a. Cavum oris
Terdiri dari : gigi, palatum, vestibulum, lidah, kelenjar (submandibula, parotis, dan
sublingual)
b. Pharynx ( Oropharynx dan Laryngopharynx )
Pharynx memiliki lapisan dalam longitudinal (muscle skeletal) dan
lapisan
Vaskularisasi
a.
Panceraticoduodenalis
superior
cabang
(dari
a.
Yeyunum
-
Merupakan intraperitoneal
Ileum
-
Dari ileocecal valve melewati sisi kanan cavitas abdominal, lalu melengkung
90 derajat, pada flexura colic (hepatic) dextra lalau menjadi colon transversum
Dan berkelok lagi membentuk flexura colic (spelic) sinistra lalu memasuki sisi
kiri dari cavitas abdominal dan kemudian melanjutkan diri menjadi colon
sigmoid.
Rectum
-
Mempunyai 3 fold pada bagian interna disebut transverse rectal folds (rectal
valve) yang memungkinkan menahan feses pada saat kentut
Vaskularisai
Appendix : a. Appendicularis
Rectum : ramus cecalis anterior dan posterior a. Ileocolica
Colon ascending : a. Colica dextra
Colon transversum : a. Colica media
Colon descenden : a.colica sinistra, r. Ascd s. Sigmoideum
Colon sigmoideum-rectum : aa. Sigmoidea, a. Rectalis superior, media dan
inferior.
Innervasi
Appendix, coecum, colon ascendens, colon transversum : (preganglioner :
symphatis : n. Splanchnicus minor dan parasymphatis : n. Vagus) dan
(postganglioner : symphatis : ggl. Mesentericum superior dan parasymphatis :
ggl. Aurbachi dan meisner)
Colon sigmoideum dan rectum ( preganglioner : symphatis : n. Splanchnicus
dan parasymphatis : nn. Eregentes) dan postganglioner :symphatis : ggl.
Mesenterica inferior dan parasymphatis : nn. eregentes
Histologi
1. BIBIR
Pada permukaan bibir, epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan jaringan
dibawahnya yang merupakan jairngan agak padat.
Permukaan merah bibr dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
2. LIDAH
Papila Sirkumvalata
Papila filiformis
Papila fungiformis
Mirip jamur,
3. GIGI
Dibawah epitel email di luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk
lapisan reticulum stelata.
4. ESOFAGUS
Tunika mukosa
Tunika submukosa
Tunika muskularis
Tunika adventisia
5. LAMBUNG
Tunika Mukosa
6. DUODENUM
Tunika mukosa
Tunika submukosa
Tunika muskularis
Terdiri atas lapisan sirkuler dan longitudinal, diantaranya terdapat pleksus saraf
duerbach.
Tunika adventisia
7. YEYUNUM
Tunika mukosa
Terdapat vilus intertinal yang langsing dan sel goblet yang lebih banyak
Tunika submukosa
Tunika muskularis
Tunika serosa
8. APENDIKS
Tunika mukosa
Terdapat epitel selapis torak yang mempunyai sel goblet yang sangat banyak
Tunika submukosa
Tedapat jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfosit
yang berasal dari lamina propria
Tunika muskularis
Membentuk dua lapisan seperti usus lainnya sekalipun diameter apendik lebih kecil.
9. COLON
Tunika mukosa
Tunika submukosa
tidak ada
Tunika Muskularis
Tunika serosa
Fisiologi
REFLEKS SALIVA
Refleks terkondisi: membayangkan, melihat, mencium makanan korteks serebri Pusat
salivasi medula neuron parasimpatik kel. Saliva sekresi saliva
Refleks tak terkondisi : makanan dalam mulut, rangsangan lain reseptor mulut dan lidah
Pusat saliva medula dan seterusnya idem
Mekanisme menelan
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring pada hampir setiap saat
melakukan fungsi lain di samping menelan dan hanya diubah dalam bebrapa detik ke dalam
traktus digestivus utnuk mendorong makanan.
Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan. Menelan
merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi, mulai dari pergerakan volunteer
lidah dan dilanjutkan serangkaian refleks dalam faring dan esophagus. Bagian aferen lengkung
refleks ini merupakan serabut-serabut yang terdapat dalam saraf V, IX dan X. Pusat menelan
(deglutisi) ada di medulla oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan ke
luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V,X dan XII menuju ke otototot lidah, faring, laring dan esophagus.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi :
1. Tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan
2. Tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui
faring ke dalam esofagus
3. Tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring
ke lambung.
Seluruh tahap faringeal dari
penelanan
terjadi
dalam
demikian
mengganggu
respirasi
menelan
secara
medula
selama
pada
titik
x Menyimpan
x Mengaduk : gelombang konstriktor peristaltik lemah menuju antrum per 20 detik
x Mencerna : enzimatis
x Absorbsi: sangat sedikit, yaitu substansi sangat larut lemak seperti alkohol, obat-obat
tertentu (aspirin) tapi secara umum absorbsi belum terjadi
x Pengosongan lambung
Sekresi Lambung
x Mukus: pelumas dan menjaga mukosa
x Gastrin : merangsang pembentukan HCl dan pepsin
x HCl
membunuh kuman, melarutkan mineral, membantu perubahan pepsinogen menjadi pepsin
x pepsin : mencerna protein
x lipase : mencerna lemak
x intrinsik faktor
membantu penyerapan Vit B12 untuk pembentukan eritrosit
Pengaturan Sekresi Lambung
1. Fase sefalik : sekresi terjadi bahkan sebelum makanan sampai lambung. Makin kuat nafsu
makan makin banyak sekresinya
2. Fase Gastrik
Rangsang regangan dinding lambung dan kimiawi makanan merangsang nukleus motorik
dorsalis vagus dan sekresi gastrin
Kimiawi khusus merangsang gastrin : sekretagogue, alkohol, kafein
Rangsang vagus: sekresi pepsin, gastrin dan asam
Rangsang gastrin: meningkatkan sekresi asam lambung dan pepsin
Fase intestinal: keberadaan makanan pada bagian usus kecil merangsang sejumlah kecil gastrin
Pengosongan Lambung
Dirangsang oleh: n.vagus, penuruna simpatis, alkohol, kafein, protein yang tercerna sebagian,
distensi dinding lambung peningkatan kontraksi pompa pilorus penurunan resistensi
spingter pilorus peningkatan pengosongan lambung
Dihambat oleh Penurunan vagus, peningkatan simpatis, distensi duodenum, adanya lemak,
antikolinergik gastrointestinal, antasid, belladona perlehahan kontraksi pompa pilorus
peningkatan resistensi sfingter pilorus penurunan pengosongan lambung
Pergerakan Usus
Kontraksi mencampur: regangan satu bagian akan menyebabkan kontraksi konsentris. Panjang
kontraksi 1 cm (segmentasi). Kontraksi segmen memotong chyme
Gerakan mendorong; gerakan segmentasi bendorong chyme ke tatub ileosekal dan mendorong
melewati katub tsb
Fungsi katub ileosekal: mencegah kembalinya fecal dari kolon ke usus halus
Sekresi dan Pencernaan di Usus kecil
1. Sekresi:
peptidase, maltase, lactase, sukrase, amilase, lipase, garam, air, mukus , hormon
kolesistokinin, GIP, sekretin Pencernaan enzimatis oleh enzim dari sekresi usus sendiri
juga menerima sekresi dari pankreas (tripsin, kimotripsin, amilase, lipase, nuklease,
carboxypeptidase, mukus) liver (empedu, bicarbonat)
2. Bicarbonat dari pankreas dan liver menetralkan asam lambung
3. Empedu mengubah lemak menjadi terlarut dalam air (water soluble)
4. Kolesistokinin : merangsang sekresi amilase pankreas dan kontraksi kantong empedu
5. Sekretin : merangsang sekresi bikarbonat pankreas
Absorbsi Usus
1. Asam amino: masuk p. darah dengan transport aktif
2. Glukosa, gal;aktosa, fruktosa : masuk p. darah dengan transport aktif
3. Lemak
60-70 % dalam emulsi dengan garam empedu, diabsorsi dalam bentuk asam lemak dan
gliserol masuk ke dalam duktus limfatik
Absorbsi mineral di usus
1. Bicarbonat: diabsorsi oleh sel mucosal ketika kadar dalam lumen yang tinggi, dan
disekresi dalam lumen ketika kadarnya tinggi dalam darah
2. Calcium: diabsorbsi secara transport aktif dengan stimulus Vit D
Sumber :
Snell, Richard S. Neuroanatomi Klinik. Edisi 5. Jakarta : EGC. 2007
PG yang banyak ditemukan pada mukosa lambung, dihasilkan dari metabolism asam
arakidonat memegang peran sentral pada pertahanan dan perbaikan sel epitel lambung,
menghasilkan mucus-bikarbonat, menghambat skresi sel parietal, mempertahankan sirkulasi
mukosa dan restitusi sel epitel.
Fase terakhir (intestinal) sekresi asam lambung dimulai pada saat makanan masuk
ke dalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan pencampuran kandungan
makanan yang ada. Beberapa cara untuk menghambat sekresi asam juga berlangsung bersamaan.
Somatostatin suatu hormone gastrointestinal yang dilepaskan sel-sel endokrin didapati pada
mukosa gaster (sel-sel D) dalam rangka merespon HCl. Somatostatin dapat menghambat
produksi asam melalui mekanisme langsung (sel-sel parietal) maupun tidak langsung
(menurunkan pelepasan histamine dari sel-sel seperti enterokromafin (ECL) dan menimbulkan
pelepasan gastrin melalui sel-sel G) factor rangsang tambahan yang dapat mengimbangi sekresi
asam, antara lain neural (sentral dan perifer) dan hormonal (sekretin dan kolesistokinin). Dalam
keadaan fisiologi fase-fase tersebut berlangsung secara bersamaan.