kita bisa melihat secara matematis apa
perbuatannya,, bagaimana prosesnya, bagaimana proses pembuktiannya dan bagaimana
pengambilan keputusannya yang objektif sehingga dapat memberikan rasa persamaan
dan keadilan semua warga negara di dalam pandangan hukum.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Memaknai Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945


Hak dan kewajiban memiliki hubungan sebab akibat yang cukup erat dan tidak

dapat dipisahkan. Untuk menerima haknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia, tentunya terdapat suatu kewajiban yang bersifat mengikat dan harus
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab oleh setiap warga negara Indonesia.
Oleh karena itu dalam hal ini, demi terciptanya suatu kesetimbangan dalam kehidupan
berbanga dan bernegara Indonesia, masalah hak dan kewajiban warga negara tsb telah
diatur dalam pasal 27 hingga pasal 34 Undang Undang Dasar 1945.

3.2

Memahami Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945


Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang sebagai warga negara
berhak untuk mengecap perlindungan, kepastian serta perlakuan yang sama di depan
hukum.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf diatas, pasal 28D ayat 1
UUD 1945 menitikberatkan konsep persamaan kedudukan/ kesetaraan warga negara di
hadapan hukum (equality before the law). Konsep ini secara sederhana memiliki arti
bahwa semua orang memiliki derajat yang sama di depan hukum. Tidak ada satupun
warga negara yang berada di atas dan mendapat kekebalan terhadap hukum, dan tidak
ada pula satupun warga negara yang berada di bawah hukum. Dalam hal ini konsep
persamaan kedudukan warga negara dihadapan hukum bergerak dalam suatu payung
hukum yang berlaku tunggal dan umum. Ketunggalan hukum itu menjadi suatu wajah
utuh diantara dimensi sosial lain (seperti ekonomi dan sosial). Hal ini memberi indikasi
bahwa dalam dimensi sosial yang lain, suatu individu boleh saja tidak memiliki
kedudukan yang tidak sama dengan individu lain. Akan tetapi semua orang akan
memiliki kedudukan yang sama dan merata jika dipandang melalui hukum.
Undang Undang Dasar 1945 telah memberikan jaminan secara tegas bahwa
segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27
ayat 1). Pasal ini memberikan makna bahwa setiap warga negara tanpa harus melihat
apakah dia penduduk asli atau bukan, berasal dari golongan terdidik atau rakyat jelata,
maupun golongan menengah ke atas atau kaum buruh harus mendapatkan pelayanan
yang sama di depan hukum.

3.3

Menyikapi Pelaksanaan Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945


Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Bunyi ayat pasal tersebut secara teori telah dijelaskan dalam UUD
1945, namun secara praktik pelaksanaan pasal tersebut masih sangatlah jauh dari kata
baik. Hal tersebut dapat dilihat dari corengnya wajah hukum di Indonesia akibat praktik
hukum yang tebang pilih dengan mata hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
Kondisi ini merupakan wajah dari penyelenggaran hukum di Indonesia selama satu
dekade silam. Hal tsb dapat dilihat pada maraknya kasus-kasus pelanggaran hukum
ringan yang seharusnya dapat diselesaikan secara kekeluargaan namun dianggap besar
dan dipermasalahkan hingga berujung pada persidangan yang tidak masuk akal.
Sementara itu, di luar sana kasus pelanggaran hukum berat yang menyangkut petinggipetinggi negara tidak diindahkan bahkan seolah-olah ditutup-tutupi dari khalayak
umum. Hal tsb memicu timbulnya paradigma masyarakat dimana orang-orang yang
memiliki kekuasaan memiliki kekebalan terhadap hukum sedangkan masyarakat jelata
harus menerima apa adanya bila tersangkut paut dengan jerat hukum. Keadaan ini lah
yang menimbulkan warga negara saat ini cenderung apatis dan masa bodoh terhadap
keadilan hukum itu sendiri. Sikap tidak mengindahkan hukum tsb bagaimanapun harus
dihilangkan dari paradigm warga negara Indonesia karena sesungguhnya hukum
diciptakan

untuk

mengatur

kehidupan

bersama.

Oleh

karena

itu,

praktik

penyelenggaraan hukum di Indonesia harus ditegakan seadil-adilnya sehingga


kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri dapat tumbuh kembali.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1

Kesimpulan
Hak warga negara merupakan suatu kuasa yang dimiliki oleh warga negara untuk

menerima atau melakukan segala sesuatu sesuai peraturan perundangundangan yang


berlaku. Sedangkan kewajiban warga negara adalah suatu tindakan yang harus
diperbuat dan tidak boleh ditinggalkan oleh suatu warga negara dalam kehidupan
bermasyarkat

guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan

kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehingga dalam praktiknya harus dilaksanakan secara seimbang.
Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap orang sebagai warga negara
berhak untuk mengecap perlindungan, kepastian serta perlakuan yang sama di depan
hukum. Bunyi ayat pasal tersebut secara teori telah dijelaskan dalam UUD 1945, namun
secara praktik pelaksanaan pasal tersebut masih sangatlah jauh dari kata baik salah karena
tidak mengindahkan persamaan kedudukan warga negara di mata hukum. Penyelewengan
hukum ini sesunggunhnya dapat dihilangkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap hukum dan dengan menegaskan aparat penegak hukum agar dapat bekerja sesuai
prosedur yang tepat tanpa pandang bulu sehingga kasus penyimpangan terhadap hukum di
Indonesia dapat berkurang dan kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan aparat hukum
itu sendiri dapat muncul kembali.

4.2

Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya warga negara meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan hak dan
kewajibannya dengan mengacu pada seluruh peraturan perundang-undangan yang
bersifat responsif.
2. Hendaknya penjelasan mengenai pasal 28D ayat 1 ini diresapi secara penuh
sehingga kita semua dapat memahami betul hak dan kewajiban kita sebagai warga
negara dalam ranah hukum sehingga tercipta keselarasan, keserasian dan
keseimbangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia

10

DAFTAR PUSTAKA
Instumen Nasional:
Undang Undang Dasar 1945 Amandemen IV

Jurnal:
Dardiri, A. 2012. Urgensi Memahami Hakekat Manusia. Dapat diakses di https://core.ac.uk
/download/files/335/11058797.pdf. Diakses hari Minggu, 5 Juni 2016 pukul 10.30 WIB
Tasma, A.E. dan Santosa, H. 2006. Polemik Epistemologi Pancasila Dan Demokrasi
Yang Konstruktif Beserta Implementasinya. Humanika. Volume 6 (1). Dapat diakses
di

http://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/3813/3289. Diakses

pada hari Minggu, 5 Juni 2016 pukul 09.45 WIB


Yasin, J. 2009. Hak Azasi Manusia dan Hak Serta KewajibanWarga Negara dalam Hukum
Positif Indonesia. Syiar Hukum. Volume XI. Dapat diakses di http://ejournal.unisba.
ac.id/index.php/syiar_hukum/article/download/541/pdf. Diakses pada hari Minggu, 5
Juni 2016 pukul 10.20 WIB

Website:
Anwar, A.F. 2015. Penegakan Hukum Indonesia, Tajam Ke Bawah, Tumpul Ke Atas
[Online]. Dapat diakses di http://www.lpmdinamika.co/serba-serbi/opini/penegakan
hukum-indonesia-tajam-ke-bawah-tumpul-ke-atas/. Diakses pada hari Minggu, 5 Juni
2016 pukul 12.47 WIB
Indonesia Corruption Watch. 2010. Jajak Pendapat Kompas; Timbangan Hukum yang
Timpang [Online]. Dapat diakses di http://www.antikorupsi.org/id/content/jajak
pendapat-kompas-timbangan-hukum-yang-timpang. Diakses pada hari Minggu, 5 Juni
2016 pukul 11.20 WIB
Setiawan, D. 2013. Bukan Hanya Penguasa yang Kebal Hukum di Indonesia. Dapat diakses di
http://www.kompasiana.com/ /bukan-hanya-penguasa-yang-kebal-hukum-diindonesia
5529a77f6ea834123f552d12. Diakses pada hari Minggu, 5 Juni 2016 pukul 15.40 WIB
Wijoyo, S. 2014. Perlakuan yang Sama Dihadapan Hukum. Kompasiana [Online].
Dapat diakses di http://www.kompasiana.com/sutowi/perlakuan-yang-sama-dihadapan
-hukum_54f98255a33311a9718b47a7. Diakses hari Minggu,5 Juni 2016 pkl 12.30 WIB
Yana, D. 2014. Persamaan di Hadapan Hukum [Online]. Dapat diakses di http://dwiyana94.
blogspot.co.id/2014/03/persamaan-di-hadapan-hukum-equality_1794.html. Diakses
pada hari Minggu, 5 Juni 2016 pukul 18.40 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai